Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mata Kuliah MBP Eropa

Oleh: Kurnia Sari Nastiti


070810531
Inggris: Geopolitik, Demografi, Budaya Politik, dan Posisinya di Uni
Eropa

Secara geopolitik, Inggris terbilang unik karena tidak diketahui secara pasti kapan awal mula
dasar sistem politiknya terbentuk. Tidak seperti negara Eropa lain pada umumnya, di Inggris tidak
terlalu banyak gerakan revolusionis (revolutionary moment) dan hal inilah yang kemudian
dianggap sebagai pertanda munculnya pemikiran sistem politik modern. Dalam perkembangannya
menjadi sebuah negara dengan sistem politik modern, Inggris telah melalui sebuah proses panjang
evolusi historis yang sangat kompleks hingga akhirnya menjadi sebuah negara demokratis yang
lain dari yang lain (distinvtive democratic state). Kompleksitas geopolitik di Inggris terutama
terjadi di era setelah tahun 1945 dimana ketika itu Inggris menerapkan sistem politik hybrid
dengan menekankan pada poin demokrasi parlementer dan monarki konstitusional tanpa adanya
konstitusi tertulis yang terkodifikasi.1 Sejak saat itu, Inggris terus menerus dihadapkan pada tiga
dilema utama tidak hanya terkait masalah geopolitik melainkan juga menyangkut persoalan
ekonomi. Tiga dilema tersebut yakni: (1) perdebatan tentang model ekonomi politik seperti apa
yang paling cocok untuk diterapkan dalam pemerintahan di Inggris; (2) adanya isu-isu terkait
dengan posisi Inggris dalam dunia global; dan (3) munculnya kontroversi terkait organisasi
teritorial pluri-national United Kingdom.

Perdebatan tentang model ekonomi politik yang paling cocok untuk diterapkan di Inggris
seringkali disebut dengan istilah governing dilemma, yakni merupakan suatu dilema tentang
bagaimana mengatur jalannya perekonomian di Inggris dalam kaitannya dengan peran negara
untuk mengatur pasar dan juga kerangka kerja (framework) seperti apa yang harus diterapkan oleh
Inggris untuk memainkan peranannya dalam perekonomian nasional, tingkat Eropa, maupun
tingkat global. Sementara itu, isu-isu terkait dengan posisi Inggris dalam dunia global muncul
karena Inggris mengalami dilema di antara tiga kekuatan besar yang sama-sama mempengaruhi
kebijakan luar negeri yang akan di ambil pemerintah Inggris. Tiga kekuatan tersebut adalah
kekuatan Kerajaan Inggris, kekuatan Amerika Serikat, dan juga kekuatan Eropa. Dilema semacam
ini menurut pandangan saya selaku penulis merupakan hal yang wajar terjadi bagi Inggris karena
di satu sisi pemerintah Inggris di bawah pimpinan seorang perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan harus tunduk kepada aturan-aturan Kerajaan Inggris dimana ratu Inggris merupakan
kepala negara yang berkuasa, sementara di sisi lain pemerintah juga harus mempertimbangkan
“hubungan dekat” antara Inggris dan Amerika Serikat yang telah terbangun sejak era Perang Dunia

