Anda di halaman 1dari 11

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN UKURAN


MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK
USIA 4-5 TAHUN DI TK

Nurjanah, Yuline dan Desni Yuniarni


Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Email: nurjanah@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membedakan


ukuran melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Santi
Kabupaten Melawi dengan menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru antara lain:
a) Membuat Rencana Kegiatan Harian, b) Memilih bahan main. c) Metode
Pembelajaran d) Membuat penilaian hasil belajar. 2) Metode demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan membedakan ukuran besar dan kecil dalam
pelaksanaannya guru berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan
tema kebutuhanku dan tema binatang. 3) Metode demonstrasi dalam
meningkatkan kemampuan dalam mengelompokkan ukuran besar dan kecil pada
anak usia 4-5 tahun karena guru dalam pelaksanaannya guru menjelaskan cara
mengelompokkan benda sesuai dengan kelompoknya.

Kata Kunci : Ukuran, Metode Demonstrasi

Abstract: The purpose of this research is to improve the ability to distinguish the
size through demonstration method in children aged 4-5 years in kindergarten
Dharma Santi Melawi using descriptive methods. Based on the findings that: 1)
Planning learning that teachers do the following: a) Make a Daily Activity Plan,
b) Selecting play materials. c) Learning Method d) Making learning outcomes
assessment. 2) demonstration method can improve the ability to distinguish small
and large sizes based planning in implementation of teachers that have been made
in accordance with the theme of my needs and animal themes. 3) demonstration
method to improve the ability to classify large and small size in children aged 4-5
years as a teacher in the implementation of teachers explaining how to classify
objects according to the group.

Keywords: Size, Method Demonstration

P endidikan anak usia dini pada umumnya diarahkan untuk memfasilitasi


pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupannya. Melalui pendidikan, anak
diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya dan
menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat perkembangan, serta memiliki motivasi dan sikap belajar
yang positif. Salah satu kemampuan yang dikenalkan kepada anak yakni
2

membedakan ukuran pada anak antara lain: banyak-sedikit, besar-kecil, panjang-


pendek, tinggi-rendah, berat-ringan. Kegiatan yang dilakukan harus dapat
memberikan pengalaman kepada anak dengan cara yang menyenangkan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 tahun 2009,
menerangkan bahwa: Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia 4-5
tahun antara lain: 1) Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna
atau ukuran. 2) Mengklasiifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau
kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi. 3)
Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC. 4) Mengurutkan benda berdasarkan 5
seriasi ukuran atau warna.
Dalam hal ini guru memegang peranan penting dalam memfasilitasi
pembelajaran dengan merencanakan pembelajaran dengan kegiatan yang menarik
dan menyenangkan. Berkaitan dengan mengoptimalisasikan perkembangan anak
maka dalam melaksanakan pembelajaran guru dapat menggunakan metode
pembelajaran, menurut Sudjana (2002: 260) “metode adalah cara yang digunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan anak pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran”. Udin S Winata Putra (2000: 54) mengemukakan bahwa “metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara
langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan,
memperlihatkan suatu proses”. Metode demonstrasi yang dilakukan dalam
meningkatkan kemampuan anak dalam membedakan ukuran, dalam hal ini
menyajikan secara langsung cara menentukan konsep ukuran yakni banyak-
sedikit, besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-rendah, berat-ringan dengan
menggunakan media pembelajaran, setelah itu anak melakukan sendiri kegiatan
demonstrasi untuk mendapatkan informasi secara kongkrit tentang konsep ukuran
tersebut.
Namun pada kenyataan yang terjadi saat ini di TK Dharma Santi Kabupaten
Melawi kemampuan anak usia 4-5 tahun dalam mengenal salah satu ukuran yakni
besar-kecil masih rendah antara lain anak belum dapat membedakan dua buah
benda berbeda ukuran yang tergolong besar dan benda yang tergolong kecil, anak
belum dapat mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran besar-kecil. Dari 15
anak, hanya 5 anak saja yang dapat membedakan ukuran besar dan kecil atau
33%.
Kenyataan dilapangan belum optimalnya perencanaan pembelajaran yang
dibuat guru dengan pengenalan perbedaan ukuran, sehingga perencanaan yang
telah dibuat belum sesuai dengan hasil pembelajaran yang diharapkan, selain itu
guru belum dapat memotivasi anak dalam belajar, sehingga anak cepat bosan dan
jenuh dalam belajar. Pelaksanaan yang dilakukan guru juga belum optimal dalam
mengenalkan perbedaan ukuran pada anak, sehingga anak tidak dapat memahami
konsep ukuran yang dijelaskan guru.
Dari hal tersebut, maka peneliti merasa perlu untuk memperbaiki situasi
pembelajaran kearah yang lebih baik, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan menggunakan penelitian tindakan kelas tentang penerapan metode
demonstrasi dalam upaya meningkatkan kemampuan mengenal perbedaan ukuran
pada anak usia 4-5 tahun Di TK Dharma Santi Kabupaten Melawi.
3

