Dinda Angraeni Putri PDF
Dinda Angraeni Putri PDF
DISUSUN OLEH :
DINDA ANGRAENI PUTRI
2015750013
KATA PENGANTAR
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan D III Keperawatan di Institusi Program Studi D III
Keperawatan Falkutas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dalam proses penyelesaian dan penyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
mendapatkan pengarahan, bimbingan, bantuan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu dan tanpa adanya halangan dan
kekurangan.
2. Dr. Muhammad Hadi, SKM., M.Kep selaku Dekan Falkutas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ns. Titin Sutini, M.kep., Sp.Kep.An selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Falkutas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ns. Lily Herlinah, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing dan penguji I
yang telah memberikan waktu dan dukungan serta memberikan kritik dan
sarannya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
5. Ns. Nurhayati, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku penguji II dan dosen dalam
memberikan materi selama perkuliahan dan sekaligus sebagai penguji dalam
sidang.
5
6. Ns. Nuraenah M.Kep selaku wali akademik yang telah memberikan motivasi dan
memberikan ilmu selama perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh Dosen Institusi beserta staff Program Studi D III Keperawatan Falkutas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan
iii
bekal ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan.
8. Kepala Panti dan staff di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng
yang telah memberikan kesempatan untuk penulis dalam melakukan pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kedua orang tua tercinta, kakak dan adik terima kasih atas do’a, perhatian serta
keluarga besar penulis yang selalu sabar menghadapi tingkah penulis dan selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis saat penulis mulai jenuh dan
lelah serta selalu memberikan dukungan kepada penulis.
10. Teman seperjuangan Karya Tulis Ilmiah yang telah membantu mengingatkan,
memotivasi, memberi semangat, dan bekerja sama dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah.
11. Teman teman seperjuangan angkatan 33 Program Studi D III Keperawatan
Falkutas Ilmu Keperawatan yang telah menorehkan kisah selama 3 tahun penulis
menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurnaan, oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga karya
tulis ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan system neurologi : pasca stroke.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta , 21 Mei 2018
Penulis
6
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ...........................................................................iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..............................................................................1
B. Tujuan penulisan ..........................................................................5
1. Tujuan Umum ..............................................................................5
2. Tujuan Khusus .............................................................................6
C. Lingkup Masalah .........................................................................6
D. Metode Penulisan ....................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 6
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ........................................................... 116
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 118
C. Intervensi Keperawatan ............................................................. 119
D. Implementasi Keperawatan ....................................................... 120
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 121
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 123
B. Saran ........................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat,
dan figur tubuh yang tidak proporsional. Kemunduran lain yang terjadi adalah
kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi
terhadap waktu, ruang, tempat, sertam tidak mudah menerima hal/ide baru.
(Nugroho,2008)
9
lanjut usia rentan terhadap penyakit dan kematian. Perubahan akibat proses
menua mengakibatkan menurunnya fungsi sistem neurologi pada lanjut usia,
sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atrofi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
penurunan persepsi sensori dan respons motorik pada susunan saraf pusat dan
penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat
pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan
tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia salah satu penyakit yang diderita lansia
pada sistem neurologi yaitu stroke. (Azizah, 2008)
Di seluruh bagian dunia pada tahun 2010 di Amerika Serikat, stroke berada
di urutan ketiga teratas sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung
dan kanker. Kasus penderita stroke di negara tersebut mencapai 700 ribu
orang per tahun. Insidens pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi
55-64 tahun. Berdasarkan Rikesdas 2013, prevalensi stroke di Indonesia tahun
2013 meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu dari 0,83% menjadi 1,2%. Di
Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
jantung dan kanker. Bahkan menurut survei Kementrian Kesehatan RI tahun
2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di Rumah Sakit Pemerintah di
seluruh Indonesia. Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia
untuk kategori penyakit tidak menular (PTM), data kematian akibat PTM
59,5% pada tahun 2007 (Yastroki, 2010).
Dari uraian prevalensi diatas terlihat kasus stroke pada lansia terus meningkat.
Ini dikarenakan kecenderungan stroke pada orang lanjut usia terjadi
sebenarnya karena gaya hidup orang lanjut usia pada saat masih muda.
Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Cara
yang paling penting untuk menurunkan morbiditas, imobilitas dan disabilitas
yang berhubungan dengan stroke adalah untuk mengurangi insidensi stroke
yang pertama kali dan terjadinya stroke berulang. Dari aspek promotif
memberikan pendidikan kesehatan merupakan suatu komponen yang sangat
penting. Pendidikan kesehatan ditunjukan kearah gaya hidup sehat, seperti
mengurangi merokok yang berisiko tinggi terhadap terjadinya penyakit
kardiovaskular, diet rendah lemak, garam, gula serta memberikan pendidikan
kesehatan tentang pentingnya perawatan diri. Aspek preventif dengan cara
memonitor tanda-tanda vital secara rutin, latihan secara teratur seperti senam
11
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tersusunnya karya ilmiah yang menguraikan / mendeskripsikan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia
dengan pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas pada gangguan sistem
neurologi: pasca stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan gangguan
sistem neurologi: pasca stroke.
b. Mampu menganalisa data untuk menentukan masalah keperawatan
pada lansia dengan gangguan sistem neurologi: pasca stroke
12
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis hanya membahas asuhan
keperawatan pada lansia TN.M dengan pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas
pada gangguan sistem neurologi: pasca stroke
D. Metode Penulisan
Metode dalam karya tulis ini menggunakan metode deskripsi dan studi
kepustakaan dan deskriptif .
1. Metode Deskriptif
Suatu metode penulisan ilmiah dengan menguraikan asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
2. Studi Kepustakaan
Mempelajari berbagai literatur yang berkaitan dengan judul karya tulis
ilmiah ini seperti buku, jurnal, dan media internet.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ini disusun secara sistematika yang terdiri dari :
13
1. BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan seperti tujuan
umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, serta
sistematika penulisan.
4. BAB IV : PEMBAHASAN
Membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus yang
dikelola oleh penulis mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Selain itu akan dibahas juga faktor pendukung
dan penghambat dari asuhan keperawatan yang diberikan.
