Anda di halaman 1dari 19

RANGKUMAN MATERI KULIAH

AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN ANGGARAN

Oleh

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

OKTOBER 2015
A. KONSEP DASAR PERENCANAAN
1. Pengertian Perencanaan

Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan


pada suatu priode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam manajemen,
perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai
tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.

Beberapa ahli memberikan pengertian perencanaan. Menurut Bintoro Tjokroaminoto,


perencanaan ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistimatis yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu. Siagian memberikan pengertian perencanaan sebagai
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan
dikerjakan di masa datang dalam rangka mencapai tujan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan Handoko berpendapat perencanaan meliputi 1) pemilahan atau penetapan tujuan-
tujuan organisasi, 2) penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, system,
anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan pada hakekatnya
adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif (pilihan) mengenai sasaran dan
cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang
dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara
sistimatis dan berkesinambungan.

Proses ialah hubungan tiga kegiatan yang berurutan, yaitu menilai situasi dan kondisi saat
ini, merumuskan dan menciptakan situasi dan kondisi yang diinginkan (yang akan datang), dan
menentukan apa saja yang diperlukan untuk mencapai keadaan yang diinginkan. Dari pengertian
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut perencanaan ialah kegiatan yang akan
dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan. Dari definisi ini perencanaan
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya.


2. Adanya proses
3. Hasil yang ingin dicapai
4. Menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.

Sedangkan menurut undang – undang no 24 tahun 2005 tentang sistem perencanaan


pembangunan nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

2. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan diantaranya adalah:
a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan

1
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaan.
f. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
g. Mengetahaui siapa yang terlibat (struktur organisasinya) baik kualifikasinya maupun
kuantitasnya.
h. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
i. Memimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan
waktu.
j. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.

3. Jenis – jenis Perencanaan


 Pembagian Perencanaan Berdasarkan Waktu

Berdasarkan kriteria waktu ada tiga macam perencanaan yaitu; perencanaan jangka
panjang, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek. Dalam menyusun suatu
rencana, perlu terlebih dahulu ditetapkan apakah yang akan disusun itu termasuk perencanaan
jangka pendek atau lainnya, sehingga langkah-langkah kegiatan dapat tersusun dan tujuan
kegiatan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

a. Perencanaan Jangka Panjang

Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu 10, 20 atau 25 tahun.
Sedangkan dalam perspektif undang – undang no 24 tahun 2005 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional, rencana jangka panjang memiliki rentang waktu selama 20 tahun.

Karena demikian panjangnya siklus perencanaan ini, maka perencanaan jangka panjang
memuat rencana-rencana yang bersifat umum, global dan belum terperinci. Perencanaan jangka
panjang juga lebih bersifat perspektif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi perencanaan yang
berjangka waktu lebih pendek. Perencanaan jangka panjang masih perlu dijabarkan lagi menjadi
perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek.

b. Perencanaan Jangka Menengah

Perencanaan jangka menengah biasanya mempunyai 4 sampai dengan 7 tahun.


Sedangkan dalam perspektif undang – undang no 24 tahun 2005 tentang sistem perencanaan
pembangunan nasional, rencana jangka menengah memiliki rentang waktu selama 5 tahun.

Perencanaan jangka menengah disusun berdasarkan perencanaan jangka panjang yang


selanjutnya dijabarkan lagi menjadi perencanaan jangka pendek. Repelita termasuk jenis
perencanaan jangka menengah yang kemudian dijabarkan ke dalam perencanaan tahunan yaitu
perencanaan jangka pendek yang bersifat operasional.

Perancanaan jangka menengah seperti repelita adalah yang paling efisien ditinjau dari
segi pelaksanaannya. Di dalamnya dicantumkan tujuan dan target secara lebih jelas sehingga
memberikan dasar-dasar yang pasti bagi kegiatan yang direncanakan. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan banyak memilih perencanaan jangka menengah dengan sistem berkelanjutan.

