Anda di halaman 1dari 18

TEKNIK FASILITASI

A. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta memahami
teknik-teknik untuk memfasilitasi.

B. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian fasilitasi
2. Mengetahui sikap fasilitator
3. Mengetahui ciri-ciri fasilitator yang baik
4. Menguasai keterampilan fasilitator
5. Menguasai teknik fasilitasi diskusi

C. Pokok Bahasan
Pokok bahasan pada materi ini meliputi:
1. Pengertian teknik fasilitasi
2. Sikap fasilitator
3. Kriteria fasilitator yang baik
4. Keterampilan fasilitator
5. Teknik mendengarkan dan bertanya

A. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Fasilitasi
Fasilitasi berasal dari kata facil yang bermakna ‘memudahkan’.
Teknik fasilitasi berarti cara untuk membuat mudah suatu proses.
Orang yang melakukan fasilitasi disebut sebagai fasilitator. Fasilitator
adalah orang yang bertugas mengelola proses dialog. Fasilitator ada untuk
mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan belajarnya.
Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam
menyampaikan pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta

1
dominan untuk mendengarkan. Tugas fasilitator adalah
merencanakan, membimbing, dan mengelola kelompok atau kelas
dalam suatu acara serta memastikan tujuan tercapai secara efektif
dengan partisipasi peserta yang memadai. Fasilitator memperkenalkan
teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator
menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu
proses belajar/komunikasi menjadi lebih efektif. Fasilitator
memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi.
Fasilitator menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan
membantu proses belajar atau komunikasi menjadi lebih efektif. Peran
fasilitator ini harus dikurangi secara bertahap dan diserahkan kepada
peserta. Dengan membatasi waktu dari fasilitator, proses pembelajaran bisa
diambil alih oleh peserta sehingga pembelajaran bisa berjalan sebagai
inisiatif sendiri.

2. Sikap Fasilitator
Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator meliputi:
a. Empati
Ikut merasakan dan menghargai pengalaman dan perasaan peserta.
Tidak meremehkan peserta dengan hadir sepenuh hati dan sepenuh
tubuh.
b. Peka terhadap situasi pertemuan
Mengetahui kapan peserta merasa bersemangat, bosan, mengantuk, tahu
kapan harus bicara, berhenti dan bertanya.
c. Tidak hanya memikirkan target penyampaian materi (hasil), melainkan
proses belajar para peserta.
d. Percaya diri
Fasilitator yakin mampu mengajak peserta belajar bersama. Tidak malu
meskipun harus berhadapan dengan peserta yang berbeda usia, kelas
sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
e. Jujur, terbuka, apa adanya saat merespon peserta

2
f. Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat atau berpura-pura.
g. Ramah, semangat, dan luwes Mampu membuat suasana hangat, akrab,
dan peserta merasa diperhatikan.
h. Hormat terhadap peserta secara sederajat
i. Menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi dan kepercayaan yang
dianut peserta.
j. Tidak menonjolkan diri sendiri, menggurui, atau merasa paling ahli
k. Tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan.
l. Obyektif
Obyektif adalah sikap untuk berada pada posisi netral atau tidak
memihak.

3. Fasilitator yang baik


Menjadi fasilitator itu tidak mudah karena harus mampu untuk
memberi kemudahan dalam segenap proses kegiatan. Berikut ini beberapa
tips untuk menjadi fasilitator yang baik, meliputi:
a. Menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan dan proses.
b. Tetap obyektif.
c. Membantu kelompok menentukan arah yang akan ditempuh dan
mencapai tujuannya.
d. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
e. Dapat menyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-beda.
f. Sensitif terhadap gender dan budaya.
g. Mendorong semua orang berpartisipasi. Setiap orang berpartisipasi
dengan cara yang berlainan. Ada yang hanya berbicara dalam kelompok
kecil, tetapi tetap berpartisipasi, nmun yang lain mungkin banyak bicara
tetapi sedikit kontribusi.
h. Membantu kelompok mentaati waktu.
i. Memberi semangat atau membuat kelompok rileks sesuai kebutuhan.
j. Sewaktu-waktu menyimpulkan yang terjadi dalam pertemuan dan
membantu kelompok mengaitkan satu sesi dengan sesi lainnya.