14
5. BAB V : PENUTUP
Membahas tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang
asuhan keperawatan gerontik Tn.M dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar aktivitas pada gangguan sistem neurologi: pasca stroke
dan permasalahan yang timbul. Saran berisi tentang masukan dari penulis
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan lansia pada klien dengan
stroke yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan serta
kualitas perawatan yang baru dilakukan.
15
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
I. Konsep Dasar Proses Penuaan
a. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu tertentu, tetapi dimulai sejak pemulaan
kehidupan (Kushariyadi, 2010)
9
16
b. Tujuan gerontik
1) Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga
terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan.
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai
kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung.
3) Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai
kelainan tertentu.
4) Memelihara kemandirian secara maksimal dengan mencari upaya
semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita penyakit
atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan.
5) Tetap memberikan bantuan moral dan perhatian sampai akhir
hayatnya agar kematiannya berlangsung dengan tenang (Maryam,
2008)
dan usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun. Menurut Prof. Dr.
Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia di kelompokkan menjadi usia
dewasa muda (eldery adulthood) 18 atau 25 – 29 tahun, usia dewasa
penuh (middle years) atau maturitas 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut
usia (genatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang di bagi lagi
dengan 70 -75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old), lebih dari 80
(very old). Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain. UU No.13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia
60 tahun keatas (Azizah, 2011).
1) Teori Biologis
a) Teori Genetik
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Setiap spesies mempunyai di dalam nuclei(inti sel)
suatu jam yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini
akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak
berputar, jadi menurut konsep ini bila jam berhenti akan meninggal
18
2) Teori Psikologis
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan
masalah di masyarakat. Keluarga dan hubungan interpersonal. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimilikinya.
a) Sel
b) Sistem Neurologi
c) Sistem Persyarafan
(2) Berat otak menurun 10-20% (sel satraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
d) Sistem Pendengaran
24
e) Sistem Penglihatan
f) Sistem Kardiovaskular
(2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan
dapat pula menggigil, pucat dan gelisah.
h) Sistem Pernapasan
i) Sistem Pencernaan
j) Sistem Reproduksi
28
Wanita
Pria
k) Sistem Genitourinaria
l) Sistem Endokrin
m) Sistem Integumen
n) Sistem Muskuloskeletal
32
(5) Kifosis.
2) Perubahan Mental
f) Kenangan (memori)
3) Perubahan Psikososial
a) Pensiun
2) Kehilangan Status
d) Perubahan Minat
4) Perubahan Spiritual
a. pengertian
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat atau
tiba-tiba dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai
darah keotak.
b. klasifikasi
1) Stroke Hemoragik
39
c. Etiologi
d. patofisiologi
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema
dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang
lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
trombosis biasanya tidak faal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada
dinding pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral,
jika aneurisma pecah atau rupture.
e. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala stroke tergantung pada luas dan lokasi yang
dipengaruhi, arteri serebral yang tersumbat oleh trombus atau embolus
dapat memperlihatkan tanda dan gejala sebagai berikut :
penurunan fungsi dapat juga bervariasi dari hanya gangguan yang kecil
sampai kehilangan fungsi tubuh yang serius.
a) Hemiparesis dan hemiplagia
Hemiparesis (kelemahan) atau hemiplegia (paralisis) dari satu bagian
dari tubuh bisa terjadi setelah stroke. Penurunan kemampuan ini
biasanya disebabkan oleh stroke arteri serebral anterior atau media
sehingga mengakibatkan infark pada bagian otak yang mengontrol
gerakan (saraf motorik) dari korteks bagian depan. Hemiplegia
menyeluruh bisa terjadi pada setengah bagian dari wajah dan lidah,
juga pada lengan dan tungkai pada sisi bagian tubuh yang sama.
Infark yang terjadi pada bagian otak sebelah kanan akan
menyebabkan hemiplegia bagian kiri tubuh (Sinistra) dan sebaliknya
karena jaringan saraf berjalan bersilangan dalam jalur piramid dari
otak ke saraf spinal.
b) Afasia
Afasia adalah penurunan kemampua berkomunikasi. Afasia bisa
melibatkan beberapa atau seluruh aspek dari komunikasi termasuk
berbicara, membaca, menulis, dan memahami pembicaraan. Pusat
primer bahasa biasanya terletak di bagian kiri belahan otak dan
dipengaruhi oleh stroke di bagian kiri tengah arteri serebral. Beberapa
tipe afasia yang berbeda bisa terjadi. Afasia wernick (sensori atau
penerima) memengaruhi pemahaman berbicara sebagai hasil dari
infark pada globus temporal pada otak. Afasia broca (ekspresi atau
motorik) memengaruhi produksi bicara sebagai hasil dari infark pada
globus frontal pada otak. Cabang dari arteri serebral tengah yang
menyuplai kedua area tersebut. Afasia global memengaruhi baik
komprehensif berbicara dan produksi bicara.
c) Disatria
Disatria adalah kondisi artikulasi yang diucapkan tidak sempurna
yang menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Ini adalah hal yang
45
tengah pada satu bagian mata tapi tidak dapat melihat bagian tersebut
pada mata yang lain. Klien dengan hemianopia homonimus idap dap
melihat melewati garis tengah tanpa memutar kepala ke sisi bagian
tersebut.
h) Sindrom Homer
Sindrom Homer adalah paralisis pada saraf simpatik ke mata yang
menyebabkan tenggelamnya bola mata, ptosis bagian atas kelopak
mata, bagian bawah kelopak mata sedikit terangkat, pupil mengecil,
dan air mata kurang.
i) Agnosia
Agnosia adalah gangguan pada kemampuan mengenali benda melalui
indra. Tipe yang paling denting terjadi adalah agnosia pada indra
penglihatan dan pendengaran. Agnosia bisa terjadi karena sumbatan
pada arteri serebral tengah atau posterior yang menyuplai globus
temporal atau oksipital.
j) Negleksi unilateral
Negleksi unilateral adalah ketidakmampuan seseorang untuk
merespon stimulus pada bagian kontralateral dari bagian infark
serebral. Klien dengan cedera pada lobus temporoparietal, lobus
parietal interior, lobus frontal lateral,girus singulatum, thalamus, dan
stratum sebagai akibat dari sumbatan pada arteri serebral bagian
tengah berisiko mengalami negleksi. Oleh karena dominasi dari
belahan otak bagian kanan dalam mengarahkan perhatian, negleksi
paling sering terlihat pada klien dengan kerusakan pada belahan otak
bagian kanan.
