Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit sendi/rematik/encok adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik pada


sendi-sendi tubuh. Inflamasi kronis pada tulang dikenal dengan artritis. Gejala klinik penyakit
sendi/rematik berupa gangguan nyeri pada persendian yang disertai dengan kekakuan, merah,
dan pembengkakan yang bukan disebabkan karena benturan/kecelakaan dan berlangsung kronis.
Gangguan terutama muncul pada waktu pagi hari.

Artritis terdiri dari osteoartritis, reumatoid artritis (RA). Gout artritis, dan osteoporosis.
Inflamasi RA lebih banyak terjadi di tulang di tulang rawan persendian kecil atau sambungan
synovial pada jaringan tangan, pergelangan tangan dan kaki, sedangkan inflamasi pada
osteoartritis sering kali pada tulang leher, punggung, pinggang, paha, dan lutut. Gout artritis
lebih sering terjadi pada rongga tulang atau persendian.

Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan
berdasar diagnosis atau gejala 24,7%.

Tabel 1.1 Prevalensi Penyakit Sendi pada Umur ≥ 15 tahun Menurut Provinsi, Indonesia
2013

Prevalensi penyakit batu ginjal berdasarkan wawancara meningkat seiring dengan


bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (1,3%), menurun sedikit pada
kelompok umur 65-74 tahun (1,2%) dan umur ≥75 tahun (1,1%). Prevalensi lebih tinggi pada
laki-laki (0,8%) dibanding perempuan (0,4%). Prevalensi tertinggi pada masyarakat tidak
bersekolah dan tidak tamat SD (0,8%) serta masyarakat wiraswasta (0,8%) dan status ekonomi
hampir sama mulai kuintil indeks kepemilikan menengah bawah sampai menengah atas (0,6%).
Prevalensi di perdesaan sama tinggi dengan perkotaan (0,6%).

Tabel 1.2 Prevalensi Penyakit Sendi pada Umur ≥ 15 tahun, menurut Karakteristik,
Indonesia 2013

Prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara yang didiagnosis nakes meningkat


seiring dengan bertambahnya umur, demikian juga yang didiagnosis nakes atau gejala.
Prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%). Prevalensi yang didiagnosis nakes
lebih tinggi pada perempuan (13,4%) dibanding laki-laki (10,3%) demikian juga yang
didiagnosis nakes atau gejala pada perempuan (27,5%) lebih tinggi dari laki-laki (21,8%).
Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah baik yang didiagnosis nakes (24,1%)
maupun diagnosis nakes atau gejala (45,7%). Prevalensi tertinggi pada pekerjaan
petani/nelayan/buruh baik yang didiagnosis nakes (15,3%) maupun diagnosis nakes atau gejala
(31,2%). Prevalensi yang didiagnosis nakes di perdesaan (13,8%) lebih tinggi dari perkotaan
(10,0%), demikian juga yang diagnosis nakes atau gejala di perdesaan (27,4%), di perkotaan
(22,1%). Kelompok yang didiagnosis nakes, prevalensi tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan
terbawah (15,4%) dan menengah bawah (14,5%). Demikian juga pada kelompok yang
terdiagnosis nakes atau gejala, prevalensi tertinggi pada kuintil indeks kepemilikan terbawah
(32,1%) dan menengah bawah (29,0%).

Anda mungkin juga menyukai