3
Seorang fasilitator harus mewaspadai hal-hal berikut ini:
a. Waspada terhadap tanda-tanda kebingungan peserta. Peserta saling
bertanya pada orang di sebelahnya, wajah bingung atau frustasi dan
sikap menolak, dan sebagainya).
b. Biarkan kelompok bekerja sendiri, jangan melakukan pekerjaan
kelompok.
c. Berkeliling dari kelompok ke kelompok; tetapi jangan menjadi bagian
dari satu kelompok saja karena anda akan mempengaruhi kelompok itu.
d. Berikan waktu pada setiap kelompok memahami tugas yang diberikan
dan konsep-konsep pendukungnya.
e. Bahas kembali bagian-bagian pertemuan yang membingungkan kalau
ada peserta yang kelihatannya mengalami kesulitan.
f. Jangan menganggap diri anda seorang ahli. Ingatkan kelompok dan diri
sendiri bahwa anda adalah fasilitator. Penting selalu diingat akan
keahlian dan pengalaman yang peserta miliki. Biasakan melibatkan
audien/peserta dengan mengajukan pertanyaan pada peserta lain,
misalnya: “Pertanyaan bagus, dari Ibu Ari. Bagaimana menurut Ibu
Citra?”; “Pertanyaan yang bagus. Apa ada yang mau menanggapi?
g. Sering-seringlah bertanya: “Apakah ada pertanyaan?”
h. Bersikap fleksibel dan gunakan penilaian anda sendiri tentang perhatian,
energi dan pemahaman kelompok kemudian sesuaikan dengan waktu
seperlunya. Perubahan tidak berarti rencana yang buruk, tetapi anda
mendengar, menyimak dan menyesuaikan rencana dengan situasi.
i. Jangan lupa waktu istirahat 15-20 menit. Kondisi ini perlu menjadi
perhatian agar peserta enjoy dan tidak kelelahan dalam megikuti
kegiatan.
Seorang fasilitator harus mampu mengenai dan memahami apabila
ada resistensi/penolakan dari peserta agar dapat mengelola pertemuan
dengan baik.

4
Resistensi itu dapat dikenali dari:
a. Ketika kelompok yang difasilitasi sangat lamban dalam mengikuti
proses atau mencapai kesepakatan, atau bahkan menolak sama sekali
untuk bekerja sama.
b. Dalam situasi terburuk, mereka mungkin menolak gagasan-gagasan
anda.
c. Mereka menolak untuk mengubah cara berpikir mereka dan semakin
menjadi lebih nyata ketika orang sekelilingnya mendukung semangat
itu.
d. Menghindari kontak mata.
e. Melakukan diskusi kecil terus menerus tanpa menghiraukan
keberadaan anda sebagai fasilitator.
f. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengalihkan perhatian dari
yang menjadi fokus dalam pertemuan.
g. Tampak secara fisik menarik diri dari kegiatan diskusi pada
pertemuan.
h. Menunjukkan secara terus menerus berbeda pendapat tentang
pembahasan dalam pertemuan.
i. Interupsi berulang-ulang
j. Mengungkapkan rasa frustasi secara langsung atau tidak langsung.

Tips menghadapi resistensi/penolakan dalam memfasilitasi peserta


antara lain:
a. Cek perasaan semua peserta/seluruh kelompok
Lemparkan pertanyaan kepada seluruh kelompok untuk memperoleh
pendapat kelompok tentang masalah yang muncul, misal: “Bagaimana
menurut yang lain?”
b. Pusatkan kembali perhatian
Selalu mengingatkan pokok bahasan, misal: iya Bu Dewi, apa yang
disampaikan ibu, saya pikir masalah yang berbeda dengan apa yang