Manifestasi klinis dari kondisi ini termasuk kegagalan dalam (1)
memberikan perhatian pada satu sisi bagian tubuh, (2) melaporkan
atau merespon stimulus pada satu sisi bagian tubuh, (3) menggunakan
salah satu ekstremitas , dan (4) mengarahkan kepala atau mata karah
satu sisi. Pada klien dengan negleksi unilateral biasanya disertai
48
m) Inkontenensia
Stroke bisa menyebabkan disfungsi pada sistem pencernaan dan
perkemihan. Salah satu tipe neurologi perkemihan adalah tidak dapat
menahan kandung kemih, kadang terjadi setelah stroke. Saraf
mengirim pesan kondisi kandung kemih yang penuh ketak, tapi otak
tidak mengartikan pesan ini dengan benar dan tidak meneruskan
pesan untuk tidak mengeluarkan urine ke kandung kemih. Hal ini
mengakibatkan kondisi sering berkemih, merasa sangat ingin buang
air kecil, dan inkontenensia. Terkadang klien dengan tipe neurologi
pada pencernaan mengalami kesulitan dalam buang air besar.
g. Komplikasi
1) Kenaikan tekanan darah.
Keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi dalam
upaya mengejar kekurangan pasokan darah ditempat lesi. Oleh
karena itu, kecuali bila menunjukan nilai yang sangat tinggi
(sistole >220 atau diastole >130) tekanan darah tidak perlu
diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48jam, pada
penderita hipertensi kronis tekanan darah juga tidak perlu
diturunkan segera.
2) Kadar gula darah
Penderita stroke sering kali merupakan penderita diabetes melitus,
sehingga kadar gula darah pasca stroke tinggi. Akan tetapi sering
kali terjadi kenaikan gula darah penderita sebagai reaksi
kompensasi, atau akibat mekanisme stres.
3) Gangguan jantung
Baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi. Keadaan ini
memerlukan perhatian khusus, karena sering kali memperburuk
keadaan stroke bahkan sering merupakan penyebab kematian.
4) Gangguan respirasi
Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan dipusat nafas.
5) Infeksi dan sepsis
Merupakan komplikasi stroke yang serius.
6) Gangguan ginjal dan hati.
7) Perdarahan saluran makanan bagian atas.
8) Kelainan cairan elektrolit asam dan basa. (Darmoji, 2009)
h. Penatalaksanaan dan terapi
Penanganan stroke berupa terapi sportif untuk mengurangi dan
mencegah kerusakan serebral lebih lanjut. Tindakan penanganan
meliputi :
53
Aktualisasi
Diri
Kebutuhan
Penghargaan
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan Fisiologis
Masalah kebutuhan yang muncul pada kasus lansia dengan stroke yang
mencakup pada kebutuhan dasar adalah sebagai berikut :
b. Jenis-Jenis Mobilisasi
56
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi
merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan komunikasi, manusia dapat saling
berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari.
b. Jenis-Jenis Komunikasi
1) Komunikasi Verbal
2) Komunikasi Non-Verbal
2) Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6)
61
e) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontenensia urine sementara
karena konduksi, ketidakmampuan kandungan kemih karena kerusakan
Control motorik dan postural. Kadang Control sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermiten dengan tekbik steril. Inkontenensia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f) B5 (Bowel)
Didaptkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontenensia Ali yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
g) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motorik atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah hemilplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
67
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
b) Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c) CT Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hipertensi fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak.
d) MRI (magnetis Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e) USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis).
f) EEG
68
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam
jaringan otak.
g) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemik.
3) Gula darah dapat mencapai 250mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri. (Muttaqin, 2008)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang dibuat oleh
perawat profesional yang singkat, gas dan tentang respons klien terhadap
masalah kesehatan atau penyakit tertentu yang aktual dan potensial yang
ditetapkan berdasarkan analis dan interpretasi data hasil pengkajian.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan stroke, meliputi :
1) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah, oklusi, perdarahan, vasospasme serebral, edema serebral.
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparise pada
ekstremitas kanan
3) Gangguan komunikasi verbal/nonverbal berhubungan dengan
gangguan sirkulasi, gangguan neuromuskuler, kelemahan umum,
kerusakan pada area wernick, kerusakan pada area broca.
4) Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori, transmisi, integrasi, stres psikologik.
69
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mengulangi
masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
penurunan nilai peningkatan TIK c. Kaji pupil, ukuran, c. Mengetahui fungsi N.II dan
GCS, perubahan tidak ada. respons terhadap N. III.
tanda vital, nyeri c. Gangguan lebih cahaya, gerakan mata.
kepala, kehilangan lanjut tidak
d. Kaji refleks kornea dan
memori, terjadi. d. Menurunya refleks kornea
refleks Gag.
perubahan respons d. Memperlihatkan dan refleks Gag indikasi
motorik atau penurunan tanda kerusakan pada batang otak.
sensorik, hasil Ct dan gejala e. Gangguan motorik dan
e. Evaluasi keadaan
Scan, MRI adanya kerusakan sensorik dapat terjadi akibat
motorik dan sensorik.
edema serebri, jaringan. edema otak
perdarahan. f. Adanya perubahan tanda
f. Monitor tanda-tanda
vital seperti respirasi
vital.
menunjukkan kerusakan
pada batang otak.
g. Bradikardi dapat
g. Hitung irama denyut
diakibatkan adanya
nadi, auskultasi adanya
gangguan otak, mumur
murmur.
dapat terjadi pada gangguan
jantung.
72
oksigen.
m. Menurunkan hipoksia yang
m. berikan oksigen sesuai dapat menyebabkan
indikasi. vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat atau
terbentuknya edema.
n. Karbondioksida
n. Monitor AGD, PaCO2 menimbulkan vasodilatasi,
antara 35-45 mmHg adekuatnya oksigenase
dan PaO2 >80 mmHg. sangat penting dalam
mempetahankan
metabolisme otak.
o. Meningkatkan atau
o. Berikan obat sesuai memperbaiki aliran darah
indikasi dan monitor dan mencegah pembekuan,
efek samping : mencegah lisis atau
- Antikoagulan: perdarahan, menanggulangi
heparin hipertensi.
