A. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta memahami
teknik-teknik untuk memfasilitasi.
B. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian fasilitasi
2. Mengetahui sikap fasilitator
3. Mengetahui ciri-ciri fasilitator yang baik
4. Menguasai keterampilan fasilitator
5. Menguasai teknik fasilitasi diskusi
C. Pokok Bahasan
Pokok bahasan pada materi ini meliputi:
1. Pengertian teknik fasilitasi
2. Sikap fasilitator
3. Kriteria fasilitator yang baik
4. Keterampilan fasilitator
5. Teknik mendengarkan dan bertanya
A. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Fasilitasi
Fasilitasi berasal dari kata facil yang bermakna ‘memudahkan’.
Teknik fasilitasi berarti cara untuk membuat mudah suatu proses.
Orang yang melakukan fasilitasi disebut sebagai fasilitator. Fasilitator
adalah orang yang bertugas mengelola proses dialog. Fasilitator ada untuk
mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan belajarnya.
Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam
menyampaikan pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta
1
dominan untuk mendengarkan. Tugas fasilitator adalah
merencanakan, membimbing, dan mengelola kelompok atau kelas
dalam suatu acara serta memastikan tujuan tercapai secara efektif
dengan partisipasi peserta yang memadai. Fasilitator memperkenalkan
teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator
menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu
proses belajar/komunikasi menjadi lebih efektif. Fasilitator
memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi.
Fasilitator menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan
membantu proses belajar atau komunikasi menjadi lebih efektif. Peran
fasilitator ini harus dikurangi secara bertahap dan diserahkan kepada
peserta. Dengan membatasi waktu dari fasilitator, proses pembelajaran bisa
diambil alih oleh peserta sehingga pembelajaran bisa berjalan sebagai
inisiatif sendiri.
2. Sikap Fasilitator
Sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator meliputi:
a. Empati
Ikut merasakan dan menghargai pengalaman dan perasaan peserta.
Tidak meremehkan peserta dengan hadir sepenuh hati dan sepenuh
tubuh.
b. Peka terhadap situasi pertemuan
Mengetahui kapan peserta merasa bersemangat, bosan, mengantuk, tahu
kapan harus bicara, berhenti dan bertanya.
c. Tidak hanya memikirkan target penyampaian materi (hasil), melainkan
proses belajar para peserta.
d. Percaya diri
Fasilitator yakin mampu mengajak peserta belajar bersama. Tidak malu
meskipun harus berhadapan dengan peserta yang berbeda usia, kelas
sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
e. Jujur, terbuka, apa adanya saat merespon peserta
2
f. Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat atau berpura-pura.
g. Ramah, semangat, dan luwes Mampu membuat suasana hangat, akrab,
dan peserta merasa diperhatikan.
h. Hormat terhadap peserta secara sederajat
i. Menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi dan kepercayaan yang
dianut peserta.
j. Tidak menonjolkan diri sendiri, menggurui, atau merasa paling ahli
k. Tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan.
l. Obyektif
Obyektif adalah sikap untuk berada pada posisi netral atau tidak
memihak.
3
Seorang fasilitator harus mewaspadai hal-hal berikut ini:
a. Waspada terhadap tanda-tanda kebingungan peserta. Peserta saling
bertanya pada orang di sebelahnya, wajah bingung atau frustasi dan
sikap menolak, dan sebagainya).
b. Biarkan kelompok bekerja sendiri, jangan melakukan pekerjaan
kelompok.
c. Berkeliling dari kelompok ke kelompok; tetapi jangan menjadi bagian
dari satu kelompok saja karena anda akan mempengaruhi kelompok itu.
d. Berikan waktu pada setiap kelompok memahami tugas yang diberikan
dan konsep-konsep pendukungnya.
e. Bahas kembali bagian-bagian pertemuan yang membingungkan kalau
ada peserta yang kelihatannya mengalami kesulitan.
f. Jangan menganggap diri anda seorang ahli. Ingatkan kelompok dan diri
sendiri bahwa anda adalah fasilitator. Penting selalu diingat akan
keahlian dan pengalaman yang peserta miliki. Biasakan melibatkan
audien/peserta dengan mengajukan pertanyaan pada peserta lain,
misalnya: “Pertanyaan bagus, dari Ibu Ari. Bagaimana menurut Ibu
Citra?”; “Pertanyaan yang bagus. Apa ada yang mau menanggapi?