5
sedang kita bahas saat ini boleh disimpan dulu untuk kemudian kita
diskusikan?
c. Gunakan bahasa tubuh
Berdirilah dan berjalan menuju tengah-tengah ruangan, ajak peserta
untuk terlibat dengan kontak mata dan mencondongkan badan ke
depan.
d. Gunakan humor yang sepantasnya
Kalau digunakan dengan pantas, humor akan mengurangi ketegangan.
Namun harus menghindari bercanda yang membuat orang lain
ditertawakan.
e. Ingatkan akan norma kelompok
Satu hal yang kita sepakati pada awal pertemuan adalah norm
kelompok sehingga tidak terjadi diskusi tersendiri. Norma itu harus
disepakati oleh seluruh peserta.
f. Alihkan perhatian
Mengalihkan perhatian agar lebih fokus dapat dilakukan pada peserta
yang resisten. Misal: “Bisa minta waktu 2 menit lagi sebelum kita
lanjutkan ke kesimpulan?”
g. Jangan mengabaikan atau menghindar.
Memang sulit untuk menghadapi resistensi ketika kita mendeteksinya.
Tetapi, mengabaikan atau menghindar dari resistensi yang ada akan
mengacaukan proses-proses selanjutnya. Bukan tidak mungkin akan
menghentikan (membubarkan) proses sama sekali.

4. Keterampilan Fasilitator
Keterampilan fasilitator merupakan serangkaian kemampuan yang
harus dikuasai oleh fasilitator sebelum diterjunkan ke masyarakat.
Keterampilan fasilitator meliputi:

6
a. Bertanya
Tugas utama fasilitator adalah bertanya, memancing pengalaman
peserta, bukan mengajari. Pertanyaan yang baik akan membuat peserta
belajar dari pengalamannya dan menemukan solusi sendiri tanpa merasa
digurui dengan cara: 1) Gunakan pertanyaan yang menggali pengalaman
peserta didasari rasa ingin tahu; 2) Gunakan jenis pertanyaan terbuka
(pertanyaan yang yang jawabannya berupa cerita), misalnya, “Bisa
diceritakan, Bu, apa yang dilakukan putranya kalau sedang; 3) Awali
dengan pertanyaan mudah yang dapat dijawab langsung berdasarkan
keseharian. Biasanya menggunakan kata tanya apa atau bagaimana; 4)
Pertanyaan sensitif, fasilitator dapat mengggunakan pertanyaan orang
ketiga agar peserta tidak merasa dihakimi atau malu. Contohnya,
“Menurut Ibu, mengapa ada orang yang tidak pernah marah pada
anaknya?”; dan 5) Saat peserta terlihat pesimis di tengah diskusi,
gunakan pertanyaan untuk mengajak peserta mengingat keberhasilan di
masa lalu.
b. Mendengar aktif
Fasilitator tidak hanya berkomunikasi satu arah, melainkan lebih
banyak menjadi pendengar. Menjadi pendengar aktif dapat dilakukan
dengan cara: 1) Simak perkataan peserta. Tanggapi pembicaraan dengan
ekspresi wajah yang sesuai (senyum, prihatin, dan lainnya); 2) Beri
tanggapan berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman peserta.
Contoh: “Oya?, contohnya bagaimana, Bu?”; 3) Konfirmasi pendapat
peserta dengan menyatakannya kembali. Jangan terburu-buru
menyimpulkan. Tanyakan apakah pernyataan kita betul; 4) Jangan
memotong pembicaraan, kecuali jika topik sudah jauh melenceng. Ajak
peserta kembali ke topik dengan sopan. Misalnya: “Wah, menarik
sekali, Pak. Mungkin kita lanjutkan kembali nanti, sementara ini kita
kembali ke topik awal, Pak.”

