Anda di halaman 1dari 6

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones.

13(1): 2018

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH


DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DI DESA PESUCEN, BANYUWANGI
Ikhya’ Ulumuddin1, Yogi Yhuwono2
1,2
Program Studi Kesehatan Masyarakat PSDKU Universitas Airlangga
ABSTRAK
Latar belakang: Usia lansia merupakan usia yang dianggap paling banyak menderita
hipertensi yang disertai dengan obesitas. Berdasarkan data dari Puskesmas Kelir yang
mencakup Desa Pesucen sebagai wilayah kerjanya, penyakit tekanan darah tinggi
merupakan penyakit terbesar pada tahun 2016. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah
pada lansia di Desa Pesucen, Banyuwangi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan
Cross Sectional. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan 202
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Analisis data menggunakan uji statistik
korelasi spearman dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil: Indeks massa tubuh dengan kategori obesitas memiliki proporsi tertinggi dengan
persentase sebesar 37,6%. Pada pengukuran tekanan darah sistol dan diastol
didapatkan hasil yang fluktuatif pada setiap kategori. Nilai hubungan antara indeks
massa tubuh pada lansia di Desa Pesucen dengan tekanan darah sistol (p = 0,029 ; r =
0,154), (p < α = 0,05) dan tekanan darah diastol (p = 0,009 ; r = 0,183), (p < α =
0,01).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah
sistol maupun diastolik, namun dengan kekuatan hubungan yang lemah.

Kata kunci: Indeks Massa Tubuh, Tekanan Darah, Lansia

RELATIONS OF BODY MASS INDEX WITH BLOOD


PRESSURE OLD PEOPLE IN PESUCEN, BANYUWANGI
ABSTRACT
Background: Age of the elderly is the age that is considered the most suffering from
hypertension accompanied by obesity. Based on data from Kelir public health center
covering Pesucen Village as its working area, high blood pressure disease is the
biggest disease in 2016. Therefore, this study aims to analyze the relationship between
body mass index and blood pressure in old people from Pesucen Village, Banyuwangi.
Method: This research is an observational analytical research with Cross Sectional
approach. Sampling using purposive sampling, with 202 respondents who match the
inclusion criteria. Data analysis used spearman correlation statistic test with 95%
confidence level.
Result: Body mass index with obesity category has the highest proportion with
percentage equal to 37,6%. On the measurement of systolic and diastolic blood
pressure showed fluctuated results in each category. The value of relation between
body mass index in elderly in Pesucen village with systolic blood pressure (p = 0,029; r
= 0,154), (p <α = 0,05) and diastolic blood pressure (p = 0,009; r = 0,183), (p <α =
0.01)
Conclusion: There is a relationship between body mass index and systolic blood
pressure or diastolic, but with weak relationship strength.

