Anda di halaman 1dari 15

Rangkuman 1 : Perjuangan Diplomasi Untuk Mempertahankan

Kemerdekaan Indonesia

Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan
kegagalan . Belanda mendapat kecaman keras dari dunia Internasional. Belanda dan
Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah secara
diplomasi :

 Perjanjian Linggarjati
 Perjanjian Renville

Pada 28 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi yang mengecam
serangan militer Belanda terhadap tentara Republik Indonesia dan menuntut dipulihkannya
Pemerintah Republik.

Diserukan pula kelanjutan perundingan untuk menemukan penyelesaian damai antara dua
pihak. Menyusul perjanjian Roem-Royen pada 6 Juli yang secara efektif ditetapkan oleh
resolusi Dewan Keamanan. Muhammad Roem mengatakan bahwa RI yang para
pemimpinnya masih diasingkan di Bangka bersedia ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar
untuk mempercepat penyerahan kedaulatan. Pemerintah Indonesia yang telah diasingkan
selama 6 bulan kembali ke ibukota sementara di Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Demi
memastikan kesamaan posisi perundingan antara Delegasi Republik dan Federal dalam paruh
kedua Juli 1949 dan sejak 31 Juli - 2 Agustus Konferensi Inter Indonesia diselenggarakan di
Yogyakarta antara semua otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang akan dibentuk.
Para partisipan setuju mengenai prinsip dan kerangka dasar untuk konstitusinya. Menyusul
diskusi pendahuluan yang disponsori oleh komisi PBB untuk Indonesia di Jakarta ditetapkan
bahwa Konferensi Meja Bundar akan diselenggarakan di Den Haag.

 Perjanjian Linggarjati
Adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat.
Yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan
ini ditandatangani di Istana Merdeka, Jakarta pada 15 November 1946. Dan ditandatangani
secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947.
Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan status
Quo di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda seperti
contohnya peristiwa 10 November selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab
untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia. Oleh sebab itu Sir Archibald Clark
Kerr, Diplomat Inggris mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge
Veluwe, tetapi perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui
kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Pulau Madura, namun Belanda hanya mau mengakui
Indonesia atas Jawa dan Madura saja.
 Perjanjian Renville
Dua tahun setelah Indonesia merdeka, Belanda masih tidak mau mengakui kedaulatan
Indonesia. Oleh karena itu diadakan perjanjian Renville yang diusulkan oleh PBB dan KTN
pada 8 Desember 1947.
Delegasi Indonesia :
1. Perdana Menteri Amir Syarifuddin (Ketua)
2. Johannes Leismena (Wakil)
3. Moh. Roem
4. Ali Sastroamijoyo
5. H.Agus Salim
6. Dr.Coatik len
7. Nasrun
8. Ir.Juanda

Delegasi Belanda :

1. Kolonel KNIL Abdulkadir Widjojoztmodjo (Pemimpin)


2. Pangeran Kartanegara
3. Van Vredenburg
4. Dr. Soumokil
5. Dr.P.J.Koets

Pada 7 Januari 1948 ditandatangani Perjanjian Renville di kapan USS Renville

Isi Perjanjian Renville :

1. Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera sebagai bagian
wilayah RI
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah
pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa
Barat dan Jawa Timur
 Perjanjian Roem Royen
Perjanjian antara Indonesia dengan Belanda, ditandatangani pada 7 Mei 1949 di Hotel Des
Indes, Jakarta .
Pemimpin delegasi : Mohammad Roem dan Herman Van Royen
Tujuan : Menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum
Konferensi Meja Bundar di Den Haag
Dihadiri : Bung Hatta ( Bangka) dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Yogyakarta) untuk
mempertegas sikap Sri Sultan Hamengkubuwono IX terhadap pemerintahan RI
di Yogyakarta.
 Konferensi Meja Bundar
Hasil :
1. Piagam kedaulatan, charta persatuan, kesepakatan ekonomi, serta kesepakatan
terkait sosial dan militer
2. Penarikan mundur tentara Belanda dalam waktu sesingkat-singkatnya
3. Republik Indonesia Serikat memberikan status bangsa paling disukai pada Belanda
4. Tidak akan ada diskriminasi terhadap warga negara dan perusahaan Belanda
5. Republik bersedia mengambil alih kesepakatan dagang yang sebelumnya
dirundingkan oleh Hindia Belanda