- Antifibrolitik :
74
amicar
- Antihipertensi
- Steroid,
Dexametason
- Fenitolin,
fenobarbital
- Pelunak feses
p. Pantau pemeriksaan p. Menentukan tindakan lebih
laboratorium sesuai lanjut, dengan mengetahui
indikasi. hasil laboratorium.
peristaltik, b. Pola buang air e. Lakukan mobilisasi dan e. Merangsang peristaltik usus
immobilisasi besar normal, aktivitas sesuai
ditandai dengan feses lunak. kemampuan klien.
klien mengatakan
tidak bisa bab atau
lebih dari 3 kali
sehari, feses
keras/encer, intake
makanan normal,
bising usus lambat
atau cepat,
keadaan
immobilisasi,
penurunan
kesadaran.
7. Gangguan Setelah dilakukan a. Kaji kembali tipe a. Menentukan rencana lebih
eliminasi urine: tindakan keperawatan inkontenensia dan lanjut.
inkontenensia selama ... x 24 jam polanya.
fungsional diharapkan klien dapat : b. Buat jadwal untuk b. Melatih buang air kecil
83
sekitar yang
aman.
86
4. Pelaksanaan Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus asuhan keperawatan
lansia pada klien dengan gangguan sistem neurologi : pasca stroke di Panti Sosial
Trena Werdha (PSTW) Budi Mulia 2 Cengkareng. Proses pelaksanaan asuhan
keperawatan selama tiga hari dimulai pada tanggal 2 – 4 april 2018. Dalam
melengkapi data ini penulis mengadakan wawancara dengan klien, tim kesehatan
(perawat) di klinik yang terdapat di PSTW Budi Mulia 2 Cengkareng, memperoleh
data – data catatan medis, catatan keperawatan serta didapatkan hasil observasi
langsung.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 2- 4 april 2018 di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng.
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas klien
Nama : Tn. M
Alamat : Jalan.Teluk.Gong Rt009/012
Tempat/tanggal lahir : Kebumen Desember 1947
Suku/Agama : Jawa tengah/Islam
Status perkawinan : Duda, Cerai Mati
Orang yang dapat dihubungi : Tidak ada
b. Riwayat keluarga
Klien menikah dengan istrinya Ny.S, kemudian dari pernikahan
tersebut memiliki 3 orang anak, 1 laki-laki, 2 perempuan. Anak
pertama klien bernama Tn. T berusia 30 tahun. Anak kedua bernama
Ny. S berusia 25 tahun. Anak ketiga bernama Ny.M. sekarang ketiga
anak klien tinggal di teluk gong.
89
c. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini,81klien tidak bekerja, Sebelumnya klien
bekerja sebagai karyawan swasta. Sebelum putus dari pekerjaan dan
sebelum istri klien meninggal dunia, penghasilan didapat dari
pekerjaan klien sehari-hari. Sekarang pendapatan didapatkan dari
ketiga anaknya namun penghasilan anak – anak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga anak – anak yang sudah menikah,
sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klien.
d. Riwayat Lingkungan Tempat Tinggal
Sebelum tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2
Cengkareng, klien tinggal di Kebumen dan kemudian pindah ke
Jakarta .
e. Riwayat Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan klien sebelum tinggal di panti biasanya jalan-
jalan. Hobi dari klien adalah bermain bola dan bulu tangkis. Semenjak
tinggal di panti klien selalu mengikuti jadwal yang sudah di sediakan
oleh petugas panti. Keadaan panti menurut klien menyenangkan. Klien
merasa senang di Panti.
f. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan saat ini
Kesehatan klien saat ini anggota gerak bagian kanan yang tidak
dapat digunakan dan tidak dapat digerakkan, tangan bagian kanan
lemah tidak bisa digunakan untuk kegiatan sehari – hari. Apabila
ingin mengangkat tangan kanan harus dibantu dengan tangan kiri,
klien mengatakan mengalami stroke ± 5 tahun ini. Ektermitas
bawah klien pada bagian kanan lemah bila berjalan sedikit diseret.
2) Riwayat Kesehatan masa lalu
90
4) Eliminasi
Pola eliminasi klien dalam sehari terkadang buang air besar 1 kali
saja, terkadang tidak sama sekali dalam sehari. Pola buang air kecil
klien tidak menentu ± 5 x salam sehari, warna kuning jernih.
5) Oksigenasi
Klien bernafas secara spontan. Pola nafas reguler, frekuensi nafas
18x/menit, tidak batuk dan tidak ada alergi.
6) Spiritual
Klien beragama islam dan jarang beribadah. Dan klien jarang
mengikuti kegiatan pengajian di Panti.
b. Tinjauan Sistem
f. Sistem kardiovaskular
Denyut nadi kuat, nadi 80 x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, tidak
dapat asistensi vena jugularis, tidak ada edema, pengisian kapiler refiil
< 2 detik. Irama jantung teratur, gerakan dada simetris, tidak ada
kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
g. Sistem saraf pusat
Kesadaran klien composmentis, GCS E:4 V:5 M:6, tidak ada
peningkatan TIK, kelemahan pada bagian ekstremitas kanan atas dan
bawah.
h. Sistem pencernaan
Tidak ada asistensi abdomen, teraba lembek, bising usus 8 x/menit,
gigi caries, tidak ada stomatitis.
i. Sistem muskuloskeletal
Kesulitan pergerakan karena kelemahan pada anggota gerak bagian
kanan, berjalan harus dengan pelan – pelan.
Kekuatan otot 2222 5555
2222 5555
j. Sistem integumen
Turgor kulit elastis, sakral hangat, bagian ekstremitas tampak bekas
luka berwarna terdapat hitam-hitam.
k. Pemeriksaan 12 saraf kranial :
1) Nervus I : penciuman normal, mampu mencium bau
kopi, minyak kayu putih dan balsem.
