Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sekarang, pembangunan semakin meningkat serta kebutuhan


pun semakin meningkat pula. Memanfaatkan teknologi yang ada maka kebutuhan
dapat terpenuhi dengan baik. Pemanfaatan teknologi tersebut dapat digunakan
untuk mengolah sumber daya alam yang ada dibumi. Sumber daya alam tersebut
dapat berupa hasil pertanian, hasil hutan maupun yang berasal dari dalam tanah
seperti hasil tembang. Hasil bumi tersebut dapat diolah menjadi barang-barang
yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.
Dalam bidang teknologi pertanian sumber daya alam yang biasanya
dimanfaatkan yaitu seperti kayu dan logam. Dalam kehidupan sehari-hari, kayu
merupakan bahan yang sering dipergunakan dengan tujuan tertentu. Mengenal
suatu bahan kayu untuk digunakan dalam keperluan tertentu merupakan hal yang
penting, baik bagi para pengusaha yang bergerak dalam industri kayu maupun bagi
para pemakai kayu.
Maka dari itu untuk membuat sebuah objek yang terbuat dari kayu maupun
logam terlebih dahulu harus mengenal atau harus memahami bahan dasar
pembuatan objek tersebut karena akan berpengaruh terhadap objek tersebut baik
meliputi ketahanan, umur ekonomis maupun lokasi yang akan dijadikan sebagai
penempatan objek tersebut. Kayu yang terdiri dari berbagai jenis dan memiliki sifat
dan karakteristik yang berbeda-beda, begitu pula dengan logam yang tersusun dari
beberapa unsur.
Sifat logam yang keras banyak dimanfaatkan untuk kendaraan bermotor,
jembatan dan bahan konstruksi bangunan. Selain itu, logam juga banyak digunakan
sebagai perhiasan, sebagai kabel listrik karena merupakan konduktor yang baik
serta alat memasak seperti ketel, panci dan kuali karena mempunyai kapasitas
panas yang lebih kecil dibandingkan dengan non logam. Sifat logam yang istimewa
menyebabkan logam sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum Pengenalan Kayu dan
Logam untuk mengetahui proses terbentuknya kayu dan proses terbentuknya logam
serta mengetahui jenis-jenis kayu dan logam.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum Pengenalan Kayu dan Logam yaitu dapat memahami
proses terbentuknya kayu dan proses terbentuknya logam serta mengetahui
jenis-jenis kayu dan logam. Kegunaan praktikum Pengenalan Kayu dan Logam
adalah mahasiswa dapat mengetahui proses terbentuknya kayu dan logam serta
mengetahui jenis-jenis kayu dan logam untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari seperti jika ingin membangun rumah menggunakan jenis kayu jati.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kayu

Kayu sebagai hasil hutan sekaligus hasil sumber kekayaan alam, merupakan
bahan mentah yang diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan
teknologi. Secara umum, kayu merupakan bahan organik yang diproduksi sebagai
xylem sekunder yang berasal dari dalam hutan tanaman, terutama pada pohon-
pohon dan tanaman lainnya (Arifin dan Yuliana, 2013).
Kayu sebagai hasil hutan merupakan bahan mentah yang diproses untuk
dijadikan barang rumah tangga seperti bufet, almari, kursi, meja dan lain-lain.
Karena begitu banyaknya jenis kayu yang mempunyai corak atau bentuk tekstur
yang hampir sama, hal ini akan menyulitkan manusia dalam mengenali jenis kayu
terutama bagi industri pengolah kayu yang kurang mengetahui jenis-jenis kayu
yang akan di olah. Pada perusahaan manufaktur, proses penyortiran bahan baku
secara visual berperan penting terhadap kualitas suatu produk yang akan
dihasilkan. Perkembangan industri manufaktur pada kayu yang makin pesat akan
memaksa produsen kayu untuk menyediakan bahan baku kayu dengan kualitas
yang baik agar diterima oleh customer (Arifin dan Yuliana, 2013).

