Anda di halaman 1dari 12

aI.

PENDAHULUAN

Profesi artis dianggap menjanjikan bagi siapapun yang menjalaninya. Tidak hanya orang dewasa,

belakangan anak-anak yang berstatus pelajar tertarik menjadi selebriti. Bahkan, orang yang berstatus uzur

maupun masih balita berminat menjadi selebriti. Artis baru terus bermunculan, namun banyak pula artis

yang sudah lama berkecimpung di dunia hiburan tetap bertahan.

Menjadi artis adalah impian banyak orang karena imbalannya yang fantastis. Namun untuk menjadi

artis, tingkat kesulitannya tinggi. Artis adalah salah satu profesi yang jika sukses menjadi hartawan, jika

gagal menjadi gelandangan. Salah satu contoh sukses misalnya adalah artis Rafli Ahmad. Artis ini konon

bisa mendapatkan honor sehari sampai dengan Rp.120 juta pada tahun 2014. Tentu angka yang luar biasa

untuk artis yang masih berumur 28 tahun.

Dengan honor yang bisa mencapai angka fantastis tersebut, profesi artis memang sangat

menjanjikan. Dilihat dari sudut pandang perpajakan, hal ini menjadi perhatian tersendiri karena dengan

angka honor yang tinggi, tentu potensi perpajakannya juga tinggi. Pemajakan atas artis menjadi fokus

Direktorat Jenderal Pajak saat ini, ditengah tekanan untuk memenuhi target APBN 2015.

Namun, pelaksanaan pengenaan pajak terhadap artis dianggap beberapa pihak tidak adil. Bagi

artis, pengenaan tarif sebesar 30% dan dipotong oleh produser sebesar 5% dianggap memberatkan.

Beberapa waktu lalu, artis bertamu ke DPR sambil berkeluh kesah pajak yang dikenakan kepada artis lebih

besar daripada profesi lain, yaitu sampai dengan 30%. Artis berpendapat hal ini memberatkan karena tarif

pajak sangat besar. Artis juga berpendapat seharusnya tarif yang dikenakan kepada mereka tidaklah

sedemikian besar, karena menjadi artis juga membutuhkan banyak biaya, seperti biaya make-up, fitness,

kecantikan, fashion dan lain lain.

Sebaliknya, beberapa pihak lain menganggap pengenaan pajak untuk artis terlalu ringan.

Perlakuan pengenaan pajak untuk artis, penghasilan mereka dipotong dengan dasar pengenaan 50%

penghasilan bruto dikalikan dengan tarif. Banyak orang menganggap praktik ini membuat artis lebih kecil

dalam pembayaran pajak karena hanya dikenakan pajak setengah dari orang biasa, sehingga tidak terdapat

keadilan bagi profesi yang lain.

Dapat dilihat bahwa terdapat pendapat yang saling bertentangan di masyarakat, padahal pada

peraturan perpajakannya sudah dijelaskan. Karena masih terbatasnya informasi yang beredar di

masyarakat tentang pengenaan pajak bagi artis yang menimbulkan pertentangan pendapat tersebut, penulis

mencoba mengangkat mengenai tentang artis serta bagaimana pengenaan pajak bagi artis dalam ketentuan

perpajakan di Indonesia.
II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Artis

Artis berasal dari sebuah kata dalam bahasa Latin yaitu "ars" yang berarti keindahan (walaupun

secara harfiah berarti skill, metode atau teknik. Ars ini kemudian menjadi "artist" dalam bahasa inggris yang

berarti (1) orang yang membuat lukisan atau gambar (2) orang yang mempertunjukkan kesenian kreatif

seperti pembuat patung, pembuat film, pemeran lakon, atau penari.

Artis ini kemudian diadaptasi menjadi bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia

merumuskan artis sebagai ahli seni; seniman, seniwati (spt penyanyi, pemain film, pelukis, pemain drama).

Beberapa literature lain memberikan definisi yang lebih luas yaitu:

• "a professional person in any of the performing arts; a person very skilled in his work; often

humorous or facetious" (Webster's New World Dictionary, 1980);

• "an artist, especially an actor, singer, dancer, or other public performer" (Random House Webster's

Unabridged Dictionary, 1999);

• "a public performer who appeals to the aesthetic faculties, as a professional singer, dancer, etc.;

also one who makes a „fine art' of his employment, as an artistic cook, hairdresser, etc." (Oxford

English Dictionary, 1989);

• "professional performer, especially a singer or dancer" (Concise Oxford Dictionary, 1995); • "a

professional entertainer such as a singer, a dancer or an actor" (Oxford Advanced Learner's

Dictionary, 2003); and

• "a professional entertainer, especially a singer or dancer: cabaret artistes. Origin: early 19th cent.:

from French (see Artist)" (Oxford Dictionary of English, 2003).

Luasnya definisi artis menimbulkan permasalahan dalam merumuskan batasan definisi yang jelas

dalam ketentuan perundang-undangan. Masyarakat sering sulit membedakan artis sebagai

profesi/pekerjaan atau status sosial. Masyarakat sering menyamakan artis dengan selebriti, yaitu orang

yang terkenal atau masyhur, karena banyaknya artis yang terkenal.

B. Artis dalam Ketentuan Perpajakan Indonesia

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh) tidak memberikan definisi yang detail

mengenai profesi artis. Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf a UU PPh hanya menggunakan artis sebagai

salah satu contoh umum penerima penghasilan yang termasuk kategori bukan pegawai dan wajib dipotong

pajak penghasilan atas imbalan yang diberikan oleh pemberi kerja. Kutipan lengkap dari penjelasan tersebut

adalah sebagai berikut:


"Pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak adalah orang pribadi ataupun badan yang

merupakan induk, cabang, perwakilan, atau unit perusahaan yang membayar atau terutang gaji,

upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apa pun kepada pengurus,

pegawai atau bukan pegawai sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan

yang dilakukan. Dalam pengertian pemberi kerja termasuk juga organisasi internasional yang tidak

dikecualikan dari kewajiban memotong pajak. Yang dimaksud dengan "pembayaran lain" adalah

pembayaran dengan nama apa pun selain gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran

lain, seperti bonus, gratifikasi, dan tantiem. Yang dimaksud dengan "bukan pegawai" adalah orang

pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pemberi kerja sehubungan dengan

ikatan kerja tidak tetap, misalnya artis yang menerima atau memperoleh honorarium dari pemberi

kerja."

Lebih lanjut dalam dijelaskan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012

tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21

dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi,

Pemerintah cenderung "membatasi" definisi artis ke dalam kategori bukan pegawai yang menerima atau

memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan meliputi pemain musik,

pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto

model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketentuan yang mengatur aspek

perpajakan untuk artis dalam peraturan perpajakan Indonesia masih minim. Dapat dikatakan bahwa sistem

perpajakan Indonesia tidak memberikan perlakuan secara khusus untuk artis. Seperti profesi lainnya,

penghasilan yang diterima oleh artis merupakan objek PPh Pasal 21 yang wajib dipotong oleh pemberi kerja

apabila pekerjaan dilakukan oleh artis sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi dan objek PPh Pasal 23 apabila

pekerjaan dilakukan melalui Wajib Pajak Badan seperti perusahaan agency, artist management atau event

organizer.

Sehubungan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan

yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, yang menyebutkan

bahwa :
Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi:

1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,

dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;

2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang

iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
3. olahragawan;

4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;

5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;

6. agen iklan;

7. pengawas atau pengelola proyek;

8. perantara;

9. petugas penjaja barang dagangan;

10. agen asuransi; dan

11. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan langsung

(direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Dapat dilihat bahwa profesi artis yang melakukan pekerjaan bebas tidak boleh menghitung Pajak

Penghasilannya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, meskipun memiliki penghasilan

bruto tidak melebihi 4,8 milyar setahun.

Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21 artis menurut Pasal 9 Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan

Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan adalah sebesar 50% (lima puluh

persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi artis yang menerima imbalan yang tidak bersifat

berkesinambungan. Tidak bersifat berkesinambungan disini berarti artis tersebut hanya melaksanakan

kontrak sekali, dan tidak bekerjasama dengan production house.

Penerima penghasilan yaitu artis dapat memperoleh pengurangan berupa PTKP sepanjang yang

bersangkutan telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan hanya memperoleh penghasilan dari

hubungan kerja dengan satu Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 serta tidak memperoleh

penghasilan lainnya. Jika artis tesebut memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan lebih dari satu

Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 atau memperoleh penghasilan lainnya, maka dia tidak

memperoleh pengurangan berupa PTKP. Pengurangan PTKP juga tidak berlaku jika yang bersangkutan

tidak mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak.

Tarif yang dikenakan terhadap pemotongan pajak berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-

Undang Pajak Penghasilan diterapkan atas jumlah kumulatif dari Penghasilan Kena Pajak sebesar 50%

(lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan, yang diterima atau diperoleh

jika artis tersebut mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan

kerja dengan satu Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 serta tidak memperoleh penghasilan

lainnya. Jika artis tesebut memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan lebih dari satu Pemotong

PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 atau memperoleh penghasilan lainnya, maka dia tidak memperoleh
pengurangan berupa PTKP, jadi penghasilan brutonya langsung dikalikan 50%. Untuk artis yang

mendapatkan imbalan tidak berkesinambungan, maka penghasilan bruto tersebut tidak dikumulatifkan

namun langsung dikalikan 50%.

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif

yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Jumlah PPh Pasal 21 yang

harus dipotong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari

jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak.

Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak bagi penerima penghasilan yang

dikenakan pemotongan untuk tahun pajak yang bersangkutan. Jadi, artis tersebut dapat menggunakan PPh

21 yang dipotong ini menjadi kredit pajak pelaporan SPT Tahunannya.


C. PEMBAHASAN

Jadi, bagaimanakah sebenarnya pengenaan Pajak pada artis? Menurut PER-31/PJ/2012 contoh

pemotongannya adalah sebagai berikut

i. Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan artis jika bekerja sama dengan hanya

satu pemotong PPh 21

Amel Alvi merupakan seorang artis sinetron (memiliki NPWP) dan bekerja sama hanya dengan

production house "FHM" dalam sebuah sinetron selama 2 tahun, dan tidak menerima penghasilan lain

diluar kontrak tersebut. FHM adalah Pemotong PPh Pasal 21. Amel masih single tanpa tanggungan.

Rekap penghasilan bruto Amel Alvi adalah sebagai berikut :

Bulan Penghasilan Bruto yang didapat Amel Alvi


Januari 38.000.000,00
Februari 38.000.000,00
Maret 41.000.000,00
April 42.000.000,00
Mei 44.000.000,00
Juni 45.000.000,00
Juli 45.000.000,00
Agustus 48.000.000,00
September 50.000.000,00
Oktober 52.000.000,00
November 55.000.000,00
Desember 56.000.000,00
Jumlah 554.000.000,00

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2014 adalah
Tarif
Penghasilan PPh Pasal
Penghasilan 50% dari Penghasilan Pasal 17 21
PTKP Kena Pajak
Bulan Bruto Penghasilan Kena Pajak ayat (1) terutang
(Rupiah) Kumulatif
(Rupiah) Bruto (Rupiah) Huruf a
(Rupiah) ( Rupiah )
UU PPh

(1) (2) (3)=50%X(2) (4) (5) (6) (7) (8)=(5)x(7)


Januari 38.000.000 19.000.000 2.025.000 16.975.000 16.975.000 5% 848.750
Februari 38.000.000 19.000.000 2.025.000 16.975.000 33.950.000 5% 848.750
16.050.000 50.000.000 5% 802.500
Juni
Maret 45.000.000
41.000.000 22.500.000
20.500.000 2.025.000 20.475.000 111.850.000 15% 3.071.250
2.425.000 52.425.000 15% 363.750
Juli 45.000.000 22.500.000 2.025.000 20.475.000 132.325.000 15% 3.071.250
April 42.000.000 21.000.000 2.025.000 18.975.000 71.400.000 15% 2.846.250
Agustus 48.000.000 24.000.000 2.025.000 21.975.000 154.300.000 15% 3.296.250
Mei 44.000.000 22.000.000 2.025.000 19.975.000 91.375.000 15% 2.996.250
September 50.000.000 25.000.000 2.025.000 22.975.000 177.275.000 15% 3.446.250
Oktober 52.000.000 26.000.000 2.025.000 23.975.000 201.250.000 15% 3.596.250
November 55.000.000 27.500.000 2.025.000 25.475.000 226.725.000 15% 3.821.250
23.275.000 250.000.000 15% 3.491.250
Desember 56.000.000 28.000.000 2.025.000
2.700.000 252.700.000 25% 675.000

Jumlah 554.000.000 277.000.000 33.175.000


Perhitungan Pajak Dalam SPT Tahunan
Penghasilan Bruto setahun 554.000.000
PTKP 24.300.000
Penghasilan Netto 529.700.000
Tarif 5% 50.000.000 2.500.000
15% 200.000.000 30.000.000
25% 250.000.000 62.500.000
30% 29.700.000 8.910.000
Total Pajak 103.910.000
Kredit Pajak 33.175.000
Pajak yang harus dibayar diakhir tahun 70.735.000

ii. Contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan artis (jika bekerjasama dengan lebih

dari satu pemotong PPh Pasal 21)

Amel Alvi merupakan seorang artis sinetron (memiliki NPWP) bekerja sama dengan production

house "FHM" dalam proyek sebuah sinetron selama 2 tahun. Selain itu, Amel juga memiliki kontrak

kerjasama dengan production house lain "Tersanjung". Baik production house "FHM" maupun

"Tersanjung" masing-masing merupakn Pemotong PPh Pasal 21. Amel masih single tanpa tanggungan

pajak. Rekap penghasilan bruto Amel Alvi sebagai artis sinetron selama tahun 2014, sebagai berikut:

Bulan Penghasilan Bruto yang didapat Amel Alvi


Januari 38.000.000,00
Februari 38.000.000,00
Maret 41.000.000,00
April 42.000.000,00
Mei 44.000.000,00
Juni 45.000.000,00
Juli 45.000.000,00

Agustus 48.000.000,00
September 50.000.000,00
Oktober 52.000.000,00
November 55.000.000,00
Desember 56.000.000,00
Jumlah 554.000.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Desember 2014:
Dasar Tarif Pasal
Dasar
Bulan Jasa yang Pemotongan 17
Pemotongan PPh PPh Pasal 21
dibayar PPh Pasal 21 ayat (1) huruf
Pasal 21 (Rupiah) terutang (Rupiah)
(Rupiah) Kumulatif a UU
(Rupiah) PPh
1 2 (3)=50%X(2) 4 5 (6)= (3)x(5)
Januari 38.000.000,00 19.000.000,00 19.000.000,00 5% 950.000,00
Februari 38.000.000,00 19.000.000,00 38.000.000,00 5% 950.000,00
50.000.000,00 5%
12.000.000,00 600.000,00
Maret 41.000.000,00
8.500.000,00 58.500.000,00 15% 1.275.000,00
April 42.000.000,00 21.000.000,00 79.500.000,00 15% 3.150.000,00
Mei 44.000.000,00 22.000.000,00 101.500.000,00 15% 3.300.000,00
Juni 45.000.000,00 22.500.000,00 124.000.000,00 15% 3.375.000,00
Juli 45.000.000,00 22.500.000,00 146.500.000,00 15% 3.375.000,00
Agustus 48.000.000,00 24.000.000,00 170.500.000,00 15% 3.600.000,00
September 50.000.000,00 25.000.000,00 195.500.000,00 15% 3.750.000,00
Oktober 52.000.000,00 26.000.000,00 221.500.000,00 15% 3.900.000,00
November 55.000.000,00 27.500.000,00 249.000.000,00 15% 4.125.000,00
1.000.000,00 250.000.000,00 15% 150.000,00
Desember 56.000.000,00
27.000.000,00 277.000.000,00 25% 6.750.000,00
Jumlah 554.000.000,00 277.000.000,00 39.250.000,00

Penghitungan Pajak pada Laporan SPT Tahunan


Penghasilan Bruto setahun 554.000.000
PTKP 24.300.000
Penghasilan Netto 529.700.000
Tarif 5% 50.000.000 2.500.000
15% 200.000.000 30.000.000
25% 250.000.000 62.500.000
30% 29.700.000 8.910.000
Total Pajak 103.910.000
Kredit Pajak 39.250.000
Pajak yang harus dibayar diakhir tahun 64.660.000
Dapat dilihat dari contoh diatas, walaupun artis hanya dipotong sebesar 50% dari penghasilan

bruto dan dikurangi PTKP per bulan, pada akhir tahun semua total penghasilan tetap dihitung seperti Orang

Pribadi biasa. Sistem pemotongan tersebut hanya sebagai alat pembayaran terlebih dahulu, yang akan

dikreditkan kemudian. Hal ini sekaligus membantah anggapan orang-orang jika pajak yang dikenakan

kepada artis hanya setengah dari pajak yang dikenakan kepada orang pribadi lain.

Sistem pemotongan pajak yang dasar pemotongan pajaknya hanya sebesar 50% dari penghasilan

bruto artis ini juga berdampak lain. Dapat dilihat dari kedua contoh diatas, jumlah kekurangan pajak yang

dibayar pada akhir tahun sangatlah besar, mencapai hampir dua kali dari jumlah kredit pajak. Hal ini tentu

memberatkan artis itu sendiri ketika pembayaran kekurangan pajak tersebut di akhir tahun, terkait masalah

cash flow. Masalah ini juga bisa menjadi pemicu pelanggaran pajak lain seperti tax avoidance dan tax

evasion.
D. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, profesi artis mendapatkan perlakuan khusus dibandingkan

dengan profesi lainnya. Hal ini karena artis biasanya memperoleh penghasilan relatif besar (well paid).

Penghasilan yang relatif besar membuat profesi artis menjadi potensi perpajakan yang kuat, sekaligus

dibutuhkan perhatian khusus dan perlakuan khusus dalam pengenaan perpajakannya.

Banyak pihak yang salah kaprah mengenai sistem pemotongan pajak artis yang hanya sebesar

50% dari penghasilan bruto. Sistem pemotongan ini kemudian dianggap bahwa artis hanya membayar

pajak 50% dari orang pribadi lainnya. Hal ini tidak benar, karena pada akhir tahun pemotongan tersebut

akan dikreditkan, dan artis tetap dikenakan pajak berdasarkan penghasilan yang diterima selama setahun

fiskal, sama seperti orang pribadi lainnya.

Sistem pemotongan pajak yang hanya sebesar 50% dari penghasilan bruto juga membawa

dampak dimana pajak yang masih harus dibayarkan diakhir tahun berjumlah relatif besar. Besarnya pajak

yang harus dibayar tersebut dapat membuat godaan tax avoidance dan tax evasion semakin kuat. Perlunya

perubahan aturan dalam pemotongan pajak artis diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

Selain itu, artis dalam melakukan pekerjaannya sering berpindah-pindah, sehingga menimbulkan

kemungkinan tax avoidance dengan melakukan channeling penghasilan melalui pihak lain. Channeling

penghasilan ini dapat melalui perusahaan agency, artist management, atau event organizer yang

menyelenggarakan acara tersebut. Channeling yang dimaksud dalam hal ini adalah pengalihan pajak yang

semestinya dikenakan langsung pada artis, namun dialihkan kepada pihak perusahaan agencynya.

REKOMENDASI DAN SARAN

1. Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak perlu mensosialisasikan peraturan perpajakan

terhadap artis secara lebih giat. Selain agar artis tidak salah paham mengenai pemenuhan hak

dan kewajibannya, hal ini juga mencegah tax avoidance dan tax evasion. Dengan adanya

sosialisasi ini berdampak juga dengan hilangnya rasa iri profesi lain yang menganggap bahwa

profesi artis hanya dikenakan pajak sebesar 50% saja.

2. Direktorat Jenderal Pajak perlu merumuskan peraturan baru mengenai pemotongan PPh Pasal 21

pada profesi artis. Aturan yang berlaku hanya memotong penghasilan artis sebesar 50% dari

penghasilan bruto sebulan. Hal ini menimbulkan jumlah pajak yang harus dibayar di akhir tahun

berjumlah relatif besar, yang dapat memicu pelanggaran pajak.

Diharapkan dengan adanya aturan baru, jumlah pemotongan pajak perbulan akan lebih besar

sehingga pembayaran pajak yang masih harus dibayar di SPT Tahunan lebih kecil, sehingga tidak
mengganggu cash flow artis tersebut, dan menjamin pemasukan negara per bulannya.

3. Aturan baru tesebut hendaknya mengkaji ulang aspek keadilan pengenaan pajak terhadap artis,

dengan memandang biaya yang diperlukan untuk menjadi artis. Disadari bahwa menjadi artis

terkadang memerlukan biaya tinggi, seperti biaya kostum, make up, fitness dan biaya biaya lain

yang diperlukan untuk bekerja, yaitu mengekspresikan seni sesuai dengan bidang pekerjaan

mereka masing masing


DAFTAR REFERENSI

Effendi. Subagio. 2012. Ketentuan Perpajakannya atas Penghasilan Artis (Domestik dan
Internasional). Jakarta. Dimuat dalam Indonesian Tax Review Volume V/Edisi 12/2012.

Lennard, Moleenar. 2008. Who is an artiste?


Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi,
Pemerintah

Pemerintah Republik Indonesia. 1982. Persetujuan antara pemerintah Republik Indonesia


dan pemerintah Jepang tentang penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan
pajak yang berhubungan dengan pajak-pajak atas pendapatan.

Pemerintah Republik Indonesia. 1992. Persetujuan antara pemerintah Republik Indonesia


dan pemerintah Australia tentang penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan
pajak yang berhubungan dengan pajak-pajak atas pendapatan.

Organization for Economic Cooperation and Development. 2010. Model tax convention on
income and on capital: Condensed version. Paris. OECD Publishing.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta. Balai Pustaka.

http://lib.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=75595&lokasi=lokal diakses pada 25 April


2015

https://sites.google.com/site/referensipajak/menghitung-pph-21-pegawai-tetap-pindah-
tugas
http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=41 diakses 27 April 2015
http://travel.kompas.com/read/2010/03/09/18165654/Wah.Para.Artis.Keberatan.Pajak

Anda mungkin juga menyukai