Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

 
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Pemberian Aromaterapi
Secara Masase Pada Anak dengan Nyeri Kanker” ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki. Kami juga berterima kasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas yaitu Ibu Ni Kadek Sri Rahyanti, S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.An yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami bisa membuat makalah ini dengan
baik serta tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai terapi lain pada anak dengan penyakit kronis
dan asuhan keperawatannya. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna
bagi siapapun yang membacanya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
 

Denpasar, 18 Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6

2.1 Aromaterapi Secara Masase.............................................................................6

2.2 Pengobatan Nyeri Kanker ................................................................................7

2.3 Pengertian Aromaterapi ...................................................................................7

2.4 Pijat Dan Masase ...............................................................................................9

2.5 Pemberian Aromaterapi Secara Masase Pada Kanker.................................. 10

2.6 Peran Perawat Dalam Manajemen Nyeri Anak.............................................15

2.7 Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer ...............................................15

2.8 Asuhan Keperawatan Teoritis Pasien Dengan Penyakit Kanker


Menggunakan Aromaterapi.
..............................................................................................................................
16

BAB III PENUTUP..................................................................................................23

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................23

2
3.2 Saran...................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan penyakit yang muncul akibat pertumbuhan sel yang tidak
normal dari sel di jaringan tubuh. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian pada
pasiennya. Data dari WHO menyebutkan bahwa lebih dari 200.000 anak di diagnose
dengan kanker pada setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia sendiri angka kejadian
penyakit kanker berada pada urutan ke-8 di Asia Tenggara, serta urutan ke 23 di Asia.
Sejak awal kemunculan penyakit kanker hingga kanker stadium akhir, penderita
biasanya selalu mengeluh adanya nyeri yang sangat hebat. Nyeri yang dirasakan
berbeda-beda tergantung dengan stadium yang dialami oleh penderita. Pemberian
obat-obatan jenis analgesic biasanya digunakan untuk menurunkan kualitas nyeri pada
pasien kanker dan pemberiannya diberikan mulai dari dosis yang rendah hinga dosis
tinggi, namun hanya dengan pemberian obat-obatan analgesic tidak dapat
menghilangkan nyeri secara permanen, tetapi hanya dapat mengurangi nyeri dalam
beberapa waktu saja.
Sebagai seorang perawat, salah satu tindakan keperawatan yang dapat diberikan
kepada pasien adalah dengan melakukan manajemen nyeri, namun harus tetap
mengutamakan kenyamanan pasien. Beberapa sumber menyebutkan bahwa
penatalaksanaan nyeri akan lebih efektif dirasakan oleh pasien jika dikombinasikan
dengan pemberian terapi nonfarmakologi. Salah satu terapi nonfarmakologi yang saat
ini dapat digunakan namum tidak mengganggu pengobatan penyakit kanker adalah
pemberian aromaterapi. Aromaterapi merupakan terapi dengan menggunakan bahan
utama cairan tanaman yang dikenal dengan minyak esensial (essential oil) yang
bertujuan untuk memperbaiki mood serta kesehatan penggunanya. Pemberian minyak

3
aromaterapi ini dapat diberikan dengan berbagai cara yaitu penghirupan (minyak
esensial dituangkan dalam diffuser kemudian hasil uap dari diffuser ini dihirup oleh
pasien), pengompresan atau berendam (dengan cara mencampurkan minyak esensial
pada air hangat kemudian digunakan untuk mengompres atau dapat langsung
berendam dalam campuran air tersebut), dan masase. Namun pemberian masase
dikatakan memberikan efek paling efektif karena berhubungan langsung dengan
sirkulasi tubuh dan memberikan efek distraksi serta relaksasi pada pasien.
Pada pasien kanker anak, biasanya anak akan sangat rewel saat nyeri dirasakan,
serta anak biasanya akan cenderung menolak untuk mengkonsumsi obat-obatan, maka
dari itu diharapkan dengan diberikannya terapi masase aromaterapi pada anak dapat
meringankan rasa nyeri yang dirasakan oleh anak tersebut. Maka dari itu kami
kelompok tertarik untuk membahas pemberian aromaterapi secara masase pada pasien
anak dengan nyeri kanker.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Aromaterapi secara masase?


2. Apa saja pengobatan nyeri kanker ?
3. Apa yang dimaksud dengan aromaterapi ?
4. Apa yang dimaksud dengan pijat dan masase ?
5. Bagaimanakah pemberian aromaterapi secara masase pada kanker ?
6. Bagaimanakah peran perawat dalam manajemen nyeri anak ?
7. Bagaimanakah peran perawat dalam terapi komplementer ?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan teoritis pasien dengan penyakit kanker
menggunakan aromaterapi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui aromaterapi secara masase
2. Untuk mengetahui pengobatan nyeri kanker
3. Untuk mengetahui pengertian dari aromaterapi
4. Untuk mengetahui pengertian pijat dan masase

4
5. Untuk mengetahui pemberian aromaterapi secara masase pada kanker
6. Untuk mengetahui peran perawat dalam manajemen nyeri
7. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi komplomenter
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis pasien dengan penyakit kanker
menggunakan aromaterapi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aromaterapi Secara Masase


1. Nyeri
Menurut The International Association For the Study of Pain (IASP) dalam Reny
Sulistyowati (2008) menyebutkan nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan secara aktual ataupun potensial.
a. Jenis-jenis nyeri
Berdasarkan durasinya, Price & Wilson (2006) dalam Reny Sulistyowati
(2008) membagi dua tipe nyeri, yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Sedangkan
Otto (2001, hlm 866) dalam Reny Sulistyowati (2008) membagi nyeri menjadi
empat kategori, yaitu nyeri akut, nyeri kronik, nyeri kanker kronik dan
breakthrough pain atau incident pain.
1) Nyeri Akut
Didefinisikan sebagai nyeri yang mereda setelah intervensi atau
penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan
masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak
menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan
menghilang apabila faktor internal atau eksternal yang merangsang reseptor
nyeri dihilangkan (Price & Wilson, 2006). Sedangkan menurut Ottto (2001,
hlm. 866) nyeri akut berlangsung singkat (<3 – 6 bulan), penyebabnya
biasanya diketahui, intensitas dapat dari ringan sampai berat.
2) Nyeri Kronik
Merupakan nyeri yang berlanjut walaupun pasien diberi pengobatan atau
penyakit tampak sembuh dan nyeri tidak memiliki makna biologik. Nyeri
kronik dapat berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non
keganasan atau intermiten, seperti pada nyeri kepala migren rekuren. Nyeri

6
yang menetap selama 6 bulan atau lebih secara umum digolongkan sebagai
kronik (Price & Wilson, 2006) dalam Reny Sulistyowati (2008).
3) Nyeri kanker kronik
Nyeri kanker dapat akut dan kronik. Terdapat elemen waktu dari nyeri
kronik, intensitasnya dapat berat, nyeri dapat dideskripsikan sebagai nyeri
yang “interactable” (tidak dapat diobati) dan dapat memiliki beberapa
penyebab (Otto, 2001, hlm. 868 dalam Reny Sulistyowati, 2008).
4) Breakthrough Pain atau Insident Pain
Dikarakteristikkan sebagai peningkatan nyeri yang sementara dari intensitas
sedang ke intesitas yang lebih berat. Breakthrough Pain digambarkan terjadi
berhubungan dengan aktifitas spesifik, seperti berjalan, batuk. Pada
penderita kanker dapat mengalami nyeri breakthrough pain ini (Otto, 2001
dalam Reny Sulistyowati, 2008).

2.2 Pengobatan Nyeri Kanker


Tujuan keseluruhan dalam pengobatan nyeri adalah mengurangi nyeri sebesar-
besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil (Price & Wilson, 2006, hlm.
1083 dalam Reny Sulistyowati, 2008). Pengobatan nyeri yang dapat dilakukan yaitu
salah satunya dengan pendekatan non farmakologis. Terdapat bermacam-macam
pendekatan non farmakologis untuk mengatasi rasa nyeri dan telah efektif untuk
mengatasi rasa nyeri pada pasien dengan penyakit kronis. Pendekatan non
farmakologis yang dapat dilakukan yaitu dengan aromaterapi dan masase.

2.3 Pengertian Aromaterapi


a) Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi adalah istilah modern yang dipakai untuk proses penyembuhan
kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa (Primadiati,
2002 dalam Reny Sulistyowati, 2008). Sari tumbuhan aromatik yang dipakai
diperoleh melalui berbagai macam cara pengolahan dan dikenal dengan nama
’minyak esensial’.

7
Pengertian lain dari aromaterapi seperti yang diungkapkan oleh Snyder &
Lindquist (2002) dalam Reny Sulistyowati (2008) adalah penggunaan minyak
esensial untuk tujuan terapeutik yang meliputi mind, body and spirits. Jika
aromaterapi digunakan secara klinik oleh perawat, maka akan menjadi sasaran
pencapaian klinik yang dapat diukur. Sehingga definisi aromaterapi secara klinik
sangat spesifik, yaitu penggunaan minyak esensial untuk hasil yang diharapkan
dan dapat diukur (Snyder & Lindquist, 2002 dalam Reny Sulistyowati, 2008).
Aromaterapi merupakan suatu jenis pengobatan yang menerapkan kontak
tubuh secara langsung, aromaterapi mempunyai kekuatan penyembuhan yang
menggabungkan efek fisiologis, yang ditimbulkan oleh masase pada tubuh, dengan
efek psikologis, yang berasal dari minyak esensial. Aromaterapi dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya penghirupan, pengompresan atau berendam,
walaupun yang paling efektif adalah dengan masase.
b) Cara Kerja Bahan Aromaterapi
Bahan yang digunakan dalam aromaterapi adalah minyak esensial. Mekanisme
kerja aromaterapi dengan minyak esensial di dalam tubuh manusia berlangsung
melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.
Bila diminum atau dioleskan pada permukaan kulit, minyak esensial akan diserap
tubuh, yang selanjutnya akan dibawa oleh sistem sirkulasi baik sirkulasi darah
maupun sirkulasi limfatik melalui proses pencernaan dan penyerapan kulit oleh
pembuluh- pembuluh kapiler. Selanjutnya, pembuluh-pembuluh kapiler
mengantarnya ke susunan saraf pusat dan oleh otak akan dikirim berupa pesan ke
organ tubuh yang mengalami gangguan atau ketidakseimbangan. Minyak esensial
yang dioleskan disertai pemijatan akan lebih merangsang sistem sirkulasi untuk
bekerja lebih aktif (Primadiati, 2002 hlm. 32 dalam Reny Sulistyowati, 2008).
Minyak esensial yang dioleskan secara masase dapat mempengaruhi system
tubuh dalam beberapa jam, hari, atau minggu, tergantung dari kondisi kesehatan
seseorang. Penyerapan minyak esensial ke dalam system sirkulasi membutuhkan
waktu sekitar 30 menit untuk diserap sepenuhnya oleh system tubuh sebelum
dikeluarkan kembali melalui paru-paru, kulit dan urin dalam waktu beberapa jam
kemudian.

8
c) Efek Minyak Esensial Pada Tubuh
Minyak esensial merupakan sari pati tumbuhan hasil ekstraksi batang, daun,
bunga, kulit buah, kulit kayu, biji atau tangkai tumbuhan yang menghasilkan unsur
aromatik tertentu. Minyak esensial bukanlah minyak sebagaimana minyak sesuai
arti katanya, melainkan suatu bahan yang mirip minyak karena bentuknya lebih
cair daripada minyak dan sama sekali tidak “berminyak” sehingga tidak
meninggalkan bekas pada baju atau kertas. Minyak esensial merupakan bahan
yang sangat mudah menguap, sehingga sering juga disebut volatile oil dan sangat
mudah larut dalam minyak tumbuhan maupun alkohol, tetapi samasekali tidak
larut dalam air (Primadiati, 2002).
Minyak esensial bekerja dalam tiga jalur yaitu pencernaan, penciuman dan
penyerapan kulit. Secara farmakologi, aromaterapi bekerja dalam tubuh manusia
melalui dua sistem, yaitu melalui sistem saraf dan sistem sirkulasi. Melalui
jaringan saraf yang mengantarnya, sistem saraf akan mengenali bahan aromatik
sehingga sistem saraf vegetatif, yaitu sistem saraf yang berfungsi mengatur fungsi
organ seperti mengatur denyut jantung, pembuluh darah, pergerakan saluran cerna
akan terangsang.

2.4 Masase atau Pijat


a) Pengertian Masase
Masase atau pijat merupakan salah satu strategi stimulasi kulit tertua dan
yang paling sering digunakan adalah pemijatan dan penggosokan. Pijat dapat
dilakukan dengan jumlah tekanan dan stimulasi yang bervariasi terhadap berbagai
titik-titik pemicu miofasial (nyeri kronis yang mempengaruhi muskuloskeletal)
diseluruh tubuh. Untuk mengurangi gesekan digunakan minyak atau lotion. Pijat
akan melemaskan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi lokal.
b) Manfaat Masase Untuk Nyeri Kanker
Pada saat dilakukan masase, sentuhan terapis dikombinasikan dengan efek
minyak esensial terhadap rohani dan jasmani sehingga pasien akan dibantu

9
melupakan semua kekhawatirannya untuk sementara waktu, yang mana merupakan
suatu keadaaan yang hampir mirip meditasi (Price, 1997 dalam Reny Sulistyowati,
2008). Hal ini akan memicu respons relaksasi yang mengaktifkan reaksi
kesembuhan tubuh dan khasiatnya yang luar biasa adalah dapat meredakan
ketegangan serta kecemasan, baik jasmani maupun rohani.
Masase dapat melonggarkan otot-otot dan jaringan yang tersumbat.
Sirkulasi yang merupakan proses pergerakan aliran darah, limfe dan oksigen
didalam tubuh dan otak adalah proses yang sangat penting untuk membantu
menstimulasi sel-sel tubuh. Sistem sirkulasi yang baik akan membuat tubuh
mampu menjalankan seluruh proses yang ada dalam tubuh dengan sempurna, dapat
membuang zat-zat yang tidak bermanfaat, serta mampu melawan benda-benda
asing yang dapat mengganggu tubuh.
Manfaat fisiologis masase dapat dikaji dengan mudah, yaitu meningkatkan
sirkulasi, baik darah maupun getah bening (sehingga membantu menghilangkan
toksin dari dalam tubuh), memperlambat frekuensi nadi, menurunkan tekanan
darah, melemaskan otot yang tegang, menguatkan otot yang lemah atau kurang
gerak dan mengatasi keadaan kram.
Masase dapat dilakukan pada seluruh tubuh atau pada area spesifik di tubuh
seperti pada punggung, kaki atau tangan (Cochrane, 1993 dalam Snyder &
Lindquist, 2002 dalam Reny Sulistyowati, 2008). Metode masase yang digunakan
pada pasien di area-area perawatan spesifik yang mengalami nyeri kronik seperti
pasien kanker, pediatrik dan pasien dengan perawatan jangka panjang adalah
dengan gerakan mengusap yang disebut dengan metode M-technic (Snyder &
Lindquist, 2002 dalam Reny Sulistyowati, 2008).

2.5 Pemberian Aromaterapi Secara Masase Pada Kanker


a) Manfaat Masase dalam Aromaterapi
Masase sangat berperan penting dalam perawatan aromaterapi. Melalui
masase, unsur penting pada minyak tersebut akan terserap oleh tubuh sehingga
selain diperoleh manfaat dari masase itu sendiri, juga diperoleh manfaat psikologis
dan fisiologis dari minyak esensial yang digunakan. Perawatan aromaterapi

10
melalui masase bertahan selama beberapa jam sebelum minyak esensial
menghilang melalui evaporasi paru-paru atau kulit dan keluar melalui air kencing.
b) Teknik Pemberian Aromaterapi dengan Masase
Dalam penggunaan aromaterapi, kekuatan energi bukan bergantung pada
kekuatan pemijatan atau masase, tetapi pada konsentrasi untuk melakukan gerakan
yang tepat. Dalam pemijatan atau masase, perlu diperhatikan kondisi dan keadaan
kulit, sistem sirkulasi kulit sangat mempengaruhi kerja minyak esensial karena
secara tidak langsung kondisi kulit mencerminkan keadaan sirkulasi tubuh. Bila
sirkulasinya baik, bahan esensial diantarkan dengan baik ke daerah yang ingin
diobati. Dalam hal ini sistem limfe merupakan sistem yang paling efektif untuk
mengangkut bahan tersebut dibandingkan dengan sirkulasi darah sehingga dalam
perawatan aromaterapi gerakan masase yang dilakukan harus sesuai dengan arah
aliran limfe di dalam tubuh, yang sering disebut sebagai lymph drainage (Price,
1997 dalam Reny Sulistyowati, 2008).
c) Metode Masase yang Digunakan Dalam Perawatan Aromaterapi

Metode masase yang digunakan pada pasien di area-area perawatan


spesifik yang mengalami nyeri kronik seperti pasien kanker, pediatrik dan pasien
dengan perawatan jangka panjang adalah dengan gerakan ‘mengusap’ yang disebut
dengan metode M- technic (Cook & Burkhardt, 2004 Reny Sulistyowati, 2008).
Metode M-technic merupakan usapan yang terstruktur yang dilakukan secara
teratur dan memiliki pola dan tekanan yang tetap. Teknik ini ditemukan oleh
seorang critical care nurse untuk memberikan sentuhan pada situasi dimana masase
(dengan tekanan tertentu) tidak tepat untuk diberikan pada pasien yang rapuh.
Setiap gerakan mengusap diulangi sebanyak 3 kali, sehingga menciptakan protokol
yang tepat dan mudah dikenali oleh tubuh. Pasien dapat memberikan komentar
bagaimana relaksnya setelah mereka dilakukan masase dengan metode M-technic,
mereka menggambarkannya sebagai ‘physical hypnotherapy’. Gerakan mengusap
ini mudah untuk dipelajari dan dapat diajarkan kepada keluarga pasien (Buckle,
1998 dalam Reny Sulistyowati, 2008).

d) Keamanan Pemberian Aromaterapi Secara Masase Pada Pasien Kanker

11
Tidak terdapat bukti yang menyatakan bahwa terapi masase dapat
menyebarluaskan kanker, meskipun melakukan tekanan langsung pada tumor
merupakan hal yang harus dihindari, namun dengan metode yang tepat yaitu
mengunakan M-technic maka terapi ini aman diberikan pada pasien (Sagar,
Dryden & Wong, 2005 dalam Reny Sulistyowati, 2008).
e) Hal yang Harus Diwaspadai
Hal yang harus diwaspadai oleh praktisi kesehatan pada saat melakukan masase
pada situasi khusus dengan pasien kanker adalah: (Sagar, Dryden & Wong, 2005
dalam Reny Sulistyowati, 2008).
1. Penyakit-penyakit koagulasi, yang dikomplikasikan oleh adanya
perdarahan internal dan lepuhan; jumlah platelet yang rendah; pengobatan yang
didapatkan pasien, seperti: coumadin, asetilsalicylic acid, heparin.
2. Kanker yang bermetastasis pada tulang, dengan komplikasi fraktur.
3. Luka terbuka atau dermatitis radiasi, dengan komplikasi nyeri dan
infeksi.
4. Hal penting yang perlu diingat lainnya adalah bahwa minyak esensial
merupakan bahan yang bersifat sangat kuat dan harus diencerkan lebih
dahulu sebelum digunakan. Cara terbaik untuk melarutkan minyak
esensial adalah dengan menggunakan minyak pengencer, yang disebut
juga minyak karier (carrier oil atau base oil), yang berupa minyak nabati
dengan kualitas tinggi.

f. Pemilihan Minyak Dalam Pemberian Aromaterapi Secara Masase

Minyak esensial yang dapat mengurangi stres sekaligus memiliki sifat


analgesik akan memberikan efek yang paling kuat karena kerjanya yang
mengatasi rasa nyeri yang berasal dari pikiran di samping mengatasi nyeri fisik
akibat penyakit itu sendiri. Minyak Origanum majorana, Pelargonium graveolens
dan minyak dari cabang tanaman Juniperus communis memiliki sifat analgesik
sekaligus dapat mengurangi stres (minyak juniper juga bersifat antiinflamasi)
(Price, 1997 dalam Reny Sulistyowati, 2008).

12
Sifat analgesik dari minyak esensial terjadi sebagian akibat efek
antiinflamasi, sirkulasi dan detoksifikasi yang ditimbulkan oleh beberapa jenis
minyak esensial dan sebagian lagi oleh jenis minyak esensial lainnya. Beberapa
jenis minyak esensial memiliki sifat sedatif universal atau kerja soporifik
sehingga meredakan rasa nyeri, misalnya minyak Chamaemelum nobile, Cananga
odorata, Citrus reticulata, Citrus bergamia.

Minyak esensial lainnya yang memiliki sifat analgesik adalah minyak


Pipernigrum dan Zingiber officinalis. Untuk rasa nyeri yang hebat, minyak
Syzygium aromaticum, Melaleuca cajuputi dan Myristica fragrans memiliki efek
yang lebih kuat. Untuk keamanan dan kemujaraban penggunaan aromaterapi
klinik di dalam praktek oleh perawat, maka hal-hal berikut ini harus diketahui:
(Buckle, 1998 dalam Reny Sulistyowati, 2008).

1) Nama botanical dari minyak esensial yang digunakan


2) Bagian dari tanaman, metode penyulingan minyak dan negara asal dari
minyak tersebut
3) Kimiawi dari minyak esensial
4) Bagaimana minyak esensial bekerja paling baik (informasi yang akan
mengindikasikan metode mana yang digunakan untuk pemberiannya)
5) Kontraindikasi dan keamanan penggunaan minyak esensial

g. Langkah-langkah Dalam Pemberian Aromaterapi Secara Masase


Langkah-langkah dalam memberikan perawatan aromaterapi secara masase pada
pasien adalah (Cook & Burkhardt, 2004 dalam Reny Sulistyowati, 2008):
1) Seleksi pasien yang menderita penyakit kanker dan mengalami nyeri akibat
tumornya.
2) Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
3) Lakukan kontrak waktu dengan pasien.
4) Diskusikan apa yang dirasakan pasien selama ini dan tindakan apa saja yang
sudah dilakukan untuk mengatasi masalahnya.

13
5) Perkenalkan aromaterapi dan jelaskan manfaat minyak esensial kepada tubuh
manusia, terutama kepada pasien yang mengalami nyeri kanker.
6) Jelaskan prosedur pemberian aromaterapi secara masase kepada pasien.
7) Berikan pasien waktu untuk bertanya mengenai aromaterapi.
8) Jika pasien setuju untuk dilakukan intervensi, minta pasien untuk mengisi
format informed consent yang sudah disediakan.
9) Lakukan tes alergi terhadap minyak esensial yang akan digunakan pada pasien.
10) Lakukan pengenceran pada minyak esensial yang akan digunakan
11) Lakukan masase dengan teknik dan metode yang benar
12) Berikan intervensi 2x dalam 1 minggu (hari ke-1 dan hari ke- 4) selama 3
minggu.

Intervensi Keperawatan : Aromaterapi


Secara Masase

Hidung Kulit

Sirkulasi Darah
Olfactory Bulm Sirkulasi
Limfatik
Meningkatkan
Impuls-Impuls Kerja Hormonal
Syaraf Di Hidung Pembuluh-
Pembuluh Kapiler

Sistem Limbik SSP

Otak
Otak

GABBA* Merangsang
Pelepasan Opioid
Endogen

Neuron-Neuron
di Amigdala &
Hippocampus Reseptor Opioid
Terhambat Berikatan di Sistensi
Lambik, Otak
Tengah, Medula 14
Spinalis & Usus
Mencegah Dibebaskannya
2.6 Peran Perawat dalam Manajemen Nyeri Anak
Berbagai Neurotransmitler
Filosofi keperawatan anak meliputi pemahaman
Penghasil terhadap
Nyeri anak sebagai
individu, asuhan berpusat pada keluarga, perawatan atraumatik, dan perawatan primer
(Hockenberry & Wilson, 2009 dalam Erni Setiyowati, 2016). Perawat perlu
memahami anak sebagai individu yang berkembang cepat dalam setiap aspek dan
tidak melupakan peran sentral keluarga dalam merawat anak. Perawat juga dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan pada anak tanpa menimbulkan trauma,
nyeri, rasa sedih dan takut serta memahami bahwa anak memerlukan waktu
beradaptasi yang lebih lama dibandingkan orang dewasa (Bowden & Greenberg, 2010
dalam Erni Setiyowati, 2016). Filosofi ini perlu diterapkan pada klien anak kanker
yang mengalamai nyeri.
Peran perawat dalam manajemen nyeri meliputi pengkajian, pencegahan nyeri,
intervensi berdasarkan penelitian, evidence based practice, perawataan klien berpusat
pada keluarga, edukasi serta perawatan paliatif (Vallerand, Musto, & Polomano, 2011
dalam Erni Setiyowati, 2016). Perawat harus melakukan pengkajian yang
komprehennsif untuk menentukan perencanaan yang tepat termasuk adanya keluhan
ketidaknyaman akibat gejala nyeri neuropati. Perawat juga dituntut untuk melakukan
pengkajian ulang dan memodifikasi rencana intervensi sesuai dengan kebutuhan klien
(Vallerand, Musto, & Polomano, 2011 dalam Erni Setiyowati, 2016).
Selain pengkajian yang komprehensif, perawat juga berperan dalam
pencegahan terjadinya nyeri, menerapkan praktik berdasarkan evidence, menerapkan
intervensi berbasis keluarga dan melakukan paliatif care (Vallerand, Musto, &
Polomano, 2011 dalam Erni Setiyowati, 2016). Pencegahan nyeri dilakukan dengan
cara memantau level nyeri dan fungsi fisik dari klien, menggunakan kombinasi
analgesik yang sesuai untuk mencegah nyeri yang lebih parah. Edukasi pada keluarga
diberikan sesuai dengan kebutuhan klien dan keluarga.

15
2.7 Peran Perawat dalam Terapi Komplementer
Masyarakat mulai menyadari akan keberadaan pengobatan tradisional yang
telah lama dilupakan. Perawat diharapkan lebih menggali informasi yang terus
berkembang, seperti halnya dengan mengetahui keberadaan American Holistic Nurses
Association (AHNA) ataupun The National Association for Holistic Aromatherapy
(NAHA) (Reny Sulistyowati, 2008).
Banyak tindakan independen perawat yang masih harus terus dieksplorasi.
Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pengetahuan mengenai terapi
komplementer maupun terapi alternatif, sehingga perawat mampu melakukan praktek
mandiri dibidang terapi komplementer/alternatif dan dapat memberikan pendidikan
kepada pasien maupun masyarakat mengenai manfaat dan efek samping dari terapi
tersebut. Saat ini pasien banyak menggunakan terapi-terapi komplementer dan mereka
mengharapkan perawat mengetahui tentang terapi-terapi tersebut. Meskipun suatu hal
yang tidak mungkin bagi perawat untuk dapat mengetahui semua tentang terapi
komplementer, namun pengetahuan tentang terapi yang paling umum digunakan oleh
pasien akan membantu perawat untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan dari pasien
(Reny Sulistyowati, 2008).

2.8 Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian
Pengkajian terhadap nyeri kanker menurut Lewis, Heitkemper & Dirksen
(2004) serta Crisp & Taylor (2001), dalam Reny Sulistyowati (2008) meliputi:
a. Lokasi, dengan menanyakan dimana pasien merasa nyeri?
b. Intensitas, dengan menanyakan seberapa berat nyeri dirasakan (dengan
menggunakan pengukuran skala nyeri)
c. Kualitas, dengan menanyakan kepada pasien seperti apa nyeri yang
dirasakannya?
d. Pola, dengan menanyakan apakah nyeri telah berubah; apa yang membuat
nyeri berkurang atau bertambah buruk.

16
e. Ukuran berkurangnya nyeri, dengan menanyakan pasien apa yang dilakukan
pasien untuk mengontrol nyeri; apakah menggunakan obat-obatan?

Pengkajian nyeri juga dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST. Pengkajian


dengan pendekatan PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan
rencana intervensi yang sesuai (Muttaqin, 2011).

Variabel Deskripsi dan Pertanyaan


Faktor Pencetus Pengkajian untuk mengindentifikasi faktor yang
(P: Provoking menjadi predisposisi nyeri. Perawat mengkaji tentang
Incident) penyebab atau stimulus nyeri pada klien, dalam hal
ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian
tubuh yang mengalami cedera
− Bagaimana peristiwa sehingga terjadi nyeri?
Kualitas Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa nyeri
(Q: Quality of Pain) dirasakan secara subyektif, seringkali klien
mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat:
tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti
tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-
tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan
kualitas nyeri yang dirasakan. Pengkajian akan lebih
akurat apabila klien mampu mendeskripsikan sensasi
yang dirasakannya setelah perawat mengajukan
pertanyaan terbuka.
− Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien?
− Bagaimana sifat nyeri yang digambarkan pasien?
- Coba jelaskan pada saya, seperti apa nyeri yang
Anda rasakan.
Lokasi Pengkajian untuk mengindentifikasi letak nyeri
(R: Region) secara tepat.
perawat meminta klien menunjukkan semua
bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh

17
klien.
− Dimana (dan tunjukan dengan satu jari) rasa nyeri
paling hebat mulai dirasakan?
− Apakah rasa nyeri menyebar pada area sekitar
nyeri?
Keparahan Pengkajian untuk menentukan seberapa jauh rasa
(S: Scale of Pain) nyeri yang dirasakan pasien. Pengkajian ini dapat
dilakukan berdasarkan skala nyeri dan pasien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit memengaruhi
kemampuan fungsinya. Berat ringannya suatu
keluhan nyeri bersifat subyektif.
− Seberapa berat keluhan yang dirasakan.
− Dengan menggunakan rentang 0-10
Keterangan:
0 = Tidak ada nyeri
1-2-3 = Nyeri ringan
4-5 = Nyeri sedang
6-7 = Nyeri hebat
8-9 = Nyeri sangat
10 = Nyeri paling hebat
Waktu Pengkajian untuk mendeteksi berapa lama nyeri
(T: Time) berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
− Kapan nyeri muncul?
− Tanyakan apakah gejala timbul mendadak,
perlahan-lahan atau seketika itu juga?
− Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus-
menerus atau hilang timbul.

Alat ukur yang digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri adalah VDS
(Verbal Descriptor Scale), NRS (Numerical Rating Scale), VAS (Visual Analog
Scale) dan Faces Pain Scale. VDS terdiri dari suatu garis dengan 3 sampai 5 kata

18
yang memiliki jarak yang sama disepanjang garis sebagai descriptor. VDS
mampu membuat pasien untuk memilih kategori untuk menggambarkan nyeri
yang dirasakannya. NRS memungkinkan pasien untuk memilih nyeri dari skala 0
sampai 10. Skala ini sangat baik untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik. VAS terdiri dari garis lurus yang menggambarkan
intensitas nyeri yang terus menerus dan pada akhir garis terdapat kalimat (verbal
descriptors). Skala ini memberikan pasien kebebasan total dalam
mengidentifikasi beratnya nyeri yang dirasakan. VAS tidak praktis untuk
digunakan sehari-hari dibandingkan dengan NRS. Faces Pain Scale merupakan
alat ukur yang mudah diterima dan mudah diperoleh serta telah digunakan secara
luas.

Instrumen yang digunakan untuk mengaji nyeri harus disesuaikan dengan


usia dan kondisi klien. VAS dapat digunakan pada anak usia diatas 8 tahun dan
dewasa. Wong Baker pain rating scale digunakan untuk anak usia diatas tiga
tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
Sedangkan pada anak dibawah tiga tahun atau anak dengan gangguan kognitif
dapat digunakan Face, Legs, Activity, Cry, and Concolability (FLACC)
behaviour tool.

19
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan kanker maligna

3. Intervensi Keperawatan

Tujuan/Kriteria hasil Intervensi Rasional


Tujuan: setelah diberikan 1. Lakukan manajemen nyeri 1. Aromaterapi merupakan suatu
perawatan aromaterapi dengan perawatan aromaterapi jenis pengobatan yang
secara masase selama 2x secara masase menerapkan kontak tubuh
dalam 1 minggu secara langsung, aromaterapi
diharapkan nyeri yang mempunyai kekuatan
dirasakan pasien penyembuhan yang
berkurang dengan menggabungkan efek
Kriteria hasil: fisiologis, yang ditimbulkan
- Melaporkan dan oleh masase pada tubuh,
menunjukkan tanda- dengan efek psikologis, yang
tanda nyeri berkurang berasal dari minyak esensial
- Melaporkan intensitas yang akan memicu respons

20
nyeri dan relaksasi serta sifat analgesik
ketidaknyamanan nyeri dari minyak esensial dapat
menurun setelah meredakan nyeri yang
intervensi diberikan dirasakan pasien.
- Melaporkan lebih sedikit 2. Monitor TTV 2. Perubahan TTV dapat
gangguan dan dipengaruhi oleh nyeri yang
ketidaknyamanan akibat dirasakan.
nyeri setelah diberikan 3. Kaji skala nyeri sebelum dan 3. Memberikan nilai dasar untuk
intevensi setelah intervensi dilaksanakan mengkaji perubahan dalam
- Mengidentifikasi untuk mengidentifikasi tingkat nyeri dan
keefektifan strategi intensitas nyeri dan mengevaluasi intervensi
manajemen nyeri ketidaknyamanan.
4. Kaji dan catat nyeri dan 4. Data membantu mengevaluasi
karakteristiknya : lokasi, nyeri dan peredaan nyeri serta
kualitas, frekuensi, dan durasi mengidentifikasi sumber-
(pada anak yang sudah bisa sumber nyeri dan jenis nyeri.
menunjukan karakteristik
nyerinya)
5. Manajemen lingkungan yang 5.Lingkungan yang tenang akan
dapat mempengaruhi respon menurunkan stimulus nyeri
ketidaknyamanan pasien eksternal, membatasi
pengunjung akan membantu
mengurangi kegaduhan, serta
mengendalikan faktor
pencahayaan, dan suhu ruangan
dapat meningkatkan
kenyamanan pasien
6. Tingkatkan pengetahuan 6. Peningkatan pengetahuan
keluarga mengenai penyebab keluarga akan mempengaruhi
nyeri anak dan terapi manajemen peningkatan kepatuhan keluarga
nyeri yang akan diberikan dalam mendukung terapi

21
manajemen nyeri yang diberikan
kepada anaknya.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa menyebutkan
nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan secara aktual ataupun potensial. Jenis-jenis
nyeri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis nyeri yaitu nyeri akut, nyeri kronis,
nyeri kanker kronik, dan Breakthrough Pain atau Insident Pain.
Pengobatan pada pasien yang mengalami penyakit kronis dan terminal bias melalui
farmakologi dan non farmakologi. Terdapat bermacam-macam pendekatan non
farmakologis untuk mengatasi rasa nyeri dan telah efektif untuk mengatasi rasa nyeri
pada pasien dengan penyakit kronis. Pendekatan non farmakologis yang dapat
dilakukan yaitu dengan aromaterapi dan masase.
Aromaterapi adalah istilah modern yang dipakai untuk proses penyembuhan kuno
yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa (Primadiati, 2002
dalam Reny Sulistyowati, 2008).
Pada saat dilakukan masase, sentuhan terapis dikombinasikan dengan efek minyak
esensial terhadap rohani dan jasmani sehingga pasien akan dibantu melupakan semua
kekhawatirannya untuk sementara waktu, yang mana merupakan suatu keadaaan yang
hampir mirip meditasi (Price, 1997 dalam Reny Sulistyowati, 2008). Hal ini akan
memicu respons relaksasi yang mengaktifkan reaksi kesembuhan tubuh dan khasiatnya
yang luar biasa adalah dapat meredakan ketegangan serta kecemasan, baik jasmani
maupun rohani. Pada pasien kanker ada beberapa hal yang perlu diperkhatikan dalam
memberikan terapi masase.
Peran perawat dalam manajemen nyeri meliputi pengkajian, pencegahan nyeri,
intervensi berdasarkan penelitian, evidence based practice, perawataan klien berpusat
pada keluarga, edukasi serta perawatan paliatif (Vallerand, Musto, & Polomano, 2011
dalam Erni Setiyowati, 2016). Perawat harus melakukan pengkajian yang
komprehennsif untuk menentukan perencanaan yang tepat termasuk adanya keluhan

23
ketidaknyaman akibat gejala nyeri neuropati. Selain pengkajian yang komprehensif,
perawat juga berperan dalam pencegahan terjadinya nyeri, menerapkan praktik
berdasarkan evidence, menerapkan intervensi berbasis keluarga dan melakukan paliatif
care (Vallerand, Musto, & Polomano, 2011 dalam Erni Setiyowati, 2016).

3.2 Saran

Kami berharap semoga makalh ini bias diterapkan lebih luas lagi dalam
perawatan secara non farmakologis kepada pasien yang menderita kanker pada anak,
agar kualitas hidup anak bias meningkat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Setiyowati, Erni. (2016). Optimalisasi Manajemen Nyeri Pada Anak Kanker Melalui
Edukasi dengan Pendekatan Teori Unpleasant Symptom. Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

Sulistyowati, Reny. (2008). Pengaruh Aromaterapi Lavender Secara Masase Terhadap


Nyeri Kanker Di RSUD Ulin Banjarmasin. Program Pasca Sarjana. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Universitas Indonesia.

25

Anda mungkin juga menyukai