Anda di halaman 1dari 17

PERCOBAAN I

HUKUM OHM DAN HUKUM KIRCHOF

ST. MAISARAH
190101100459
A / 2019

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
BANJARMASIN
TAHUN 2020
HUKUK OHM DAN HUKUM KIRCHOF

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus yang mengalir dalam sebuah
rangkaian pada aplikasi EveryCircuit
2. Mempelajari hubungan kuat arus, tegangan maupun hambatan total pada rangkaian
hambatan yang tersusun secara seri pada aplikasi EveryCircuit
3. Mempelajari hubungan kuat arus, tegangan maupun hambatan total pada rangkaian
hambatan yang tersusun secara paralel pada aplikasi EveryCircuit

B. DASAR TEORI

Hukum Ohm dinyatakan sebagai besarnya arus listrik I yang mengalir pada sebuah
penghantar yang sebanding dengan beda potensial V yang digunakan kepadanya. Nilai
resistansi yang ada pada suatu penghantar yang tidak bergantung pada besar dan polaritas
beda potensial yang digunakan kepadanya dikatakan sesuai hukum Ohm. Walaupun
pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar (Suryandari, dkk., 2018).
Persamaan dari hukum Ohm dapat ditulis sebagai berikut:

1 𝐼
=𝑉 (1)
𝑅

Keterangan:

R= hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan Ohm.

V= tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dengan satuan Volt.

I= Arus listrik yang mengalir pada sebuah penghantar dengan satuan Ampere.

Persamaan ini sebetulnya benar jika arus merupakan fungsi linear dari potensial, atau arus
berbanding lurus dengan potensial listrik. Tetapi, pada kebanyakan bahan semikonduktor
misalnya seperti dioda dan transistor, arus tidak berbanding lurus dengan potensial.
Kadang arus merupakan fungsi kuadratik, fungsi kubik, atau fungsi lain dari potensial
(Abdullah, 2017).Dalam komponen perangkaian listrik sendiri ada yang dirangkai secara
seri dan ada juga yang dirangkai secara paralel.
Rangkaian arus listrik Seri dan Paralel

1. Rangkaian seri
Rangkaian seri merupakan komponen rangkaian arus listrik yang penyusunan
rangkaiannya secara sejajar. Adapun sifat dari rangkaian seri ini yaitu arus yang
mengalir pada masing-masing hambatan itu sama, tegangan sumber akan dibagi
dengan jumlah hambatan seri jika besar hambatan sama dan jumlah penururunan
tegangan dalam rangkaian seri dari masing-masing hambatan seri adalah sama dengan
tegangan total sumber tegangan, hambatan total rangkaian menyebabkan naik turunnya
arus yang mengalir dalam rangkaian dan arus yang mengalir tergantung pada jumlah
besar hambatan beban dalam rangkaian, jika ada salah satu komponen dari rangkaian
terputus maka aliran arus akan terhenti (Manurung & Sinambela, 2018).
Adapun prinsip dalam rangkaian ini adalah hambatan total merupakan hasil
penjumlahan tiap-tiap hambatannya, kuat arus yang terdapat pada tiap hambatan tetap
dan besar kuat arus setiap hambatan sama dengan kauat arus totalnya, serta beda
potensial tiap-tiap hambatan berbeda-beda dan hasil penjumlahan tegangan tiap-tiap
hambatan sama dengan tegangan totalnya (Manurung & Sinambela, 2018).
Vtotal = V1 + V2 +… Vn (2)
I total = I1 = I2 =… In (3)
R total = R1 + R2 +… Rn (4)

2. Rangkaian paralel

Rangkaian paralel merupakan komponen rangkaian arus listrik yang


penyusunan rangkaiannya secara berderet. Artinya, rangkaian paralel memiliki lebih
dari satu bagian garis edar untuk mengalirkan arus. Adapun sifat-sifat rangkaian arus
listrik ini yaitu tegangan yang melewati masing-masing komponen adalah sama
dengan tegangan sumber, masing-masing cabang dalam rangkaian paralel adalah
rangkaian individu dan arus masing-masing cabang adalah tergantung besar hambatan
cabang, sebagian besar hambatan dirangkai dalam paralel jika hambatan total
mengecil maka arus totalnya akan membesar, jika komponen dari salah satu cabang
terputus maka arus yang terputus hanya pada komponen tersebut saja tanpa
menggangu arus yang mengalir pada komponen lain pada rangkaian tersebut
(Manurung & Sinambela, 2018).
Adapun prinsip dari rangkaian paralel adalah besar hambatan paralel
merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatan paralelnya, kuat arus dalam
percabangannya berbeda-beda dan perbandingan kuat arus tiap-tiap percabangan
berbanding terbalik dengan perbandingan hambatan tiap-tiap percabangannya serta
hasil penjumlahan kuat arus tiap-tiap percabangannya sama dengan kuat arus totalnya,
tegangan tiap-tiap percabangannya sama dengan tegangan totalnya (Manurung &
Sinambela, 2018).

