Anda di halaman 1dari 39

RPS FLEBOTOMI SEMSESTER

GENAP.docx
RAHMAT ARYANDI
PENDAHULUAN
TUGAS 1
• MENELUSURI SEJARAH AWAL PENGELUARAN DARAH DAN
FLEBOTOMI
• MENCARI DAN MENYUSUN PERUNDANG-UNDANGAN SEPUTAR
FLEBOTOMI
TERIMA KASIH
SEJARAH PERKEMBANGAN FLEBOTOMI
SEJARAH YANG MENDUKUNG TERJADINYA KEMUNGKINAN PENGELUARAN DARAH UNTUK ALASAN TERAPI
MUNGKIN DIMULAI DI MESIR PADA TAHUN 1400 SEBELUM MASEHI

LUKISAN MAKAM YANG DITEMUKAN PADA JAMAN ITU MENUNJUKKAN APLIKASI


LINTAH PADA PASIEN

PENUMPAHAN DARAH, ATAU PRAKTEK MENGELUARKAN DARAH DARI ANGGOTA


BADAN, TELAH DILAKUKAN DALAM BEBERAPA BENTUK OLEH HAMPIR SEMUA
MASYARAKAT DAN BUDAYA. SETELAH DIKENAL BAHWA PEMBULUH VENA YANG
BERADA PADA PERMUKAAN KULIT YANG DITANDAI DENGAN GARIS BERWARNA BIRU
ATAU HIJAU PADA KULIT, DILAKUKAN INSISI SECARA LANGSUNG PADA PEMBULUH
VENA
.
BERBAGAI BENTUK PERDARAHAN SPONTAN DIANTARANYA MIMISAN, MENSTRUASI,
DAN CONTOH – CONTOH YANG DIHASILKAN OLEH PUKULAN UNTUK SETIAP
ANGGOTA TUBUH, RUPANYA MENGILHAMI JASA MANUSIA AWAL PENUMPAH
DARAH (BLOODLETTER).
SEJARAH PERKEMBANGAN FLEBOTOMI
Seni penumpahan
darah (bloodletting)
sedang berkembang
baik sebelum masa
Hipokrates pada
abad kelima SM Tantangan serius pertama
dalam praktek penumpahan
darah yang dibuat pada abad 16
dan 17 di bawah kepemimpinan
ahli kimia Jerman Paracelcus
dan pengikut Belgia, Van
Helmont.

• Praktek pengambilan darah tampak mulai logis ketika dasar dari semua
perawatan medis didasarkan pada empat cairan tubuh, yaitu darah, dahak,
empedu kuning, dan empedu hitam.
SEJARAH PERKEMBANGAN FLEBOTOMI
ALAT DAN INSTRUMEN
Duri tajam, jerat, gigi ikan, dan batu yang ditajamkan
merupakan peralatan yang dahulu digunakan untuk
mengeluarkan darah
ALAT DAN INSTRUMEN https://www.gutenberg
.org/files/33102/33102
-h/33102-h.htm

• Pada abad 15, lancet ibu jari atau disebut sebagai gladiolus, sagitella,
lanceola, lancetta, atau olivaris diperkenalkan

Besi bermata dua atau pisau baja ditempatkan di antara dua


sarung yang lebih besar, biasanya terbuat dari tanduk atau
kerang, dan ketiga bahan tersebut bersatu di dasar dengan
sekrup terpaku. Pisau bisa ditempatkan di berbagai sudut
kemiringan saat digunakan. Bentuk pisau, baik itu lebar atau
sempit, ditentukan kemudahan kulit dan vena yang akan
ditembus.

PENDAHULUAN
PENGERTIAN
Etimologi, Phleb = pembuluh darah
Flebotomi/phlebotomy vena
berasal dari bahasa yunani Tomia = mengiris atau
phleb dan tomia memotong (Cutting)

Dulu, Venasectie
(Belanda), Venasection
(Inggris)
PENGERTIAN FLEBOTOMI

Proses pengambilan, pengumpulan


dan pengolahan darah dengan teknik
yang benar sehingga komposisi
analitnya bias dipertahankan.
PENGERTIAN