2) Nervus II : normal, mampu mencocokan pakaian sesuai
dengan yang seharusnya namun memerlukan bantuan saat
memakainya.
95
7. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif : Hambatan Hemiparise
a. Klien mengatakan mobilitas pada
tangan kanan tidak fisik ekstremitas
dapat digerakkan, saat kanan
diangkat sakit.
b. Klien mengatakan
memiliki penyakit
stroke sejak ± 5 tahun.
c. Klien mengatakan
kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
pelan-pelan dan
berpegangan.
d. Klien mengatakan
aktivitas dilakukan
secara mandiri namun
dengan sangat
perlahan.
e. Klien mengatakan
tangan kanan lemah
dan tidak bisa
digunakan.
Data objektif :
a. Keadaan umum baik,
composmentis.
b. Kesulitan berjalan,
saat berjalan
berpegangan pada
98
dinding.
c. Makan sedikit
Berantakan dan
kesulitan apabila
mengambil makan.
d. TD : 130/80 mmHg
S : 36,0 c
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
e. Mata simetris, sclera
anikterik
f. Tangan kanan
pergerakan terbatas/
lemah.
g. Sulit untuk digerakan
pada tangan kanan,
dan kaki kanan
mengalami kelemahan
otot.
h. Kekuatan otot
2222 5555
2222 5555
Data subjektif :
a. Klien mengatakan
kesulitan dalam Defisit
menggunting kuku perawatan Gangguan
2. kaki dan kuku jari diri muskuloskeletal
99
Data objektif :
a. Klien memiliki
kelemahan pada
bagian kanan
tangan dan kaki.
b. Kuku tangan dan
kaki terlihat
panjang dan
hitam.
c. Kesulitan untuk
makan, apabila
makan
Berantakan.
d. Klien tampak
kesulitan apabila
memakai dan
100
melepas baju.
e. Klien BAK dan
BAB
membersihkan
dengan tangan
kanan.
f. Melakukan
hal/aktivitas
hanya
menggunakan satu
tangan.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan
memiliki penyakit
stroke ± 5 tahun yang
lalu. Resiko
b. Klien mengatakan jatuh Penurunan
3. kaki kanan lemah dan kekuatan otot
terasa sulit untuk
dibawa berjalan
c. Klien mengatakan
kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
pelan-pelan dan
berpegangan.
Data objektif :
a. Klien terdapat
kelemahan
101
ekstremitas disebelah
kanan
b. Tonus otot melemah
pada ektermitas
disebelah kiri
c. Klien tampak berjalan
dengan perlahan dan
terkadang
berpegangan.
d. Kekuatan otot
2222 5555
2222 5555
e. Klien tampak
berpegangan saat
berjalan pelan-pelan
f. Klien berjalan
menggunakan kaki
kiri dengan dominan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada Tn.M sesuai data yang
didapatkan meliputi :
No Diagnosa keperawatan Tanggal Tanggal
ditemukan teratasi
1. Hambatan mobilitas fisik 02 april 2018 04 april 2018
berhubungan dengan
Hemiparise pada ekstremitas
kanan di tandai dengan :
102
Ds :
- Klien mengatakan
tangan kanan tidak
dapat digerakkan, saat
diangkat sakit.
- Klien mengatakan
memiliki penyakit
stroke sejak ± 5 tahun.
- Klien mengatakan
kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
pelan-pelan dan
berpegangan.
- Klien mengatakan
aktivitas dilakukan
secara mandiri namun
dengan sangat
perlahan.
- Klien mengatakan
tangan kanan lemah
dan tidak bisa
digunakan.
Do :
- Keadaan umum baik,
composmentis.
- Kesulitan berjalan, saat
berjalan berpegangan
pada dinding.
- Makan sedikit
Berantakan dan
103
kesulitan apabila
mengambil makan.
- TD : 130/80 mmHg
o S : 36,0 c
o N : 80 x/menit
o RR : 18 x/menit
- Mata simetris, sclera
anikterik
- Tangan kanan
pergerakan terbatas/
lemah.
- Sulit untuk digerakan
pada tangan kanan, dan
kaki kanan mengalami
kelemahan otot.
- Kekuatan otot
2222 5555
2222 5555
- Melakukan
hal/aktivitas hanya
menggunakan satu
tangan.
C. Perencanaan keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan dan
rasional sebagai berikut :
mobilisasi. menggunakan
ekstremitas yang tidak
sakit untuk menyokong e. Untuk latihan
yang lemah. aktif dan respons
f. Kolaborasi dengan baik ektermitas
fisioterapi secara aktif yang tidak sakit.
latihan dan ambulasi
klien.
f. Untuk memenuhi
kebutuhan
mobilisasi,
koordinasi dan
kekuatan pada
ekstremitas.
2. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan a. Untuk
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 klien dalam mengetahui
gangguan muskuloskeletal, jam diharapkan defisit melakukan sejauh mana
kelemahan fisik perawatan diri dapat teratasi pemenuhan kemampuan yang
dengan kriteria hasil sebagai kebutuhan sehari- dapat dilakukan
berikut : hari. klien dalam
a. Melakukan aktivitas pemenuhan
perawatan diri secara kebutuhan sehari-
109
mandiri. hari.
b. Peningkatan b. Bantu dalam b. Memberikan
kemandirian dalam personal hygiene kenyamanan pada
memenuhi (skin Care, nail klien dan
kebutuhan sehari- Care). membantu dalam
hari. perawatan diri
c. berikan bantuan serta mengurangi
sesuai kebutuhan. meluasnya lesi
d. Adanya perubahan apabila digaruk.
pola perilaku dalam c. Hindari apa yang
memenuhi tidak dapat c. Mencegah resiko
kebutuhan dilakukan klien. jatuh dan
keperawatan diri . mencegah
menurunnya
harga diri klien
akibat
d. Motivasi klien ketidakmampuan
untuk menjaga melakukan hal –
kebersihan diri. hal sulit
110
e. Untuk mencegah
resik dan
membantu
pemenuhan
kebutuhan.