V total = V1 = V2 =… Vn (5)

I total = I1 + I2 +… In (6)

1 1 1 1
= + +⋯ (7)
R total R1 R2 Rn

Pada praktikum online ini, praktikan sangat mengalami keterbatasan dalam alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum. Untuk menanggulangi masalah ini diperoleh
salah satu jalan keluar dengan menggunakan sistem praktikum Virtual Lab dengan
menggunakan aplikasi EveryCircuit. Pada aplikasi ini komponen-komponen yang
digunakan dalam perangkaian arus listrik sangat lengkap dan penyusunan rangkaiannya
pun cukup mudah. Aplikasi ini sangat praktis dan sangat membantu dalam percobaan yang
dilakukan. Setiap besaran variabel yang dipilih dapat diketahui dengan sangat mudah
sehingga sangat membantu praktikkan dalam memperoleh nilai dalam suatu variabel yang
digunakan.

C. VARIABEL VIRTUAL
1. Resistor
2. Arus listrik
3. Tegangan

D. LANGKAH PENGGUNAAN VIRTUAL LAB


Persiapan
1. Mengunduh aplikasi everyCircuit melaui link yang sudah dibagikan oleh asisten
laboratorium.
2. Menginstal aplikasi tersebut pada android
Hukum Ohm

1. Membuka aplikasi everyCircuit dan akan muncul tampilan seperti dibawah ini lalu
memilih gambar seperti yang sudah ditandai dibawah.

Gambar 1.0. tampilan aplikasi EveryCircuit


2. Setelah memilih ikon tersebut akan muncul tampilan seperti dibawah.

Gambar 1.1. tampilan aplikasi EveryCircuit

Memilih ikon (voltage), (Resistor), (potentiometer) dan


(SPT Switch). Lalu merangkainya menjadi rangkaian seri seperti pada gambar
dibawah ini.
Gambar 1.3. Rangkaian seri pada hukum Ohm.

3. Mengatur potentiometer dengan presentasenya menjadi 15% dan mengatur voltage


menjadi 40 Volt.
4. Menyambungkan (ground) pada rangkaian dan menghidupkannya serta menutup
sakelar S pada rangkaian agar arus dapat mengalir pada rangkaian tersebut.
5. Membaca kuat arus yang terbaca pada rangkaian tersebut.
6. Mencatat hasil pengamatan yang ada pada tabel yang sudah dibuat.
7. Mengulangi langkah 1-6 dengan mengubah presentase potentiometer sebanyak 4 kali
dengan nilai 30%, 45%, 60% dan 75%.
Hukum Kirchof
Rangkaian Seri
1. Membuka kembali aplikasi dan setelah muncul gambar seperti pada gambar 1.1
Memilih ikon (voltage), (resistor) sebanyak 2 buah, dan (SPT
Switch) lalu merangkainya menjadi sebuah rangkaian seri seperti gambar dibawah.
Gambar 1.4. Rangkaian seri pada hukum kirchof
2. Mengatur hambatan dengan masing-masing nilainya adalah 35 kΩ dan 60 kΩ
3. Mengubah voltage dengan nilai 80 V.
4. Menyambungkan (ground) pada rangkaian dan menhidupkannya serta menutup
sakelar S pada rangkaian agar arus dapat mengalir pada rangkaian tersebut.
5. Membaca nilai kuat arus dan tegangan pada masing-masing hambatan yang berada
pada rangkaian dan kemudian mencatatnya pada tabel hasil pengamatan.
6. Mengulangi langkah 1-5 dengan mengubah nilai Voltage dengan 120 V lalu mencatat
nilai-nilai yang ada pada tabel hasil pengamatan.

Rangkaian paralel
1. Membuka kembali aplikasi dan setelah muncul gambar seperti pada gambar 1.1
Memilih ikon (voltage), (resistor) sebanyak 2 buah, dan (SPT
Switch) lalu merangkainya menjadi sebuah rangkaian paralel seperti gambar dibawah.