7
c. Komunikasi
Hal utama yang dilakukan fasilitator adalah menjalin komunikasi
yang baik. Komunikasi dalam memfasilitasi dapat dilakukan dengan
cara: 1) Bicara atau bertanya dengan bahasa sederhana tapi jelas; 2)
Gunakan kalimat singkat dan langsung ke tujuan. Misalnya: “Bapak,
putra Anda yang SMP itu masih sering ngajak ngobrol?”; dan 3)
Perkenalkan diri dan hafalkan nama peserta. Supaya bisa menghafal,
gunakan saat memanggil dan ulangi dalam kalimat. Misalnya, “Ibu
Bapak, ada yang akan menanggapi pertanyaan ini? Ya, Ibu Asih kan?”
(sambil mendekati ibu tersebut untuk memberikan kesempatan
menanggapi.
d. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh adalah bentuk komunikasi non verbal. Komunikasi
non verbal meliputi: 1) Tatap mata peserta. Jangan bicara sambil
melihat lantai, langit-langit, atau kertas catatan; 2) Bergerak
secukupnya, misalnya tangan menunjuk pada poster. Jangan gugup,
misalnya tangan memainkan spidol, kaki melangkah ke depan ke
belakang seperti tanpa tujuan; dan 3) Usahakan setara atau melebur
dengan peserta, misalnya duduk sama rendah ketika peserta sedang
duduk di lantai berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok
e. Mengarahkan orang
Fasilitator mengarahkan lalu lintas informasi agar peserta
mengalami proses pembelajaran yang baik. Mengarahkan orang dapat
dilakukan dengan: 1) Pelajari hal yang akan disampaikan agar
pembicaraan tidak melenceng dari topic; 2) Dorong semua peserta
untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan atau diskusi, terutama
peserta yang pendiam. Jangan membiarkan hanya satu atau dua peserta
yang mendominasi; dan 3) Gunakan jeda, canda, dan pujian untuk
mendorong peserta nyaman berbicara. Jangan mengkritik, mendebat,
atau membela diri. Jika diperlukan mendebat atau menyanggah
pendapat peserta, upayakan peserta lain juga melakukan.

8
4. Teknik Mendengarkan dan Bertanya
Seorang fasilitator harus menguasai teknik mendengarkan dan
bertanya karena akan mempermudah proses perubahan. Beberapa teknik
mendengarkan dan bertanya meliputi:

a. Membahasakan Kembali (Paraphrasing)


Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting
untuk dipelajari. Paraphrasing membantu pembicara menilai apakah
ucapannya ditangkap atau tidak oleh orang lain. ucapannya ditangkap
atau tidak oleh orang lain. Teknik ini merupakan dasar dari teknik
lainnya. Teknik ini bersifat menenangkan, membuat peserta paham
bahwa ucapannya dimengerti orang lain. Terutama digunakan untuk
menanggapi jawaban yang berbelit dan membingungkan.
Cara melakukan paraprashing yaitu gunakan kalimat sendiri
untuk membahasakan kembali jawaban orang lain. Apabila jawabannya
pendek, bahasakan kembali secara pendek. Apabila jawabannya
panjang, bahasakan kembali dengan meringkasnya. Awali dengan
kalimat seperti:
• "Tadi Ibu mengatakan,.. ", Sesudahnya, perhatikan reaksi orang itu.
Sertai dengan kata, misalnya, "Apa itu yang Ibu maksud ....".
• “ kedengarannya anda tadi mengatakan bahwa…”
• “ Yang saya tangkap dari pendapat anda adalah …”
• “ Saya memahami yang dikatakan lebih kurang …”

b. Menarik keluar/Menggali lebih jauh (Drawing people out)


Kondisi ini dilakukan, apabila jawaban lawan bicara kurang
lengkap, sehingga fasilitator perlu menarik keluar gagasan yang belum
dikatakan. Menggali lebih jauh adalah cara mendukung orang supaya
menjelaskan lebih lanjut ide atau gagasannya.Teknik ini digunakan
apabila lawan bicara mengalami kesulitan dalam menjelaskan gagasan.

9
Cara melakukannya yaitu didahului dengan teknik
membahasakan kembali (Paraphrasing). Misal:
• "tadi ibu Dewi mengatakan ……………
• Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka,seperti,"Bisa lebih diperjelas?"
• Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata
sambung seperti, "Karena…" atau "Jadi,…"

c. Memantulkan (Mirroring)
Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan kata-
kata peserta. Mengulang apa yang dikatakan orang lain persis seperti
yang diucapkan dengan mengulang kembali setiap kata yang diucapkan.
Kadang-kadang ini dibutuhkan untuk meyakinkan orang-orang tertentu
bahwa mereka betul-betul didengarkan. Tujuannya, meyakinkan peserta
bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya. Biasanya digunakan bila
fasilitator ingin menegaskan bahwa fasilitator tidak memihak. Teknik ini
berguna mempercepat diskusi yang lamban sesuai untuk memfasilitasi
proses curah pendapat.
Jika pembicara mengatakan satu kalimat, ulangi secara verbatim
(persis seperti yang diucapkan). Jika pembicara mengatakan lebih dari
satu kalimat, ulangi kata kunci atau kalimat pendek.
Cara melakukan mirroring yaitu apabila peserta mengatakan satu
kalimat, ulangi secara verbatim (persis seperti yang diucapkan) atau
pantulkan kata demi kata setepat tepatnya. Tidak kurang, tidak lebih.
Jika pembicara mengatakan lebih dari satu kalimat, ulangi kata kunci
atau kalimat pendek. Gunakan kata kata peserta, bukan kata kata
fasilitator. Apabila peserta berkata dengan menggebu gebu, pantulkan
dengan nada bicara tenang, karena yang harus diulang adalah kata-kata
peserta bukan suara pembicara. Tujuan utamanya disini untuk
membangun kepercayaan peserta.