2.2 Jenis-Jenis Kayu

Untuk mengidentifikasi suatu jenis kayu, diperlukan seorang pakar taksonomi


kayu yang berpengalaman dalam mengidentifikasi jenis kayu di lapangan. Padahal
jumlah pakar taksonomi kayu yang berpengalaman dalam mengidentifikasi kayu di
lapangan sangat sedikit, sehingga sulit ditemui setiap saat (Lestari, 2011).
Berdasarkan jenis-jenisnya, kayu dapat dibedakan sebagai berikut:
2.2.1. Kayu Jati
Kayu jati termasuk golongan kayu keras (hardwood) yang memiliki jaringan
kuat dan dalam. Kayu jati sudah banyak dikenal karena keunggulan sifatnya seperti
keawetan alami, kekuatan maupun keindahan seratnya. Salah satu keuntungan
menanam jati diantaranya mampu menahan lapisan tanah atas dan mencegah erosi.
Selain itu, menanam jati dapat membantu dalam penyelamatan hutan, tanah dan air.
Secara ekonomi, tanaman jati dapat mmberikan nilai tambah ekonomi kepada
masyarakat maupun pemerintah setempat. Pasalnya, permintaan dan kebutuhan
kayu jati masih tinggi, baik untuk pasar domestik maupun tujuan ekspor. Diantara
beberapa jenis-jenis kayu tersebut, kayu jati merupakan jenis kayu yang harga
jualnya paling mahal (Mulyana dan Ceng, 2010).
Kayu jati sudah banyak dikenal karena keunggulan sifatnya seperti keawetan
alami, kekuatan maupun keindahan seratnya. Umumnya jati diarahkan ke produk
kayu gergajian, mebel, dan vinir. Kayu jati atau istilah latinnya disebut tectona
grandis, adalah jenis kayu yang termasuk dalam kelas awet I-II, dan kelas kuat II.
Kayu jati memiliki corak warna khususnya pada kayu terasnya coklat agak muda
sampai tua kehijauan. Corak warna kayu jati mempunyai nilai dekoratif yang indah
dan menarik, menyebabkan banyak diminati oleh para pengusaha mebel maupun
industri pengolahan kayu. Selain keindahan corak, kayu jati mempunyai sifat
pengerjaan yang mudah sampai sedang, daya retak rendah, serat lurus atau berpadu
walaupun memiliki tekstur yang agak kasar. Kayu jati dalam kegunaannya
termasuk kayu yang bias dianggap sangat istimewa karena dapat digunakan untuk
semua tujuan atau serbaguna (Winarto, 2013).
2.2.2. Kayu Meranti
Di Indonesia marga meranti (Shorea sp.) mempunyai jumlah jenis yang sangat
banyak di Indonesia, yaitu sekitar 114 jenis. Berdasarkan keadaan dan sifat
kayunya, kayu meranti dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu meranti
merah, meranti kuning, meranti putih dan meranti balau. Secara umum kelompok
meranti dikenal di dunia perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan
bahwa tahun 2008, produksi kayu meranti sebesar 4.362.297 m3, dari total produksi
kayu Indonesia sebesar 8.058.734 m3. Selain nilai ekonomi kayu, kelompok
meranti juga memiliki nilai ekonomi non kayu, misalnya jenis-jenis tengkawang.
Jenis tengkawang yang dikenal diantaranya Shorea stenoptera Burck., Shorea
macrophylla P. Ashton, dan Shorea pinanga R. Minyak biji tengkawang digunakan
sebagai bahan baku kosmetik (Fernandes dan Suryanto, 2011).
2.2.3. Kayu Rasamala
Rasamala (A. excelsa Noronhae) merupakan tanaman khas hutan basah
campuran di perbukitan dan pegunungan. Pohon ini sering tumbuh berkelompok
dan dapat tumbuh pada ketinggian 500-1.500 m dpl, dengan curah hujan
sekurang-kurangnya 100 mm dalam bulan kering. Ditanam pada jarak rapat, karena
pohon muda cenderung bercabang jika mendapat banyak sinar matahari. Manfaat
dari rasamala adalah kayunya sangat awet walaupun langsung bersentuhan dengan
tanah. Karena bebas cabangnya tinggi (20-35 m), maka kayunya cocok untuk
kerangka jembatan, tiang, konstruksi, tiang listrik dan telpon, serta penyangga rel
kereta api. Selain itu, kayunya dapat dimanfaatkan untuk konstruksi berat, rangka
kendaraan, perahu dan kapal, lantai, rakit, vinir, dan plywood (Lestari, 2011).
2.2.4. Kayu Merbau
Merbau (Intsia bijuga) merupakan jenis asli Indonesia yang tumbuh pada tanah
lembab, tanah kering dan tanah berbatu. Jenis ini dijumpai pada hutan tropika
basah zona vegetasi dataran rendah. Merbau merupakan jenis pohon dataran rendah
di hutan hujan tropis yang sering ditemukan di daerah pantai yang berdekatan
dengan mangrove, sungai atau daratan yang sering terkena banjir. Jenis ini juga
dijumpai pada daerah pedalaman sampai ketinggian 600 m di atas permukaan laut
di hutan primer atau hutan sekunder. Kayu merbau dapat digunakan untuk balok,
tiang, papan untuk perumahan, jembatan, bantalan rel kereta api, lantai, kayu
perkapalan dan mebel. Kayu merbau lebih kuat dari kayu jati dan kayu yang tahan
busuk (jika tidak kontak dengan tanah) (Yudohartono, 2017).