Gambar 1.4. Rangkaian paralel pada hukum kirchof


2. Mengatur hambatan dengan masing-masing nilainya adalah 35 kΩ dan 60 kΩ
3. Mengubah voltage dengan nilai 80 V.
4. Menyambungkan (ground) pada rangkaian dan menhidupkannya serta menutup
sakelar S pada rangkaian agar arus dapat mengalir pada rangkaian tersebut.
5. Membaca nilai kuat arus dan tegangan pada masing-masing hambatan yang berada
pada rangkaian dan kemudian mencatatnya pada tabel hasil pengamatan.
6. Mengulangi langkah 1-5 dengan mengubah nilai Voltage dengan 120 V lalu mencatat
nilai-nilai yang ada pada tabel hasil pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Hukum Ohm

Gambar 2.0. Tampilan rangkaian seri pada Hukum Ohm dengan


Potentiometer 15%

Gambar 2.1 Tampilan rangkaian seri pada Hukum Ohm dengan


Potentiometer 30%
Gambar 2.2 Tampilan rangkaian seri pada Hukum Ohm dengan
Potentiometer 45%

Gambar 2.3 Tampilan rangkaian seri pada Hukum Ohm dengan


Potentiometer 60%
Gambar 2.4 Tampilan rangkaian seri pada Hukum Ohm dengan
Potentiometer 75%

Dari hasil pengamatan diatas diperoleh data-data sebagai berikut:

No. Tegangan (V) Kuat arus (I) 𝑉


𝐼
Percobaan Volt A
(KΩ)
1 34,78 0,0348 1
2 30,77 0,0308 1
3 27,60 0,0276 1
4 25,00 0,0250 1
5 22,90 0,0229 1
Tabel 1. Tabel hasil data-data yang diperoleh pada pengamatan rangkaian seri Hukum
Ohm
Hukum Kirchof
1. Rangkaian Seri

Gambar 2.5 Tampilan rangkaian seri pada Hukum Kirchof dengan Voltage
80 V

Gambar 2.6 Tampilan rangkaian seri pada Hukum Kirchof dengan Voltage
120 V
Dari hasil pengamatan diatas diperoleh data-data sebagai berikut:

No. V1 V2 V1+V2 Vtot I1 I2 Itot R1 R2 Rtot R1+R2


(volt) (volt) (volt) (volt) (mA) (mA) (mA) (KΩ) (KΩ) (KΩ) (KΩ)

1. 29,5 50,5 80 80 0,84 0,84 0,84 35 60 95 95


2. 44,2 75,8 120 120 1,26 1,26 1,26 35 60 95 95
Tabel 2. Tabel hasil data-data yang diperoleh pada pengamatan rangkaian seri
Hukum Kirchof

2. Rangkaian Paralel

Gambar 2.7 Tampilan rangkaian paralel pada Hukum Kirchof dengan


Voltage 80 V
Gambar 2.7 Tampilan rangkaian paralel pada Hukum Kirchof dengan
Voltage 120 V

Dari hasil pengamatan diatas diperoleh data-data sebagai berikut:

1 1 1 1 1

No. V1 V2 Vtot I1 I2 I1+I2 Itot 𝑅


+
𝑅
𝑅1 𝑅2 𝑅𝑡𝑜𝑡 1 2

(volt) (volt) (volt) (mA) (mA) (mA) (mA) (KΩ) (KΩ) (KΩ) (KΩ)

1. 80 80 80 2,29 1,33 3,62 3,62 0,028 0,017 0,045 0,045


2. 120 120 120 3,43 2,00 5,43 5,43 0,028 0,017 0,045 0,045
Tabel 3. Tabel hasil data-data yang diperoleh pada pengamatan rangkaian paralel
Hukum Kirchof

F. PEMBAHASAN

Seperti yang diketahui bahwa Hukum Ohm dinyatakan sebagai besarnya arus listrik
I yang mengalir pada sebuah penghantar yang sebanding dengan beda potensial V yang
digunakan kepadanya. Bedasarkan percobaan dalam hukum Ohm yang ada, praktikan
menggunakan resistor, potentiometer, voltage dan SPT Switch serta ground untuk
merangkainya menjadi rangkaian Arus yang seri. Dalam rangkaian seri ini terlihat pada
𝑉
tabel 1 terletak pada kolom ke tiga, dsitu terlihat bahwa R atau selalu tetap 1 kΩ. ini
𝐼

membuktikan bahwa pada pada rangkaian seri hambatan atau resistansi dari rangkaian
tersebut konstan. Adapun hubungan antara tegangan V dan kuat arus I yang menyebabkan
hambatan itu konstan adalah sebagai berikut.

