TINJAUAN TEORI
a. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi
oleh palatum, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh mandibula, lidah, dan
struktur lain pada dasar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh pipi.
Sementara itu, bagian depan mulut dibatasi oleh bibir dan bagian belakang
oleh lubang menuju faring.
Palatum memisahkan mulut dari hidung dan bagian atas faring. Palatum terdiri
atas dua bagian, yaitu bagian anterior (bagian tulang), disebut palatum durum,
dan bagian posterior (tersusun atas membran mukosa), disebut palatum mole.
b. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan samping, oleh
membran mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan melekat secara
langsung pada epiglotis dalam faring. Terdapat beberapa variasi anatomik
normal pada lidah. Lidah pada neonatus relatif pendek dan lebar. Panjang
lidah dapat berbeda-beda, lidah berfenulum pendek (lidah dasi) kemungkinan
membuat orang tua anak khawatir, meskipun anak yang memiliki lidah seperti
ini jarang mengalami gangguan pada saat makan atau bicara. Secara umum,
anak ini tidak membutuhkan pengobatan. Sementara itu, lidah dengan
permukaan beralur (lidah geografis atau skrotal) biasanya juga normal.
c. Gigi
Pertumbuhan gigi merupakan suatu proses fisiologis dan dapat menyebabkan
salivasi yang berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia memiliki
dua set gigi yang tumbuh sepanjang masa kehidupan mereka. Set pertama
adalah gigi primer (gigi susu atau desidua) yang bessifat sementara dan
tumbuh melalui gusi selama tahun pertama serta kedua kehidupan. Gigi susu
berjumlah lima buah pada setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 20),
muncul (erupsi) pada usia sekitar enam bulan sampai dua tahun. Gigi susu
berangsur tanggal pada usia 6 sampai 12-13 tahun, kemudian diganti secara
bertahap oleh gigi tetap (gigi permanen) pada orang dewasa.
d. Esofagus
Esofagus merupakan saluran otot yang membentaang dari kartilago krikoid
sampai kardia lambung. Esofagus dimulai dileher sebagai sambungan faring,
berjalan kebawah leher dan toraks, kemudian melalui crus sinistra diafragma
memasuki lambung. Secara anatomis, bagian depan esofagus berbatasan
dengan paru dan pleura. Bagian tersempit esofagus bersatu dengan faring.
Area ini mudah mengalami cedera akibat instrumen, seperti bougi, yang
dimasukkan kedalam esofagus.
Dinding esofagus terdiri atas empat lapisan, yaitu: (1) mukosa, (2) submukosa,
(3) muskular, dan (4) serosa. Lapisan mukosa merupakan lapisan paling
dalam. Lapisan submukosa tebal dan mengandung sel sekretori yang
menyekresi mukus. Lapisan muskular terdiri atas serat otot longitudinal dan
sirkular. Lapisan serosa, yang merupakan lapisan terluar, terdiri atas fibrosa.
e. Lambung
Lambung terletak dikuadran kiri atas abdomen, lebar, dan merupakan bagian
saluran cerna yang dapat dilatasi. Bentuk lambung bervariasi, bergantung pada
jumlah makanan didalamnya, gelombang peristaltik, tekanan dari organ lain,
pernapasan, dan postur tubuh. Lambung biasa nya berbentuk J.
f. Usus Halus
Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Panjang usus
halus saat lahir 300-350 cm, meningkat sekitar 50% selama tahun pertama
kehidupan. Saat dewasa, panjang usus halus mencapai ±6 meter. Dinding usus
halus terbagi menjadi empat lapisan, yaitu mukosa, submukosa, muskular, dan
serosa (peritoneal). Lapisan mukosa tersusun atas vili usus dan lipatan
sirkular. Vili usus merupakan tonjolan yang mirip jari dan menonjol ke
permukaan dalam usus. Vili tersusun atas lapisan epitel usus tempat proses
absorpsi terjadi. Vili terutama sangat berkembang didalam duodenum dan
jejunum dibanding didalam ileum. Otot polos selalu kontraksi dan relaksasi
secara ritmis selama proses pencernaan. Keadaan ini menyebabkan
pemedekan dan pemanjangan atau gerakan melambai vili. Kerusakan yang
terjadi pada vili menganggu absorpsi dan merupakan salah satu penyebab
sindrom malabsorpsi.
g. Usus Besar
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap, seperti zat
besi, kalsium, dan fosfat yang ditelan, serta menyekresi mukus, yang
mempermudah perjalanan feses. Usus besar berjalan dari katub ileosekal ke
anus. Panjang usus besar bervariasi, sekitar ±180cm. Usus besar dibagi
menjadi bagian sekum, kolon asenden, dan kolon sigmoid. Sekum adalah
kantong besar yang terletak pada fosa iliaka kanan. Sekum berlanjut ke atas
sebagai kolon asenden. Dibawah lubang ileosekal, apendiks membuka
kedalam sekum.
Apendiks adalah tonjolan seperti cacing dengan panjang mencapai 18 cm dan
membuka pada sekum, yaitu ±2,5 cm dibawah katub ileosekal. Apendiks
memiliki lumen yang sempit. Lapisan submukosa apendiks mengandung
banyak jaringan limfe. Dasar apendiks yang sebagian besar mengandung
jaringan limfoid melekat pada sekum dan merupakan tempat umum radang
apendiks (apendisitis).
h. Hati
Hati merupakan kelenjar paling besar dalam tubuh dengan berat ±1300-1550
g. Hati merah cokelat, sangat vaskular, dan lunak. Hati berbentuk baji dengan
bagian basal pada sisi kanan dan apeks pada sisi kiri. Hati terletak pada
kuadran atas kanan abdomen dan dilindungi oleh tulang rawan kosta. Bagian
tepi bawah mencapai garis tulang rawan kosta. Tepi hati yang sehat tidak
teraba. Hati dipertahankan pada posisinya oleh tekanan organ lain didalam
aobdomen dan oleh ligamen peritonium.
i. Pankreas
Pankreas, organ panjang pada bagian belakang abdomen atas, memiliki
struktur yang terdiri atas kaput (di dalam lengkungan duodenum), leher
pankreas, dan kauda (yang mencapai limpa). Pankreas merupakan organ ganda
yang terdiri atas dua tipe jaringan, yaitu jaringan sekresi interna dan jaringan
sekresi aksterna. Jaringan sekresi ekstrena pankreas membentuk cairan
pankreas. Cairan pankreas merupakan bagian penting proses pencernaan.
Komposisi cairan pankreas bervariasi., dengan sekresi yang mengandung
berbagai materi, seperti natrium bikarbonat, materi yang menjadikan cairan ini
sangat basa (natrium dan kalsium), klorida, dan enzim alfa amilase dan lipase,
serta enzim proteolitik, seperti tripsinogen dan kimotripsinogen. Ribonuklease
dan deoksiribomuklease (memecah asam nukleat menjadi nukleotida) juga
ditemukan dalam cairan pankreas. Dalam keadaan normal, komposisi getah
pankreas terdiri atas kation (Na+, K+, Ca+, Mg2+ [pH kira-kira 8,0]), anion
(HCO3-, CI-, HPO42-), enzim pencernaan, dan albumin serta globulin.
j. Peritoneum
Peritoneum merupakan membran serosa yang tipis, licin, dan lembap, yang
melapisi rongga peritoneum dan melapisi banyak organ perut, seperti kavum
abdomen dan pelvis. Peritoneum menutupi visera, walaupun beberapa hanya
ditutupi pada permukaan abdomen dan pelvis. Layaknya pleura, peritonium
tersusun atas dua lapisan yang berkontak, lapisan parietal dan viseral.
Peritonium parietale adalah bagian yang melapisi dinding abdomen,
sedangkan peritoneum viserale adalah bagian yang melapisi organ. Ruang
diantara lapisan tersebut disebut kavum peritoneum. Pada dasarnya,
peritoneum adalah kantong tempat organ tumbuh, dengan membawa
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf bersamanya. Pola dasar berubah
akibat pertumbuhan berbagai organ dan pergerakan organ pada masa janin
kedalam posisi yang berbeda. Peritoneum mengikuti untaian usus dan
dibentuk menjadi lipatan dan kurva. Lipatan ini disebut mesenterium.
Peritoneum membawa pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf ke serta
dari usus, dan memberikan fungsi proteksi yang penting. Peritoneum juga
menjadi sasaran radang (peritonitis).
