Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pengabdian Masyarakat

Ilmu Keguruan dan Pendidkan


www.trilogi.ac.id

PELATIHAN MITIGASI BENCANA PADA SANTRI USIA SEKOLAH DI YAYASAN


SUBULUS SALAM KABUPATEN JEMBER

Zetti Finali1), Muhamad Zulfatul A’la2), Rismawan Adi Yunanto3)


1)Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember, Indonesia
2,3)Fakultas Keperawatan, Universitas Jember, Indonesia

zetti.fkip@unej.ac.id, m.zulfatul@unej.ac.id, rismawanadi@unej.ac.id

ABSTRAK
Pendidikan atau pelatihan mitigasi bencana dapat dilakukan sejak dini. Pelatihan mitigasi
bencana pada sekelompok anak sekolah dasar merupakan solusi konkrit untuk meningkatkan
kewaspadaan terhadap bencana banjir di Desa Sidomulyo. Permasalahan mitra yang dihadapi
adalah Kurikulum atau mata pelajaran yang spesifik membahas mitigasi bencana atau kesiapsi-
agaan bencana di pondok pesantren Subulus Salam masih belum diberlakukan. Metode pelaksa-
naan pada pengabdian ini adalah: tahap wawancara dengan pengelola pondok dan guru/ustadz;
Tahap Penyusunan modul; dan Tahap pelatihan. Hasil pengabdian didapatkan bahwa pengurus
ponpes mendukung penuh terhadap program ini dan hasil pelatihan menggambarkan terdapat
peningkatan kesiapan santri ponpes Subulus Salam dari 16.3% ke 100%. Kedepannya, perlu
adanya pelatihan mitigasi bencana yang kontinyu dan melibatkan lintas sector dalam pelaksa-
naannya
Kata kunci: Mitigasi Bencana, Pelatihan, Santri Usia Sekolah

ABSTRACT
Disaster mitigation education or training can be conducted in early age stage. Disaster mitigation
training for a group of elementary school children is a concrete solution to increase awareness of
flood disasters in Sidomulyo Village. The problem faced by partners is that the curriculum or specific
subjects discussing disaster mitigation or disaster preparedness at the Subulus Salam Islamic board-
ing school have not been implemented. The method of implementation in this service is the interview
stage with the manager of the cottage and the teacher/cleric; Module Development Phase, and
training stage. The results of dedication found that the boarding school administrators fully sup-
ported this program, and the results of the training illustrated that there was an increase in the
readiness of Subulus Salam Isamic boarding school’s student from 16.3% to 100%. Moreover, there
is a need for continuous disaster mitigation training and involving cross sectors in its implementa-
tion
Keywords: Disaster Mitigation, Training, School Age Student

98
Jurnal Pengabdian Masyarakat
Ilmu Keguruan dan Pendidkan
www.trilogi.ac.id

karena menurut Piaget, pada masa ini


A. PENDAHULUAN merupakan fase operasional konkrit
Desa Sidomulyo merupakan salah satu (Suhardjo, 2015). Hyogo Framework
desa di Semboro desa yang dikelilingi oleh menjelaskan bahwa pelatihan siaga
sungai, yang mana sungai tersebut sering
meluap dan menyebabkan banjir pada be-
bencana merupakan prioritas, yakni
berapa dusun di desa Sidomulyo, salah Priority for Action 3: Use knowledge,
satunya yaitu dusun Rowotengu. Tahun innovation and education to build a
2016-2018 dusun Rowotengu mengalami culture of safety and resilience at al
banjir akibat luapan sungai di sebelah barat levels (International Strategy for
desa yang menyebabkan banyak rumah war-
ga yang terendam banjir yang disertai
Disaster Reduction (ISDR), 2005).
dengan munculnya kerugian seperti barang- Hasil riset tentang pelatihan mitigasi
barang elektronik banyak yang rusak, bencana yang dilakukan pada anak-
kegitan belajar mengajar di sekolah terham- anak usia sekolah dasar membuktikan
bat, dan pusat pendidikan seperti pondok pe- bahwa pelatihan yang dilakukan pada
santren / yayasan pendidikan lainnya juga
tidak bisa menjalankan aktivitas rutin
anak-anak dapat meningkatkan level
dengan lancar. kewaspadaan anak-anak terhadap
Melihat potensi bencana banjir resiko bencana yang akan atau sedang
yang dapat berulang tersebut maka terjadi (Mitchell et al., 2008). Menurut
sangat diperlukan sebuah kesadaran Indriasari (2018) level kewaspadaan
akan resiko bencana. Kewaspadaan anak-anak yang telah dilatih
sangatlah penting mengingat bahwa melakukan mitigasi bencana akan
jumlah korban jiwa dan kehilangan membuat anak tersebut dapat me-
materi yang tidak sedikit di setiap ke- nyelamatkan diri dan tetap bertahan
jadian bencana. Tidak hanya masyara- hidup pada saat bencana itu terjadi.
kat pada tingkat usia dewasa, anak- Pelatihan mitigasi bencana pada
anak juga harus memiliki kewaspa- sekelompok anak sekolah dasar
daan yang tinggi terhadap kejadian merupakan solusi konkrit untuk
bencana. Hal tersebut dikarenakan meningkatkan kewaspadaan terhadap
anak-anak merupakan salah satu ke- bencana banjir di Desa Sidomulyo.
lompok rentan yang paling berisiko Upaya meningkatkan kesadaran anak-
terkena dampak bencana. Kondisi ter- anak akan terjadinya bencana untuk
sebut menunjukkan bahwa pent- meningkatkan level kewaspadaan ter-
ingnya pengetahuan tentang bencana hadap bencana banjir dapat dilakukan
dan pengurangan risiko bencana di suatu yayasan yang terletak di
diberikan sejak dini untuk mem- dusun Rowotengu. Sasaran dari
berikan pemahaman dan pengarahan kegiatan ini adalah sekelompok anak-
langkah-langkah yang harus dilakukan anak santri di yayasan Islam Subulus
saat terjadi suatu ancaman yang ada di Salam Sidomulyo dengan pondok pe-
sekitarnya untuk mengurangi efek santren (ponpes) bernama Subulus
akibat bencana (Suhardjo, 2015) Salam Al Kautsar dengan jumlah santri
Pendidikan atau pelatihan mitigasi usia sekolah dasar sekitar 100 santri.
bencana dapat dilakukan sejak dini Permasalahan mitra yang dihadapi
melalui program siaga bencana di in- adalah Kurikulum atau mata pelajaran
stitusi pendidikan supaya anak-anak yang spesifik membahas mitigasi
dapat mengetahui bagaimana cara bencana atau kesiapsiagaan bencana
menyelamatkan diri saat terjadi di pondok pesantren Subulus Salam
bencana. Pendidikan siaga bencana masih belum diberlakukan, sehingga
dapat diawali sejak usia sekolah dasar tingkat pengetahuan santri – santri

99
Jurnal Pengabdian Masyarakat
Ilmu Keguruan dan Pendidkan
www.trilogi.ac.id

terhadap mitigasi bencana bias responden menjawab benar lebih


dikatakan sangat rendah. dari 5 item maka dalam kategori
siap dalam mitigasi bencana, dan
B. METODE PELAKSANAAN apabila kurang dari 5 item dalam
Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kategori tidak siap dalam mitigasi
ini, tim melakukan tiga kegiatan pokok, yaitu:
wawancara dengan pengelola pondok dan
bencana
guru/ustadz, penyusunan modul untuk
guru/ustadz dan pelatihan bersama santri di C. HASIL DAN PEMBAHASAN
ponpes bersama guru dan ustadzah. Pengabdian ini dilaksanakan pada bulan
1. tahap wawancara dengan pengel- Agustus-Oktober 2019 di ponpes Subulus
ola pondok dan guru/ustadz Salam, Kabupaten Jember. Hasil kegiatan
pengabdian akan digambarkan dalam taha-
diskusi dan musyawarah ini di- pan-tahapan kegiatan seperti pada bawah ini.
harapkan mendapatkan Analisis 1. tahap wawancara dengan pengel-
mengenai tingkat pemahaman mit- ola pondok dan guru/ustadz
igasi bencana dan nilai kerjasama tahap wawancara dilakukan pada
dari guru dan siswa sekolah dasar. tanggal 13 dan 20 Oktober 2019.
Analisis ini menggunakan pen- Kegiatan wawancara dilakukan
dekatan kualitatif. Data ini menjadi kepada ketua yayasan Subulus
penting sebagai baseline tim untuk Salam. Hasil yang didapatkan ada-
menganalisis kebutuhan dari lah persetujuan dari ketua yayasan
pelatihan yang akan diberikan untuk dapat melaksanakan
2. Tahap penyusunan modul kegiatan pada jam kerja di yayasan
Penyusunan modul ini digunakan tersebut dengan konsep pelatihan
sebagai pedoman para guru untuk simulasi bencana banjir. Lebih
melakukan pelatihan mitigasi lanjut dalam Forum Group Discus-
bencana. Pengabdian ini diharap- sion (FGD) tersebut dijelaskan
kan dapat terus dilaksanakan konsep pelatihan yang akan dil-
dengan bantuan guru-guru di pon- akukan yakni dengan membagi ke-
pes Subulus Salam. lompok menjadi dua kelompok.
3. Tahap pelatihan Kelompok pertama akan
Tahap pelatihan ini dilakukan melakukan proses simulasi dan
kepada santri anak sekolah di pemahaman sadar bencana pada
ponpes Subulus Salam bersama kelompok kakak pengasuh yang
guru-guru di ponpes tersebut. akan menjadi pengawas dan pelin-
Kegiatan pelatihan akan dilakukan dung santri santri yang usianya
selama tiga hari dengan tema yang lebih muda. Sedangkan kelompok
telah disepakati dan sesuai dengan kedua terdiri atas santri – santri
modul yang telah disusun. Evaluasi usia sekolah dasar yang akan
kegiatan ini akan dilakukan mendapatkan pemahaman dan pe-
dengan pre-test dan posttest untuk nanaman sadar bencana sesuai
melihat keefektifan pelatihan yang dengan yang telah dikembangkan
dilakukan. Alat ukur yang sebelumnya oleh tim pengabdian.
digunakan adalah kuesioner kesia-
pan mitigasi bencana yang dibuat
oleh peneliti. Kuesioner
menggunakan skala benar-salah.
Adapun jumlah item pernyataan
adalah sebanyak 10 item pern-
yataan. Dengan kriteria: apabila
100
Jurnal Pengabdian Masyarakat
Ilmu Keguruan dan Pendidkan
www.trilogi.ac.id

pelathihan dilakukan dalam dua


kali. Evaluasi kegiatan pelatihan
dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif, tim
peneliti melakukan obserasi dari
prsoses pelatihan sedangkan un-
tuk kuantitatif, peneliti melakukan
Gambar 1. Diskusi tim pengabdian dengan analisis pre dan post test. Gam-
ketua yayasan Ponpes Subulus Salam baran kegiatan terlihat pada tabel
dibawah ini.
2. Tahap Penysusunan modul
Penyusunan modul disesuaikan Tabel 1. Gambaran pelaksanaan kegiatan
dengan Framework dari WHO ten- pelatihan
Rincian
tang mitigasi bencana pada anak Tahap Hari Tanggal
kegiatan
sekolah dan disesuaikan kebu- I Minggu, - Pretest
tuhan dari mitra pengabdian. Tim 10/11/2019 - pengenalan
juga menyesuaikan modul dengan konsep
bencana
kejadian bencana yang sering ter- - pengenalan
jadi di wilayah Sidomulyo, Kabu- banjir
paten Jember. Adapun isi dari - pengenalan
evakuasi
modul yang disusun oleh tim ada- II Minggu, - pengenalan
lah : 17/11/2019 pertolongan
a. konsep bencana pertama pada
bencana
b. konsep kesiapsiagaan bencana - simulasi
c. pertolongan pertama korban evakuasi

III Minggu, - evaluasi


24/11/2019 kegiatan
- melibatkan
guru yayasan
dan ustadzah
untuk mengu-
lang materi
- posttest

Adapun karakteristik peserta pelati-


han adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Karakteristik peserta pelati-


han mitigasi bencana (N=49)
Karakteristik Rata-
rata/Jumlah
(%)
(Gambar 2. Cover buku modul Umur (Tahun) 9.75 (7-12)
Santri Siaga Bencana (SIGAB)) Jenis kelamin
Perempuan 27 (55.1)
3. Tahap pelatihan Laki-laki 22 (44.9)
Tahap pelatihan dilakukan 3 kali
dalam bulan nopember 2019. Tabel 1 memperlihatkan bahwa pro-
Pelatihan diikuti oleh perwakilan porsi perempuan dan laki-laki pada
santri di ponpes Subulus Salam peserta pelatihan hampir sama dan
yang berjumlah 49 anak. Kegiatan umur santri rata-rata adalah 9.75 ta-
101
Jurnal Pengabdian Masyarakat
Ilmu Keguruan dan Pendidkan
www.trilogi.ac.id

hun dengan peserta termuda adalah 7 seluruh peserta pelatihan siap


tahun dan paling tua adalah 12 tahun. (100%).
Hasil pretest dan posttest terlihat pa- Pelatihan mitigasi bencana pada
60da grafik di bawah ini anak-anak merupakan hal yang pent-
ing untuk dilakukan. Anak-anak ada-
50
lah termasuk dalam vulnerable group,
40 yang perlu mendapatkan perlin-
dungan pertama saat kejadian
30 siap bencana. Dalam model mitigasi
20 tidak siap bencana pada anak-anak, tenaga
kesehatan perlu untuk memper-
10 hatikan komunitas disekitar anak ter-
0
sebut (Blake and Fry-Bowers, 2018).
Pretest Posttest Dalam konteks ini, lingkungan yang
terdekat pada komunitas ponpes ada-
gambar 3. Grafik perubahan kesiapan santri lah semua pengurus pondok tersebut.
ponpes Subulus Salam
Pondok pesantren (ponpes)
Grafik pada gambar 3 memperlihatkan
merupakan tempat yang memiliki
bahwa jumlah santri yang siap (skor >
kekhasan dalam segala hal. Pondok
5) hanya 8 orang santri (16.3%). Na-
pesantren tidak hanya sebagai tempat
mun, setelah mengikuti pelatihan
menuntut ilmu agama, tetapi juga se-
semua santri yang mengikuti pelati-
bagai bentuk pembentukan suatu
han siap dalam mitigasi bencana
komunitas social (Dakir and Umiarso,
(100%).
2017; Zaenurrosyid, 2018). Dalam hal
mitigasi bencana pun, pesantren mem-
iliki kekhasan social.
Menurut Tholchah (2016) konsep
bencana pada pesantren memiliki perbedaan
filosofis. Sebagian besar Komunitas di ponpes
masih menganggap bencana sebagai adzab
dari Tuhan, sehingga sebagai hambanya harus
menerima apa yang terjadi. Konteks ini yang
menjadikan mitigasi bencana di ponpes men-
jadi tantangan sendiri. Di lingkungan pondok,
sebagai petugas kesehatan atau petugas
Gambar 4. Proses pemberian materi pada para penyuluh bencana, kita harus selalu me-
santri mahami aspek social budaya di pondok. In-
teraksi kyai/guru dengan santri adalah kunci
Hasil Pengabdian masyarakat ini penting. (Pertiwi, 2018). Dari konsep ini, tim
adalah santri telah siap dalam mitigasi pengabdian pada tahap I melakukan wa-
wancara dan pendekatan terhadap ky-
bencana. Hal ini terlihat dari tahapan ai/pengurus ponpes Subulus Salam.
demi tahapan yang dilakukan tim Terlebih lagi, peningkatan pengetahuan
pengabdian berjalan sesuai dengan tentang mitigasi berpengaruh terhadap kesia-
rencana. Tahap I, saat melakukan pan para santri dalam menghadapi bencana
diskusi dengan ketua yayasan ponpes, (Ayu, Muslikha and Rhomadhoni, 2018). Se-
hingga, tahap III pada pengabdian ini menjadi
terlihat seluruh elemen ponpes men- bagian penting dan perlu dilakukan secara
dukung adanya program ini dan kontinyu. Namun, masih terdapat beberapa
dilanjutkan sampai tahap pelatihan keterbatasan dalam pengabdian ini yaitu:
dengan hasil posttest menggambarkan pengabdian ini hanya dilakukan dalam satu
lingkup ponpes, sehingga generalisasi hasil
dan dampak masih lingkup kecil; Waktu ob-
102
Jurnal Pengabdian Masyarakat
Ilmu Keguruan dan Pendidkan
www.trilogi.ac.id

servasi masih kurang, sehingga dampak dari Reduction (A/CONF.206/6) International.