Pada usia dini, anak belajar tentang konsep ukuran (banyak-sedikit, besar-
kecil, panjang-pendek, tinggi-rendah, berat-ringan). Menurut Zaman, Badru
(2008: 31) “ukuran adalah suatu konsep matematika yang mengenai bentuk
benda yang memiliki ciri-ciri tertentu”. Suparno (2001: 52) mengemukakan
“ukuran adalah suatu konsep yang merajuk pada kemampuan seseorang dalam
mempersepsikan suatu ciri-ciri benda berdasarkan banyak-sedikit, besar-kecil,
panjang-pendek, tinggi-rendah, berat-ringan”. Dari pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa ukuran adalah suatu konsep matematika yang mengenalkan
ciri suatu benda berdasarkan banyak-sedikit, besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-
rendah, berat-ringan.
Menyampaikan materi pelajaran berkaitan dengan ukuran dilakukan dengan
kegiatan yang menyenangkan agar anak mudah untuk memahami materi yang
disampaikan. tujuan mengenalkan ukuran pada anak antara lain: 1) Agar anak
dapat memahami bentuk-bentuk benda sesuai dengan ciri suatu benda berdasarkan
banyak-sedikit, besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-rendah, berat-ringan. 2) Agar
anak dapat menyelesaikan permasalah yang terjadi pada kegiatan sehari-hari. 3)
Agar anak dapat membedakan objek benda yang ditemui dilingkungan sekitar
dengan ciri suatu benda berdasarkan banyak-sedikit, besar-kecil, panjang-pendek,
tinggi-rendah, berat-ringan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
mengenalkan ukuran agar anak dapat menyelesaikan permasalah yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep ukuran berdasarkan
banyak-sedikit, besar-kecil, panjang-pendek, tinggi-rendah, berat-ringan.
Pengenalan ukuran untuk mengajar anak untuk memecahkan masalana. Hal
yang dihadapi dalam kehidupan melalui kegiatan sederhaHal yang sama juga di
kemukakan oleh Hadis Hawadi (2009: 32) tentang perkembangan anak usia dini
bahwa “anak-anak perlu dikenalkan dengan konsep ukuran sejak usia dini, agar
anak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari”. Menurut Patmonodewo, (2003: 15). “ukuran yang dapat dikenalkan kepada
anak antara lain besar-kecil, berat-ringan, panjang-pendek, tinggi-rendah”.
Menurut Sadiman (2002: 84) pengenalan terhadap ukuran: konsep besar-kecil:
Pengenalan konsep besar-kecil dapat dengan melakukan kegiatan seperti
membedakan dua buah objek yang sama jenisnya seperti baju yang besar dan
baju yang kecil, binatang yang berbadan besar dan binatang yang berbadan kecil
serta media lainnya. Dalam hal ini guru menjelaskan benda yang tergolong besar
dan benda yang tergolong kecil.
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya
melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Dalam pelaksanaan
demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh anak dapat memperhatikan
(mengamati) terhadap objek yang akan didemonstrasikan.
Wina Sanjaya (2006: 12) menyatakan bahwa “metode demonstrasi adalah
cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada anak
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam
bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru
atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus
disemonstrasikan”.
4

Anderson, (1990: 263) “menyatakan bahwa the purpose of this is to


demonstrate how dramatic play and food experimences can enrich and enhance
children’s acquisition of concept and knowlage, not only in science and math, but
also in social studies”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah metode pembelajaran yang mensituasikan pada suatu proses
yang perlu di lakukan secara sistematika untuk mendapatkan informasi atau
kejelasan, dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak metode demonstrasi yang
digunakan untuk mendapatkan informasi dan kejelasan tentang perbedaan ukuran.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode
demonstrasi di arahkan pada pencapaian kompetensi pembelajaran. Lind, (1990:
263) menerangkan bahwa “This emphasizes the natural play of young children as
the basis for developing of study and uses food demonstated to highlight the
interdisciplinary nature of practical activities”.
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa kegiatan demontrasi menekankan
pada bermain alami anak-anak sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian
dan menggunakan makanan menunjukkan untuk menyoroti sifat interdisipliner
kegiatan praktis
Delpie,( 2008 : 35) about the forms of games that can be used as a learning
intervention is one of them or pretend play is a form of role playing games made
by children using the imagination in order to assist in to be power of thinking and
language skills.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan metode
demonstrasi untuk memberikan informasi secara kongkrit kepada anak khususnya
dalam membedakan ukuran dengan melakukan kegiatan secara langsung. Tujuan
dan kegunaan metode demonstrasi, antara lain: untuk memudahkan penjelasan
sebab penggunaan bahasa lebih terbatas, untuk membantu anak dalam memahami
dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, untuk menghindari
verbalisme, cocok digunakan apabila akan memberikan keterampilan tertentu.
Menurut Moedjiono (1993: 82) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan
metode demonstrasi meliputi hal-hal berikut: 1) Kegiatan pembukaan: sebelum
kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam pembukaan
pelajaran: a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap anak dapat
memperhatikan apa yang didemonstasikan guru. b) Tanyakan pelajaran
sebelumnya. c) Timbulkan motivasi anak dengan mengemukakan anekdot atau
kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas. d)
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai anak dan juga tugas-tugas apa yang
harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti. 2) Kegiatan inti
pembelajaran: a) Mulailah melakukan demonstrasi sesuai dengan yang telah
direncanakan dan dipersiapkan guru, c) Pusatkan perhatian anak kepada hal-hal
penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga
semua anak mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-baiknya. d) Ciptakan
suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan. e) Berikan kesempatan
kepada anak untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk
memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar. 3) Kegiatan mengakhiri
pembelajaran
5

Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara


memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan
diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan.
Metode demonstrasi merupakan metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran. Metode demonstrasi merupakan suatu sumber metode
mengajar dimana seorang guru, orang luar atau manusia sumber yang sengaja
diminta atau anak menunjukkan kepada kelas suatu benda aslinya, tiruan (wakil
dari benda asli) atau suatu proses.

METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode deskriptif. Menurut Arikunto, (2007: 25)
“metode diskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif”. Menurut Nasution (2003: 56) “metode deskriptif berarti penelitian yang
dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi
atau kelompok tertentu secara akurat”.
Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk memusatkan
perhatian kepada aspek-aspek yang berkaitan dengan penerapan metode
demonstrasi dalam upaya meningkatkan kemampuan membedakan ukuran
melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Santi
Kabupaten Melawi. Sedangkan bentuk penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
menunjuk pada suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
meningkatkan hasil belajar anak, dalam hal ini hasil belajar yang akan
ditingkatkan yakni kemampuan membedakan ukuran besar dan kecil.
Penelitian ini dilakukan di TK Dharma Santi Kabupaten Melawi, alasan
lokasi ini dipilih karena sebagai tempat peneliti bekerja dan terdapat masalah
yakni rendahnya kemampuan membedakan ukuran pada anak usia 4-5 tahun.
Dalam penelitian ini seting yang buat berdasarkan kendala yang ditemui dalam
kegiatan pembelajaran, untuk itu digunakanlah jenis Penelitian Tindakan Kelas
dengan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.
Subjek dalam skripsi ini adalah guru 1orang dan anak yang berjumlah 15
anak, dengan kriteria yakni usia 4-5 tahun di TK Dharma Santi Kabupaten
Melawi yang mengalami masalah terhadap rendahnya kemampuan membedakan
ukuran.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah rangkaian tahap penelitian
dari awal hingga akhir. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa
model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Prosedur penelitian mencakup
tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan (planning); 2. Penerapan
tindakan (action); 3. Mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan
(observation and evaluation); dan 4. Melakukan refleksi (reflecting) dan
seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria
keberhasilan).
6

Pengumpulan data tentang proses dan hasil yang dicapai, dipergunakan


pengamatan (observasi), wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan untuk
memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata
langkah-langkah perbaikan sehingga menjadi lebih efektif dan efesien.
Sedangkan wawancara dilakukan kepada guru dengan maksud untuk
memperoleh data yang berkenaan dengan kegiatan pembelajaran berbicara
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Wawancara dilakukan kepada guru
dengan maksud untuk memperoleh data yang berkenaan dengan kegiatan
penerapan metode demonstrasi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Teknik
pengumpulan data selanjutnya adalah dokumentasi dalam hal ini sumber
informasinya adalah bahan-bahan tertulis atau tercatat dalam bentuk foto-foto
kegiatan, arsip data guru dan data anak.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman wawancara, adapun tujuan pedoman wawancara untuk memperoleh data
yang lebih obyektif dan akurat tentang kegiatan pembelajaran dengan metode
demonstrasi. Selain itu peneliti juga menggunakan pedoman observasi. Pedoman
observasi dibuat berdasarkan indikator dari variabel penelitian untuk mengetahui
aktivitas anak dan guru selama pembelajaran.
Menurut Wiraatmadja (2002: 117) ”Analisis data diartikan sebagai upaya
mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data
tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-
masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian”. Dalam proposal hasil
observasi baik terhadap guru maupun anak di hitung dengan menggunakan rumus
persentase menurut Iskandar (2011: 12) sebagai berikut.
F
P%  x100
N
Keterangan:
P : Presentase
F : Frekuensi Jawaban
N : Jumlah Responden
100 : Bilangan Tetap

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Siklus ke 1 pertemuan ke 1 hasil peningkatan terhadap kemampuan anak
dalam membedakan ukuran pada indikator: anak membedakan ukuran besar dan
kecil dengan penilaian berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 4 anak atau
dengan persentase sebesar 26%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan
(BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase sebesar 26%, pada penilaian
mulai berkembang (MB) sebanyak 4 anak atau dengan persentase 26%, pada
penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 3 anak atau dengan persentase 22%.
Hasil peningkatan terhadap kemampuan anak mengelompokkan benda
berdasarkan ukuran besar dan kecil dengan penilaian berkembang sangat baik
(BSB) sebanyak 3 anak atau dengan persentase sebesar 22%, pada penilaian
berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 anak atau dengan persentase
sebesar 30%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 4 anak atau
7

dengan persentase 26%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 3 anak
atau dengan persentase 22%.
Siklus ke 1 pertemuan ke 2 hasil peningkatan kemampuan anak pada
indikator anak membedakan ukuran besar dan kecil dengan penilaian berkembang
sangat baik (BSB) sebanyak 6 anak atau dengan persentase sebesar 40%, pada
penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 5 anak atau dengan
persentase sebesar 30%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak
atau dengan persentase 15%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 2
anak atau dengan persentase 15%.
Hasil peningkatan kemampuan anak pada indikator anak mengelompokkan
benda berdasarkan ukuran besar dan kecil dengan penilaian berkembang sangat
baik (BSB) sebanyak 7 anak atau dengan persentase sebesar 45%, pada penilaian
berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan persentase
sebesar 25%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak atau
dengan persentase 15%, pada penilaian belum berkembang (BB) sebanyak 2 anak
atau dengan persentase 15%.
Siklus ke 2 pertemuan ke 1, hasil peningkatan kemampuan anak pada
indikator membedakan ukuran besar dan kecil dengan penilaian berkembang
sangat baik (BSB) sebanyak 9 anak atau dengan persentase sebesar 60%, pada
penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan
persentase sebesar 25%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak
atau dengan persentase 15%, dan tidak ada lagi anak yang dinilai belum
berkembang (BB).
Hasil peningkatan membedakan ukuran anak pada indikator
mengelompokkan benda berdasarkan ukuran binatang dengan penilaian
berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 9 anak atau dengan persentase sebesar
60%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau
dengan persentase sebesar 25%, pada penilaian mulai berkembang (MB) sebanyak
2 anak atau dengan persentase 15%, dan anak yang dinyatakan belum berkembang
(BB) sudah tidak ada lagi.
Siklus ke 2 pertemuan ke 2, hasil peningkatan kemampuan anak pada
indikator membedakan ukuran besar dan kecil dengan penilaian berkembang
sangat baik (BSB) sebanyak 13 anak atau dengan persentase sebesar 86,4%, pada
penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau dengan
persentase sebesar 13,4%, anak yang dinilai mulai berkembang (MB) dan belum
berkembang (BB) sudah tidak ada lagi.
Hasil peningkatan kemampuan membedakan ukuran anak pada indikator
mengelompokkan benda berdasarkan ukuran besar dan kecil dengan penilaian
berkembang sangat baik (BSB) sebanyak 13 anak atau dengan persentase sebesar
86,4%, pada penilaian berkembangan sesuai harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau
dengan persentase sebesar 13,4%, anak yang dinilai mulai berkembang (MB) dan
belum berkembang (BB) sudah tidak ada lagi.
Dapat di jelaskan bahwa kemampuan anak membedakan ukuran besar dan
kecil dengan penilaian pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 26%, pada siklus 1
pertemuan 2 meningkat menjadi 40%, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi
menjadi 60%, pada siklus 2 pertemuan 2 meningkat menjadi 86,6%. Sedangkan
8

kemampuan anak mengelompokkan benda berdasarkan ukuran besar dan kecil


pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 30%, pada siklus 1 pertemuan 2 meningkat
menjadi 45%, pada siklus 2 pertemuan 1 meningkat lagi menjadi 60%, pada siklus
2 pertemuan 2 meningkat menjadi 86,6%.

Pembahasan
Pembahasan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini untuk membahas
permasalahan yang ada sesuai dengan rumusan masalah, adapun pembahasan
sebagai berikut.
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam meningkatkan
kemampuan membedakan ukuran melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Dharma Santi Kabupaten Melawi. Perencanaan yang dilakukan guru
berdasarkan teori di atas, dimana guru merencanakan berdasarkan materi yang
akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, dengan menetapkan
tema dan sub tema serta media pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang
dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan membedakan ukuran melalui
metode demonstrasi dapat dikategorikan terlaksana dengan baik, karena guru
membuat perencanaan yang memudahkan dalam penyampaian materi, adapun
perencanaan yang dilakukan guru antara lain: a) Membuat Rencana Kegiatan
Harian, dalam hal ini RKH memuat Hasil Pembelajaran yakni anak dapat
berbicara tentang jenis-jenis kebutuhan dan memuat Kompetensi Dasar, sesuai
dengan Tema adapun tema yang di angkat. b) Memilih bahan main, dalam hal ini
guru menentukan media pembelajaran sesuai tema yakni jenis-jenis pakaian,
binatang peliharaan. c) Metode Pembelajaran yakni metode demontrasi yang
digunakan sesuai dengan tema dan langkah-langkah dalam setiap tahap
pembelajaran. d) Membuat penilaian hasil belajar yakni membuat penilaian
perkembangan kemampuan anak berdasarkan aspek yang diteliti. Alasan
perencanaan pembelajaran yang dilakukan untuk memodifikasi pembelajaran agar
tidak membosankan bagi anak, dengan demikian maka kemampuan membedakan
ukuran pada anak akan meningkat melalui metode demonstrasi.
Dalam hal ini perencanaan yang dilakukan guru dilihat sangat unik dalam
memotivasi kemampuan membedakan ukuran pada anak, guru mengangkat tema
yang diminati anak dan menggunakan media nyata sebagai alat dalam
menyampaikan materi pembelajaran, hasil belajar yang diharapkan tertuang dalam
rencana kegiatan inti pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam meningkatkan
kemampuan membedakan ukuran melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5
tahun di TK Dharma Santi Kabupaten Melawi. Pelaksanaan yang dilakukan guru
berdasarkan teori di atas, dimana guru melaksanakan pembelajaran perencanaan
yang telah dibuat. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
meningkatkan kemampuan membedakan ukuran melalui metode demonstrasi
dapat dikategorikan terlaksana dengan baik, karena guru dapat melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan perencanaan, adapun perencanaan yang dilakukan
guru antara lain: 1) Melaksanakan pijakan lingkungan dengan mengatur media
pembelajaran dan ruangan belajar, 2) Melaksanakan pijakan sebelum main dengan
membuka pelajaran dengan do’a dan salam serta menyampaikan apersepsi
9

kegiatan yang akan dilakukan, 3) Melaksanakan pijakan saat main yakni


mengajak anak membedakan ukuran besar dan kecil, mengajak anak
mengelompokkan benda berdasarkan ukuran besar dan kecil, 4) Melaksanakan
pijakan setelah main dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
menyatakan kesulitan belajar dan memberikan reward pada anak serta menutup
pelajaran dengan do’a dan salam.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dapat memotivasi sehingga anak
tidak bosan dalam belajar, dengan demikian maka kemampuan membedakan
ukuran pada anak akan meningkat melalui metode demonstrasi.
Metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membedakan ukuran
pada anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Santi Kabupaten Melawi. Metode
demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membedakan ukuran besar dan
kecil pada anak usia 4-5 tahun karena dalam pelaksanaannya guru berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan tema kebutuhanku dan tema
binatang. Jadi anak membedakan ukuran sesuai dengan penjelasan yang telah
dilakukan guru pada saat demonstrasi dan anak dapat memahami tugas yang
diberikan guru dengan cara melaksanakan kegiatan demonstrasi itu.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan guru dalam menjelaskan materi
tentang membedakan ukuran besar dan kecil yakni dengan membandingkan
ukuran suatu benda yang besar dan benda yang kecil seperti membandingkan
ukuran pakaian anak dan pakaian orang dewasa. Setelah itu anak
mendemontrasikan cara membandingkan ukuran besar dan kecil, selanjutnya guru
memberikan tugas kepada anak untuk mendemontrasikan ukuran suatu benda.
Selanjutnya metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengelompokkan ukuran besar dan kecil pada anak usia 4-5 tahun karena guru
dalam pelaksanaannya guru menjelaskan cara mengelompokkan benda sesuai
dengan kelompoknya. Dalam hal ini anak mendemontrasikan cara
mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran.
Pelaksanaan pembelajaran dalam mengelompokkan ukuran besar dan kecil
yakni guru menjelaskan cara mengelompokkan ukuran suatu benda dengan
bantuan media pembelajaran, setelah itu anak mendemontrasikan cara
mengelompokkan media seperti pakaian yang berukuran besar di tempatkan sama
ukurannya dan begitupula pakaian yang berukuran kecil di tempatkan pada ukuran
yang sama pula. Setelah itu guru memberikan tugas kepada anak untuk
mendemonstrasikan cara mengelompokkan media sesuai dengan ukuran.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat ditarik
kesimpulan secara umum bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan
membedakan ukuran melalui metode demonstrasi pada anak usia 4-5 tahun di TK
Dharma Santi Kabupaten Melawi yakni dengan memilih tema kebutuhanku dan
binatang serta membuat media pelajaran sesuai dengan tema sudah dapat
dikategorikan berkembang sangat baik mencapai 86,6%. Secara khusus dapat
ditarik kesimpulan bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru
antara lain: a) Membuat Rencana Kegiatan Harian, b) Memilih bahan main. )
10