Flebotomi Felbotomist

PENDAHULUAN
SITEM
HUKUM

ASPEK
LEGAL
FLEBOTOMI

PRINSIP
HUKUM
DASAR
ASPEK LEGAL FLEBOTOMI
HUKUM TERMINOLOGI
HUKUM
PERDATA HUKUM
PIDANA

ASPEK LEGAL
PRINSIP HUKUM DASAR

• Oleh karena itu dalam setiap bertindak kita harus menghindari malpraktek,
bertindak selalu disertai inform consent dan menjunjung tinggi kerahasiaan pasien.
• Sebagai dokter, perawat, dan bidan, kompetensi dalam melakukan tindakan
phlebotomi telah dimilikinya dan kewenangan melakukannya pun telah
dimilikinya, tanpa disebutkan secara eksplisit di dalam sertifikasi kompetensinya
dan atau surat ijin praktek profesinya. Sedangkan bagi analis laboratorium dan
teknisi phlebotomi, kompetensi mereka diperoleh dari pendidikan menengah
atau pelatihan atau kursus, sehingga kompetensinya harus dinyatakan secara
tegas di dalam sertifikat kompetensinya. Sertifikat kompetensi tersebut harus
dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga
sertifikasi tertentu. Pendidikan analis laboratorium dan teknisi phlebotomi
bukanlah pendidikan profesi, bukan pula pendidikan vokasi.
• Kemampuan atau kompetensi diperoleh seseorang dari pendidikan atau
pelatihannya, sedangkan kewenangan atau authority diperoleh dari penguasa
atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian ijin. Kewenangan
memang hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun
adanya kemampuan tidak berarti dengan sendirinya memiliki kewenangan
• Dalam peraturan perundangundangan di Indonesia belum diatur tenaga
kesehatan yang disebut sebagai teknisi phlebotomi, oleh karena itu teknisi
phlebotomi belum sah sebagai salah satu tenaga kesehatan.
• Ada kecenderungan bahwa suatu pekerja di bidang kesehatan akan lebih mudah
diakui sebagai tenaga kesehatan apabila pendidikannya setidaknya mencapai D3.
Hal ini perlu dilakukan agar konsumen kesehatan terjamin kepentingan dan
keselamatannya. Sementara itu analis kesehatan telah merupakan tenaga
kesehatan sebagaimana diatur dalam PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, meskipun belum ada permenkes yang mengaturnya lebih lanjut,
terutama yang berkaitan dengan kewenangannya melakukan phlebotomi.
• Dengan demikian kewenangan melakukan oleh teknisi phlebotomi ataupun
oleh analis kesehatan belum diakui sebagai suatu kewenangan yang
mandiri, namun harus dianggap sebagai kewenangan yang memerlukan
supervisi dari keprofesian yang menjadi "pemberi kerjanya" sebagai
penanggung-jawabnya. Etika dan standar pekerjaannya pun harus
ditetapkan, diatur dan ditegakkan oleh penanggungjawabnya.
•Kemampuan dan Kewenangan
•Kewenangan bersifat umum diatur Depkes
•Kewenangan khusus diserahkan pada profesi masing-masing
•Kompetensinya ditegaskan dalam Pasal 61 ayat (3) UU no 20 thn 2003 tentang Sisdiknas
•PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
•Pasal 1367 KUH Perdata
• Sebagai dokter, perawat, dan bidan, kompetensi dalam melakukan tindakan
phlebotomi telah dimilikinya dan kewenangan melakukannya pun telah
dimilikinya, tanpa disebutkan secara eksplisit di dalam sertifikasi kompetensinya
dan atau surat ijin praktek profesinya. Sedangkan bagi analis laboratorium dan
teknisi phlebotomi, kompetensi mereka diperoleh dari pendidikan menengah
atau pelatihan atau kursus, sehingga kompetensinya harus dinyatakan secara
tegas di dalam sertifikat kompetensinya. Sertifikat kompetensi tersebut harus
dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga
sertifikasi tertentu. Pendidikan analis laboratorium dan teknisi phlebotomi
bukanlah pendidikan profesi, bukan pula pendidikan vokasi.

KEMBALI KE PENDAHULUAN
HUKUM SIPIL ATAU HUKUM PERDATA

SISTEM HUKUM
HUKUM KRIMINAL/
PIDANA
KASUS 2020
PIDANA or
PERDATA ?