1
Ben Rosamond. Britain (New York: Oxford University Press Inc.,2007),hlm.47
|1
Tugas Mata Kuliah MBP Eropa
Oleh: Kurnia Sari Nastiti
070810531
II, dan sisi lain Inggris sebagai salah satu negara di Eropa yang sekaligus merupakan anggota Uni
Eropa juga harus mempertimbangkan aliansi-aliansi yang ia bangun dengan negara-negara Eropa
apabila Inggris hendak mengambil suatu kebijakan yang bertentangan dengan keinginan Uni
Eropa dan justru cenderung pro Amerika. Salah satu contoh nyata terjadi ketika Amerika Serikat
memutuskan untuk menginvasi Irak pada tahun 2003 dengan dalih mencari senjata pemusnah
masal (weapon of mass destruction) yang mengancam dunia. Inggris pada akhirnya harus menuai
kecaman keras dari sejumlah negara Eropa seperti Jerman dan Perancis karena aksinya yang
mendukung serangan Amerika Serikat ke Irak yang ternyata justru berakhir dengan tragedi
kemanusiaan yang besar tanpa sedikit pun menemukan tanda-tanda adanya senjata pemusnah
masal. Terakhir, dilema yang ketiga yakni terkait dengan pluri-national United Kingdom terjadi
karena wilayah Wales dan Skotlandia berkeinginan untuk memerdekakan diri sejak akhir tahun
1980-an sementara pemerintah Inggris menganggap bahwa pluri-national United Kingdom yang
terdiri atas wilayah Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara merupakan hal yang harus
dijaga karena telah menjadi bagian tersendiri dalam sejarah panjang pembentukan negara Inggris.

Terkait dengan masalah demografi, struktur kependudukan di Inggris sangatlah beragam.


Hal ini dikarenakan banyaknya penduduk yang bermigrasi ke Inggris bahkan sejak abad ke-5.
Bangsa pendatang yang pertama kali datang ke Inggris adalah orang-orang Jerman, dan juga
Skandinavia. Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian di Inggris, bangsa pendatang
lain seperti Cina, India, Pakistan, Karibia, dan Afrika mulai berdatangan dengan tujuan berdagang.
Keadaan multi-etnis semacam ini pada akhirnya menyebabkan Inggris tidak hanya didominasi
oleh satu agama dan satu budaya saja melainkan sangat bervariasi. Salah satu contoh yang penulis
rasa merupakan salah satu dampak dari kedatangan bangsa pendatang ini adalah meningkatnya
jumlah perempuan di Inggris yang memeluk agama Islam khususnya di tahun 2001 dengan jumlah
sekitar 30.000 wanita.2

Keberagaman masyarakat Inggris sebagaimana telah penulis jelaskan di atas dalam


perkembangannya turut berpengaruh terhadap budaya politik, sistem kepartaian, dan isu-isu yang
dibawa oleh pemerintah Inggris dalam pembuatan kebijakan luar negeri. Kata yang dapat
menggambarkan budaya politik di Inggris saat ini adalah traditionally modern dimana Inggris
tetap menjaga nilai-nilai tradisional seperti pertahanan (defence), kepercayaan (trust), dan
pragmatisme (pragmatism) sehingga sampai saat ini pun Inggris dalam kebijakannya selalu
mengedepankan isu-isu pertahanan dengan tujuan menjaga balance of power di tingkat regional
Eropa maupun di tingkat dunia. Sementara itu, sisi modern-nya adalah Inggris mulai mengadopsi
2
www.cia.gov
|2
Tugas Mata Kuliah MBP Eropa
Oleh: Kurnia Sari Nastiti
070810531
nilai-nilai keterbukaan (openness) dengan tujuan untuk mempertahankan liberalisme politiknya.
Budaya-budaya politik ini, menurut pandangan penulis, akan turut berpengaruh terhadap isu-isu
yang diangkat oleh Inggris dalam sejumlah pertemuan di forum Uni Eropa dan selanjutnya juga
akan mempengaruhi sikap Inggris di Uni Eropa itu sendiri. Sehingga, Inggris berada pada kondisi
dilema yang semakin besar karena tidak saja budaya politiknya yang semakin beragam melainkan
juga bagaimana ia harus memainkan peran di antara tiga kekuatan besar yakni Kerajaan Inggris,
Uni Eropa, dan juga Amerika Serikat.

Referensi:
Rosamond, Ben. 2007. “Britain”, dalam Hay,Colin dan Menond, Anand. European Politics. New
York: Oxford University Press Inc.

www.cia.gov [diakses pada 6 Oktober 2010, 15:25]

|3

Anda mungkin juga menyukai