Keywords: Body mass inde,. Blood Pressure, Elderly

1
J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018 ISSN 1693-3443

PENDAHULUAN 5209 penderita hipertensi, dua pertiganya


berusia 35-65 tahun6. Riset Kesehatan
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan Dasar (RISKESDAS) juga menunjukkan
alat ukur yang sederhana dalam hal yang serupa yaitu prevalensi hipertensi
pemantauan status gizi orang dewasa dan obesitas mayoritas terjadi pada usia
terkait dengan kelebihan dan kekurangan 35-65 tahun7. Selanjutnya RISKESDAS
berat badan1. IMT dapat mengambarkan 2013 menunjukkan bahwa secara nasional
kadar adipositas atau akumulasi lemak 25,8% penduduk Indonesia menderita
dalam tubuh seseorang. Lemak yang penyakit hipertensi. Oleh karena itu,
berlebihan dalam tubuh dapat diasumsikan terdapat 65.048.110 jiwa
menyebabkan timbulnya risiko terhadap yang menderita hipertensi diantara
kesehatan2. 252.124.458 jiwa penduduk8.
Salah satu risiko yang dihadapi adalah WHO (2010) menggambarkan bahwa
obesitas atau kegemukan. Obesitas terjadi sebanyak 27,6% populasi dunia atau 985
karena salah satu faktornya adalah juta orang menderita hipertensi, dengan
kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu, perbandingan 50,64% pada pria dan
aktivitas fisik seperti olahraga diperlukan 49,36% pada wanita. Dari jumlah tersebut,
dalam menjaga berlangsungnya 65,85% diantaranya berada pada negara
mekanisme pembakaran lemak tertimbun sedang berkembang. Hipertensi membuka
dalam tubuh2. Penderita obesitas memiliki peluang 5 kali lebih besar kemungkinan
potensi untuk mengidap darah tinggi yang meninggal karena gagal jantung
disebabkan oleh pembuluh darah vena (congestive hearth failure) dan 6 kali lebih
ataupun arteri dipenuhi oleh “karat besar untuk serangan jantung, serta 12 kali
lemak3. lebih besar bagi penderitanya untuk
Hipertensi atau tekanan darah tinggi mengalami stroke9. WHO juga
adalah suatu keadaan ketika tekanan darah menjelaskan setiap tahun sebesar 3 juta
di pembuluh darah meningkat secara kematian diakibatkan oleh penyakit
kronis. Hipertensi terjadi karena jantung Hipertensi dan merupakan penyebab
bekerja sangat intensif memompa darah kematian nomor 3 setelah stroke dan
guna memenuhi kebutuhan oksigen dan tuberkulosis10.
nutrisi tubuh. Jika diabaikan, Hipertensi Tingginya angka hipertensi juga
dapat mengganggu organ-organ vital disebabkan karena penyakit ini merupakan
seperti jantung dan ginjal4. Kriteria penyakit dengan banyak penyebab (multi
hipertensi yang digunakan pada penetapan faktor). Hal ini antara lain dihubungkan
kasus merujuk pada kriteria diagnosis dengan adanya gaya hidup masyarakat
JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran seperti kegemukan, konsumsi garam
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau berlebih, kurang olahraga, merokok, dan
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg5. konsumsi alkohol. Penyakit ini juga
Kejadian darah tinggi atau hipertensi sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan,
yang disertai dengan obesitas dipengaruhi usia, dan jenis kelamin11. Berdasarkan
oleh usia, jenis kelamin, dan etnis. Usia hasil penelitian yang dilakukan oleh Dien
dewasa merupakan usia yang dianggap dkk (2014) bahwa terdapat hubungan
paling banyak menderita hipertensi yang indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan
disertai dengan obesitas. Hal ini darah sistolik maupun diastolik3.
ditunjukkan dalam survei yang dilakukan Berdasarkan data dari Puskesmas Kelir
oleh Framingham Heart Study yaitu dari yang mencakup Desa Pesucen sebagai