Hubungan antara kuat arus dengan tegangan


40

35

30
Tegangan V (Volt)

25

20

15

10

0
0,0229 0,025 0,0276 0,0308 0,0348
Kuat arus I (ampere)

Gambar 3.0 Grafik hubungan antara Tegangan V dan Kuat Arus Listrik I

Dari grafik diatas terlihat bahwa hubungan antara keduanya yaitu berbanding lurus
atau sebanding. Sebagaimana hukum Ohm yang berbunyi:

“Untuk suatu konduktor logam pada temperature konstan, perbandingan antara


perbedaan potensial antara dua titik dari kondukter dengan arus listrik adalah konstan”.

Konstanta ini disebut hambatan listrik yang secara matematik dapat dituliskan
𝑉
R=𝐼

Dari persamaan diatas dapat terlihat bahwa memang hubungan antara tegangan dan arus
listrik adalah sebanding.
Adapun mengenai tabel 2 yaitu tabel hasil penagamatan mengenai rangkaian arus
listrik seri pada hukum Kirchof, terlihat pada rangkaiaan tersebut dimana Vtot nilainya
sama dengan V1 + V2 yaitu 80 Volt untuk percobaan pertama dan 120 Volt untuk percobaan
kedua. Ini berarti bahwa V total pada rangkaian sama dengan hasil jumlah dari V 1 dan V2.
Hal ini sesuai dengan prinsip rangkaian seri pada hukum ini yaitu beda potensial tiap-tiap
hambatan berbeda-beda dan hasil penjumlahan tegangan tiap-tiap hambatan sama dengan
tegangan totalnya. Sama hal nya mengenai nilai Itot pada data yang ada pada tabel tersebut.
Dimana nilai Itot pada tabel tersebut sama dengan nilai I1 dan I2 pada arus yang mengalir
pada rangkaian tersebut dan besar nilai arus yang mengalirinya adalah 0,84 mA untuk
percobaan 1 pertama dan 1,26 mA pada percobaan kedua. Hal ini sesuai dengan prinsip
pada rangkaian seri pada hukum ini yaitu, kuat arus yang terdapat pada tiap hambatan tetap
dan besar kuat arus setiap hambatan sama dengan kuat arus totalnya. Begitu hal nya dengan
yang terjadi pada Rtot dengan hasil penjumlahan antara R1 dan R2. Dari tabel 2 terlihat
bahwa antara keduanya yaitu Rtot dengan R1+R2 menunjukkan nilai yang sama yaitu 95
kΩ. ini artinya nilai jumlah masing-masing hambatan pada suatu rangkaian seri sama
dengan nilai hambatan totalnya. Hal ini sesuai dengan prinsip hukum dari rangkaian
tersebut yaitu hambatan total merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatannya. Hal ini
dibuktikan pula dengan persamaan hambatan total yaitu:
R total = R1 + R2 +… Rn
Selanjutnya mengenai tabel 3 yaitu hasil data mengenai rangkaian paralel. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa Vtot dengan V1 dan V2 memiliki nilai yang sama yaitu 80 volt untuk
percobaan pertama dan 120 volt untuk percobaan yang kedua. Hal ini berarti nilai antara
tiap-tiap tegangan dengan tegangan total bernilai sama. Sesuai dengan prinip rangkaian
paralel yaitu tegangan tiap-tiap percabangannya sama dengan tegangan totalnya. Sama
halnya dengan Itot dengan (I1+I2) dimana nilai antar keduanya sama yaitu 3,62 mA dan
5,43 mA. Sesuai dengan prinsip rangkaian paralel yaitu kuat arus dalam percabangannya
berbeda-beda dan perbandingan kuat arus tiap-tiap percabangan berbanding terbalik
dengan perbandingan hambatan tiap-tiap percabangannya serta hasil penjumlahan kuat
1
arus tiap-tiap percabangannya sama dengan kuat arus totalnya. Begitupula dengan Rtot
1 1
dengan + , terlihat pada tabel bahwa nilai antar keduanya itu sama yakni 0,45 kΩ.
R1 R2

hal ini membuktikan dengan prinsip rangkaian paralel yaitu besar hambatan paralel
merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatan paralelnya. Adapun untuk lebih jelasnya
1 1 1 1
pernyataan yang ada memnuhi persamaan: = + +⋯
R total R1 R2 Rn