g. Sering-seringlah bertanya: “Apakah ada pertanyaan?”
h. Bersikap fleksibel dan gunakan penilaian anda sendiri tentang perhatian,
energi dan pemahaman kelompok kemudian sesuaikan dengan waktu
seperlunya. Perubahan tidak berarti rencana yang buruk, tetapi anda
mendengar, menyimak dan menyesuaikan rencana dengan situasi.
i. Jangan lupa waktu istirahat 15-20 menit. Kondisi ini perlu menjadi
perhatian agar peserta enjoy dan tidak kelelahan dalam megikuti
kegiatan.
Seorang fasilitator harus mampu mengenai dan memahami apabila
ada resistensi/penolakan dari peserta agar dapat mengelola pertemuan
dengan baik.
4
Resistensi itu dapat dikenali dari:
a. Ketika kelompok yang difasilitasi sangat lamban dalam mengikuti
proses atau mencapai kesepakatan, atau bahkan menolak sama sekali
untuk bekerja sama.
b. Dalam situasi terburuk, mereka mungkin menolak gagasan-gagasan
anda.
c. Mereka menolak untuk mengubah cara berpikir mereka dan semakin
menjadi lebih nyata ketika orang sekelilingnya mendukung semangat
itu.
d. Menghindari kontak mata.
e. Melakukan diskusi kecil terus menerus tanpa menghiraukan
keberadaan anda sebagai fasilitator.
f. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengalihkan perhatian dari
yang menjadi fokus dalam pertemuan.
g. Tampak secara fisik menarik diri dari kegiatan diskusi pada
pertemuan.
h. Menunjukkan secara terus menerus berbeda pendapat tentang
pembahasan dalam pertemuan.
i. Interupsi berulang-ulang
j. Mengungkapkan rasa frustasi secara langsung atau tidak langsung.
5
sedang kita bahas saat ini boleh disimpan dulu untuk kemudian kita
diskusikan?
c. Gunakan bahasa tubuh
Berdirilah dan berjalan menuju tengah-tengah ruangan, ajak peserta
untuk terlibat dengan kontak mata dan mencondongkan badan ke
depan.
d. Gunakan humor yang sepantasnya
Kalau digunakan dengan pantas, humor akan mengurangi ketegangan.
Namun harus menghindari bercanda yang membuat orang lain
ditertawakan.
e. Ingatkan akan norma kelompok
Satu hal yang kita sepakati pada awal pertemuan adalah norm
kelompok sehingga tidak terjadi diskusi tersendiri. Norma itu harus
disepakati oleh seluruh peserta.
f. Alihkan perhatian
Mengalihkan perhatian agar lebih fokus dapat dilakukan pada peserta
yang resisten. Misal: “Bisa minta waktu 2 menit lagi sebelum kita
lanjutkan ke kesimpulan?”
g. Jangan mengabaikan atau menghindar.
Memang sulit untuk menghadapi resistensi ketika kita mendeteksinya.
Tetapi, mengabaikan atau menghindar dari resistensi yang ada akan
mengacaukan proses-proses selanjutnya. Bukan tidak mungkin akan
menghentikan (membubarkan) proses sama sekali.
4. Keterampilan Fasilitator
Keterampilan fasilitator merupakan serangkaian kemampuan yang
harus dikuasai oleh fasilitator sebelum diterjunkan ke masyarakat.
Keterampilan fasilitator meliputi:
6
a. Bertanya
Tugas utama fasilitator adalah bertanya, memancing pengalaman
peserta, bukan mengajari. Pertanyaan yang baik akan membuat peserta
belajar dari pengalamannya dan menemukan solusi sendiri tanpa merasa
digurui dengan cara: 1) Gunakan pertanyaan yang menggali pengalaman
peserta didasari rasa ingin tahu; 2) Gunakan jenis pertanyaan terbuka
(pertanyaan yang yang jawabannya berupa cerita), misalnya, “Bisa
diceritakan, Bu, apa yang dilakukan putranya kalau sedang; 3) Awali
dengan pertanyaan mudah yang dapat dijawab langsung berdasarkan
keseharian. Biasanya menggunakan kata tanya apa atau bagaimana; 4)
Pertanyaan sensitif, fasilitator dapat mengggunakan pertanyaan orang
ketiga agar peserta tidak merasa dihakimi atau malu. Contohnya,
“Menurut Ibu, mengapa ada orang yang tidak pernah marah pada
anaknya?”; dan 5) Saat peserta terlihat pesimis di tengah diskusi,
gunakan pertanyaan untuk mengajak peserta mengingat keberhasilan di
masa lalu.