2
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018

wilayah kerjanya, penyakit tekanan darah menggunakan stature meter. Pada variabel
tinggi merupakan penyakit terbesar pada tekanan darah diidentifikasi menggunakan
tahun 2016 dengan jumlah prevalensi tensimeter. Pengukuran kedua variabel
sebesar 1287 kasus. Sejalan dengan data dilakukan oleh peneliti pada setiap
tersebut, pada daftar pelayanan Rawat responden.
Jalan Puskesmas Pembantu Desa Pesucen Klasifikasi Indeks Massa tubuh (IMT)
diketahui terdapat 29,62% dari pada penelitian ini dibagi menjadi 4
keseluruhan pelayanan yang ditujukan kategori yaitu underweight, normal, dan
pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, overweight. Kategori underweight dengan
penelitian ini bertujuan untuk besaran indeks massa tubuh dibawah 18,5,
menganalisis hubungan indeks massa kategori normal antara 18,5 – 22,9,
tubuh dengan tekanan darah pada lansia di kategori overweight antara 23 – 24,9 dan
Desa Pesucen, Banyuwangi kategori obesitas dengan besaran indeks
massa tubuh diatas 24,9.
METODE Klasifikasi tekanan darah pada
Penelitian ini merupakan penelitian penelitian ini diadopsi dari JNC VII 2003
analitik observasional dengan pendekatan yang dibagi juga menjadi 4 kategori yaitu
Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan normal, pre hipertensi, hipertensi tingkat I,
pada bulan Juli hingga Agustus tahun dan hipertensi tingkat II. Kategori normal
2017 di Desa Pesucen, Kabupaten dengan sistolik <120 mmHg dan diastolik
Banyuwangi yang merupakan salah satu <80 mmHg, kategori pre hipertensi
dari wilayah kerja Puskesmas Kelir. dengan sistolik 120-139 mmHg dan
Populasi dalam penelitian ini adalah diastolik 80-89 mmHg, kategori hipertensi
seluruh penduduk Desa Pesucen yang tingkat I dengan sistolik 140-159 mmHg
tergolong lansia yaitu berumur lebih dari dan diastolik 90-99 mmHg, kategori
40 tahun. Pengambilan sampel dalam hipertensi tingkat II dengan sistolik ≥160
penelitian ini menggunakan non mmHg dan diastolik ≥100 mmHg (JNC
probability sampling yaitu purposive VII, 2003).
sampling. Kriteria inklusi dalam Analisis data yang digunakan pada
pemilihan responden yaitu masyarakat penelitian ini terdiri dari analisis univariat
Desa Pesucen yang berusia lebih dari 40 dan bivariat. Analisis univariat pada
tahun dan menjadi peserta dalam kegiatan penelitian ini dilakukan untuk
penyuluhan hipertensi tanggal 26 -30 juli menggambarkan distribusi Indeks Massa
pada 6 lokasi di Desa Pesucen. Tubuh (IMT) dan Tekanan darah.
Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan Sedangkan analisis bivariat pada
jumlah sampel sebanyak 202 orang. penelitian
35 ini menggunakan uji statistik
Variabel pada penelitian ini terdiri dari korelasi spearman pada aplikasi SPSS
indeks massa tubuh (IMT) sebagai dengan tingkat kepercayaan 95% untuk
variabel independen dan tekanan darah menganalisis hubungan antara indeks
sebagai variabel dependen. Identifikasi massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah
variabel indeks massa tubuh (IMT)
didasarkan pada hasil pengukuran berat HASIL DAN PEMBAHASAN
badan (BB) dan tinggi badan (TB) pada
responden. Pengukuran berat badan Berdasarkan penelitian yang telah
menggunakan timbangan berat badan, dilakukan pada lansia di Desa Pesucen
sedangkan pengukuran tinggi badan tanggal 26 – 30 juli 2017 dengan

3
J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018 ISSN 1693-3443

menggunakan alat ukur timbangan untuk p Correlation


Hubungan f
pengukuran berat badan, stature meter value Coefficient
untuk pengukuran tinggi badan, dan IMT dengan
tensimeter untuk pengukuran tekanan Tekanan
darah, maka didapatkan hasil sebagai 202 0,029 0,183
Darah
berikut: Diastolik
Tabel 1. Hasil pengukuran Indeks Massa
Tubuh Berdasarkan pengukuran indeks massa
IMT f % tubuh pada lansia Desa Pesucen diketahui
Underweight 24 11,9 bahwa kategori obesitas memiliki proporsi
Normal 71 35,2 tertinggi dengan jumlah 76 orang dengan
persentase sebesar 37,6% (tabel 1). Hal
Overweight 31 15,3
tersebut sesuai dengan penelitian yang
Obesity 76 37,6 dilakukan di posyandu lansia Wedra
Total 202 100,0 Utama Purwosari pada tahun 2017, bahwa
obesitas menjadi kategori mayoritas
Tabel 2. Hasil pengukuran tekanan darah bahkan dengan persentase sebesar 64%12.
sistolik Data dari Riskesdas tahun 2013 juga
Tk. Sistolik f % menunjukan adanya peningkatan obesitas
pada usia lansia. Pada tahun 2007 terdapat
Normal 62 30,7 14.8% lansia di Indonesia yang tergolong
Pre-hipertensi 76 37,6 obesitas, kemudian meningkat menjadi
32,9% pada tahun 20138. Lansia sangat
Hipertensi I 43 21,3 berpotensi mengalami obesitas karena
Hipertensi II 21 10,4 proses metabolisme yang menurun dan
Total 202 100,0 tidak diimbangi dengan peningkatan
aktivitas fisik atau penurunan jumlah
Tabel 3. Hasil pengukuran tekanan darah makan, maka kalori yang berlebih akan
diastolik diubah menjadi lemak yang
mengakibatkan kegemukan14.
Tk. Diastolik f %
Pada pengukuran tekanan darah sistol
Normal 48 23,8 dan diastol didapatkan hasil yang
Pre-hipertensi 57 28,2 fluktuatif pada setiap kategori. Secara
Hipertensi I 55 27,2 keseluruhan, tekanan darah pada lansia
Hipertensi II 42 20,8 Desa Pesucen didominasi oleh kategori
Total 202 100,0 pre hipertensi yang diketahui dari
pengukuran sistol dan diastol dengan
Tabel 4. Hubungan IMT dengan tekanan proporsi tertinggi (tabel 2 dan tabel 3).
darah Terjadinya hipertensi atau peningkatan
p Correlation tekanan darah dapat disebabkan oleh
Hubungan f beberapa hal diantaranya adalah obesitas,
value Coefficient
IMT dengan genetik, diet tinggi natrium, umur,
aktivitas olah raga, dan peningkatan
Tekanan
202 0,029 0,154 konsumsi alkohol15. Proses penuaan
Darah
Sistolik mempengaruhi perubahan fisik dan mental
yang dapat mengakibatkan penurunan