Namun terdapat perdebatan dalam KMB :

1. Utang Kolonial Belanda


2. Masalah Papua Barat

Rangkuman 2 : Perang Dibalik Perjanjian

 Belanda masih belum menerima dan mengakui kedaulatan Indonesia.


 Kemudian Belanda melancarkan aksi militer mengubah diplomasi menjadi agresi.
Mereka berambisi menguasai kembali bumi pertiwi mengambil hasil bumi dan
menjadikannya upeti bagi Kerajaan Belanda.
 Operasi militer ini mereka sebut sebagai Operatie Product dengan tujuan untuk
mengembalikkan kembali bisnis-bisnis, pabrik-pabrik dan perkebunan Belanda yang
telah berhenti beroperasi terutama yang berada di Pulau Jawa bagian Timur.
 40 pabrik gula, 70 perkebunan kopi, 72 perkebunan karet, 5 perkebunan teh dan 3
perkebunan kina . Mereka berharap aset-aset tersebut kembali menghasilkan produk-
produk agar dapat dijual di paasar domestic sehingga dapat menambah kas Belanda
yang berkurang akibat Perang.
 Di Pelabuhan Surabaya berderet armada kapal perusak, korvet, kapal penyapu ranjau,
kapal patroli, dan kapal-kapal perang jenis lain milik Belanda.
 Ketika proklamasi Indonesia diproklamirkan, Belanda menganggap itu tidak sah itu
hanyalah sebagai bentukan Jepang karena otoritas kekuasaan di Indonesia masih
menjadi milik Belanda. Sehingga beberapa perjanjian yang telah dilakukan tetap saja
Belanda masih susah mengakui kedaulatan Indonesia khususnya de jure, dari berbagai
pendekatan yang ada yaitu perjanjian yang dilakukan di Belanda , Belanda masih
mengakui de facto saja.
 Hasil kesepakatan ini kurang memuaskan bagi pihak Indonesia karena wilayah yang
diakui hanya sebagian saja. Tetapi perhitungan para tokoh bangsa pada saat itu adalah
dengan duduknya Belanda di meja perundingan dapat membuktikan keberadaan
Indonesia sebagai negara merdeka, berdaulat dan sejajar dengan negara manapun di
dunia.
 Pada akhirnya hal ini terbukti munculnya pengakuan atas negara Indonesia secara de
jure. Pada tahun 1947 dari beberapa negara seperti Mesir dan beberapa negara arab
lainnya.