2
Dalam pendekatan seperti ini, rencana tersebut diperpanjang satu tahun pada suatu waktu sambil
memperbaiki sasaran-sasaran berdasarkan pengalaman pelaksanaan. Artinya, prestasi yang
dicapai pada pelaksanaan yang lalu dijadikan umpan balik bagi perbaikan rencana yang
selanjutnya.

c. Perencanaan Jangka Pendek

Perencanaan jangka pendek biasanya mempunyai jangka waktu kurang dari 4 tahun. Dan
dalam perspektif undang – undang no 24 tahun 2005 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional, rencana jangka pendek memiliki rentang waktu selama 1 tahun. Salah satu perencanaan
jangka pendek yang sering kita temui adalah perencanaan tahunan. Perencanaan tahunan atau
disebut juga perencanaan operasional di negara kita ini pada prakteknya merupakan suatu siklus
yang selalu berulang setiap tahun yaitu mulai dari awal April sampai dengan akhir bulan Maret.

 Pembagian Perencanaan Berdasarkan Fungsi


a. Perencanaan strategis

Perencanaan strategis (Strategic Planning) dapat didefinisikan sebagai perencanaan yang


berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama.
Perencanaan strategis merupakan alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat
ini dan melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah
petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5
sampai 10 tahun ke depan (Kerzner , 2001)

b. Perencanaan operasional

Perencanaan operasi adalah penjabaran dan kegiatan rinci dari perencanaan strategis.
Perencanaan operasi sering disebut juga dengan “misi”, sedangkan perencanaan strategis adalah
tujuan yang ingin dicapai “misi”, yaitu “visi”.

B. PERENCANAAN PADA INSTANSI PEMERINTAH


1. Tujuan Perencanaan Pada Institusi Pemerintah

Perencanaan pembangunan dalam instansi pemerintah telah diatur dalam UU No. 25


Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Perencanaan ini merupakan
langkah awal sebelum suatu pemerintah tersebut melakukan implementasi dari tujuan yang
mereka inginkan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perencanaan ini merupakan langkah awal
untuk menyesuaikan seberapa banyak sumber daya yang dimiliki dengan tujuan yang telah
ditentukan oleh instansi pemerintah tersebut.

Tujuan perencanaan dalam pemerintahan seperti yang tertuang dalam Undang-undang


Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, yaitu

1. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional.


2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang,
antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah.

3
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan,
4. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan, mengoptimalkan partisipasi masyarakat

2. Dasar Hukum Perencanaan pada Institusi Pemerintah


 Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
 Undang-Undang No. 24 tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN);
 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
 Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah;
 Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025;
 Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
 Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah No 90 tahun 2010 ;
 Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
 Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
 Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antar
pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
 Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah No 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
 Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014

3. Konsep Perencanaan Pembangunan Nasional

Menurut undang – undang no 24 tahun 2005 tentang sistem perencanaan pembangunan


nasional, pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan
demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.

Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan makro


semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia. Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas
perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan
perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

4
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (undang – undang no 24 tahun 2005) adalah
satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Terdapat 4 proses
perencanaan, yaitu :

a. Pendekatan Politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan


hasil proses politik (public choice theory of planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi
dalam RPJM/D.
b. Proses Teknokratik: menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau
satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
c. Partisipatif: dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara lain melalui
Musrenbang.
d. Proses top-down dan bottom-up: dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.

Untuk memperkuat konsep dasar dari perencanaan pembangunan, kita harus mengetahui
bagaimana penyusunan rencana pembangunan itu dilakukan. Jadi, penyusunan rencana
pembangunan itu dilakukan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) yang dimana seluruh pelaku perencanaan pembangunan dilibatkan dalam
penyusunan rencana pembangunan tersebut untuk membahas RPJP, RPJM, dan Rencana
Pembangunan Tahunan, yang nantinya akan mengacu kepada anggaran, APBN dan APBD. Oleh
sebab itu, antara perencanaan, penganggaran, dan evaluasi kinerja itu sendiri sebenarnya memiliki
konsep yang saling berkaitan dan berkesinambungan.

