Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair/setengah
padat, dapat di sertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980) diare
adalah buang air besar lebih dari 3 kali sehari dalam bentuk cair.
Diare di definisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih
dalam sehari) (Depkes RI ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi dua
berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare persisten.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat di kelompokan menjadi:
 Diare akut: terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi
sedang, diare dengan dehidrasi ringan.
 Diare persisten: jika diare berlangsung 14 hari/lebih, terbagi atas diare
persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi.
 Disentri: jika diare berlangsung disertai dengan darah.
Kesimpulan: diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tinggi, dan
disertai tinja yang lembek dan berair.
2. Etiologi
a. Faktor infeksi : bakteri (shigella, shalmonella, vibrio kholera), virus
(enterovirus), parasit (cacing), kandida (candida albicans), parasit (cacing).
b. Faktor parentral: infeksi di bagian tubuh lain ( otitis media akut (OMA) sering
terjadi pada anak-anak).
c. Faktor malaborasi: karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan: makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kurang matang.
e. Faktor psikologi: rasa takut, cemas.
f. Obat-obatan: antibiotik.
g. Penyakit usus: colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus.
3. Anatomi dan fisiologi (Kowalak, Jennifer, dkk (2014).

a. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi
oleh palatum, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh mandibula, lidah, dan
struktur lain pada dasar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh pipi.
Sementara itu, bagian depan mulut dibatasi oleh bibir dan bagian belakang
oleh lubang menuju faring.
Palatum memisahkan mulut dari hidung dan bagian atas faring. Palatum terdiri
atas dua bagian, yaitu bagian anterior (bagian tulang), disebut palatum durum,
dan bagian posterior (tersusun atas membran mukosa), disebut palatum mole.
b. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan samping, oleh
membran mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan melekat secara
langsung pada epiglotis dalam faring. Terdapat beberapa variasi anatomik
normal pada lidah. Lidah pada neonatus relatif pendek dan lebar. Panjang
lidah dapat berbeda-beda, lidah berfenulum pendek (lidah dasi) kemungkinan
membuat orang tua anak khawatir, meskipun anak yang memiliki lidah seperti
ini jarang mengalami gangguan pada saat makan atau bicara. Secara umum,
anak ini tidak membutuhkan pengobatan. Sementara itu, lidah dengan
permukaan beralur (lidah geografis atau skrotal) biasanya juga normal.
c. Gigi
Pertumbuhan gigi merupakan suatu proses fisiologis dan dapat menyebabkan
salivasi yang berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia memiliki
dua set gigi yang tumbuh sepanjang masa kehidupan mereka. Set pertama
adalah gigi primer (gigi susu atau desidua) yang bessifat sementara dan
tumbuh melalui gusi selama tahun pertama serta kedua kehidupan. Gigi susu
berjumlah lima buah pada setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 20),
muncul (erupsi) pada usia sekitar enam bulan sampai dua tahun. Gigi susu
berangsur tanggal pada usia 6 sampai 12-13 tahun, kemudian diganti secara
bertahap oleh gigi tetap (gigi permanen) pada orang dewasa.
d. Esofagus
Esofagus merupakan saluran otot yang membentaang dari kartilago krikoid
sampai kardia lambung. Esofagus dimulai dileher sebagai sambungan faring,
berjalan kebawah leher dan toraks, kemudian melalui crus sinistra diafragma
memasuki lambung. Secara anatomis, bagian depan esofagus berbatasan
dengan paru dan pleura. Bagian tersempit esofagus bersatu dengan faring.
Area ini mudah mengalami cedera akibat instrumen, seperti bougi, yang
dimasukkan kedalam esofagus.
Dinding esofagus terdiri atas empat lapisan, yaitu: (1) mukosa, (2) submukosa,
(3) muskular, dan (4) serosa. Lapisan mukosa merupakan lapisan paling
dalam. Lapisan submukosa tebal dan mengandung sel sekretori yang
menyekresi mukus. Lapisan muskular terdiri atas serat otot longitudinal dan
sirkular. Lapisan serosa, yang merupakan lapisan terluar, terdiri atas fibrosa.
e. Lambung
Lambung terletak dikuadran kiri atas abdomen, lebar, dan merupakan bagian
saluran cerna yang dapat dilatasi. Bentuk lambung bervariasi, bergantung pada
jumlah makanan didalamnya, gelombang peristaltik, tekanan dari organ lain,