3. Resiko berhubungan Setelah dilakukan tindakan
jatuh a. Kaji kemampuan klien a. Untuk
keperawatan selama 3 x 24
dengan pemenuhan kekuatan dalam berdiri dan mengetahui
jam diharapkan resiko jatuh
otot tidak terjadi dengan kriteria berjalan. sejauh mana
hasil sebagai berikut :
kemampuan
a. Klien tidak
klien.
mengalami jatuh.
b. Berikan pencahayaan
b. Menunjukkan
yang cukup. b. Menghidari jatuh
keselamatan pribadi
karena kurangnya
c. Tidak ada cidera
pencahayaan dan
fisik.
111
menurunnya
fungsi
c. Anjurkan klien untuk penglihatan.
menggunakan alat
bantu saat mobilisasi c. Agar
(saat berjalan). memudahkan
d. Lakukan program untuk mobilisasi.
latihan fisik ROM.
f. Menghindari
jatuh karena
memakai senda
112
dapat mencegah
klien jatuh.
113
D. Implementasi Keperawatan
Kekuatan otot
2222 5555
2222 5555
114
Care)
Ds : -
Do : memotong kuku tangan, kuku kaki
memberikan Oliver Oil pada kulit kaki.
11.15 c. Memotivasi klien untuk menjaga kebersihan diri Dinda.A
Ds : klien mengatakan sebelum makan mencuci
tangan, mandi sehari 2x
Do : klien tampak melakukan apa yang
diinformasikan
Dx.3 Senin /02 april a. Mengkaji kemampuan klien dalam berdiri dan Dinda.A
2018/ 10.00 berjalan
Ds : klien mengatakan ketika bangun dan berjalan
secara perlahan.
Do : klien tampak perlahan dan kesulitan bangun.
10.15 b. Memberikan pencahayaan yang cukup Dinda.A
Ds : -
Do : menyalakan lampu kamar klien
11.00 c. Menganjurkan klien untuk menggunakan alat bantu Dinda.A
saat mobilisasi (berjalan)
Ds : klien mengatakan hanya ingin berpegangan
pada dinding
Do : klien tampak perpegangan pada dinding
13.00 d. Menganjurkan klien untuk selalu memakai alas Dinda.A
kaki ketika berjalan
Ds : klien mengatakan bila berjalan sekarang sudah
menggunakan alat kaki
Do : klien tampak menggunakan sandal
Dx. Selasa/03 april a. Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi Dinda.A
1 2018/09.35 Ds : Kien mengatakn mampu berjalan tanpa
116
Dx. Selasa/03 april a. Mengkaji kemampuan klien dalam berdiri dan Dinda.A
3 2018/ 09.35 berjalan
Ds : klien mengatakan bila berdiri dan bangun
secara perlahan.
Do : klien tampak mampu bangun, berdiri dan
berjalan secara mandiri
117
Dx.3 Rabu/04 april a. Mengkaji kemampuan klien dalam berdiri dan Dinda.A
2018/09.00 berjalan
Ds : klien mengatakan mampu berdiri dan
berjalan secara perlahan
Do : klien tampak bangun dan berjalan secara
mandiri dan berpegangan.
13.40 b. Menganjurkan klien untuk selalu memakai alas Dinda.A
kaki ketika berjalan
Ds : klien mengatakan memakai alas kaki jika
berjalan
Do : klien tampak memakai alas kaki
119
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang sudah dilakukan penulis setelah tindakan keperawatan selama 3 hari
yang mulai dari tanggal 02 april – 04 april 2018 dapat dilihat dari catatan
perkembangan sebagai berikut :
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Manifestasi yang muncul pada klien masuk dalam point manifestasi klinis
sesuai tinjauan teoritis gangguan khusus setelah pasca stroke yaitu mengalami
kelemahan pada anggota gerak atau ekstremitas bagian kanan yang disebut
dengan hemiparise dextra. Sebenarnya banyak yang dipaparkan dalam
tinjauan teoritis mengenai manifestasi klinis klien dengan pasca stroke.
116
123
Namun yang sesuai dengan kondisi klien hanyalah pada kelemahan fisik
(hemiparise). Manifestasi lain tidak ditemukan pada Tn. M, penulis
mempresepsikan yaitu dikarenakan bagian otak yang mengalami lesi atau
infark didaerah otak yang mengontrol gerakan (saraf motorik) dari korteks
bagian depan. Sehingga tidak muncul tanda seperti afasia, disatria, disfagia,
apraksia dan lain – lain yang dijelaskan pada tinjauan teoritis.
Dalam kebutuhan dasar terdapat teori hierarki kebutuhan dasar menulis yang
ditemukan oleh maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman nyaman, rasa
cinta dicintai, harga diri dan aktualisasi diri, namun gangguan kebutuhan
dasar yang terjadi pada lanjut usia dengan pasca stroke penulis mendapat
beberapa kebutuhan yang terganggu yaitu gangguan kebutuhan mobilisasi,
defisit perawatan diri dan resiko jatuh. Dan sesuai data yang didapatkan pada
Tn. M, gangguan kebutuhan dasar yang terganggu yaitu gangguan dalam
mobilisasi dan defisit perawatan diri karena terjadinya kelemahan ekstremitas
sehingga menghambat dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari.
Perubahan yang terjadi pada lansia seperti perubahan fisik, mental, spiritual,
psikososial pada Tn. M didapatkan sesuai dengan tinjauan teoritis yaitu
menurunya sistem neurologi dan sistem muskuloskeletal. Namun pada
perubahan psikologis Tn. M tidak sesuai dengan tinjauan teoritis dimana
124
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan proses pengkajian dan data yang sudah terkumpul
dikelompokkan sesuai dengan masalahnya, maka penulis merumuskan
diagnosa keperawatan berdasarkan data – data tersebut. Diagnosa yang ada
pada teori yaitu:
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah, oklusi, perdarahan, vasospasme serebral, edema serebral.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Hemiparise pada
estermitas kanan.
3. Gangguan komunikasi verbal/nonverbal berhubungan dengan gangguan
sirkulasi, gangguan neuromuskuler, kelemahan umum, kerusakan pada
area wernick, kerusakan pada area broca.
4. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori,
transmisi, integrasi, stres psikologik.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan defisit neuromuskuler,
menurunya kekuatan otot dan daya tahan, kehilangan kontrol otot,
gangguan kognitif.