 Agresi Militer Belanda I


 Pada 21 Juli 1947, Pasukan tentara Belanda mendarat di Pantai Pasir Putih, yang
sebelumnya kapal perang mereka membom markas besar angkatan laut RI .
 Setelah menguasai markas besar TNI Angkatan laut RI, Pada dini hari pasukan tentara
Belanda mulai melakukan infiltrasi ke wilayah kekuasaan Republik di Pulau Sumatera,
Jawa, dan Madura. Tentara Belanda bergerak cepat ke sasaran-sasaran strategis lainnya
seperti di Banyuwangi, Probolinggo dan Malang.
 Aksi tersebut melanggar kesepakatan damai yang telah disepakati bersama dalam
Perjanjian Linggarjati sekitar satu tahun sebelum terjadinya agresi ini.
 Namun pihak Belanda tidak merasa bersalah dengan pelanggaran yang mereka lakukan.
Mereka justru menuduh RI gagal paham terhadap isi kesepakatan perundingan
Linggarjati. Belanda merasa berhak mendatangkan tentara mereka dengan dalih
Indonesia dan Belanda adalah negara kesatuan dibawah kuasa Ratu Belanda.
 Aksi militer ini menunjukkan betapa Belanda jelas berupaya menguasai kembali
seluruh wilayah RI
 Mereka melancarkan agresi militer dengan kode operatie product.
 Operasi militer besar-besaran ini mendapat perlawanan dari segenap tentara dan rakyat
Indonesia
 Penyerbuan Belanda ke kota Malang dengan kode produk selatan menjadi operasi
terberat bagi pihak Belanda karena disepanjang jalur tersebut terdapat benteng-benteng
pertahanan tentara Indonesia termasuk barikade” dan perangkap” bagi tank” Belanda.
 Akhirnya dunia Internasional seperti perkiraan Soekarno ikut menyuarakan bahwa
Belanda salah dan keluar resolusi Dewan Keamanan pada Agustus 1947
 14 Agustus 1947 Menteri Luar Negeri K.H Agus Salim dan Sutan Syahrir hadir di
sidang Keamanan PBB. Mereka menjelaskan kondisi Indonesia yang telah diinvasi
kemerdekaannya. Beberapa negara pun mendukung agar masalah ini dapat diselesaikan
oleh Dewan Keamanan PBB.
 27 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB akhirnya memerintahkan kedua belah pihak
untuk melakukan gencatan senjata. Setelah gencatan senjata dilakukan dibentuklah
Komite Tiga Negara yang terdiri dari Australia, Belgia, dan Amerika Serikat.
Tujuan : Mencari solusi atas permasalahan Indonesia dengan Belanda dengan cara
damai. Untuk itu, Amerika menyediakan Kapal Renville sebagai tempat perundingan.
 8 Desember 1947 perbincangan dilakukan di atas kapal. Namun kesepakatan baru
tercapai pada 17 Januari 1948 dimana sengketa antara Indonesia dan Belanda menjadi
permasalahan Dewan Keamanan PBB. (Perjanjian Renville)