pernapasan, dan postur tubuh. Lambung biasa nya berbentuk J.
f. Usus Halus
Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Panjang usus
halus saat lahir 300-350 cm, meningkat sekitar 50% selama tahun pertama
kehidupan. Saat dewasa, panjang usus halus mencapai ±6 meter. Dinding usus
halus terbagi menjadi empat lapisan, yaitu mukosa, submukosa, muskular, dan
serosa (peritoneal). Lapisan mukosa tersusun atas vili usus dan lipatan
sirkular. Vili usus merupakan tonjolan yang mirip jari dan menonjol ke
permukaan dalam usus. Vili tersusun atas lapisan epitel usus tempat proses
absorpsi terjadi. Vili terutama sangat berkembang didalam duodenum dan
jejunum dibanding didalam ileum. Otot polos selalu kontraksi dan relaksasi
secara ritmis selama proses pencernaan. Keadaan ini menyebabkan
pemedekan dan pemanjangan atau gerakan melambai vili. Kerusakan yang
terjadi pada vili menganggu absorpsi dan merupakan salah satu penyebab
sindrom malabsorpsi.
g. Usus Besar
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap, seperti zat
besi, kalsium, dan fosfat yang ditelan, serta menyekresi mukus, yang
mempermudah perjalanan feses. Usus besar berjalan dari katub ileosekal ke
anus. Panjang usus besar bervariasi, sekitar ±180cm. Usus besar dibagi
menjadi bagian sekum, kolon asenden, dan kolon sigmoid. Sekum adalah
kantong besar yang terletak pada fosa iliaka kanan. Sekum berlanjut ke atas
sebagai kolon asenden. Dibawah lubang ileosekal, apendiks membuka
kedalam sekum.
Apendiks adalah tonjolan seperti cacing dengan panjang mencapai 18 cm dan
membuka pada sekum, yaitu ±2,5 cm dibawah katub ileosekal. Apendiks
memiliki lumen yang sempit. Lapisan submukosa apendiks mengandung
banyak jaringan limfe. Dasar apendiks yang sebagian besar mengandung
jaringan limfoid melekat pada sekum dan merupakan tempat umum radang
apendiks (apendisitis).
h. Hati
Hati merupakan kelenjar paling besar dalam tubuh dengan berat ±1300-1550
g. Hati merah cokelat, sangat vaskular, dan lunak. Hati berbentuk baji dengan
bagian basal pada sisi kanan dan apeks pada sisi kiri. Hati terletak pada
kuadran atas kanan abdomen dan dilindungi oleh tulang rawan kosta. Bagian
tepi bawah mencapai garis tulang rawan kosta. Tepi hati yang sehat tidak
teraba. Hati dipertahankan pada posisinya oleh tekanan organ lain didalam
aobdomen dan oleh ligamen peritonium.
i. Pankreas
Pankreas, organ panjang pada bagian belakang abdomen atas, memiliki
struktur yang terdiri atas kaput (di dalam lengkungan duodenum), leher
pankreas, dan kauda (yang mencapai limpa). Pankreas merupakan organ ganda
yang terdiri atas dua tipe jaringan, yaitu jaringan sekresi interna dan jaringan
sekresi aksterna. Jaringan sekresi ekstrena pankreas membentuk cairan
pankreas. Cairan pankreas merupakan bagian penting proses pencernaan.
Komposisi cairan pankreas bervariasi., dengan sekresi yang mengandung
berbagai materi, seperti natrium bikarbonat, materi yang menjadikan cairan ini
sangat basa (natrium dan kalsium), klorida, dan enzim alfa amilase dan lipase,
serta enzim proteolitik, seperti tripsinogen dan kimotripsinogen. Ribonuklease
dan deoksiribomuklease (memecah asam nukleat menjadi nukleotida) juga
ditemukan dalam cairan pankreas. Dalam keadaan normal, komposisi getah
pankreas terdiri atas kation (Na+, K+, Ca+, Mg2+ [pH kira-kira 8,0]), anion
(HCO3-, CI-, HPO42-), enzim pencernaan, dan albumin serta globulin.
j. Peritoneum
Peritoneum merupakan membran serosa yang tipis, licin, dan lembap, yang
melapisi rongga peritoneum dan melapisi banyak organ perut, seperti kavum
abdomen dan pelvis. Peritoneum menutupi visera, walaupun beberapa hanya
ditutupi pada permukaan abdomen dan pelvis. Layaknya pleura, peritonium
tersusun atas dua lapisan yang berkontak, lapisan parietal dan viseral.
Peritonium parietale adalah bagian yang melapisi dinding abdomen,
sedangkan peritoneum viserale adalah bagian yang melapisi organ. Ruang
diantara lapisan tersebut disebut kavum peritoneum. Pada dasarnya,
peritoneum adalah kantong tempat organ tumbuh, dengan membawa
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf bersamanya. Pola dasar berubah
akibat pertumbuhan berbagai organ dan pergerakan organ pada masa janin
kedalam posisi yang berbeda. Peritoneum mengikuti untaian usus dan
dibentuk menjadi lipatan dan kurva. Lipatan ini disebut mesenterium.
Peritoneum membawa pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf ke serta
dari usus, dan memberikan fungsi proteksi yang penting. Peritoneum juga
menjadi sasaran radang (peritonitis).

4. Klasifikasi ( Octa, dkk 2014)


Menurut Octa dkk (2014), kKlasifikasi diare ada beberapa macam,
berdasarkan waktu, diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronik.
Berdasarkan manifestasi klinis, diare akut dibagi menjadi disentri, kolera dan
diare akut (bukan disentri maupun kolera). Sedangkan diare kronik dibagi
menjadi diare persisten dan diare kronik.
a. Diare akut
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berhenti secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu,
namun dapat pula menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini
dapat terjadi pada semua umur dan bila menyerang bayi biasanya
disebut gastroenteritis infaltil. Penyebab tersering pada bayi dan anak-
anak adalah virus seperti rotovirus dan bakteria seperti salmonella.
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri
yang disebabkan oleh shigelosis samapai terbukti lain. Sedangkan
kolera, memiliki manifestasi klinis antara lain diare profus seperti
cucian air beras, berbau khas sepeerti “bayklin/sperma”, umur anak
lebih dari 3 tahun dan ada ( KLB) dimana penyebaran pertama pada
orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan
disentri dan kolera dikelompokan kedalam diare akut.
b. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
Sedangkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non spesifik.
Diare spesifik adalah diare yang di sebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
atau parasit. Diare yang di sebabkan oleh makanan disebut diare non
spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat diklasifikasikan
menjadi diare infeksi enternal dan parentral. Diare pearsisnten lebih
ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya
disebabkan oleh agen infeksi, sedangkan diare kronik lebih ditujukan
untuk diare yang memiliki menifestasi klinis hilang timbul, sering
berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih
dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen non infeksi.
5. Patofisiologi
Menurut Tanto dan Liwang (20006), proses terjadinya diare disebabkan oleh
berbagai faktor yaitu:
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya
toksin bakteri akan menyebabkan transfeor aktif dalam usus
sehingga sel mukosa menggalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
2) Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3) Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus
yang mengakibakan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan yang kemudian menyebabkan diare.
4) Faktor psikologi
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yang dapat menyebabkan diare.
6. Patway

Infeksi Makanan sikologi

Berkembang diusus Toksik tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air & elektrolit Malabsorbsi KH,


Hiperperistaltik
Lemak, Protein

Isi usus
Penyerapan makanan di Meningkatnya tekanan
usus menurun osmotik

Pergeseran air &


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Hilang cairan & elektrolit kerusakan integritas Mual muntah


berlebihan kulit perianal

Nafsu makan menurun


Gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Dehidrasi

Kekurangan volume cairan


7. Manifestasi klinis (Octa dkk, 2014).
1. Diare Akut
a. Akan hilang dalam waktu kuranglebih dari 14 hari.
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut,
rasa tidak enak, dan nyeri perut
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d. Demam
e. Turgor kulit menurun
2. Diare Kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 lebih dari 14 hari yang lebih panjang
b. Penurunan BB dan nafsu makan
c. Cengeng dan gelisah
d. Demam akibat infeksi
e. Dehidrasi tanda-tanda hipotensi, takikardia, denyut lemah.
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat di lakukan:
a. Pemeriksaan Tinja: pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah
b. Analisa Gas Darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan asam basa
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat
e. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.
f. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.

9. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai
berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes).
2) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran
1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
3) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1) 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
2) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg


1) Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% +
1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

2) Untuk bayi berat badan lahir rendah


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

2. Pengobatan Dietetic (pemberian makanan atau minuman untuk


penyembuhan penyakit)
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai
sedang atau tak jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah, 2014).
Ada juga terapi farmakologik:
a. Antibiotik
b. Obat antipiretik
c. Pemberian zinc
10. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
kKomplikasi yang paling utama dari kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak. Berdasarkan derajat dibagi menjadi 3 yaitu: dehidrasi ringan (bila
kehilangan cairan mencapai 5% berat badan), dehidrasi sedang (bila kehilangan
cairan antara 5-10% berat badan). Dehidrasi berat (jika kehilanagn dari 10% berat
badan). Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis), hiopoglikemia,
gangguan gizi, gangguan sirkulasi. (Muryani, 2010).
11. Prognosis
Penyakit diare yang ttidak dapat mendapatkan pertolongan dengan segera akan
mengalami dehidrasi dan dapat menyebabkan kematian.
Prognosis diare kronik maupun diare akut ini sangat tergantung pada
penyebabnya. Pada SKI (surat keterangan impor) prognosis adalah baik., Pada
penyakit endokrin, prognosis tergantung pada penyakit dasarnya. Pada penyebab
obat-obatan, tergantung pada kemampuan untuk menghindari pemakaian obat-obat
tersebut. Pada pasca bedah (operasi batu empedu) prognosis tergantung pada
sejauh mana akibat tindakan operasi pada penderita di samping faktor penyakit
dasarnya sendiri. (Meadow dan Newel, 2005).
12. Pencegahan
Cara mencegah diare adalah sebagai berikut:
1. Jaga kebersihan diri
Dengan cara menjaga kebersihan diri, maka kita akan terhindar dari diare,
dengan cara membiasakan mencuci tanagn sebelum makan dan membuang
sampah pada tempatnya merupakan kebiasaan baik yang dapat kita
lakukan.
2. Menjaga kebersihan makanan dan minuman
Memastikan makanan dan minuman yang akan di santap berikut terkait
kebersihan tempat makan dan minum, seperi menutup makanan agar tidak
di hingapi serangga atau lalat.
3. Memberi ASI eksklusif pada bayi usia 04-6 bulan.
4. Menghindari penggunaan susu botol.
5. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.
6. Menggunakan air bersih untuk minum.
7. Mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan setelah buang
feses bayi, serta sebelum menyiapkan makanan atau sebelum makan.
8. Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.

B. KONSEP DASAR DAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Kumpulkan riwayat penyakit, termasuk:


a. Kemungkinan memakan makanan atau air yang terkontaminasi.
b. Kemungkinan infeksi di tempat lain (misalnya pernapasan, infeksi saluran
kemih).
2. Lakukan pengkajian fisik rutin.
3. Observasi terhadap manifestasi gastroenteritis.
4. Kaji status dehidrasi.
5. Catat haluaran rektal yang meliputi jumlah, volume, dan karakteristik.
6. Observasi dan catat tanda-tanda yang berkaitan, seperti tenesmus, kram,
muntah.
7. Bantu pelaksanaan prosedur diagnostik, misalnya tampung spesimen sesuai
kebutuhan: feses untuk PH, berat jenis, dan frekuensi; HDL; elektrolit serum;
kreatinin; dan BUN.
8. Deteksi sumber infeksi, misalnya pemeriksaan anggota rumah tangga lain dan
rujuk pada pengobatan bila diindikasikan.

2. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 Kurang volume cairan Frekuensi BAB meningkat Kurang volume
berhubungan dengan cairan
kehilangan gastrointestinal Hilang cairan &
berlebihan melalui feses atau elektrolit berlebihan
emesis. Gangguan
keseimbangan cairan &

Elektrolit dehidrasi

2 Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh Distensi abdomen
yang berhubungan dengan Mual muntah Kerusakan
kehilangan cairan melalui Nafsu makan menurun integritas kulit
diare dan asupan yang tidak
adekuat.

3 Kerusakan integritas kulit Ketidakseimbangan


yang berhubungan dengan Frekuensi BAB meningkat nutrisi: kurang dari
iritasi akibat diare. kebutuhan tubuh

3. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
dan individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasikan dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan.
Diagnosa yang sering muncul adalah:
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrointestinal
berlebihan melalui feses atau emesis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan kehilangan cairan melalui diare dan asupan yang tidak adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi akibat diare.
4. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
O Kriteria Hasil
1 Kurang volume Tujuan: a. Kaji tanda-tanda vital, a. Untuk
cairan berhubungan Setelah dilakukan turgor kulit, dan mengetahui TTV
dengan kehilangan tindakan membran mukosa, dalam keadaan
gastrointestinal keperawatan setiap 4 jam atau normal atau tidak
klien dapat
berlebihan melalui sesuai indikasi. Perubahan tanda-
menunjukan
feses atau emesis. tanda vital dapat
tanda rehidrasi
dan memperkuat menggambarkan
hidrasi adekuat. keadaan umum
Kriteria hasil: klien, perubahan
-Anak status hidrasi,
Menunjukan membran mukosa,
tanda hidrasi turgor kulit
adekuat. menggambarkan
-Turgor kulit berat ringannya
Elastik kekurangan cairan.
- Intake dan
Output b.Setelah rehidrasi, b. Untuk
seimbang berikan diet reguler menurunkan
kepada anak sesuai jumlah defekasi dan
toleransi karena memperbaiki
penelitian menunjukan penurunan berat
pemberian ulang diet badan, serta tanpa
normal secara dini. memberatkan kerja
usus.

c. Pertahankan c. Berguna untuk


pencatatan yang ketat memberikan
terhadap asupan dan informasi status
haluran (urine, dan keseimbangan
feses) untuk cairan untuk
mengevaluasi menetapkan
keefekstifan kebutuhan cairan
intervensi. pengganti.

d.Timbang berat badan d. Mendeteksi


anak untuk mengkaji kehilangan cairan,
dehidrasi. penurunan 1 kg BB
sama dengan
kehilangan cairan 1
lt.

e. Menghitung I&O e. Untuk


mengetahui berapa
banyak cairan tubuh
pasien yang keluar
dan seberapa banyak
cairan yang di
f. Berikan larutan minum.
rehidrasi oral (LRO)
f.Untuk
mengantikan cairan
g.Kolaborasi pemberian tubuh pasien yang di
cairan melalui IV keluarkan.
(infus).
g.Zat-zat dalam
larutan bermanfaat
h.Berikan larutan seperti glukosa dan
rehidrasi oral (LRO) garam yang penting
untuk
meminimalisir
dehidrasi, dan
upaya untuk
mengganti cairan
yang keluar
bersama feses.
2 Ketidakseimbangan Tujuan: a. Timbang BB setiap a. a.untuk mengetahui
nutrisi: kurang dari Setelah hari. b. apakah BB
kebutuhan tubuh dilakukan c. menurun atau tidak.
yang berhubungan tindakan d.
dengan kehilangan keperawatan b.Setelah rehidrasi, e. b. Dalam ASI
cairan melalui diare klien dapat instruksikan ibu terdapat laktoferin,
dan asupan yang mengkonsumsi menyusui untuk yaitu protein yang
tidak adekuat. nutrisi adekuat melanjutkan pemberian terikat dengan zat
untuk ASI karena hal ini besi yang
mempertahan cenderung mengurangi berfungsi
kan berat badan keparahan dan durasi menghambat
yang sesuai usia. penyakit. pertumbuhan
Kriteria hasil: kuman
Anak dapat penyebab diare,
mengkonsumsi dan
makanan yang di membuat kuman
berikan, dan tidak dapat
mampu berkembangbiak.
menghabiskan
porsi yang di c.Hindari pemberian c.Dapat memacu
beri, diet dengan beras, apel, sindrom dumping
menunjukan dan roti panggang atau
kenaikan berat teh karena dieat ini
badan yang rendah energi dan
memuaskan. protein, terlalu tinggi
karbohirat, dan rendah
elektrolit, makan porsi
sedikit tapi sering.
d. Untuk mengkaji
d.Observasi dan catat tolerasi pemberian
respon terhadap makanan.
pemberian makanan.