Isi usus
Penyerapan makanan di Meningkatnya tekanan
usus menurun osmotik
Diare
9. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai
berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes).
2) 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran
1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
3) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1) 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
2) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
1. Pengkajian
2. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 Kurang volume cairan Frekuensi BAB meningkat Kurang volume
berhubungan dengan cairan
kehilangan gastrointestinal Hilang cairan &
berlebihan melalui feses atau elektrolit berlebihan
emesis. Gangguan
keseimbangan cairan &
Elektrolit dehidrasi
2 Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh Distensi abdomen
yang berhubungan dengan Mual muntah Kerusakan
kehilangan cairan melalui Nafsu makan menurun integritas kulit
diare dan asupan yang tidak
adekuat.
3. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
dan individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasikan dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan.
Diagnosa yang sering muncul adalah:
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrointestinal
berlebihan melalui feses atau emesis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan kehilangan cairan melalui diare dan asupan yang tidak adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi akibat diare.
4. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
O Kriteria Hasil
1 Kurang volume Tujuan: a. Kaji tanda-tanda vital, a. Untuk
cairan berhubungan Setelah dilakukan turgor kulit, dan mengetahui TTV
dengan kehilangan tindakan membran mukosa, dalam keadaan
gastrointestinal keperawatan setiap 4 jam atau normal atau tidak
klien dapat
berlebihan melalui sesuai indikasi. Perubahan tanda-
menunjukan
feses atau emesis. tanda vital dapat
tanda rehidrasi
dan memperkuat menggambarkan
hidrasi adekuat. keadaan umum
Kriteria hasil: klien, perubahan
-Anak status hidrasi,
Menunjukan membran mukosa,
tanda hidrasi turgor kulit
adekuat. menggambarkan
-Turgor kulit berat ringannya
Elastik kekurangan cairan.
- Intake dan
Output b.Setelah rehidrasi, b. Untuk
seimbang berikan diet reguler menurunkan
kepada anak sesuai jumlah defekasi dan
toleransi karena memperbaiki
penelitian menunjukan penurunan berat
pemberian ulang diet badan, serta tanpa
normal secara dini. memberatkan kerja
usus.
d. Mencegah
d. Demontrasikan serta terjadinya
libatkan keluarga iritassi kulit
dalam merawat yang tak
perianal (bila basah diharapkan
dan mengganti pakaian oleh karena
bawah serta alasnya) kelebaban dan
keasaman
feces
5. Implementasi
Tahap keempat pada proses keperawatan adalah pelaksanaan yang merupakan
realisasi dari rencana-rencana tindakan yang dirumuskan. Keberhasilan
pelaksanaan tindakan keperawatan dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
klien saat itu dan tersedianya alat-alat yang memadai, serta adanya kerjasama
yang baik antara anggota tim kesehatan, maupun antar tim kesehatan dan
keluarga.
6. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari dua jenis evaluasi sumatif disebut juga evaluasi proses atau
jangka pendek dimana evaluasi ini dilakukan secepatnya setelah tindakan
keperawatan dilakukan sampai tujuan akhir. Sedangkan evaluasi formatif disebut
evaluasi akhir atau jangka panjang, dimana evaluasi dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini umumnya menggunakan
sistem SOAP (Nursalam 2001)
7. Perencanaan pulang
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) adalah serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan
kesehatan(Potter dan Perry,2015).
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan
dan minuman (oralit)
b. Ajarkan mengenai tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit tidak elastis,
membran mukosa kering
c. Jelaskan obat-obatan yang di berikan, efek samping dan kegunaan nya.
8. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pernyataan tentang kejadian atau aktivitas yang otentik
dengan membuat catatan tertulis. Dokumentasi keperawatan berisi hasil aktivitas
keperawatan yang dilakukan perawat terhadap pasien,mulai dari pengkajian
hingga evaluasi.Dokumentasi keperawatan merupakan sarana komunikasi dari
suatu proses ke proses lain terkait status pasien. Sebagai alat komunikasi, tertulis
dalam dokumentasi keperawatan harus jelas terbaca tidak boleh memakai istilah
atau singkatan-singkatan yang tidak lazim, juga berisi uraian yang jelas, tegas, dan
sistematis. Lebih lanjut, dampak yang timbul akan disfungsi komunikasi ini akan
membahayakan keselamatan pasien ( Asmadi, 2008).