Metode Pembelajaran 4) Membuat penilaian hasil belajar. 2) Pelaksanaan


pembelajaran yang dilakukan guru antara lain: a) Melaksanakan pijakan
lingkungan dengan mengatur media pembelajaran dan ruangan belajar, b)
Melaksanakan pijakan sebelum main dengan membuka pelajaran dengan do’a dan
salam serta menyampaikan apersepsi kegiatan yang akan dilakukan, c)
Melaksanakan pijakan saat main yakni mengajak anak membedakan ukuran besar
dan kecil, mengajak anak mengelompokkan benda berdasarkan ukuran besar dan
kecil, d) Melaksanakan pijakan setelah main dengan memberikan kesempatan
kepada anak untuk menyatakan kesulitan belajar dan memberikan reward pada
anak serta menutup pelajaran dengan do’a dan salam. 3) Metode demonstrasi
dapat meningkatkan kemampuan membedakan ukuran pada anak usia 4-5 tahun
antara lain: a) Anak dapat membedakan ukuran besar dan kecil pada anak, b)
Anak dapat mengelompokkan ukuran besar dan kecil.

Saran
Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan
kemampuan anak usia 4-5 tahun dengan penerapan metode demonstrasi,
hendaknya: 1) Guru dapat merancang pendekatan yang berguna dalam
memotivasi anak untuk membedakan ukuran besar dan kecil belajar agar
kemampuan anak dapat berkembang sebagai mana mestinya. 2) Guru dapat
menjelaskan dengan detail dalam mengajarkan anak untuk mengelompokkan
ukuran besar dan kecil sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. 3) Untuk
menarik respon anak dalam belajar hendaknya guru sering menggunakan
perlombaan dalam kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,


Yogyakarta: Rineka Cipta

Delpie,( 2008). Contemporary Curriculum K-8. Washington DC: US Government


Printing Office

Hadis Hawadi (2005). Aktivitas Mengajar Anak TK. Jakarta: Pustaka Pelangi.

Iskandar, (2011) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: GP Press

Kemmis, Stephen & Mc. Taggart Robin, (1988). The Action Research Planner.
Victoria: Deakim University

Nasution, S, (2003), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Jilid XI. Bina Aksara. Jakarta.

Patmonodewo, Soemiarti (2003). Pendidikan Anak Usia Praasekolah . Jakarta:


Rineka Cipta Cet. II
11

Permendiknas. (2003). Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan. Jakarta: Pusat


Perbukuan Departemen pendididkan Nasional(http: //www.
Permendiknas. go.id/download/ standar kompetensi. doc, diakses 10
Oktober 2009)

Sadiman Arief S, dkk. (2002). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Sanjaya, Wina. (2006). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

Suparno (2007). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Bandung: Angkasa

Udin S Winata Putra. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud


Universitas Terbuka Indonesia

Wiraatmadja, Rochiati (2002) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta

Zaman Badru (2008). Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas
Terbuka

Anda mungkin juga menyukai