4. Perencanaan Pembangunan Nasional

Menurut UU Nomor 25 Tahun 2004, yang disebut dengan Perencanaan Pembangunan


Nasional adalah mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan
yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia. Unsur yang selalu erat berkaitan dengan Perencanaan Pembangunan baik Nasional
maupun Daerah juga telah dijelaskan dalam UU Nomor 25 Tahun 2004 dimana terdapat RPJP
Nasional, RPJM Nasional, RKP, Renstra-KL, Renja-KL. Adapun penjelasan mengenai unsur-
unsur diatas menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, yakni sebagai berikut:

1. RPJP Nasional merupakan penjabaran dan tujuan dibentuknya pemerintah Negara Indonesia
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah
pembangunan Nasional.
2. RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan
Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan Lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro
yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiscal
dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.

5
3. RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
4. Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan
berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.
5. Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu pada prioritas
pembangunan Nasional dan pagu indikatif, serta memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.

5. Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan Pembangunan Daerah yang telah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2004
pada dasarnya hampir sama dengan mekanisme, model atau struktur perencanaan pembangunan
nasional. Perbedaan antara struktur pembangunan nasional dan daerah hanya terletak pada ruang
lingkup. Dari segi ruang lingkup, pembangunan nasional jelas mencakup keseluruhan Negara
Indonesia, sedangkan pembanguna daerah hanya mencakup kegiatan pembangunan yang terjadi
pada daerah yang bersangkutan saja. Perbedaan tersebut membuat daerah harus menyusun sendiri
perencanaan pembangunannya dengan tetap mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan
nasional. Mekanisme dalam model perencanaan pembangunan daerah ini juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, yakni sebagai berikut:

1. RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP
Nasional.
2. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat
arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan
program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
3. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat
rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja kerja,
dan pendanannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintahan maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
4. Renstra-SKPD memuat visi,misi,tujuan strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah
serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
5. Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKP,
memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendoring partisipasi masyarakat.

6
C. KONSEP DASAR PENGANGGARAN
1. Pengertian

Anggaran merupakan alat bagi Pemerintah untuk mengarahkan dan menjamin


kesinambungan pembangunan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran
diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus
berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.

Anggaran adalah merupakan hal yang paling penting yang harus ada di dalam
pemerintahan. Karena anggaran merupakan cara yang dilakukan oleh organisasi sector publik
untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terbatas. Pemerintah ingin agar kekayaan yang dimiliki negara dapat diberikan kepada seluruh
masyarakat, tetapi sering kali keinginan tersebut terhambat oleh terbatasnya sumber daya yang
dimiliki. Di sinilah fungsi dan peran penting anggaran. Anggaran merupakan suatu laporan yang
memuat penerimaan dan pembelanjaan negara/ daerah. Di dalam laporan tersebut ditetapkan
target-target yang hendak dicapai pemerintah dalam penerimaan pendapatan dan pengeluaran.
Kebijakan-kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah dituangkan di dalam anggaran
tersebut.

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menyejahterakan rakyat, karena uang
yang digunakan adalah uang rakyat. Namun tak banyak juga masarakat yang tidak tersentuh
aplikasi dari anggaran tersebut, buktinya saja masih banyak kemiskinan yang terjadi disetiap
daerah. Apabila anggaran sudah terlaksana dengan baik dan benar, tentunya banyak masyarakat
yang sudah sejahtera, paling tidak sudah bisa tercukupi kebutuhan pokoknya.

Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki anggaran sektor publik yakni dapat
merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat serta dapat menentukan
penerimaan dan pengeluaran departemen pemerintah, provinsi maupun daerah. Untuk itu adanya
anggaran sektor publik sangat penting, karena :

a. Anggaran merupakan alat pemerintah untuk menstabilkan negara


b. Anggaran diperlukan untuk menyeimbangkan antara keinginan dan kebutuhan masyarakat
yang berhubungan dengan sumber daya yang terbatas.
c. Anggaran merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga publik yang
ada

2. Pendekatan dalam Penyusunan Anggaran


a. Pendekatan top – down : Yaitu perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan
sebagai pemberi gagasan awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur
jalannya program yang berawal dari perencanaan hingga proses evaluasi, dimana peran
masyarakat tidak begitu berpengaruh.
Kelemahan sistem ini adalah:
1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih
dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri. sehingga masyarakat akan
merasa terabaikan kepentingannya

7
2. Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan. dengan
ini bisa berakibat pada seberapa jauh dana yang dihabiskan untuk pelaksanaan program
tersebut. dan juga berakibat adanya “Lubang” yang membuat pembesaran kantong
individu atau kelompok
3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa
mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.
4. Tujuan utama dari program tersebut tidak dapat terlaksana dikarenakan apa yang
diperlukan masyarakat tidak terpenuhi oleh pemerintah pusat yang tidak mengerti atau
memahami apa yang dibutuhkan masyarakat.
5. Kreatifitas masyarakat berkurang karena kurangnya campur tangan mereka di bidang
perencanaan.
Dan kelebihan dari sistem ini adalah:
1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat
berjalan sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal.
2. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh
pemerintah.
3. Mengoptimalkan kinerja para pekerja di pemerintahan dalam menyelenggarakan suatu
program.

b. Pendekatan bottom – up : Yaitu perencanaan yang dilakukan dimana masyarakat lebih


berperan dalam hal pemberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program yang
telah dilaksanakan, sedangkan pemerintah pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu
program.
Kelebihan dari sistem ini adalah:
1. Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada
pemerintah dalam menjalakan suatu program.
2. Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan
masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat
bisa melihat apa yang diperlukan dan apa yang diinginkan.
3. Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih
banyak.
4. Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan
dalam suatu jalannya proses suatu program.
5. Sistem bottom up boleh dikatakan sebagai taktik untuk mengetahui permasalahan lebih
dalam mengenai sistem perencanaan.
Kelemahan dari sistem ini adalah
1. Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.
2. Hasil dari suatu program tersebut belum tentu baik karena adanya perbadaan tingkat
pendidikan dan bisa dikatakan cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan.
3. Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berjalan lebih baik karena adanya
salah paham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan
bahkan salah paham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya
masing-masing tugas dari pemerintah dan juga masyarakat.

8
4. Program ini lebih memakan waktu yang lama dikarenakan harus adanya sinkronisasi dari
lower level employee kepada atasannya.
5. Biaya yang diperlukan lebih besar untuk menjalankan program ini.

c. Partisipatif Budgeting : Melalui sistem ini, bawahan/pelaksana anggaran dilibatkan dalam


penyusunan anggaran yang menyangkut subbagiannya sehingga tercapai kesepakatan antara
atasan/pemegang kuasa anggaran dan bawahan/pelaksana anggaran mengenai anggaran
tersebut (Omposunggu dan Bawono,2007). Anggaran partisipatif (participative budgeting)
merupakan pendekatan penyusunan anggaran yang berfokus pada upaya untuk meningkatkan
motivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep penganggaran ini sudah
berkembang pesat dalam sektor bisnis, jauh meninggalkan pendekatan yang sama dalam
sektor publik. Dalam sektor publik, anggaran partisipatif belum mempunyai sistem yang
mapan sehingga penerapannya pun belum optimal.

3. Model – model Penganggaran

Activity Based Budgeting

Activity based budgeting adalah penyusunan anggaran biaya per aktivitas untuk
memungkinkan manajer memprediksi biaya aktivitas yang akan terjadi dalam periode anggaran.
Activity-based budgeting memungkinkan manajer merencanakan dan memantau improvement
terhadap aktivitas secara lebih seksama.