2.3 Pengertian Logam

Logam adalah unsur kimia yang siap membentuk ion (kation) dan memiliki
ikatan logam. Logam merupakan salah satu dari tiga kelompok unsur yang
dibedakan oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metaloid dan non logam.
Dalam kimia logam adalah material yang keras tak tembus cahaya, berkilau dan
memiliki konduktivitas listrik dan termal yang baik (Sosrosumihardjo, 2010).
Logam mempunyai sifat konduktivitas listrik, konduktivitas termal, tingkat
kekerasan, titik lebur dan kapasitas panas. Sifat logam yang keras banyak
dimanfaatkan untuk kendaraan bermotor, jembatan dan bahan konstruksi
bangunan. Selain itu, logam juga digunakan sebagai perhiasan, sebagai kabel
listrik karena merupakan konduktor yang baik serta alat memasak seperti
ketel, panci dan kuali karena mempunyai kapasitas panas yang lebih
kecil dibandingkan dengan non logam. Sifat logam yang istimewa tersebut
menyebabkan logam sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa contoh logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas, besi, timah,
perak, titanium, uranium, dan seng (Simbolon dkk., 2013).
Logam pada umumnya mempunyai kapasitas panas jenis yang lebih kecil dari
pada non logam misalnya kapasitas panas jenis air. Panas yang diperlukan untuk
memanaskan 1 g besi dengan kenaikan suhu 1oC lebih sedikit dibanding untuk air,
dengan kata lain jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu
1 g besi lebih sedikit dibanding untuk menaikkan suhu 1 g air. Kapasitas panas dari
suatu bahan sangat penting untuk diketahui misalnya dalam pembuatan
material-material nanokomposit (Simbolon dkk., 2013).