6. Gangguan eliminasi bowel : konstipasi, diare, berhubungan dengan
menurunnya kontrol volunter, kerusakan komunikasi, perubahan
peristaltik, immobilisasi.
7. Gangguan eliminasi urine : inkontinensia fungsional berhubungan dengan
menurunnya sensasi, disfungsi kognitif, kerusakan komunikasi
8. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, penurunan
ketajaman penglihatan (Tarwoto, 2007)
125
Diagnosa yang didapatkan penulisan pada kasus Tn. M yang terjadi pada
tinajauan teoritis yaitu:
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparise pada
ekstremitas kanan: terjadi karena klien mengatakan tangan kanan tidak
dapat digerakkan, saat diangkat sakit dan kesulitan apabila berjalan,
klien tampak melakukan aktivitas secara perlahan, kesulitan dalam
berjalan dan hemiparise dextra. Kekuatan otot
2222 5555
2222 5555
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
(kelemahan fisik): terjadi karena klien mengatakan kesulitan dalam
menggunting kuku kaki dan kuku jari tangan terutama karena
kesulitan menggunting jari tangan kiri kelemahan tangan kanan, klien
tampak memiliki kelemahan pada bagian tangan kanan dan kaki
kanan, kuku tangan dan kuku kaki tampak panjang dan hitam.
3. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot: terjadi
karena klien mengatakan kaki kanan lemah dan terasa sulit untuk
dibawa berjalan, klien mengatakan kesulitan berjalan dan apabila
berjalan harus pelan – pelan, klien tampak kesulitan dalam berjalan,
saat berjalan berpeganggan dinding dan kelemahan ektermitas bagian
atas dan bawah sebelah kanan.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun urutan tindakan sesuai
prioritas, menentukan tujuan, kriteria hasil dan membuat rencana tindakan
yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan.
Pada tinjauan teoritis untuk diagnosa prioritas yang muncul yaitu gangguan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah, oklusi,
perdarahan, vasospasme serebral, edema serebral, namun pada tinjauan kasus
126
sesuai dengan data – data yang didapatkan penulis dari hasil pengkajian
diagnosa prioritas yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan fisik, parestesia, paralisis, pada kasus Tn. M sesuai dengan teori
yang ada dan sesuai dengan rencana keperawatan yang dibuat, penulis
merencanakan tujuan selama tiga hari diharapkan mobilisasi pasien kembali
efektif.
Pada diagnosa defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
muncul karena klien tidak dapat memenuhi semua kebutuhan sehari – hari
dikarenakan adanya kelemahan pada ekstremitas bagian kanan. Penulis
merencanakan tindakan keperawatan sesuai rencana tindakan yang ada selama
tiga hari agar diharapkan kebutuhan sehari – hari klien dapat terpenuhi dengan
bantuan minimal.
Pada diagnosa ketiga, penulis mendapatkan data bahwa klien kesulitan
berjalan dan berdiri karena adanya penurunan kekuatan otot akibat kelemahan
ekstremitas kanan sehingga sesuai data penulis menegakkan resiko jatuh
berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, penurunan kekuatan otot.
Penulis merencanakan tindakan keperawatan selama tiga hari diharapkan
tidak terjadi resiko jatuh. Untuk kriteria hasil prinsipnya sesuai dengan yang
telah ada pada tinjauan teoritis.
Sesuai dengan rencana tindakan keperawatan pada kasus yang telah dibuat
mengacu pada tinjauan teoritis yang ada, diagnosa yang telah didapatkan telah
dibuat rencana tindakan, kriteria hasil, tujuan yang dilakukan selama tiga hari.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan ini, penulis melaksankan tindakan sesuai rencana
tindakan yang telah ditetapkan dan ditentukan. Pelaksaan dilakukan dengan
memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan sarana yang tersedia
diruangan. Pelaksaanan keperawatan dilakukan oleh penulis selama 3 hari
dimulai hari tanggal 02 april – 4 april 2018. Semua alat yang mendukung
pelaksaan tindakan keperawatan disediakan oleh penulis untuk memberikan
127
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap Evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran
keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh penulis dari tanggal 2 – 4 april 2018. Adapun dalam evaluasi penulis
menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa untuk dapat mengetahui
apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah
baru dan Planning tindak lanjut yang akan dilakukan). Evaluasi yang penulis
lakukan selama tiga hari berturut – turut. Adapun hasil dari evaluasi tersebut
adalah dua diagnosa teratasi dan satu tidak teratasi.
128
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, setelah penulis melakukan asuhan keperawatan lansia pada Tn. M
dengan gangguan neurologi pasca stroke selama 3 hari dari tanggal 2-4 april 2018 di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng, penulis mengambil
kesimpulan, yaitu:
A. Kesimpulan
Pada pengkajian pemeriksaan diagnostik atau data penunjang yang dilakukan pada
klien Tn. M yaitu tidak adanya hasil labolatorium untuk CT Scan, MRI dan lainnya.
Hanya dilakukan pemeriksaan gula darah dan kolesterol untuk data penunjang.
penatalaksaan terapi farmakoligi dan non-farmakologi, klien tidak mendapatkan obat-
obatan dan tidak mendapatkan terapi fisioterapi. Dalam kebutuhan dasar menurut
maslow tidak ada yang terganggu, namun terdapat gangguan dalam pemenuhan
perawatan diri (defisit personal hygiene).
Diagnosa yang muncul pada kasus klien Tn. M tidak sesuai dengan diagnosa prioritas
yang
1 ada di tinjauan teoritis. Diagnosa yang muncul pada kasus klien Tn. M yang ada
yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparise pada ekstremitas
kanan, defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
(kelemahan fisik), dan resiko jatoh berhubungan dengan penuruan kekuatan otot.
1
Tahap evaluasi Masalah yang dapat teratasi yaitu masalah defisit perawatan diri
3
berhubungan dengan gangguan musculoskeletal (kelemahan fisik), dan resiko jatuh
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Sedangkan masalah yang teratasi
sebagian yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparise pada
ekstremitas kanan.