4
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018

daya tahan tubuh sehingga semakin tua Aldosteron System (RAAS) oleh
usia maka berisiko mengakibatkan mediator-mediator seperti hormon,
timbulnya berbagai macam penyakit, salah adipokin, sitokin, dsb. Salah satunya
satunya adalah penyakit hipertensi yang adalah hormon aldosteron yang terkait erat
sering ditemukan pada lansia16. dengan retensi air dan natrium sehingga
Berdasarkan uji statistik (tabel 4) volume darah meningkat7.
antara indeks massa tubuh dengan tekanan
darah sistol pada lansia di Desa Pesucen KESIMPULAN DAN SARAN
didapatkan nilai (p = 0,029 ; r = 0,154), (p Kesimpulan
< α = 0,05). Pada uji statistik (tabel 4) Indeks Massa Tubuh (IMT) pada
antara indeks massa tubuh dengan tekanan kategori obesitas memiliki proporsi
darah diastolik pada lansia di Desa tertinggi dengan persentase sebesar
Pesucen didapatkan nilai (p = 0,009 ; r = 37,6%. Lansia sangat berpotensi
0,183), (p < α = 0,01). Kedua nilai mengalami obesitas karena proses
tersebut menunjukkan bahwa ada metabolisme yang menurun dan tidak
hubungan antara indeks massa tubuh diimbangi dengan peningkatan aktivitas
dengan tekanan darah sistol maupun fisik atau penurunan jumlah makan, maka
diastolik, namun dengan kekuatan kalori yang berlebih akan diubah menjadi
hubungan yang lemah. lemak yang mengakibatkan kegemukan
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Pada pengukuran tekanan darah sistol
yang dilakukan di Poliklinik Hipertensi dan diastol didapatkan hasil yang
dan Nefrologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. fluktuatif pada setiap kategori. Secara
Kandou Manado pada tahun 2014, keseluruhan, tekanan darah pada lansia
menunjukkan bahwa ada hubungan yang Desa Pesucen didominasi oleh kategori
lemah antara indeks massa tubuh dengan pre hipertensi yang diketahui dari
tekanan darah sistolik dan diastolik3. pengukuran sistol dan diastol dengan
Penelitian yang dilakukan di Kelurahan proporsi tertinggi.
Pakuncen Wirobrajan Wogyakarta pada Berdasarkan hasil uji statistik bivariat
tahun 2012 juga menunjukkan hal yang antara indeks massa tubuh dengan tekanan
serupa bahwa ada hubungan lemah antara darah sistol dan diastol didapatkan hasil (p
indeks massa tubuh dengan tekanan = 0,029 ; r = 0,154) dan (p = 0,009 ; r =
darah13. 0,183). Kedua nilai tersebut menunjukkan
Pada penderita obesitas terjadi bahwa terdapat hubungan antara indeks
peningkatan kerja jantung untuk massa tubuh dengan tekanan darah sistol
memompa darah. Semakin besar massa maupun diastolik, namun dengan
tubuh, maka semakin banyak pula suplai kekuatan hubungan yang lemah.
darah yang dibutuhkan untuk memasok Saran
oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal Lansia Desa Pesucen untuk
ini mengakibatkan volume darah yang memperbanyak aktifitas fisik seperti
beredar melalui pembuluh darah akan olahraga dan mengatur pola makan yang
meningkat, Sehingga tekanan pada sehat agar dapat menjaga indeks massa
dinding arteri menjadi lebih besar17. Peran tubuh dan tekanan darah yang sesuai.
tingkat obesitas terhadap tingginya Program dari Puskesmas yang memiliki
tekanan darah juga karena adanya wilayah kerja di Desa Pesucen diharapkan
perangsangan aktivitas sistem saraf mendorong aktifitas fisik pada lansia Desa
simpatis dan Renin Angiotensin Pesucen, meningkatkan pengetahuan