G. KESIMPULAN
dari tujuan percobaan dan berdasarkan hasil praktikum yang ada dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
1. Hubungan antara kuat arus listrik I pada suatu rangkaian dengan teganngan listrik V
pada kedua ujung penghantarnya adalah sebanding. Hubungan antara keduanya secara
matematis dapat dituliskan
𝑉
𝑅=
𝐼
2. Adapun hubungan kuat arus, tegangan maupun hambatan total pada rangkaian
hambatan yang tersusun secara seri yaitu:
a. Kuat arus yang terdapat pada tiap hambatan tetap dan besar kuat arus setiap
hambatan sama dengan kauat arus totalnya.
b. Beda potensial tiap-tiap hambatan berbeda-beda dan hasil penjumlahan tegangan
tiap-tiap hambatan sama dengan tegangan totalnya.
c. Hambatan total merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatannya.
3. Adapun hubungan kuat arus, tegangan maupun hambatan total pada rangkaian
hambatan yang tersusun secara paralel yaitu:
a. Kuat arus dalam percabangannya berbeda-beda dan perbandingan kuat arus tiap-
tiap percabangan berbanding terbalik dengan perbandingan hambatan tiap-tiap
percabangannya serta hasil penjumlahan kuat arus tiap-tiap percabangannya sama
dengan kuat arus totalnya,
b. Tegangan tiap-tiap percabangannya sama dengan tegangan totalnya
c. Besar hambatan paralel merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatan
paralelnya.

H. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin, Fisika Dasar II, Institut Teknologi Bnadung, 2017,diakses pada
17 Juni 2020 melalui
http://www.academia.edu/38644486/Fisika_dasar_ii_mikrajuddin_abdullah_mei

Manurung, Sondang R & Mediana Sinambela. 2018. Perangkat Pembelajaran IPA


Berbentuk LKS Berbasis Laboratorium. Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika. 6(1):
80-87.

Suryandari, dkk., Modul Panduan Percobaan Fisika Dasar 1&2, Serang: Laksita
Indonesia, 2018.

Wahyudi. 2015. Analisis Hasil Belajar Mahasiswa Pada Pokok Bahasan Hukum Ohm dan
Kirchof DAlam Matakuliah Elektronika Dasar I. Jurnal Pendidikan Fisika Dan
Teknologi. 1(2): 129-135.
LAMPIRAN HASIL PERHITUNGAN
Tabel 1
𝑉 34,78
1) 𝑅 = = 0,0348 = 999.425287 Ω ≈ 1 kΩ
𝐼

𝑉 30,77
2) 𝑅 = = 0,0308 = 999.025974 Ω ≈ 1 kΩ
𝐼

𝑉 27,60
3) 𝑅 = = 0,0276 = 1000 Ω = 1 kΩ
𝐼

𝑉 25,00
4) 𝑅 = = 0,0250 = 1000 Ω = 1 kΩ
𝐼

𝑉 22,90
5) 𝑅 = = 0,0229 = 1000 Ω = 1 kΩ
𝐼

Tabel 2

1) V1 + V2 = 29,5 V + 50,5 V = 80 V

R1 + R2 = 35 kΩ + 60 kΩ = 95 kΩ

2) V1 + V2 = 44,2 V + 75,8 V = 120 V

R1 + R2 = 35 kΩ + 60 kΩ = 95 kΩ

Tabel 3

1) I1 + I2 = 2,29 mA + 1,33 mA = 3,62 mA


1 1
= 35 = 0,028 kΩ
𝑅1
1 1
= 60 = 0,017 kΩ
𝑅1

1 1
+ = 0,028 kΩ + 0,017 kΩ = 0,045 kΩ
𝑅1 𝑅2

2) I1 + I2 = 3,43 mA + 2,00 mA = 5,43 mA


1 1
= 35 = 0,028 kΩ
𝑅1
1 1
= 60 = 0,017 kΩ
𝑅1

1 1
+ = 0,028 kΩ + 0,017 kΩ = 0,045 kΩ
𝑅1 𝑅2

Anda mungkin juga menyukai