b. Mendengar aktif
Fasilitator tidak hanya berkomunikasi satu arah, melainkan lebih
banyak menjadi pendengar. Menjadi pendengar aktif dapat dilakukan
dengan cara: 1) Simak perkataan peserta. Tanggapi pembicaraan dengan
ekspresi wajah yang sesuai (senyum, prihatin, dan lainnya); 2) Beri
tanggapan berupa pertanyaan untuk menggali pengalaman peserta.
Contoh: “Oya?, contohnya bagaimana, Bu?”; 3) Konfirmasi pendapat
peserta dengan menyatakannya kembali. Jangan terburu-buru
menyimpulkan. Tanyakan apakah pernyataan kita betul; 4) Jangan
memotong pembicaraan, kecuali jika topik sudah jauh melenceng. Ajak
peserta kembali ke topik dengan sopan. Misalnya: “Wah, menarik
sekali, Pak. Mungkin kita lanjutkan kembali nanti, sementara ini kita
kembali ke topik awal, Pak.”
7
c. Komunikasi
Hal utama yang dilakukan fasilitator adalah menjalin komunikasi
yang baik. Komunikasi dalam memfasilitasi dapat dilakukan dengan
cara: 1) Bicara atau bertanya dengan bahasa sederhana tapi jelas; 2)
Gunakan kalimat singkat dan langsung ke tujuan. Misalnya: “Bapak,
putra Anda yang SMP itu masih sering ngajak ngobrol?”; dan 3)
Perkenalkan diri dan hafalkan nama peserta. Supaya bisa menghafal,
gunakan saat memanggil dan ulangi dalam kalimat. Misalnya, “Ibu
Bapak, ada yang akan menanggapi pertanyaan ini? Ya, Ibu Asih kan?”
(sambil mendekati ibu tersebut untuk memberikan kesempatan
menanggapi.
d. Bahasa tubuh
Bahasa tubuh adalah bentuk komunikasi non verbal. Komunikasi
non verbal meliputi: 1) Tatap mata peserta. Jangan bicara sambil
melihat lantai, langit-langit, atau kertas catatan; 2) Bergerak
secukupnya, misalnya tangan menunjuk pada poster. Jangan gugup,
misalnya tangan memainkan spidol, kaki melangkah ke depan ke
belakang seperti tanpa tujuan; dan 3) Usahakan setara atau melebur
dengan peserta, misalnya duduk sama rendah ketika peserta sedang
duduk di lantai berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok
e. Mengarahkan orang
Fasilitator mengarahkan lalu lintas informasi agar peserta
mengalami proses pembelajaran yang baik. Mengarahkan orang dapat
dilakukan dengan: 1) Pelajari hal yang akan disampaikan agar
pembicaraan tidak melenceng dari topic; 2) Dorong semua peserta
untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan atau diskusi, terutama
peserta yang pendiam. Jangan membiarkan hanya satu atau dua peserta
yang mendominasi; dan 3) Gunakan jeda, canda, dan pujian untuk
mendorong peserta nyaman berbicara. Jangan mengkritik, mendebat,
atau membela diri. Jika diperlukan mendebat atau menyanggah
pendapat peserta, upayakan peserta lain juga melakukan.
8
4. Teknik Mendengarkan dan Bertanya
Seorang fasilitator harus menguasai teknik mendengarkan dan
bertanya karena akan mempermudah proses perubahan. Beberapa teknik
mendengarkan dan bertanya meliputi:
9
Cara melakukannya yaitu didahului dengan teknik
membahasakan kembali (Paraphrasing). Misal:
• "tadi ibu Dewi mengatakan ……………
• Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka,seperti,"Bisa lebih diperjelas?"
• Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata
sambung seperti, "Karena…" atau "Jadi,…"
c. Memantulkan (Mirroring)
Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan kata-
kata peserta. Mengulang apa yang dikatakan orang lain persis seperti
yang diucapkan dengan mengulang kembali setiap kata yang diucapkan.
Kadang-kadang ini dibutuhkan untuk meyakinkan orang-orang tertentu
bahwa mereka betul-betul didengarkan. Tujuannya, meyakinkan peserta
bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya. Biasanya digunakan bila
fasilitator ingin menegaskan bahwa fasilitator tidak memihak. Teknik ini
berguna mempercepat diskusi yang lamban sesuai untuk memfasilitasi
proses curah pendapat.
Jika pembicara mengatakan satu kalimat, ulangi secara verbatim
(persis seperti yang diucapkan). Jika pembicara mengatakan lebih dari
satu kalimat, ulangi kata kunci atau kalimat pendek.
Cara melakukan mirroring yaitu apabila peserta mengatakan satu
kalimat, ulangi secara verbatim (persis seperti yang diucapkan) atau
pantulkan kata demi kata setepat tepatnya. Tidak kurang, tidak lebih.
Jika pembicara mengatakan lebih dari satu kalimat, ulangi kata kunci
atau kalimat pendek. Gunakan kata kata peserta, bukan kata kata
fasilitator. Apabila peserta berkata dengan menggebu gebu, pantulkan
dengan nada bicara tenang, karena yang harus diulang adalah kata-kata
peserta bukan suara pembicara. Tujuan utamanya disini untuk
membangun kepercayaan peserta.
10
d. Mengumpulkan gagasan (Gathering ideas)
Mengumpulkan gagasan (Gathering Ideas) adalah teknik
mendaftar gagasan secara cepat. Mengumpulkan gagasan, bukan
membahasnya. Mengumpulkan gagasan adalah keterampilan yang
memadukan antara mirroring dan paraphrasing ditambah dengan
gerakan-gerakan fisik. Dengan memantulkan ucapan, peserta merasa
didengarkan dan mereka akan ikut menyampaikan gagasan secara
singkat.
Keterampilan mendengar dan memberikan pengakuan pada
pendapat atau gagasan orang dapat mengurangi kecenderungan mereka
untuk membela gagasannya. Kumpulkan gagasan dengan memadukan
teknik membahasakan kembali. Bahkan agar lebih cepat, gunakan
terutama teknik memantulkan (mirroring). Biasanya dalam 3 sampai 5
kata. Jadi, kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.
e. Mengurutkan (Stacking)
Mengurutkan (stacking) adalah semacam teknik menyusun
antrian bicara, ketika beberapa orang bermaksud berbicara pada waktu
bersamaan. Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa
11
gangguan dari orang yang berebut kesempatan bicara, karena setiap
orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan.
Cara melakukan Stacking yaitu fasilitator meminta peserta yang
hendak bicara untuk mengangkat tangan lalu mengurutkan giliran yang
akan bicara serta mempersilakan peserta untuk bicara ketika tiba
gilirannya. Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa
jika ada peserta lain yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali
melakukan teknik mengurutkan.
f. Mengembalikan ke jalurnya (Tracking)
Terkadang beberapa pokok-pokok pikiran muncul bersamaan
dalam sebuah diskusi. Bayangkan bila ada lima orang yang ingin
membicarakan berbagai akibat dari penumpukan sampah. Empat orang
ingin menghitung biaya pengadaan kereta pengangkut sampah. Tiga
orang tertarik membahas pemanfaatan sampah menjadi pupuk organik.
Dalam situasi seperti ini, mereka perlu dibantu untuk mengikuti semua
topik yang sedang dibicarakan. Biasanya orang menganggap bahwa apa
yang ia anggap penting seharusnya terpilih menjadi topik diskusi. Pada
keadaan ini, fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke jalumya.
Teknik ini akan menenangkan orang yang bingung karena gagasannya
tidak mendapatkan sambutan dari orang lain.
Cara melakukan tracking antara lain:
• Mengajak warga untuk kembali pada tema awal.
• Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi
• Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa ketepatannya.
Berikut adalah contohnya: "Baiklah, nampaknya ada tiga
pembahasan yang sedang berlangsung saat ini. Pembahasan pertama
menyangkut akibat akibat penumpukan sampah. Kedua, mengenai
peralatan dan kebutuhan biaya. Ketiga, membahas tentang Pemanfaatan
sampah. Benarkah demikian?" Biasanya teknik ini membuat orang lebih
memahami situasi diskusi. Jika ada yang mencoba menjelaskan bahwa
12
saran dia penting, tunjukkan perhatian. Namun, jangan bersikap pilih
kasih. Tanyakan juga pendapat orang yang lain.
g. Menguatkan (Encouraging)
Menguatkan (encouraging) adalah teknik mengajak orang ikut
terlibat dalam diskusi, tanpa membuat mereka tersiksa karena terpaksa
menjadi pusat perhatian. Dalam diskusi biasanya ada peserta yang
hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti malas atau tidak mau tahu.
mereka merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan, temukan
sesuatu yang menarik perhatian mereka. Teknik menguatkan terutama
membantu selama tahap awal diskusi, pada saat para peserta masih
menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat, mereka tidak
membutuhkan begitu banyak penguatan untuk berpartisipasi. Misal:
• "Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?"
• "Sudah ada beberapa pendapat dari perempuan, sekarang mari
kitadengar pendapat dari laki laki."
• "Kita sudah mendengar pendapat Ibu Tini tentang prinsip prinsip
umum memilih kepala desa. Adakah yang dapat memberikan
contoh tentang pelaksanaan prinsip tersebut?"
• "Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?"
• "Mari kita dengar pendapat dari teman teman yang sementara ini
belum berbicara"
h. Menyeimbangkan (Balancing)
Jika pembicaraan terjadi dengan beberapa orang, terkadang ada
salah satu yang dominan dalam menyampaikan pendapatnya. Orang
lain yang diam belum berarti setuju, bisa jadi karena takut tidak disukai
atau malas berargumentasi. Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi
seringkali datang dari orang yang mengusulkan topik diskusi. Mungkin
ada sebagian peserta yang mempunyai pendapat lain, tapi belum mau
bicara.
13
Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa
"diam berarti setuju". Teknik menyeimbangkan gunanya untuk
membantu orang yang tidak bicara karena merasa pendapatnya
pasti tidak disetujui banyak orang. Dengan teknik menyeimbangkan,
fasilitator sebenamya menunjukkan bahwa dalam diskusi orang boleh
menyatakan pendapat apapun. Misalnya:
• "Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang.
• Adakah yang lain atau memiliki pendirian berbeda?"
• "Ada yang punya pandangan lain?"
• "Apakah kita semua setuju dengan ini?"
14
• Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan ramah dan
segeralah beralih. Tak seorang pun suka dipermainkan. Setiap orang
berhak untuk memilih kapan ia berpartisipasi.
• Jika si pendiam tampaknya ingin bicara, jika perlu, tahan orang lain
untuk bicara.
15
dapat memperjelas letak persamaan dan pertentangan pendapat yang
terjadi dalam, diskusi. Teknik ini dapat membangkitkan harapan.
Membuat peserta tersadar bahwa meski saling bertentangan, mereka
memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka memiliki
banyak kesamaan. Misal:
• Katakan bahwa kita akan merangkum hal hal yang menjadi
perbedaan dan persamaan di dalam. kelompok diskusi.
• Ringkaskan perbedaan perbedaan.
• Catat aspek aspek dasar yang sama
• Periksa catatan tersebut bersama peserta.
16
3. Dalam memfasilitasi seringkali kita dihadapkan pada resistensi/ penolakan dari
peserta. Cara untuk mengatasi resistensi antara lain……….
a. Pentingnya memiliki sifat empati.
b. Tidak menunjukkan sikap dibuat-buat atau berpura-pura.
c. Hormat terhadap peserta secara sederajat
d. Gunakan humor yang sepantasnya
17
Daftar Pustaka
Aris Slamet Widodo, Hasanah Safriyani, Sutrisno. 2018. Teknik Fasilitasi dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Lembaga Penelitian, Publikasi dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Chang, Richard Y. 1999. Membangun Tim yang Dinamis. Jakarta : PT. Gramedia.
Rianingsih Djohani, Dwi Joko Widyanto, Riza Irfani. 2007. Panduan Untuk
Fasilitator Infomobilisasi Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan
Masyarakat. Jakarta: Tim Partnerships for e-Prosperity for the Poor (Pe-
PP) Bappenas - UNDP
18