10
d. Mengumpulkan gagasan (Gathering ideas)
Mengumpulkan gagasan (Gathering Ideas) adalah teknik
mendaftar gagasan secara cepat. Mengumpulkan gagasan, bukan
membahasnya. Mengumpulkan gagasan adalah keterampilan yang
memadukan antara mirroring dan paraphrasing ditambah dengan
gerakan-gerakan fisik. Dengan memantulkan ucapan, peserta merasa
didengarkan dan mereka akan ikut menyampaikan gagasan secara
singkat.
Keterampilan mendengar dan memberikan pengakuan pada
pendapat atau gagasan orang dapat mengurangi kecenderungan mereka
untuk membela gagasannya. Kumpulkan gagasan dengan memadukan
teknik membahasakan kembali. Bahkan agar lebih cepat, gunakan
terutama teknik memantulkan (mirroring). Biasanya dalam 3 sampai 5
kata. Jadi, kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.

Cara melakukan mengumpulkan gagasan (Gathering ideas) diawali


dengan penjelasan tugas secara singkat. Kemudian lakukan curah
pendapat. Kumpulkan gagasan sebanyak banyaknya. Tuliskan gagasan
para peserta, apapun yang mereka katakan, dengan memakai teknik
memantulkan atau teknik membahasakan kembali. Jika para peserta
telah merasa cukup, akhiri proses ini lalu berikan penghargaan terhadap
semua pandangan peserta. Misalnya : “Dalam 10 menit mendatang,
berikan tanggapan pada usulan ini dengan menyebutkan kelebihan dan
kekurangannya. Saya minta satu kelebihan lalu satu kekurangan, begitu
selanjutnya. Kita akan membuat dua daftar sekaligus.”

e. Mengurutkan (Stacking)
Mengurutkan (stacking) adalah semacam teknik menyusun
antrian bicara, ketika beberapa orang bermaksud berbicara pada waktu
bersamaan. Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa

11
gangguan dari orang yang berebut kesempatan bicara, karena setiap
orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan.
Cara melakukan Stacking yaitu fasilitator meminta peserta yang
hendak bicara untuk mengangkat tangan lalu mengurutkan giliran yang
akan bicara serta mempersilakan peserta untuk bicara ketika tiba
gilirannya. Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa
jika ada peserta lain yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali
melakukan teknik mengurutkan.
f. Mengembalikan ke jalurnya (Tracking)
Terkadang beberapa pokok-pokok pikiran muncul bersamaan
dalam sebuah diskusi. Bayangkan bila ada lima orang yang ingin
membicarakan berbagai akibat dari penumpukan sampah. Empat orang
ingin menghitung biaya pengadaan kereta pengangkut sampah. Tiga
orang tertarik membahas pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik.
Dalam situasi seperti ini, mereka perlu dibantu untuk mengikuti semua
topik yang sedang dibicarakan. Biasanya orang menganggap bahwa apa
yang ia anggap penting seharusnya terpilih menjadi topik diskusi. Pada
keadaan ini, fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke jalumya.
Teknik ini akan menenangkan orang yang bingung karena gagasannya
tidak mendapatkan sambutan dari orang lain.
Cara melakukan tracking antara lain:
• Mengajak warga untuk kembali pada tema awal.
• Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi
• Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa ketepatannya.
Berikut adalah contohnya: "Baiklah, nampaknya ada tiga
pembahasan yang sedang berlangsung saat ini. Pembahasan pertama
menyangkut akibat akibat penumpukan sampah. Kedua, mengenai
peralatan dan kebutuhan biaya. Ketiga, membahas tentang Pemanfaatan
sampah. Benarkah demikian?" Biasanya teknik ini membuat orang lebih
memahami situasi diskusi. Jika ada yang mencoba menjelaskan bahwa

12
saran dia penting, tunjukkan perhatian. Namun, jangan bersikap pilih
kasih. Tanyakan juga pendapat orang yang lain.

g. Menguatkan (Encouraging)
Menguatkan (encouraging) adalah teknik mengajak orang ikut
terlibat dalam diskusi, tanpa membuat mereka tersiksa karena terpaksa
menjadi pusat perhatian. Dalam diskusi biasanya ada peserta yang
hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti malas atau tidak mau tahu.
mereka merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan
sesuatu yang menarik perhatian mereka. Teknik menguatkan terutama
membantu selama tahap awal diskusi, pada saat para peserta masih
menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat, mereka tidak
membutuhkan begitu banyak penguatan untuk berpartisipasi. Misal:
• "Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?"
• "Sudah ada beberapa pendapat dari perempuan, sekarang mari
kitadengar pendapat dari laki laki."
• "Kita sudah mendengar pendapat Ibu Tini tentang prinsip prinsip
umum memilih kepala desa. Adakah yang dapat memberikan
contoh tentang pelaksanaan prinsip tersebut?"
• "Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?"
• "Mari kita dengar pendapat dari teman teman yang sementara ini
belum berbicara"

h. Menyeimbangkan (Balancing)
Jika pembicaraan terjadi dengan beberapa orang, terkadang ada
salah satu yang dominan dalam menyampaikan pendapatnya. Orang
lain yang diam belum berarti setuju, bisa jadi karena takut tidak disukai
atau malas berargumentasi. Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi
seringkali datang dari orang yang mengusulkan topik diskusi. Mungkin
ada sebagian peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi belum mau
bicara.

13
Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa
"diam berarti setuju". Teknik menyeimbangkan gunanya untuk
membantu orang yang tidak bicara karena merasa pendapatnya
pasti tidak disetujui banyak orang. Dengan teknik menyeimbangkan,
fasilitator sebenamya menunjukkan bahwa dalam diskusi orang boleh
menyatakan pendapat apapun. Misalnya:
• "Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang.
• Adakah yang lain atau memiliki pendirian berbeda?"
• "Ada yang punya pandangan lain?"
• "Apakah kita semua setuju dengan ini?"

i. Membuka ruang (Making space)


Teknik membuka ruang adalah teknik membuka kesempatan
kepada peserta yang pendiam untuk terlibat dalam diskusi. Dalam
setiap diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang jarang bicara. Pada
saat diskusi berlangsung cepat, orang pendiam dan yang berpikir lambat
mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri. Ada orang
yang tidak mau berperan banyak, karena tidak ingin dianggap ingin
menang sendiri. Ada pula yang ikut dalam diskusi sambil meraba raba
apakah ia dapat diterima atau tidak. Banyak juga yang enggan bicara
karena menganggap dirinya bodoh. Maka, fasilitator perlu membuka
ruang partisipasi.
Cara melakukan membuka ruang (making space), yaitu:
• Amati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan gerak tubuh atau
mimik mukanya, apakah menunjukkan bahwa mereka ada hasrat
untuk bicara?
• Persilakan mereka untuk bicara: "Apakah ada yang hendak Ibu
kemukakan?" "Apakah Bapak ingin menambahkan sesuatu?"
"Kelihatannya anda mau mengatakan sesuatu?

14
• Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan ramah dan
segeralah beralih. Tak seorang pun suka dipermainkan. Setiap orang
berhak untuk memilih kapan ia berpartisipasi.
• Jika si pendiam tampaknya ingin bicara, jika perlu, tahan orang lain
untuk bicara.

j. Diam sejenak (intentional silence)


Diam sejenak (intentional silence) adalah berhenti bicara
selama beberapa detik. Menunggu sejenak agar si pembicara
menemukan apa yang ingin ia katakan. Banyak orang membutuhkan
keadaan tenang untuk mengenali pemikiran atau perasaannya. Kadang
kadang berhenti bicara beberapa detik sebelum mengatakan sesuatu
yang mungkin berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk menyusun
pikirannya. Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terialu mudah
berbicara. Teknik ini akan mengajak mereka untuk berpikir lebih
mendalam.

Cara melakukan diam sejenak (intentional silence) dengan:


• Hening selama lima detik tampaknya begitu lama. Banyak orang tak
sabar dengan "keheningan" tersebut. Jika fasilitator mampu
melakukannya, orang lain pun akan mampu.
• Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara.
• Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk
batuk kecil atau menggaruk dan menggeleng gelengkan kepala.
Tetaplah tenang dan berikan perhatian.
• Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang agar
tidak memecahkan keheningan.

k. Menemukan kesamaan pemikiran dasar


Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna
ketika peserta diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini

15
dapat memperjelas letak persamaan dan pertentangan pendapat yang
terjadi dalam, diskusi. Teknik ini dapat membangkitkan harapan.
Membuat peserta tersadar bahwa meski saling bertentangan, mereka
memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka memiliki
banyak kesamaan. Misal:
• Katakan bahwa kita akan merangkum hal hal yang menjadi
perbedaan dan persamaan di dalam. kelompok diskusi.
• Ringkaskan perbedaan perbedaan.
• Catat aspek aspek dasar yang sama
• Periksa catatan tersebut bersama peserta.

SOAL TEKNIK FASILITASI

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Cara untuk membuat mudah suatu proses belajar atau proses perubahan
merupakan pengertian ………….
a. Teknik penyuluhan
b. Teknik fasilitasi
c. Presentasi
d. Seminar
2. Menjadi fasilitator itu tidak mudah karena harus mampu untuk memberi
kemudahan dalam segenap proses kegiatan. Berikut ini salah satu tips untuk
menjadi fasilitator yang baik yaitu ……….
a. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
b. Menarik keluar/Menggali lebih jauh (Drawing people out)
c. Memantulkan (Mirroring)
d. Mengumpulkan gagasan (Gathering ideas)

16
3. Dalam memfasilitasi seringkali kita dihadapkan pada resistensi/ penolakan dari
peserta. Cara untuk mengatasi resistensi antara lain……….
a. Pentingnya memiliki sifat empati.
b. Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat atau berpura-pura.
c. Hormat terhadap peserta secara sederajat
d. Gunakan humor yang sepantasnya

4. Keterampilan yang harus dikuasai fasilitator meliputi ……….


a. Bertanya, mendengar aktif, komunikasi, bahasa tubuh, dan mengarahkan
orang
b. Bertanya, mendengar aktif, komunikasi, bahasa tubuh, dan presentasi
c. Bertanya, mendengar aktif, komunikasi, bahasa tubuh, dan non verbal
d. Bertanya, mendengar aktif, komunikasi, bahasa tubuh, dan mengarahkan
orang
5. Seorang fasilitator harus menguasai teknik mendengarkan dan bertanya. Salah satu
teknik mendengarkan dan bertanya yang mengulang apa yang dikatakan orang lain
persis seperti yang diucapkan dengan mengulang kembali setiap kata yang
diucapkan merupakan batasan dari ……….
a. Memantulkan (Mirroring)
b. Mengumpulkan gagasan (Gathering ideas)
c. Mengurutkan (Stacking)
d. Menguatkan (Encouraging)

17
Daftar Pustaka

Aris Slamet Widodo, Hasanah Safriyani, Sutrisno. 2018. Teknik Fasilitasi dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Lembaga Penelitian, Publikasi dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Chang, Richard Y. 1999. Membangun Tim yang Dinamis. Jakarta : PT. Gramedia.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak


Usia Dini Dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2019. Modul Teknik Fasilitasi Pelatihan Calon Pelatih
(Pcp) Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini Dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

http://trainingadvokasi.smeru.or.id/cso/file/108.pdf, Beberapa Teknik Fasilitasi.


diakses tanggal 31 Januari 2020.

Rianingsih Djohani, Dwi Joko Widyanto, Riza Irfani. 2007. Panduan Untuk
Fasilitator Infomobilisasi Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan
Masyarakat. Jakarta: Tim Partnerships for e-Prosperity for the Poor (Pe-
PP) Bappenas - UNDP

18

Anda mungkin juga menyukai