Activity based budgeting (ABB) ini erat kaitannya dengan activity based costing (ABC).
Activity based costing merupakan sistem informasi yang digunakan untuk mengukur
implementasi activity based budget akan mengkomunikasikan hasil pengukuran tersebut kepada
personel yang bertanggung jawab

Functional Based Budgeting

Functional based budgeting atau disebut juga traditional budgeting system adalah suatu
cara menyusun anggaran yang tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih
didasarkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran.

Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada pertanggungjawaban


pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang meliputi pelaksanaan anggaran, pengawasan
anggaran dan penyusunan pembukuannya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan pada
obyek-obyek pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran didasarkan atas jatah tiap-tiap
departemen/lembaga.

Sistem pertanggungjawabannya hanya menggunakan kuitansi pengeluaran saja, tanpa


diperiksa dan diteliti apakah dana telah digunakan secara efektif/efisien atau tidak. Mula-mula
pemerintah memberi jatah dana untuk tiap-tiap departemen lembaga kemudian setiap
departemen/lembaga mengambil jatah dana tersebut dan menggunakannya untuk melaksanakan
kegiatan sampai habis. Setelah dana tersebut habis dipakai, setiap departemen/lembaga

9
melaporkan bahwa dana tersebut sudah dipakai. Sehingga tolok ukur keberhasilan anggaran
tersebut adalah pada hasil kerja, maksudnya jika anggaran tersebut seimbang (balance) maka
anggaran tersebut dapat dikatakan berhasil, tetapi jika anggaran tersebut defisit atau surplus,
berarti anggaran tersebut gagal.

Performance Based Budgeting (Penganggaran Berbasis Kinerja)

Performance based budgeting atau anggaran berbasis kinerja merupakan pendekatan


penyusunan anggaran berdasarkan beban kerja dan unit cost data ke dalam setiap kegiatan yang
terstruktur dalam suatu program untuk mencapai tujuan. Dasar pemikirannya adalah
penganggaran harus dapat digunakan sebagai alat menajemen sehingga penyusunan anggaran
harus dapat memberikan hasil yang berguna bagi pengambilan keputusan manajerial
(legislatif/eksekutif). Oleh karena itu, anggaran harus dianggap sebagai program kerja.

Anggaran berbasis kinerja memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi hasil kerja
dengan tujuan memaksimumkan output yang dapat dihasilkan dari input tertentu.

4. Level Kemanfaatan Anggaran dalam Sudut Pandang Accounting


Dalam sudut pandang accounting, anggaran memiliki level manfaat sebagai berikut:
1) Level 1 : sebagai alat perencanaan (formalitas)
2) Level 2 : sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
3) Level 3 : sebagai pedoman kegiatan dan alat ukur kinerja
4) Level4 : sebagai pedoman kegiatan, alat ukur kinerja, dan diimplementasikan dalam
Budgetary Accounting

D. Penganggaran Pada Institusi Pemerintahan


1. Konsep Dasar Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)
a. Pengertian
Anggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk
mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat yang
dihasilkan.
b. Tujuan
Tujuan dilakukan penyusunan anggaran berbasis kinerja meliputi:
1) efisiensi pelaksanaan anggaran dengan menghubungkan kerja dan kegiatan terhadap
biaya;
2) mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan;
3) meningkatkan kualitas pelayanan publik; dan
4) merubah paradigma dan kinerja lembaga.
c. Perbedaan ABK dengan Sistem Anggaran Sebelumnya
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang
digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini
tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan
yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran
dan sistem pertanggungjawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah
digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan

10
dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional, penganggaran dengan
pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output. Jadi, apabila kita menyusun anggaran
dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fokus pada "apa yang ingin dicapai".
Kalau fokus ke "output", berarti pemikiran tentang "tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di
setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada segi
penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa.
Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan
atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu
sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan
akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.
d. Keunggulan ABK
Keunggulan anggaran berbasis kinerja, adalah bahwa penyusunan anggaran ini dilakukan
dengan mendasarkan pada program, fungsi serta aktivitas dengan menetapkan satuan
pengukuran tertentu dan tujuan (visi) yang telah dirumuskan, sehingga dapat dilakukan
penilaian terhadap masukan dan keluaran atau penilaian terhadap kinerja pelaksanaan
kegiatan.
2. ABK pada Pemerintah Pusat
a. Tahap perencanaan
1) Penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional,
2) Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan
anggaran,
3) evaluasi Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan
4) Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru
berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan kelayakan dan efisiensi
indikasi kebutuhan dananya,
5) K/L menyusun rencana kerja (Renja), melakukan Pertemuan tiga pihak (trilateral
meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian
Keuangan, merancang awal RKP disempurnakan, tahap terakhir
6) RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR, RKP
ditetapkan.
b. Tahap penganggaran
1) penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif,
2) penetapan pagu anggaran K/L,
3) penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L),
4) penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan undang-
undang tentang APBN,
5) penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang APBN
kepada DPR.
3. ABK pada Pemerintah Daerah

11
1) Pemerintah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya paling lambat
pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan tersebut berpedoman pada RKPD.
2) Proses penyusunan RKPD dilakukan antara lain dengan musrenbang.
3) DPRD membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
4) Pemda bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara berdasarkan
Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati.
5) Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
6) RKA-SKPD disampaikan kepada DPRD.
7) Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah
sebagai bahan penyusunan rancangan perda APBD tahun berikutnya.
8) Pemda mengajukan rancangan Perda APBD pada minggu pertama bulan Oktober.
9) Keputusan oleh DPRD mengenai rancangan Perda APBD dilakukan selambat-lambatnya satu
bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

E. Revisi Anggaran
1. Alasan Revisi
a. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran
belanja termasuk pergeseran rincian anggaran belanjanya.
b. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran belanja dalam hal pagu anggaran tetap.
c. Perubahan/ralat juga dapat terjadi karena kesalahan administrasi.
2. Proses Revisi Anggaran
a. Revisi anggaran pada BA K/L
1) Revisi anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
a) Yang memerlukan penelaahan (Pasal 54 ayat 1 PMK No. 257 Tahun 2014)
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyampaikan usulan revisi anggaran kepada
Sekretaris Jenderal (Sekjen)/Pejabat Eselon I K/L dengan melampirkan dokumen
pendukung:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh KPA
- arsip data komputer (ADK) RKA K/L DIPA Revisi
- RKA Satker
- copy DIPA terakhir
- dokumen pendukung terkait lainnya.
2. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan
dokumen pendukung.
3. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran yang telah
diteliti kepada APIP K/L untuk direviu, bila diperlukan.
4. Hasil reviu APIP K/L dituangkan dalam surat hasil reviu.
5. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA
dengan melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I dan
dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi)

12
- SPTJM yang ditandatangani oleh Sekjen/Pejabat Eselon I
- ADK RKA/KL revisi Satker
- RKA Satker.
6. DJA menelaah usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen
7. DJA dapat menerima atau menolak usulan revisi anggaran sesuai dengan
ketentuan. Apabila usulan revisi anggaran diterima, DJA dhi. Direktur Anggaran
I/II/III menetapkan revisi DHP RKA K/L dan surat pengesahan revisi anggaran
yang dilampiri notifikasi dari sistem. Apabila usulan revisi anggaran ditolak,
DJA mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
8. Proses revisi anggaran pada DJA diselesaikan paling lambat 5 hari setelah
dokumen diterima secara lengkap.
b) Yang tidak memerlukan penelahaan (Pasal 54 ayat 2 PMK No. 257 Tahun 2014)
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyampaikan usulan revisi anggaran kepada
Sekretaris Jenderal (Sekjen)/Pejabat Eselon I K/L dengan melampirkan dokumen
pendukung:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh KPA
- ADK RKA K/L DIPA Revisi
- arsip data komputer (ADK) RKA K/L DIPA Revisi
- RKA Satker
- copy DIPA terakhir
- dokumen pendukung terkait lainnya.
2. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan
dokumen pendukung.
3. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran yang telah
diteliti kepada APIP K/L untuk direviu, bila diperlukan.
4. Hasil reviu APIP K/L dituangkan dalam surat hasil reviu.
5. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA
dengan melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon I dan
dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh Sekjen/Pejabat Eselon I
- ADK RKA/KL revisi Satker
- RKA Satker
- dokumen pendukung terkait dalam rangka perubahan catatan dalam halaman
IV DIPA.
6. DJA meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen
7. DJA dapat menerima atau menolak usulan revisi anggaran sesuai dengan
ketentuan. Apabila usulan revisi anggaran diterima, DJA dhi. Direktur Anggaran
I/II/III menetapkan revisi DHP RKA K/L dan surat pengesahan revisi anggaran
yang dilampiri notifikasi dari sistem. Apabila usulan revisi anggaran ditolak,
DJA mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.

13
8. Proses revisi anggaran pada DJA diselesaikan paling lambat 1 hari setelah
dokumen diterima secara lengkap dan notifikasi dari sistem telah tercetak.
2) Revisi anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB)
1. KPA menyampaikan usulan revisi anggaran kepada Kepala Kanwil DJPB dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh KPA
- ADK RKA/KL DIPA Revisi
- copy DIPA petikan terakhir
- dokumen pendukung terkait persetujuan unit eselon I.
2. Kanwil DJPB meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen.
3. Apabila usulan revisi anggaran tidak sesuai ketentuan, Kanwil DJPB
mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
4. Apabila usulan revisi anggaran sesuai dengan ketentuan, Kanwil DJPB
menetapkan surat pengesahan revisi anggaran yang dilampiri notifikasi dari
sistem, paling lambat 1 hari setelah dokumen diterima secara lengkap dan
notifikasi dari sistem telah tercetak.
5. Apabila usulan revisi anggaran memuat substansi yang meliputi kewenangan
DJA dan Kanwil DJPB, DJA memproses revisi anggaran yang diusulkan.
3) Revisi anggaran yang memerlukan persetujuan Eselon I K/L
1. KPA menyampaikan usulan revisi anggaran kepada unit eselon I K/L dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani oleh KPA
- ADK RKA/KL DIPA Revisi
- RKA Satker
- copy DIPA petikan terakhir
- dokumen pendukung terkait.
2. Unit eselon I meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan dan kebenaran
dokumen.
3. Apabila kewenangan penyelesaian revisi anggaran merupakan kewenangan
Kanwil DJPB, Eselon I K/L menetapkan surat persetujuan dan menyampaikan
kepada KPA Satker sebagai lampiran usulan revisi anggaran ke Kanwil DJPB.
4. Apabila kewenangan penyelesaian revisi anggaran merupakan kewenangan DJA,
Eselon I K/L menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA untuk
mendapatkan pengesahan.
4) Revisi anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
1. Dalam hal revisi anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan dan/atau
digital stamp, KPA menyampaikan usul revisi anggaran kepada Kanwil DJPB
2. Dalam hal revisi anggaran tidak mengakibatkan perubahan DIPA Petikan
dan/atau digital stamp, KPA mengubah ADK RKA Satker melalui aplikasi RKA
K/L DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), dan menetapkan
perubahan POK.

14
5) Revisi anggaran yang memerlukan persetujuan DPR RI
1. Sekjen K/L mengajukan usulan revisi anggaran kepada Pimpinan DPR RI untuk
mendapatkan persetujuan.
2. Sekjen/Pejabat Eselon I K/L mengajukan usulan revisi anggaran kepada DJA
berdasarkan persetujuan Pimpinan DPR RI.
b. Revisi anggaran pada BA BUN
1) Revisi BA BUN yang memerlukan penelaahan
1. KPA BUN menyampaikan usulan revisi anggaran kepada PPA BUN dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani KPA BUN
- ADK RDP BUN DIPA Revisi
- RKA BUN
- copy DIPA BUN terakhir
- dokumen pendukung terkait lainnya seperti TOR atau RAB.
2. PPA BUN meneliti usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen.
3. Usul revisi anggaran juga disampaikan kepada APIP untuk direviu, kecuali jika
usulan anggaran disampaikan pada bulan Desember. Hasil reviunya dituangkan
dalam Surat Hasil Reviu.
4. PPA BUN menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang ditandatangani oleh Pemimpin PPA BUN
dan dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi)
- surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pemimpin PPA BUN
- ADK RDP BUN DIPA Revisi Satker
- RKA BUN
5. DJA menelaah usulan revisi anggaran dan kelengkapan dokumen.
6. DJA dapat meminta dokumen pendukung terkait sesuai hasil kesepakatan antara
PPA BUN dengan DJA dalam pembahasan usulan revisi anggaran.
7. Apabila usulan revisi anggaran tidak sesuai dengan persyaratan, DJA
mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
8. Apabila usulan revisi anggaran diterima, Direktur Anggaran III menetapkan:
- revisi DHP RDP BUN
- revisi DIPA BUN
- surat pengesahan revisi anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem.
9. Proses revisi anggaran tersebut diselesaikan paling lambat dalam 5 hari kerja
setelah dokumen diterima secara lengkap.
2) Revisi BA BUN yang tidak memerlukan penelaahan
1. KPA BUN menyampaikan usulan revisi anggaran kepada PPA BUN dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- SPTJM yang ditandatangani KPA BUN

15
- ADK RDP BUN DIPA Revisi
- RKA BUN
- copy DIPA BUN terakhir
- dokumen pendukung terkait dalam rangka perubahan catatan dalam halaman
IV DIPA
- dokumen pendukung terkait lainnya
2. PPA BUN meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen.
3. PPA BUN menyampaikan usulan revisi anggaran kepada DJA dengan
melampirkan dokumen:
- surat usulan revisi anggaran yang dilampiri matriks perubahan (semula-
menjadi)
- surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pemimpin PPA BUN
- ADK RDP BUN DIPA Revisi
- RKA BUN
- dokumen pendukung terkait lainnya.
4. DJA meneliti usulan revisi anggaran serta kelengkapan dokumen.
5. Apabila usulan revisi anggaran tidak sesuai dengan persyaratan, DJA
mengeluarkan surat penolakan usulan revisi anggaran.
6. Apabila usulan revisi anggaran diterima, Direktur Anggaran III menetapkan:
- revisi DHP RDP BUN
- revisi DIPA BUN
- surat pengesahan revisi anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem.
7. Proses revisi anggaran tersebut diselesaikan paling lambat dalam 1 hari kerja
setelah dokumen diterima secara lengkap dan notifikasi telah tercetak dari sistem.

F. Contoh Model Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja


Satuan Kerja: Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Maluku
1. Visi
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang
akuntabel dan transparan.
2. Misi
1. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
2. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara;
3. Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan dan
penyelewengan keuangan negara.
3. Program
Pemeriksaan Keuangan Negara
4. Kegiatan
Pemeriksaan Keuangan Negara dan Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara
5. Jenis Keluaran
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yunita dan B. Hendra Putranto. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan APBD Secara
Komprehensif. Yogyakarta: UPPT YKPN.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun
Anggaran 2015.

Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran. “Reformasi Penganggaran di


Indonesia”. Budget Brief Edisi September 2012

Avionita, Venni. 2013. Jurnal Universitas Widyatama. “Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap
Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah”. (Online),
(http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2528/JURNAL%20-
%20VENNI%20AVIONITA.pdf?sequence=2) diakses 26 Maret 2015.

18

Anda mungkin juga menyukai