Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS INDONESIA

Rangkuman Proses Petrokimia


“Produk Intermediate Jalur Olefin”
Kelompok 7

M. Febryan Caesar (1706038481)


M. Rafi Hayudo (1706985792
Sholeh Nur Udin (1706038456)

CHEMICAL ENGINEERING DEPARTMENT


ENGINEERING FACULTY
UNIVERSITAS INDONESIA
April, 2020
Proses Produksi Senyawa Turunan Ethylene

1. Ethylene Dichloride
 Kegunaan
Kegunaan ethylene dichloridetelah banyak digunakan dalam industri antara lain :
1. Sebagai bahan baku pembuatan vinyl chloride monomer
2. Berperan sebagai pelarut senyawa kimia seperti pada industri tekstil, industri
karet, industri cat dan industri tinta.
3. Sebagai pengolah lemak binatang
4. Sebagai pelarut ekstraksi

 Proses Pembuatan
Reaksi klorinasi ethylene selain membentuk senyawa ethylene dichloride juga membentuk
produk samping trichloro ethane (TCE) dan juga asam chlorida. Reaksi akan berlangsung
baik dengan adanya senyawa Ethylene Dibromide (EDB) C 2H4Br2 yang bertindak sebagai
katalisator dalam system reaksi.

Reaksi fase gas:


C2H4 + Cl2 ===> C2H4Cl2
C2H4 + 2 Cl2 ===> C2H3Cl3 + HCl

Konversi total chlorine hampir sempurna dimana sekitar 5% membentuk produk samping
trichloroetane. Suhu reaksi bisa naik ekstrim sehingga diperlukan pendinginan yang efektif
sehingga suhu tidak tiba-tiba naik tinggi terutama pada konversi awal. Hal ini terjadi
karena umpan ethylene dan chlorine equamolar, jika umpan ethylene dibuat excess maka
suhu reaksi bisa lebih dikontroll. Kondisi tekanan operasi adalah atmosferis dengan suhu
sekitar 50-175°C.

URAIAN PROSES
Umpan segar ethylene dialirkan dari tangki penyimpan diumpankan ke dalam Vaporizer
(V-01) untuk diuapkan karena fase reaksi di Reaktor adalah gas. Demikian juga dengan
umpan chlorine, dialirkan dari tangki penyimpan diuapkan ke dalam Vaporizer (V-02).
Uap chlorine setelah keluar dari V-02 kemudian dicampur gas chlorine recycle yang
berasal dari Absorber. Chlorine ini digelembungkan ke dalam tangki pelarutan yang berisi
Ethylene Dibromide (EDB) C2H4Br2 yang bertindak sebagai katalisator dalam system
reaksi. Dari tangki EDB ini, gas chlorine akan membawa atau jenuh dengan EDB.

Uap ethylene dan chlorine kemudian diumpankan ke dalam Reaktor Alir Pipa (RAP)
multitubular. Reaksi bersifat eksotermis sehingga untuk menjaga suhu reaksi sekitar 50-
175°C dilakukan pendinginan dengan mengalirkan cairan ethylene glikol di sisi shell dari
Reaktor. Hasil reaksi ini dialirkan ke Condensor parsial sampai suhu turun menjadi -5°C
sehingga zat-zat dengan titik didih tinggi akan mengembun dan HCl dan Cl 2 tetap dalam
fase gas.

Di separator gas Cl2 dan HCl akan dipisahkan dari ethylene dichloride (EDC),
trichloroethane (TCE) dan ethylene dibromide (EDB), . Gas kemudian diumpankan ke
dalam Absorber untuk diserap oleh air sehingga diperoleh larutan asam chloride 35% dan
kemudian ditampung di tangki penyimpan.

Campuran senyawa EDC, TCE dan EDB kemudian dipisahkan di Menara Distilasi-01
untuk memisahkan EDC sehingga diperoleh sebagai hasil atas dengan kemurnian 99% dan
ditampung di dalam tangki produk. Hasil bawah MD-01 yang berupa TCE dan EDB
kemudian diumpankan ke dalam Menara Distilasi-02.
Di dalam Menara Distilasi-02 akan diperoleh TCE sebagai hasil atas dengan kemurnian
95% dan ditampung di dalam tangki penyimpan. Hasil bawah yang berupa senyawa EDB
kemudian direcycle ke dalam tangki pelarutan EDB.
Gambar 1. PFD pembuatan Ethylene Dichloride

2. Vinyl Asetat
 Kegunaan
Vinil asetat merupakan bahan kimia antara yang dapat dijadikan bahan bakuu ntuk
pembuatan polivinil asetat, vinil asetat kopolimer, polivinil alkohol, dan vinil klorida.
Kegunaan lainnya yaitu sebagai bahan baku dalam pembuatan cat, coatings,
perekat(termasuk logam, porselen, kayu dan kertas), dan tekstil.
 Proses Pembuatan

Etilen direaksikan dengan asam asetat dan oksigen baik dalam fasa gas maupun fasa cair.
Reaksi yang terjadi adalah :

C2H4 +CH3COOH+1/2 O2  CH3COOCHCH2 + H2O


Dengan reaksi samping
C2H4 +3O2 2CO2 +2H2O

Cara ini mendominasi pembuatan vinil asetat saat ini. Sebelumnya reaksi dilakukan pada
fasa cair, berlangsung pada temperatur 110 – 130 °C pada tekanan 30 – 40 bar dengan
menggunakan katalis redoks PdCl2/CuCl2. Namun pada proses ini, tingginya korosi yang
terjadi menjadi masalah. Sedangkan proses modern yang saat ini banyak digunakan terjadi
pada fasa gas dengan katalis Pd. Reaksi samping yang tidak diinginkan adalah pembakaran
etilena sehingga membentuk CO2. Penggunaan katalis Pd/Au diperoleh selektivitas sebesar
94% berdasarkan etilena dan 98-99% berdasarkan asam asetat.

Reaksi fasa gas dijalankan dengan proses kontinyu dengan suhu operasi 150 OC, tekanan 5
– 10 atm. Reaksi pada fasa gas ini lebih disukai karena yield yang lebih baik dan masalah
korosi yang kecil (Dimian dan Bildea,2008). Secara keseluruhan, yield yang diperoleh
sebesar 90% berdasarkan pada etilena dan 95% berdasarkan asam asetat.

Gambar 2. PFD pembuatan Vinyl Asetat


DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman,Fatah. 2016. Mengenal Industri Petrokimia. Untirta Press: Serang

Ludwig, E.E., 1964, Applied Process Design for Chemical and Petrochemical Plants, Gulf
Publishing, Co., Houston

Anda mungkin juga menyukai