 Banyak pihak yang tidak puas dengan hasil perjanjian Renville. Hal ini berujung
digantinya Kabinet Amir Syarifuddin dengan Kabinet Hatta. Hatta pun mencetuskan
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
 Pemberontakan PKI Madiun
 18 September 1948 terjadi pemberontakan PKI pimpinan Muso di Madiun
 Tujuan : Mendirikan Negara Soviet Republik Indonesia
 1 Oktober 1948 pemeberontakan berhasil ditumpas
 Melihat kondisi Indonesia yang dianggap lemah akibat pemberontakan Madiun.
Belanda merasa memiliki kesempatan dan menurunkan kembali angkatan perang
kembali ke tanah air
 Agresi Militer Belanda II
 Terjadi pada : 19 Desember 1948
 Akibat :
1. Yogyakarta sebagai Ibukota dikuasai
2. Semua pemimpin bangsa ditawan serta diasingkan ke Bangka
 Dibentuk Pemerintah Darurat dibentuk di Bukittinggi di bawah pimpinan Syarifudin
Prawiranegara
 Pertempuran gerilya di tanah Jawa masih terus terjadi di bawah pimpinan Jenderal
Sudirman sebagai bukti bahwa Indonesia masih berdiri.
 28 Januari 1949 PBB mempertegas resolusinya dengan mendirikan UNCI (United
Nations Commisions for Indonesia) dan hal yang dilakukan pertama adalah
mengunjungi para pemimpin yang diasingkan di Bangka.
 Agresi Militer Belanda terus dilakukan dan negara di Asia tidak tinggal diam. Pada 20-
23 Januari 1949 diadakan Konferensi Asia ke II untuk mendukung Indonesia di New
Delhi, India sehingga Belanda pun semakin terkucilkan.
 Pembentukan  Pemerintah Federal Sementara atau Voorlopige Federale
Regering (VFR) seolah-olah dinyatakan oleh Belanda merekalah yang akan berkuasa
di Indonesia. Namun Pemerintah Federal tau bahwa mereka lemah sehingga
mengadakan perundingan dengan RI dengan tujuan di kolonisasi agar Belanda cepat
angkat kaki.
 Perundingan ini terjadi di Bangka setelah Agresi Militer II untuk memberikan masukan
baru kalau Indonesia dalam rangka perjalanan politiknya yang akan diputuskan dan
akan masuk ke dalam periode perundingan Roem Royen.
 Persetujuan Roem Royen
 Mei 1949 menghasilkan kesepakatan bahwa Belanda akan membebaskan pemimpin
Indonesia dan pemerintahan dikembalikkan ke Yogyakarta
 Pihak Belanda sadar pengakuan Internasional akan kedaulatan Indonesia membuat
mereka menghadapi Indonesia dan tekanan Internasional yang cukup kuat
 Konferensi Meja Bundar
 Agustus 1949 . Perjuangan melelahkan Bangsa Indonesia dengan jalur diplomasi
Indonesia dan militer membuahkan hasil.
 Belanda sudah tidak mempunyai kekuatan apapun untuk melanggar kesepakatan dan
tidak mempunyai hak apapun untuk menguasai Indonesia

Rangkuman 3 : Yogyakarta Indonesia Dalam Peristiwa

 Mesin pesawat tempur Belanda memecah keheningan Yogyakarta. Pesawat pengebom


B-25 Mitchell terbang rendah dan menghujani landasan udara Maguwo dengan ratusan
bom.
 Satu setengah jam pesawat Dakota C-47 menerjunkan dua kompi pasukan baret merah
KST (Korps Speciale Troepen) pasukan khusus kerajaan Belanda yang bermarkas di
Batujajar, Jawa Barat.
 Pendaratan pasukan ini merupakan pertanda dimulainya operasi militer Belanda dengan
sandi Operatie Pelikaan dibawah pimpinan Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor
(Panglima Tertinggi KNIL/Koninklijke Nederlands Indische Leger).
 Spoor turut terbang dalam pesawat B-25 Mitchell dan memberi komando langsung
kepada pasukannya.
 Operasi pelikaan  Bagian dari percepatan Operatie Kraai secara umum yang digelar
di Yogyakarta
Tujuan :
1. Menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi pusat pemerintahan RI
2. Menangkap para pemimpin RI
 Pangkalan Udara Maguwo berhasil dikuasai tanpa perlawanan berarti dari tentara RI
 Pesawat Dakota menuju Semarang untuk menjemput dua battalion Infanteri baret hijau
 Dibutuhkan 120 sorti untuk memobilisir dua battalion pimpinan Kolonel Van Dijk
 Dihari yang sama dua batallion bergerak dari Salatiga melewati Kartosuro. Satu
batallion mengarah ke Solo, dan satu batallion langsung menuju Yogyakarta
 Di utara Jawa , satu batallion tempur merebut Cepu dan Rebang dan bergabung dengan
Brigadir tempur mariner setelah melakukan pendaratan di Pantai Tuban.
 Spoor mengerahkan 15.000 tentara yang diperkuat dengan pesawat tempur, pesawat
pembom, pesawat pengangkut, tank, artileri dan kendaraan angkut.
 Serangan militer tiba-tiba seperti ini membuat masyarakat Yogya kalang kabut .
Padahal Komisi Tiga Negara sedang melakukan perundingan damai sejak Januari 1948
di Kaliurang.
 Hari ke-3 pasca serangan Kolonel Dirk Reinhard Adalbert van Langen, Komandan
wilayah Yogyakarta dan Solo mengirim pasukannya untuk menjemput para pemimpin
RI di Gedung Agung dan membawanya ke Lapangan Terbang Maguwo
 Bung Karno, Sutan Syahrir dan Agus Salim diasingkan ke Brastagi, Sumatera Utara
 Bung Hatta dan Surya Dharma diasingkan ke Pulau Bangka
 Muhammad Roem dan Ali Sastroamidjojo menyusul pada 31 Desember 1948.
 Jenderal Sudirman menolak menyerah dan melalui siaran radio memerintahkan seluruh
tentara RI melakukan perang gerilya. Perintah itu terdapat pada Perintah Kilat
No.1/PB/D/1948
 Lereng Menoreh (Deret perbukitan yang membentang disisi barat Yogyakarta hingga
melintasi batas timur kabupaten Purworejo dan sebagian wilayah Magelang) Salah
satu jalur perang gerilya yang dilakukan pasukan TNI pada masa itu.
 Lereng Menoreh sulit dijangkau kendaraan taktis perang itu sebab wilayah ini dijadikan
kantong gerilya para pejuang tanah air.
 Rumah Pengasingan Kolonel TB. Simatupang
 Letak : Dukuh Banaran, Desa Banjar Sari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon
Progo, Yogyakarta
 Kolonel TB. Simatupang  Wakil Kepala Staf Angkatan Perang saat itu
 Beliau menyingkir dari Yogyakarta ke markas ini karena Belanda menduduki
Yogyakarta
 Semua kegiatan pemerintahan militer mulai dibangun selain MBKD (Markas Besar
Komando Djawa)
 Terdapat Ali Budiardjo, dan salah satu pasukan Siliwangi yang sengaja ditinggal
 18 Februari 1949, Kolonel Bambang Sugeng dan Letkol Wiliater Hutagalung datang
dari Gunung Sumbing, mereka menyampaikan hasil rapat harus membuat sebuah
serangan yang bersifat spektakuler
 Bambang Sugeng menyampaikan rencana dari divisi 3 tersebut dan meminta TB
Simatupang untuk membantu membuatkan konsep maupun teks yang nantinya akan
disiarkan pada saat serangan umum 1 Maret itu selesai, dibuat dalam bentuk Bahasa
Inggris.
 Di luar Keraton Yogyakarta kekuatan pertahanan militer berada dalam lingkungan
Wehkreise III (suatu wilayah pertahanan yang digagas oleh Letnan Jenderal Abdul
Haris Nasution)
 Wehrkreise III terbagi menjadi 7 sub Wehrkreise atau sub wilayah pertahanan dibawah
Letnan Kolonel Soeharto. Masing-masing sub Wehrkreise terdiri dari :
1. Kekuatan militer organik TNI pasukan brigade 10
2. Tentara pelajar
3. Anggota kelaskaran rakyat Yogyakarta
4. KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi)
 Pasar Ngasem
 Lokasi : Jln.Polowijo No.11, Yogyakarta
 Merupakan salah satu pusat pertemuan antar gerilyawan dari setiap sektor
 Mereka saling bertukar informasi dengan cara menukar barang dagangannya
 Belanda melakukan blokade pada pukul 7 pagi dari arah barat, utara dan timur
 Seluruh penduduk laki-laki disuruh keluar dan dibariskan disepanjang jalan Pasar
Ngasem dan satu persatu diperiksa.
 Namun pada saat itu Belanda tidak dilengkapi dengan data-data yang lengkap, yang
dicurigai langsung dibawa ke dalam Pasar lalu dieksekusi
 Pasukan gerilya Hantu maut (19 desember 1948-27 Desember 1949)  Laskar yang
dikenal dengan aksi terornya yang kejam dan brutal dipimpin oleh Gusti Bendoro
Pangeran Haryo Pujokusumo (adik kandung Sri Sultan Hamengkubuwono IX)
 Serangan Umum 1 Maret 1949
 Berita radio mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB sampai ke telinga Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan ia mengambil sikap yang disampaikan pada sebuah
wawancara eksklusif dengan wartawan BBC London beberapa tahun setelah serangan 1
Maret
 2000 orang melakukan serangan
 Sultan marah dan mengirim surat untuk Panglima Besar, Panglima Besar setuju serangan
dilakukan pada siang hari agar terdengar dengan dunia luar.
 Serangan siang hari dijalankan oleh komandan setempat yaitu Letkol Soeharto
(komandan militer wilayah pertahanan)
 Soeharto dipanggil oleh Sri Sultan melakukan pertemuan yang terjadi malam sebelum
serangan 1 Maret dan merencanakan segala sesuatunya, berembuk untuk strategi
pelaksanaan dari serangan umum itu.
 Panglima Besar juga memerintahkan seorang Letnan Kolonel dr.Wiliater Hutagalung
untuk membuat rencana dan pulang menemui Kolonel Bambang Sugeng di Semarang.
 Kolonel Bambang Sugeng dan Hutagalung ke Yogyakarta ke Desa Brosot
 Bambang Sugeng langsung melakukan perintah kepada Wehrkreise III mengenai hasil
rapat di Gunung Sumbing.
 Dari Gg.Sumbing dengan satu ajudan dengan wakil Wiliater Hutagalung, langsung ke
area sasaran (Yogyakarta) yang harus menjadi serangan spektakuler
 Mereka langsung melakukan rapat di sekolah desa namun gagal karena disinyalir
informasi bocor, kemudian pada malam hari mereka melakukannya di persawahan
 Jam 6 Pagi, sirine menjadi pertanda dimulainya serangan umum 1 Maret 1949
 Divisi III Bambang Sugeng dan Hutagalung sudah memerintahkan kepada ketua pepolit
untuk menyiapkan tentara pelajar didandan seperti TNI dan diberi pangkat dengan tugas
menerobos Hotel Merdeka dan mengadakan Konferensi pers tentang apa yang sedang
terjadi
 Beberapa pasukan yang tergabung dalam Komando Divisi III di perbatasan Yogyakarta
melakukan serangan blockade untuk memperlambat Gerakan bala bantuan Tiger Brigade
di tengah kota
 Jam 11 siang pasukan bantuan Belanda dari Magelang dibawah komando Alfansanten
 Jam 12 selesai dan kembali ke pos-pos
 300 TNI tewas, laskar pejuang ribuan tewas
 Peristiwa ini disorot dunia internasional melalui pemberitaan media termasuk surat kabar
Belanda
 14 April 1949 (Perundingan Roem Royen)
 Belanda yang diprakarsai UNCI Komisi PBB untuk Indonesia
 Mohammad Roem  mewakili pihak Indonesia
 Herman Van Royen  mewakili Belanda
 Hasil perundingan :
1. TNI menghentikan semua aktifitas gerilya
2. Pemerintah Republik akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
3. Yogyakarta dikembalikan ke tangan Indonesia
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan segala bentuk operasi militer
5. Membebaskan semua tawanan perang
 1 Juli 1949
 Yogyakarta kembali berada dalam kekuasaan Indonesia secara utuh
 Para pemimpin daerah berangsur angsur dipulangkan ke Yogyakarta

Rangkuman 4 : Melawan Lupa – Republik Indonesia Serikat

 Sejarah politik kenegaraan kita pernah melalui beberapa fase dan perubahan sebelum
tiba pada bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
 Proses Terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS)
 Proses terbentuknya RIS dan fase pemerintahan RIS yang berlangsung singkat pada
1950 menjadi salah satu babak penting dalam perjuangan memenangkan revolusi
kemerdekaan RI
 RIS  27 Desember 1949 hingga 17 Agustus 1950
 Pada sepanjang 8 bulan ini Negara RI yang dibentuk sehari setelah proklamasi
kemerdekaan mengalami perubahan bentuk sebagai konsekuensi berubahnya
konstitusi negara  Dari Negara Kesatuan menjadi Negara Federal
 Motif Negara Federal pada saat itu  memecah belah bangsa Indonesia
 Perubahan bentuk negara ini lahir dari perkumpulan diplomasi yang liar untuk
mempertahankan kemerdekaan dan keberadaan RI terutama ketika perang sejak
proklamasi kemerdekaan tak kunjung bisa memaksa Belanda mengakui kemerdekaan
Indonesia
 Belanda tidak berhasil menghancurkan TNI sebagai kekuatan revolusi. Namun TNI
tidak berhasil mempertahankan negara secara utuh
 Sebelum proklamasi kemerdekaan wacana tentang negara federal pernah mengemuka
dalam rapat-rapat BPUPKI. Namun kalah dengan pendapat yang menghendaki bentuk
negara kesatuan.
 Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda yang tidak mau kehilangan kekuasaannya
di Indonesia kembali menghidupkan gagasan federalisme.
 Gubernur Jenderal Hindia Belanda  Hubertus Johannes Van Mook.
Pada 1946 ditugaskan kembali ke Indonesia memulai upayanya membentuk negara
federal dengan menggelar Konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada Juli 1946
 Untuk memuluskan rencana pembentukan negara federal , Van Mook menginisiasi
pertemuan lanjutan di Pangkal Pinang, Pulau Bangka.
 Belanda menerima tawaran Inggris untuk berunding dengan pemerintahan Indonesia.
Setelah menyetujui kesepakatan gencatan senjata sebulan sebelumnya.
 Perundingan Linggarjati
 Pada Desember 1946, Belanda dan RI berunding di Linggarjati dengan penengah
Inggris. Hasil perundingan :
1. Pengakuan secara de facto wilayah RI atas Jawa,Sumatera, dan Madura
2. Pembentukan RIS
 Meski tidak memuaskan banyak pihak, Perundingan ini menjadi pembuka upaya
pemecahan masalah hubungan Belanda dan Indonesia lewat jalur diplomasi
 Tan Malaka tidak setuju hasil Linggarjati karena Proklamasi 17 Agustus dari Sabang
sampai Merauke.
 Soekarno menambah jumlah anggota parlemen (KNIP) dan pro republik dengan
tujuan  Meratifikasi hasil perundingan

 Guna mempersiapkan pembentukan RIS pada 3-5 Januari 1948. Van Mook menggelar
Konferensi untuk membentuk pemerintahan federal sementara tanpa melibatkan RI.
 15 Juli 1948 BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) / Permusyawaratan Federal
 Terdiri dari : sejumlah negara bagian dan daerah otonom di luar kekuasaan RI
 Mengeluarkan resolusi terkait pembentukan pemerintahan federal sementara
dengan niat mengikutsertakan RI
 Agresi Militer II
 Terjadi pada 19 Desember 1948
 Menangkap para pemimpin RI
 Namun diluar dugaan Belanda, Agresi Militer itu merugikan langkah diplomatik
mereka.
 Agresi Militer II dikecam banyak negara. Pada 28 Januari 1949 Dewan Keamanan
PBB mengeluarkan resolusi :
1. Mendesak penghentian peperangan
2. Pemulihan kekuasaan RI di Yogyakarta
 Rotterdam hancur akibat Jerman, Amerika membantu perekonomian Belanda untuk
memulihkan infrastruktur . Namun Belanda ingin menggunakan sebagian uang untuk
membiayai perang melawan Indonesia . Amerika tidak setuju.
 Oleh karena itu, Belanda merumuskan langkah-langkah penyerahan kedaulatan
kepada RIS yang akan dibahas di KMB
 Belanda tetap menginginkan negara federal dan pemerintah Belanda sudah
mengasingkan Bung Karno dan Bung Hatta ke Bangka.
 Pada perjanjian Roem Royen , Bung Hatta didatangkan dari pengasingannya dan
Sultan Yogya didatangkan dari Keraton Yogya
 Bung Hatta setuju melaksanakan Perjanjian Renville.
Sultan Yogyakarta mengatakan bahwa Yogyakarta tidak akan menjadi negara sendiri
karena merupakan bagian dari Indonesia. Dari sinilah kesepakatan diadakan KMB
 Perundingan Inter Indonesia/Pra KMB
 Wakil-wakil RI mengadakan 2 kali perundingan Inter Indonesia dengan wakil-
wakil BFO
 22 Juli 1949 (Yogyakarta)  Perundingan pertama
 1 Agustus 1949 (Jakarta)  Perundingan kedua
 Hasil :
1. Sepakat pembentukan Negara RIS
2. Menyetujui sejumlah kesepakatan dalam bidang politik, ekonomi dan
keuangan yang akan diberlakukan dalam Negara RIS
 Agustus 1949  Bung Hatta secara resmi diangkat sebagai Ketua Delegasi
 Konferensi Meja Bundar (KMB)
 Digelar : Den Haag, Belanda
 Pada 23 Agustus 1949 berakhir pada 2 November 1949
 Diikuti tiga pihak : Belanda, BFO dan RI
 Dengan disetujui hasil hasil KMB terbentuklah Negara RIS
 Hasil :
1. Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia per 27 Desember 1949
2. Dibentuk pemerintah Uni Indonesia – Belanda
3. Indonesia menjadi Negara RIS
4. Indonesia wajib membayar utang Pemerintah Hindia Belanda sebesar 4,3
Miliar Gulden

 14 November 1949  wakil dari semua anggota BFO dan pemerintah RI


menandatangani Konstitusi RIS
 15 Desember 1949  Soekarno secara aklamasi dipilih oleh DPR dan Senat sebagai
Presiden RIS
 19 Desember 1949  Moh. Hatta terpilih sebagai perdana Menteri yang mengepalai
kabinet dengan 16 menteri
 27 Desember 1949
Penyerahan kedaulatan dilakukan di 2 tempat sekaligus :
1. Istana Op de Dam  Amsterdam, Belanda
2. Istana Merdeka  Jakarta
 RIS yang menganut sistem pemerintahan federal terdiri dari 7 negara bagian
(termasuk Negara RI) dan 9 daerah otonom
 19 Maret 1950
1. Pemerintah merilis kebijakan pemotongan nilai mata uang 2,50 gulden keatas
menjadi setengahnya
 Pembentukan Angkatan Perang RIS (APRIS)
 merupakan peleburan TNI dengan KNIL/Angkatan Perang Belanda
 Kisruh Pembentukan Angkatan Perang RIS :
1. Menimbulkan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang
dipimpin Kapten Raymond Westerling
2. Gerakan Andi Aziz di Makassar,Sulawesi Selatan

 Menurut George Mc Turnan Kahin (Indonesianis asal Amerika Serikat)  Setelah 6


minggu berjalan sistem federal secara bertahap mendapat tekanan dari pihak yang
menghendaki bentuk negara Kesatuan
 4 Negara bagian RIS (Negara Jawa Timur, Madura, Pasundan, Sumatera Selatan) dan
sejumlah negara otonom dibubarkan dan bergabung dengan RI
 3-5 April 1950
 diadakan Konferensi antara RIS, NIT dan NST
 Hasil : Membentuk negara kesatuan
 Sebab :
1. Pemerintah pusat tidak memiliki control efektif terhadap negara bagian
2. Negara bagian dipengaruhi oleh kekuasaan Belanda
 Sehingga muncul Mosi Integral Natsir
 19 Mei 1950
 Muncul Maklumat Pemerintah untuk merespon mosi integral Natsir dengan
membentuk komisi persiapan kembali ke NKRI
 Indonesia meninggalkan kesepakatan KMB  RIS dibubarkan
 17 Agustus 1950 RIS resmi dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk dengan
negara kesatuan  NKRI

Anda mungkin juga menyukai