e.Instruksikan keluarga e.Untuk


dalam memberikan diet meningkatkan
yang tepat, dan lakukan kepatuhan terhadap
pencegahan dan beri program
oralit (air garam dan terapeutik.
gula).

f.Gali masalah dan f.Untuk


prioritas anggota memperbaiki
keluarga. kepatuhan terhadap
program terapeutik.

3 Kerusakan integritas Tujuan: a. Bersihkan bokong a. Untuk


kulit yang Setelah dengan perlahan pembersihan yang
berhubungan dengan dilakukan menggunakan sabun lembut karena
iritasi akibat diare. tindakan lembut non-alkalin feses diare sangat
keprawatan 2x8 dan air atau celupkan mengiritasi kulit.
jam kulit klien anak dalam bak
tetap utuh.
Kriteria hasil: b. Beri salep, seperti b. Untuk
Anak tidak zink oksida (tipe melindungi kulit
menunjukan salep dapat bervariasi dari iritasi.
bukti kerusakan untuk setiap anak dan
kulit. memerlukan periode
percobaan).

c. Berikan obat anti c. Untuk


jamur yang tepat mengobati
(salep) infeksi jamur
kulit.

d. Mencegah
d. Demontrasikan serta terjadinya
libatkan keluarga iritassi kulit
dalam merawat yang tak
perianal (bila basah diharapkan
dan mengganti pakaian oleh karena
bawah serta alasnya) kelebaban dan
keasaman
feces

5. Implementasi
Tahap keempat pada proses keperawatan adalah pelaksanaan yang merupakan
realisasi dari rencana-rencana tindakan yang dirumuskan. Keberhasilan
pelaksanaan tindakan keperawatan dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
klien saat itu dan tersedianya alat-alat yang memadai, serta adanya kerjasama
yang baik antara anggota tim kesehatan, maupun antar tim kesehatan dan
keluarga.

6. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua jenis evaluasi sumatif disebut juga evaluasi proses atau
jangka pendek dimana evaluasi ini dilakukan secepatnya setelah tindakan
keperawatan dilakukan sampai tujuan akhir. Sedangkan evaluasi formatif disebut
evaluasi akhir atau jangka panjang, dimana evaluasi dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini umumnya menggunakan
sistem SOAP (Nursalam 2001)

7. Perencanaan pulang
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) adalah serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan
kesehatan(Potter dan Perry,2015).
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan
dan minuman (oralit)
b. Ajarkan mengenai tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit tidak elastis,
membran mukosa kering
c. Jelaskan obat-obatan yang di berikan, efek samping dan kegunaan nya.

8. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pernyataan tentang kejadian atau aktivitas yang otentik
dengan membuat catatan tertulis. Dokumentasi keperawatan berisi hasil aktivitas
keperawatan yang dilakukan perawat terhadap pasien,mulai dari pengkajian
hingga evaluasi.Dokumentasi keperawatan merupakan sarana komunikasi dari
suatu proses ke proses lain terkait status pasien. Sebagai alat komunikasi, tertulis
dalam dokumentasi keperawatan harus jelas terbaca tidak boleh memakai istilah
atau singkatan-singkatan yang tidak lazim, juga berisi uraian yang jelas, tegas, dan
sistematis. Lebih lanjut, dampak yang timbul akan disfungsi komunikasi ini akan
membahayakan keselamatan pasien ( Asmadi, 2008).

Anda mungkin juga menyukai