B. Saran
Berdasarakan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan seperti yang tertera
diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk memperbaiki serta
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan lansia pada klien dengan
gangguan sistem neurologi ; pasca stroke, yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedi. (2009). Geriatrik Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-4.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin. (2008). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Edisi: 4. Jakarta: EGC
132
Stanley, Mickey. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Alih bahasa:
Nety Juniarti. Jakarta: EGC
A. Rencana Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Senin, 2 april 2018
2. Pelaksana : Dinda Angraeni Putri
3. Tempat : PSTW Budi Mulia 2 Cengkareng
4. Waktu : 13.00 – 14.00 WIB
5. Topik : Latihan gerakan sendi atau ROM
6. Sasaran perencanaan : Tn.M
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti rencana kesehatan Tn.M dapat berlatih secara aktif dan
melakukannya secara rutin.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 25 menit, diharapkan Tn.M
dapat mengerti dan menjelaskan kembali tentang:
a. Pengertian latihan pergerakan otot sendi atau range of motion pada
penderita stroke.
b. Tujuan latihan latihan pergerakan otot sendi atau range of motion pada
penderita stroke.
c. Jenis latihan pergerakan otot sendi atau range of motion pada
penderita stroke.
d. Gerakan – gerakan latihan pergerakan otot sendi atau range of motion
pada penderita stroke.
134
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Peragaan dan praktek
D. Media
1. Format prosedur
2. Lembar balik
E. Materi
Terlampir ( tinjauan teori )
F. Pelaksanaan
No Kegiatan Materi Waktu
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam. 3 menit
b. Memperkenalkan
diri.
c. Menyampaikan
maksud dan tujuan.
2. Penyampaian a. Pengertian latihan 5 menit
materi pergerakan otot
sendi atau range of
motion pada
penderita stroke.
b. Tujuan latihan
pergerakan otot
sendi atau range of
motion pada
penderita stroke.
c. Jenis latihan
135
pergerakan otot
sendi atau range of
motion pada
penderita stroke.
3. Evaluasi a. Mempraktekan 15 menit
gerakan – gerakan
latihan pergerakan
otot sendi atau range
of motion pada
penderita stroke.
b. Diskusi tanya jawab.
c. Klien
mendemonstrasikan
ulang gerakan –
gerakan latihan
pergerakan otot
sendi atau range of
motion pada
penderita stroke.
4. Penutup a. Ringkasan 2 menit
kesimpulan.
b. Mengucapkan salam.
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Lembar balik sudah disiapkan
b. Format prosedur sudah disiapkan
c. Kontrak dengan klien sudah dilakukan
136
2. Evaluasi proses
a. Tn.M mengerti tentang pengertian, tujuan, jenisnya dan gerakan –
gerakan latihan pergerakan otot sendi atau range of motion pada
penderita stroke.
b. Tn.M dapat melakukan gerakan – gerakan otot sendi atau ROM secara
aktif maupun pasif.
c. Waktu latihan sesuai dengan yang telah disepakati.
3. Evaluasi hasil
a. Tujuan umum dan tujuan khusus satuan acara perencanaan range of
motion pada klien dengan stroke dapat terlaksana.
137
Tinjauan Teori
A. Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan, latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakkan masing – masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif maupun pasif.
Latihan range of motion adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
masa otot dan tonus otot ( Potter & Perry, 2008).
B. Tujuan
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.
3. Mencegah kekakuan pada sendi.
4. Merangsang sirkulasi darah.
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot – ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada
ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari
kaki oleh klien sendiri secara aktif.
2. ROM PASIF
ROM PASIF yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif).
Kekuatan otot 50%.
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot – otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif.
Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh
atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.
2. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di Rentang 180°
samping tubuh ke depan ke posisi di
atas kepala.
Ekstensi Mengembalikan lengan preposisi di Rentang 180°
samping tubuh.
Hiperektensi Mengerakan lengan ke belakang Rentang 40 - 60°
tubuh, aku tetap lurus.
Abduksi Menaikkan lengan ke posisi samping Rentang 180°
di atas kepala dengan telapak tangan
jauh dari kepala.
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan Rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin.
Rotasi dalam Dengan siku fleksi, memutar bahu Rentang 90°
dengan menyegerakan lengan sampai
ibu jari menghadap ke dalam dan ke
belakang.
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menyegerakan Rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala.
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran Rentang 360°
penuh.
3. Siku
140
4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah Rentang 70 – 90°
dan tangan sehingga
telapak tangan
menghadap ke atas.
Pronasi Memutar lengan bawah Rentang 70 – 90°
sehingga telapak
tangan menghadap ke
bawah.
5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menyegerakan telapak tangan ke sisi Rentang 80 – 90°
bagian dalam lengan bawah.
Ekstensi Mengerakan jari – jari tangan sehingga Rentang 80 –
jari- jari, tangan, lengan bawah berada 90°
dalam arah yang sama.
Hiperektensi Membawa permukaan tangan dorsal Rentang 89 – 90°
141
7. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang Rentang 90°
permukaan telapak tangan.
Ekstensi Mengerakan ibu jari lurus menjauh Rentang 90°
dari tangan.
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping. Rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan. Rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari – -
jari tangan pada tangan yang sama.
142
8. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan ke Rentang 90 –
atas. 120°
Ekstensi Mengerakan kembali ke samping Rentang 90 –
tungkai yang lain. 120°
Hiperektensi Mengerakan tungkai ke belakang Rentang 30 – 50°
tubuh.
Abduksi Mengerakan tungkai ke samping Rentang 30 – 50°
menjauhi tubuh.
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke posisi Rentang 30 – 50°
media dan melebihi jika mungkin .
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah Rentang 90°
tungkai lain.
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai ke arah Rentang 90°
tungkai lain.
Sirkumduksi Mengerakan tungkai melingkar. -
9. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit karah Rentang 120 – 130°
belakang paha.
Ekstensi Mengembalikan tungkai Rentang 120 – 130°
kelantai.
menekuk ke atas.
Plantarfleksi Mengerakan kaki Rentang 45 – 50°
sehingga jari – jari kaki
menekuk kak bawah.
11. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki Rentang 10°
ke samping dalam.
Eversi Memutar telapak kaki Rentang 10°
ke samping luar.
Lampiran 2
A. DATA DIRI
- Email : dindaangraeni14@gmail.com
145
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Umum
2. Pendidikan Tambahan