5
J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018 ISSN 1693-3443

mengenai hipertensi, dan pemeriksaan Jakarta: Kementerian Kesehatan


secara berkala pada indeks massa tubuh Republik Indonesia. 2013.
serta tekanan darah 9. Fauzan, F. N., Bayhakki, Arneliwati.
Efektifitas latihan refleksi kaki
DAFTAR PUSTAKA dengan menggunakan tempurung
1. Supariasa N. Penilaian Status Gizi. kelapa terhadap tekanan darah pada
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran penderita hipertensi primer. JOM,
EGC. 2012. 2(2): 1131-1140. 2015.
2. Sholeh, B. D. Hubungan IMT (Indeks 10. World Health Organization.
Massa Tubuh) dengan kejadian Childhood Overweight and Obesity.
hipertensi pada wanita Usia > 45 Global Strategy on Diet, Physical
tahun di Poli penyakit jantung RSD Activity and Health, WHO. 2013.
Dr. Soebandi Jember. Skripsi. 11. Dalimartha, S., Purnama, B. T.,
Universitas Muhammadiyah Jember. Sutarina, N., Mahendra, B. Care Your
2016. Self, Hipertensi. Jakarta: Penebar
3. Dien, N. G., Mulyadi, Kundre, R. M. Plus. 2008.
Hubungan Indeks Massa Tubuh 12. Rahayu, N. T. Hubungan asupan
(IMT) dengan tekanan darah pada energi, karbohidrat dan lemak
penderita hipertensi di Poliklinik dengan status obesitas pada lansia di
Hipertensi dan Nefrologi BLU RSUP Posyandu Lansia Wedra Utama
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Purwosari. Skrpsi. Universitas
Jurnal Keperawatan, 2(2). 2014. Muhammadiyah Surakarta. 2017.
4. Pusat Data dan lnformasi 13. Ardania, S. Hubungan indeks massa
Kementerian Kesehatan Rl. tubuh dengan tekanan darah pada
InfoDATIN Hipertensi. Jakarta: masyarakat di Kelurahan Pakuncen
Kementrian Kesehatan Republik Wirobrajan Yogyakarta. Skripsi.
Indonesia. 2014. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
5. JNC VII. The seventh report of the ‘Aisyiah Yogyakarta. 2012.
Joint National Committee on 14. Kementrian Kesehatan Republik
prevention, detection, evaluation, and Indonesia. Pedoman Pelayanan Gizi
treatment of high blood pressure. Lanjut Usia. Jakarta: Kementrian
Bethesda: NIH Publication. 2003. Kesehatan RI. 2012.
6. Wilson, P. W. F., D’Agostino, R. B., 15. Wahyuningsih, Astuti, E. Faktor yang
Sullivan, L., Parise, H., Kannel, W. mempengaruhi hipertensi pada usia
B. Overweight and obesity as lanjut. JNKI,1(3): 71-75. 2013.
determinants of cardiovascular risk. 16. Tamher & Noorkasiani. Kesehatan
ARCH INTERN MED, 162: 1867- Usia Lanjut dengan Pendekatan
1872. 2002 Asuhan Keperawatan. Jakarta:
7. Sulastri, D., Elmatris, Ramadhani, R. Salemba Medika. 2009.
Hubungan obesitas dengan kejadian 17. Kembuan, I. Y., Kandou, G.,
hipertensi pada masyarakat etnik Kaunang. W. P. J. Hubungan obesitas
Minangkabau di Kota Padang. dengan penyakit hipertensi pada
Majalah Kedokteran Andalas, 2(36): pasien Poliklinik Puskesmas Touluaan
188-201. 2012. Kabupaten Minahasa Tenggara.
8. Badan Penelitian dan Pengembangan. Paradigma, 2(4): 16-35. 2016.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).

Anda mungkin juga menyukai