pelatihan ini belum terlihat secara menye- doi: 10.1007/978-1-4020-4399-4_180.
luruh dan kontinyu Mitchell, T. et al. (2008) ‘The Roles of Children
and Youth in Communicating Disaster
D. KESIMPULAN Risk’, Children Youth and Environments,
Kegiatan pengabdian ini berjalan dengan 18(1), pp. 254–279.
baik, ditandai dengan tanggapan positif dari Pertiwi, A. (2018) ‘Analisis Interaksi Simbolik
pengurus yayasan ponpes Subulus Salam serta Kyai Dan Santri Dalam Perspektif
antusisame seluruh peserta pelatihan. Dit- Kepemimpinan Berbasis Nilai Dan Etika’,
ambah dengan, adanya peningkatan hasil pre- Jurnal Manajemen dan Supervisi
test dan posttest menandakan adanya dampak Pendidikan, 2(3), pp. 185–191. doi:
positif terhadap pelatihan mitigasi bencana ini 10.17977/um025v2i32018p185.
di ponpes Subulus Salam. Kedepannya, perlu Suhardjo, D. (2015) ‘Arti Penting Pendidikan
adanya pelatihan mitigasi bencana yang Mitigasi Bencana Dalam Mengurangi
kontinyu dan melibatkan lintas sector dalam Resiko Bencana’, Jurnal Cakrawala
pelaksanaannya. Selain pengabdian, pengem- Pendidikan, (2), pp. 174–188. doi:
bangan penelitian tentang keefektifan model 10.21831/cp.v0i2.4226.
mitigasi bencana pada santri perlu dilakukan. Tholchah, M. (2016) ‘TEOLOGI BENCANA
KAUM PESANTREN’, KARSA: Jurnal Sosial
E. UCAPAN TERIMAKASIH dan Budaya Keislaman, 24(2), pp. 306–
Ucapan terimakasih kami berikan kepada 323. doi: 10.19105/karsa.v2312.729.
seluruh jajaran pimpinan yayasan, guru, Zaenurrosyid, A. (2018) ‘Pengaruh Pondok
murid, ustadz/ah di Yayasan Subulus Salam. Pesantren Terhadap Kehidupan Sosial
Serta, ucapan terimakasih kami juga berikan Masyarakat Desa Kajen Kec. Margoyoso
kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kab. Pati’, Islamic Review : Jurnal Riset dan
Masyarakat (LPPM) Universitas Jember yang Kajian Keislaman, 7(1), pp. 55–71. doi:
telah mendukung kegiatan ini melalui skema 10.35878/islamicreview.v7i1.133.
Pendanaan Pengabdian Kemitraan (PPK) Ta-
hun Anggaran 2019.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, F., Muslikha and Rhomadhoni, N. (2018)


‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Santri
Dengan Tindakan Kesiapsiagaan Dalam
Penanggulangan Bencana Kebakaran Di
Pondok Pesantren Al Fitrah Kedinding,
Kota Surabaya’, Prosiding Seminar
Nasional, pp. 13–20.
Blake, N. and Fry-Bowers, E. K. (2018)
‘Disaster Preparedness: Meeting the
Needs of Children’, Journal of Pediatric
Health Care. Elsevier Inc., 32(2), pp. 207–
210. doi: 10.1016/j.pedhc.2017.12.003.
Dakir, D. and Umiarso, U. (2017) ‘Pesantren
Dan Perubahan Sosial: Optimalisasi Modal
Sosial Bagi Kemajuan Masyarakat’, Al-
A’raf : Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat,
14(1), p. 1. doi: 10.22515/ajpif.v14i1.587.
Indriasari, F. N. (2018) ‘Pengaruh Pemberian
Metode Simulasi Siaga Bencana Gempa
Bumi terhadap Kesiapsiagaan Anak di
Yogyakarta’, Jurnal Keperawatan
Soedirman, 11(3), p. 199. doi:
10.20884/1.jks.2016.11.3.700.
International Strategy for Disaster Reduction
(ISDR) (2005) Hyogo framework for action
2005–2015, World Conference on Disaster
103

Anda mungkin juga menyukai