SISTEM HUKUM
TERMINOLOGI
HUKUM
(Pendergraph,1998,
Garza 2005)
Malpraktek

Prinsip
Hukum
Dasar Inform
Consent
(Persetujuan
Medik)
MALPRAKTEK
Malpraktek atau kelalaian profesional adalah suatu pemberian
pelayanan di bawah standar, tidak kompeten, yang menyebabkan
kerugian bagi penerima pelayanan kesehatan. Penggugat dalam kasus
malpraktek biasanya menggugat lebih dari satu tenaga kesehatan, bisa
juga menggugat suatu instansi. Dalam kasus malpraktek, penggugat
harus dapat membuktikan empat faktor yang mendukung penegakan
malpraktek atau kelalaian, yaitu tugas, kelalaian, cidera, dan sebab –
akibat. Dalam hal pengambilan sampel darah yang bisa terjadi
contohnya, seorang phlebotomis melakukan terus tindakan phlebotomi
walaupun telah gagal 2 kali tanpa memanggil seniornya yang lebih ahli.

Prinsip hokum dasar


inform consent
• Inform consent adalah persetujuan pasien atau keluarganya secara
sadar untuk mengijinkan, diperiksa, dilakukan tindakan medis atau
diobati oleh tenaga kesehatan. Dalam hal ini pasien dapat
mengetahui tindakan apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Melakukan suatu tindakan medis tanpa disertai inform consent dapat
dikategorikan sebagai ancaman kesehatan. Phlebotomi merupakan
suatu prosedur yang rutin dilakukan tetapi tetap mengandung unsur
yang dapat membawa kita ke dalam gugatan hukum. Tidak ada
satupun tenaga medis pada umumnya dan phlebotomis pada
khususnya yang ingin bermasalah terhadap hukum.
inform consent
• Inform concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
• 1) Keputusan Menteri Kesehatan No. 585/Menkes/PER/IX/1989 Tentang
Persetujuan Tindakan Medik, (2) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
pada Pasal 53 ayat
• (2) dan penjelasannya, dan
• (3) PP No. 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi
Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
inform consent
• Unsur-unsur yang terdapat dalam informed concent meliputi :
• (1) etiologi/patogenesis penyakit, berisikan tentang mengapa
penyakit itu muncul, kemungkinan lanjut penyakit itu jika tidak
dilakukan perawatan,
• (2) diagnosis penyakit, merupakan sebutan nama dari penyakit yang
diderita menurut bahasa kedokteran,
• (3) rencana perawatan, berisikan penjelasan tentang jalannya
perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan, dan
• (4) risiko, kemungkinan yang bisa muncul dari upaya perawatan yang
dilakukan
inform consent
• Fungsi dari informed concent adalah :
• (1) promosi dari hak otonomi perorangan,
• (2) proteksi dari pasien dan subyek,
• (3) mencegah terjadinya penipuan dan paksaan,
• (4) menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk introspeksi
diri,
• (5) promosi dari keputusan yang rasional, dan
• (6) keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi
sebagai suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan dalam
penyelidikan biomedik.
inform consent
• Hak pasien dalam inform concent :
• (1) hak untuk memperoleh informasi mengenai penyakitnya dan
tindakan apa yang hendak dilakukan dokter terhadap dirinya,
• (2) hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan,
• (3) hak untuk memilih alternatif lain (jika ada), dan
• (4) hak untuk menolak usul tindakan yang hendak dilakukan
inform consent
• Dasar adanya inform concent adalah : (1) hubungan dokter pasien
berdasarkan atas kepercayan, (2) hak pasien untuk menentukan apa
yang dikehendaki terhadap dirinya sendiri, dan (3) adanya hubungan
kontrak terapeutik antara dokter dan pasien.
inform consent

Dengan demikian, aspek medikolegal phlebotomi yang utama adalah


pertanggungjawaban atau akuntabilitas profesi patologi klinik beserta
SDM yang bekerja dalam lingkup keprofesiannya kepada masyarakat.

End
PASAL 1367
• Sebenarnya, persoalan tanggug jawab ini sudah jelas dinyatakann dalam Kitab Undang Undang
Hukum Perdata (“KUHPerdata”). Dalam pasal 1367 ayat (1) disebutkan:“Seseorang tidak saja
bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya atau
disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasannya.”
• Selanjutnya pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata ditegaskan:
• “Majikan-majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka,
adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau
bawahan-bawahan mereka didalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini
dipakainya.”
• Dalam hukum perdata juga diatur selain majikan seperti disebutkan diatas, guru sekolah atau
kepala tukang (mandor) bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-muridnya
atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di bawah pengawasannya. Inilah
konsep dan pengaturan yang diatur dalam KUHPerdata.

KEWENANGAN

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa :
sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan
kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi
untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi (Pasal 61 ayat 3). Lalu
dalam penjelasan Pasal 15 disebutkan bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan
tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan
tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana

Anda mungkin juga menyukai