2.4 Jenis-jenis Logam

Menurut Indiyanto (2012), logam dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
2.4.1. Logam Ferro (Besi)
Logam ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur
karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai
sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur dengan
bermacam-macam logam lainnya. Logam Ferro terdiri dari komposisi kimia yang
sederhana antara besi dan karbon. Masuknya unsur karbon ke dalam besi dengan
berbagai cara. Jenis logam ferro adalah sebagai berikut.
a. Besi Tuang
Komposisi besi tuang yaitu besi dan karbon. Kadar karbon sekitar 4 %,
sifatnya rapuh tidak dapt ditempa, baik untuk dituang, liat dalam pemadatan,
lemah dalam tegangan. Besi tuang biasa digunakan untuk membuat alas mesin,
meja perata, badan ragum, bagian-bagian mesin bubut, blok silinder dan cincin
torak.
b. Besi Tempa
Komposisi besi tempa terdiri dari 99 % besi murni, sifatnya yaitu dapat
ditempa, liat, dan tidak dapat dituang. Besi tempa antara lain dapat digunakan
untuk membuat rantai jangkar, kait keran dan landasan kerja plat.
c. Baja Lunak
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,1% - 0,3%, mempunyai
sifat dapat ditempa dan liat. Digunakan untuk membuat mur, sekrup, pipa dan
keperluan umum dalam pembangunan.
d. Baja Karbon Tinggi
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,7% - 1,5%. Sifat dapat
ditempa, dapat disepuh keras, dan dimudakan. Digunakan untuk membuat
kikir, pahat, gergaji, tap, stempel dan alat mesin bubut.
e. Baja Karbon Tinggi dengan Campuran
Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau kobalt, krom atau tungsten.
Sifat rapuh, tahan suhu tinggi tanpa kehilangan kekerasan, dapat disepuh keras,
dan dimudakan. Digunakan untuk membuat mesin bubut dan alat – alat mesin.
2.4.2. Logam Non Ferro
Logam non ferro yaitu logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Logam
non ferro antara lain sebagai berikut.
a. Tembaga (Cu)
Warna coklat kemerah-merahan, sifatnya dapat ditempa, liat, baik untuk
penghantar panas, listrik, dan kukuh. Tembaga digunakan untuk membuat suku
cadang bagian listrik, radio penerangan, dan alat-alat dekorasi.
b. Alumunium (Al)
Warna biru putih. Sifatnya dapt ditempa, liat, bobot ringan, penghantar panas
dan listrik yang baik, mampu dituang. Alumunium digunakan untuk membuat
peralatan masak, elektronik, industri mobil dan industri pesawat terbang.
c. Timbal (Pb)
Warna biru kelabu, sifatnya dapat ditempa, liat dan tahan korosi. Timah
digunakan sebagai pelapis lembaran baja lunak (plat timah) dan industri
pengawetan.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, J. dan Yuliana M. 2013. Klasifikasi Jenis Kayu dengan Gray-Level Co-
Occurrence Matrices (Glcms) dan K-Nearest Neighbor Vol. 7, No. 1.
STIMIK Asia Malang: Surabaya.

Fernandes, A. dan Suryanto. 2011. Nilai Jasa Oksigen pada Meranti. Balai Besar
Penelitian Dipterokarpa: Samarinda.

Indiyanto, R. 2012. Pengantar Pengetahuan Bahan Teknik. Pendidikan dan


Penatara. Universitas Pembangunan Nasional Veteran: Surabaya.

Lestari, DC. 2011. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Rasamala (Altingia Excelsa


Noronhae) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (Lrm) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.

Lestari, U. 2011. Sistem Pakar untuk Mengidentifikasi Jenis-Jenis Kayu Vol. 1,


No. 4. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta: Yogyakarta.

Mulyana, D. dan Ceng A. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. PT AgroMedia


Pustaka: Jakarta Selatan.

Simbolon, H. Minarni dan Antonius S. 2013. Penentuan Massa Molar Beberapa


Jenis Logam Menggunakan Hukum Dulong-Petit. Universitas Riau:
Pekanbaru.

Sosrosumihardjo, D. 2010. Mengenal Logam Beracun. Badan Pengawas Obat Dan


Makanan RI: Jakarta.

Winarto. 2013. Penyiapan Bahan Produksi Kriya Kayu untuk Sekolah Menengah
Kejuruan. Direktorat Pembinaan SMK: Jakarta.

Yudohartono, TP. 2017. Karakterisasi dan Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ


Merbau (Intsia Bijuga) di Bondowoso pada Umur 7 Tahun Vol. 14, No. 1.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaaan
Tanaman Hutan: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai