Anda di halaman 1dari 9

NAMA: CAHAYA AGISTA

KELAS: IX D
SEKOLAH: MTSN 2 BANDAR LAMPUNG

KURBAN DAN AKIKAH


Tata Cara Penyembelihan Hewan
Pengertian Penyembelihan Hewan
Menurut bahasa menyembelih artinya baik dan suci. Maksudnya, bahwa hewan yang

disembelih sesuai dengan aturan syara menjadikan hewan yang disembelih itu baik dan suci

serta halal untuk dimakan.

Sedangkan menyembelih menurut istilah adalah mematikan atau melenyapkan roh hewan

dengan cara memotong saluran napas dan saluran makanan serta urat nadi utama dilehernya

dengan alat tertentu selain tulang dan kuku agar halal dimakan.

Syarat Penyembelihan Hewan


a. Penyembelih, syarat orang yang menyembelih adalah :

1) Beragama Islam atau ahli kitab

2) Baligh dan berakal

3) Menyembelih dengan sengaja

4) Bisa melihat (tidak buta)

b. Hewan yang disembelih, syarat hewan yang disembelih adalah :

1) Masih dalam keadaan hidup

2) Halal dimakan

C. Alat yang digunakan Menyembelih, syaratnya adalah :

1) Benda tajam dan dapat melukai


2) Benda teresebut terbuat dari batu, bambu, besi, dan benda logam lainnya.

3) Benda tersebut tidak terbuat dari kuku, gigi, dan tulang.

Cara-cara Penyembelihan Hewan


Ada dua cara penyembelihan hewan yaitu dengan cara tradisional dan mekanik. Kedua cara ini
diperbolehkan dan hasil sembelihannya halal dimakan dengan catatan syara-syarat yang telah
ditentukan syara’ harus terpenuhi, seperti ketentuan hewan yang disembelih, alat yang dipergunakan,
dan ketentuan orang yang menyembelih semuanya harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
syara’. Penyembelihan secara tradisional adalah penyembelihan yang biasa dilakukan oleh masyarakat
dengan mempergunakan alat sederhana seperti pisau yang tajam. Biasanya dalam penyembelihan
tradisional jumlah hewan yang disembelih sangat sedikit dan hanya untuk dikonsumsi kalangan terbatas.

Sedangkan penyembelihan secara mekanik adalah penyembelihan dengan cara

menggunakan mesin dan alat-alat moderen. Karena dalam penyembelihan ini menggunakan mesin
maka hasil yang diperolehpun cukup banyak dan beban kerja lebih ringan, dan yang mengkonsumsipun
bukan kalangan terbatas tetapi masyarakat luas.

KURBAN

Kurban dalam bahasa arab berarti “dekat”, sedang dalam pengertian syar’I kurban berarti menyembelih
hewan yang telah memenuhi syarat tertentu didalam waktu tertentu dengan niat ibadah guna
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hukum Kurban
Kurban hukumnya sunah muakad. Orang yang telah mampu tetapi tidak melaksanakan kurban, tercela
dalam pandangan islam. Sebagian ulama berpendapat bahwa kurban hukumnya wajib. Mereka
beralasan dengan firman Allah SWT :

Artinya : “Sungguh Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang anyak. Maka laksanakanlah salat
karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).

Jenis dan syarat Kurban


Hewan yang dijadikan kurban adalah hewan ternak, yaitu hewan yang diternakkan untuk diperah
susunya dan dikonsumsi dagingnya.

Hewan yang dimaksud adalah : Unta, kerbau, kambing, sapi/domba. Adapun binatang yang dapat
dijadikan kurban adalah : cukup umur, dan tidak cacat. Ketentuan cukup umur itu adalah :

a. Domba sekurang-kurangnya berumur satu tahun atau telah tanggal giginya.

b. Kambing biasa sekurang-kurangnya telah berumur satu tahun.

c. Unta sekurang-kurangnya berumur lima tahun.


d. Sapi atau kerbau sekurang-kurangnya berumur dua tahun.

Waktu Menyembelih Kurban

Waktu yang ditetapkan untuk menyembelih kurban yaitu sejak selesai shalat idul adha (tanggal 10
Zulhijjah) sampai terbenam matahari tanggal 13 Zulhijjah.

Sunnah dalam menyembelih kurban


a. Melaksanakan sunah yang berlaku pada penyembelihan biasa, seperti membaca basmallah,
membaca shalawat, menghadap hewan ke arah kiblat.
b. Membaca takbir
c. Membaca Doa
d. Orang yang berkurban menyembelih sendiri hewan kurbannya.

HIKMAH DAN FADHILAT KURBAN


1. Menghidupkan sunnah Nabi Allah Ibrahim a.s.
2. Mendidik jiwa kearah takwa dan mendekatkan diri kepada Allah s.w.t.
3. Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hati mahu berbelanja harta kejalan Allah
s.w.t.
4. Menghapuskan dosa dan mengharap keredhaan Allah s.w.t.
5. Menjalinkan hubungan kasih sayang sesama manusia terutama antara golongan berada
dengan golongan yang kurang bernasib baik.
6. Akan memperolehi kenderaan atau tunggangan ketika meniti titian al-Sirat al-Mustaqim
diakhirat kelak. Sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud: "Muliakanlah qurban kamu
kerana ia menjadi tunggangan kamu dititian pada hari kiamat."

AKIKAH

Menurut bahasa aqiqah artinya bulu atau rambut anak yang baru lahir, sedangkan menurut istilah
aqiqah adalah menyembelih hewan pada hari ke tujuh dari kelahiran anak (laki-laki atau permpuan), dan
pada hari peneyembelihan itu dicukur rambutnya dan diberikan nama yang indah.

Akikah hukumnya sunah bagi orang tua. Hal ini sesuai dengan hadist Aisyah dan Samurah, katanya :
Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda :
Artinya :

“Setiap anak itu tergadai dengan akikahnya yang disembelih baginya pada hari ketujuh, dicukur
rambutnya dan diberi nama” (H.R. Ahmad dan Imam yang empat)

HUKUM AQIQAH

a. Hukum aqiqah itu adalah sama dengan ibadah qurban iaitu Sunnat Muakkad kecuali dinazarkan
menjadi wajib.

b. Penyembelihan aqiqah ialah pada hari ketujuh dari kelahiran bayi atau pada hari ke empat belas
atau ke dua puluh satu. Jika tidak dapat maka bila-bila masa selagi anak itu belum baligh.

c. Jika anak telah baligh, maka gugur tuntutan atas walinya dan sunnat bagi dirinya (individu yang
berkenaan) mengaqiqahkan untuk dirinya sendiri. Hal ini berdasarkan hadis dari Ahmad, Abu
Dawud dan al-Tabrani, bahawa Rasulullah s.a.w. pernah mengaqiqahkan dirinya sendiri sesudah
Baginda s.a.w. diangkat menjadi Rasul.

d. Anak zina, aqiqahnya sunnat atas ibunya kerana nafkah hidup anak zina itu tanggungan ibunya
bukan bapanya. Demikian pendapat Syaikh Ibnu Hajar dan Syaikh Ramli, manakala Khatib
Syarbini pula berpendapat, adalah tidak sunnat bagi ibu mengaqiqahkan anak zinanya meskipun
si ibu memberi nafkah kepadanya.

e. Anak lelai disembelihkan dua ekor kambing (tetapi sah sekiranya seekor) dan perempuan
memadai dengan seekor kambing. Diriwayatkan daripada Aisyah, bahawa Rasulullah s.a.w.
memerintahkan para sahabat agar menyembelih aqiqah untuk anak lelaki dua ekor kambing
yang umurnya sama dan untuk anak perempuan seekor kambing. (Riwayat al-Turmuzi).
Daripada Ibnu Abbas r.a. pula menyatakan. bahawa Rasullullah s.a.w. menyembelih aqiqah
untuk Hasan dan Husin masing-masing dengan seekor kambing. (Riwayat Abu Dawud)

Hikmah akikah

A. Merupakan manifestasi rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya dengan lahirnya seorang anak.

B. Menambah kecintaan anak pada orang tua.

C. Mewujudkan hubungan yang baik sesama tetangga maupun saudara dengan ikut merasakan
kegembiraan atas kelahiran seorang anak.
MUAMALAH

JUAL BELI

Pengertian Jual Beli :

Jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu.
Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang.

Rukun Jual Beli

1. Ada penjual dan pembeli yang keduanya harus berakal sehat, atas kemauan sendiri,
dewasa/baligh dan tidak mubadzir alias tidak sedang boros.

2. Ada barang atau jasa yang diperjualbelikan dan barang penukar seperti uang, dinar emas,
dirham perak, barang atau jasa. Untuk barang yang tidak terlihat karena mungkin di tempat
lain namanya salam.

3. Ada ijab qabul yaitu adalah ucapan transaksi antara yang menjual dan yang membeli (penjual
dan pembeli).

Hal-Hal Terlarang / Larangan Dalam Jual Beli

1. Membeli barang di atas harga pasaran


2. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang lain.
3. Memjual atau membeli barang dengan cara mengecoh/menipu (bohong).
4. Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan masyarakat.
5. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya.
6. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi.
7. Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli.
8. Menjual barang dengan cara kredit dengan imbalan bunga yang ditetapkan.
9. Menjual atau membeli barang haram.
10. Jual beli tujuan buruk seperti untuk merusak ketentraman umum, menyempitkan gerakan pasar,
mencelakai para pesaing, dan lain-lain.

Hukum-Hukum Jual Beli

1. Haram
Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi syarat/rukun jual beli atau melakukan
larangan jual beli.

2. Mubah
Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah

3. Wajib
Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, yaitu seperti menjual harta
anak yatim dalam keadaaan terpaksa.
Kesempatan Meneruskan/Membatalkan Jual Beli (Khiyar)

Arti definisi/pengertian Khiyar adalah kesempatan baik penjual maupun pembeli untuk
memilih melanjutkan atau menghentikan jual beli. Jenis atau macam-macam khiyar yaitu :

1. Khiyar majlis adalah pilihan menghantikan atau melanjutkan jual beli ketika penjual
maupun pembeli masih di tempat yang sama.

2. Khiyar syarat adalah syarat tertentu untuk melanjutkan jual beli seperti pembeli
mensyaratkan garansi.

3. Khiyar aibi adalah pembeli boleh membatalkan transaksi yang telah disepakati jika terdapat
cacat pada barang yang dibeli.

Jual Beli Barang Tidak Terlihat (Salam)

Arti definisi/pengertian Salam adalah penjual menjual sesuatu yang tidal terlihat / tidak di
tempat, hanya ditentukan dengan sifat danbarang dalam tanggungan penjual.

Rukun Salam sama seperti jual beli pada umumnya.

Syarat Salam :
1. Pembayaran dilakukan di muka pada majelis akad.
2. Penjual hutang barang pada si pembeli sesuai dengan kesepakatan.
3. Brang yang disalam jelas spesifikasinya baik bentuk, takaran, jumlah, dan sebagainya.

QIRAD
Qirat yaitu: memberikan modal kepada orang lain untuk diperniagakan. Mengenai
keuntungan, untuk keduanya sesuai dengan perjanjian sewaktu akad. Akad dalam qirad adalah
akad percaya mempercayai dan semuanya harus didasari dengan ikhlas.

Modal dalam qirad bisa berupa barang atau uang yang dapat dihitung harganya. Agama
Islam tidak melarang qirad. Dalam qirad terdapat unsur tolong menolong dalam meningkatkan
penghasilan.

RIBA DAN JENISNYA

Secara literal, riba bermakna tambahan (al-ziyadah)

Sedangkan menurut istilah; Imam Ibnu al-‘Arabiy mendefinisikan riba dengan; semua
tambahan yang tidak disertai dengan adanya pertukaran kompensasi. Imam Suyuthiy dalam
Tafsir Jalalain menyatakan, riba adalah tambahan yang dikenakan di dalam mu’amalah, uang,
maupun makanan, baik dalam kadar maupun waktunya.
Hukum Riba

Seluruh ‘ulama sepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut sedikit maupun
banyak. Seseorang tidak boleh menguasai harta riba; dan harta itu harus dikembalikan kepada
pemiliknya, jika pemiliknya sudah diketahui, dan ia hanya berhak atas pokok hartanya saja.

Al-Quran dan Sunnah dengan sharih telah menjelaskan keharaman riba dalam berbagai
bentuknya; dan seberapun banyak ia dipungut. Allah swt berfirman;

ََ ِ‫َ ِّ ََل‬
ِّ ‫الَّذِينَ يَأْكُلُو َن الرِّبا ال يَقُومُو َن إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يََتخَبَّطُ ُه الشَّيْطَانُ مِ َن الْم‬
ِ‫َل اللَّ ُه الْبَيْعَ وَحَرَّ َم الرِّبا فَمَنْ جَا َءهُ مَ ْوعَِظٌَ مِنْ ََبِّه‬
َّ ‫بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْ ُل الرِّبا َوأَح‬
‫ب النَّا َِ هُمْ فِيهَا ََالُُِو َن‬
ُ ‫صحَا‬
ْ َ‫ َ أ‬
َ ِ‫فَانْتَهَى َفلَهُ مَا َسلَفَ َوأَ ْم ُر ُه إِلَى اللَّهِ وَمَ ْن عَا َد فَأُولَئ‬
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),
“Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya”. [TQS Al Baqarah (2): 275].

Jenis-jenis Riba
1. Riba Nasii`ah.
Riba Nasii`ah adalah tambahan yang diambil karena penundaan pembayaran
utang untuk dibayarkan pada tempo yang baru, sama saja apakah tambahan itu
merupakan sanksi atas keterlambatan pembayaran hutang, atau sebagai
tambahan hutang baru.
Misalnya, si A meminjamkan uang sebanyak 200 juta kepada si B; dengan
perjanjian si B harus mengembalikan hutang tersebut pada tanggal 1 Januari
2009; dan jika si B menunda pembayaran hutangnya dari waktu yang telah
ditentukan (1 Januari 2009), maka si B wajib membayar tambahan atas
keterlambatannya; misalnya 10% dari total hutang. Tambahan pembayaran di sini
bisa saja sebagai bentuk sanksi atas keterlambatan si B dalam melunasi
hutangnya, atau sebagai tambahan hutang baru karena pemberian tenggat waktu
baru oleh si A kepada si B. Tambahan inilah yang disebut dengan riba nasii’ah.
2. Riba Fadlal.
Riba fadlal adalah riba yang diambil dari kelebihan pertukaran barang yang
sejenis. Dalil pelarangannya adalah hadits yang dituturkan oleh Imam Muslim.

ُ‫ِالذ َهبِ وَالْفِضٌَُّ بِالْفِضٌَِّ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِريُ بِالشَّعِريِ وَالتَّ ْمرُ بِالتَّمْرِ وَالْ ِملْح‬
َّ ‫الذ َهبُ ب‬
َّ
‫ف ِِئْتُ ْم ِإََا‬
َ ْ‫ت هَ ِذ ِه الْأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَي‬
ْ ‫بِالْ ِملْحِ مِْثلًا بِمِثْ ٍل سَوَاءً بِسَوَاءٍ يًَُا بِيٍَُ فَِإََا اََْتلَ َف‬
ٍَُ‫كَانَ يًَُا بِي‬
“Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir
dengan sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam, semisal, setara, dan
kontan. Apabila jenisnya berbeda, juallah sesuka hatimu jika dilakukan dengan
kontan”.HR Muslim dari Ubadah bin Shamit ra).
3. Riba al-Yadd.
Riba yang disebabkan karena penundaan pembayaran dalam pertukaran barang-
barang. Dengan kata lain, kedua belah pihak yang melakukan pertukaran uang
atau barang telah berpisah dari tempat aqad sebelum diadakan serah terima.
Larangan riba yadd ditetapkan berdasarkan hadits-hadits berikut ini;

َ‫ِالذ َهبِ َِبًا إِلَّا هَاءَ َوهَاءَ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ َِبًا إِلَّا هَاءَ َوهَاءَ وَالتَّ ْمرُ بِالتَّ ْمرِ َِبًا إِلَّا هَاء‬
َّ ‫الذ َهبُ ب‬
َّ
‫َوهَاءَ وَالشَّعِريُ بِالشَّعِريِ َِبًا إِلَّا هَاءَ َوهَا َء‬
“Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan, gandum dengan
gandum riba kecuali dengan dibayarkan kontan; kurma dengan kurma riba
kecuali dengan dibayarkan kontan; kismis dengan kismis riba, kecuali dengan
dibayarkan kontan (HR al-Bukhari dari Umar bin al-Khaththab)
4. Riba Qardl.

Riba qaradl adalah meminjam uang kepada seseorang dengan syarat ada
kelebihan atau keuntungan yang harus diberikan oleh peminjam kepada pemberi
pinjaman. Riba semacam ini dilarang di dalam Islam berdasarkan hadits-hadits
berikut ini;
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Burdah bin Musa; ia berkata,
““Suatu ketika, aku mengunjungi Madinah. Lalu aku berjumpa dengan Abdullah
bin Salam. Lantas orang ini berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya engkau berada di
suatu tempat yang di sana praktek riba telah merajalela. Apabila engkau
memberikan pinjaman kepada seseorang lalu ia memberikan hadiah kepadamu
berupa rumput kering, gandum atau makanan ternak, maka janganlah diterima.
Sebab, pemberian tersebut adalah riba”. [HR. Imam Bukhari]

Anda mungkin juga menyukai