Anda di halaman 1dari 32

Putusan Nomor : PUT-114138.16/2013/PP/M.

VA Tahun 2018

Jenis Pajak : PPN

Tahun Pajak : 2013

K
Pokok Sengketa : Koreksi Penyerahan Yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri Sebesar
RP4.209.863.800,-

JA
Koreksi Negatif Penyerahan yang PPN-nya Tidak dipungut Sebesar
(RP4.209.863.800)

PA
Menurut Terbanding:

bahwa menurut data pada SIDJP diketahui Pemohon Banding terdaftar di KPP Penanaman Modal
Asing Satu, sehingga sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-28/PJ/2012

N
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PER15/PJ/2016, maka kewajiban pelaporan atas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas
seluruh tempat kegiatan usaha/cabang dilaksanakan di KPP Penanaman Modal Asing Satu;

LA
bahwa selama proses keberatan Tim Peneliti telah mengirimkan Surat Permintan Dokumen
Pertama Nomor: S-350/WPJ.07/BD.05/2017 tanggal 24 Januari 2017, Permintaan Tambahan
Nomor: S-877/WPJ.07/BD.05/2017 tanggal 23 Februari 2017, dan dokumen yang belum
DI
diserahkan oleh Pemohon Banding terkait koreksi adalah:
- Rekapitulasi Kartu Stok Persediaan, Bukti Pengiriman Barang atau Surat Jalan, bukti tanda
terima barang di Gudang J Batam terkait koreksi;
GA
- Kontrak, persandingan perincian barang (jenis/merek, kuantitas, harga) yang masuk ke
Kawasan Batam dengan barang yang dijual di Kawasan Batam dengan melampirkan
dokumen pendukung transaksi (PO, DO, invoice, Faktur Pajak, Surat Jalan, Rekening Koran,
Bukti pembayaran) atas transaksi penjualan kepada pelanggan di Batam terkait koreksi;
N

- Perincian perhitungan koreksi menurut Wajib Pajak (hardcopy dan softcopy)


- Uji Arus uang dan arus barang yang masuk ke kawasan Batam dengan barang yang dijual di
Kawasan Batam;
PE

bahwa menurut Pemeriksa dalam pembahasan, Pemohon Banding tidak menunjukkan dokumen
yang telah diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak, dan
penyerahan BKP berupa cat marine (kapal asing) yang berlayar di wilayah pabean Indonesia;
T

bahwa data yang dipinjamkan oleh Pemohon Banding yang dipertimbangkan oleh Tim Peneliti
IA

hanya data yang diminta oleh Pemeriksa dan dipinjamkan oleh Pemohon Banding kepada Tim
Pemeriksa pada saat Pemeriksaan sesuai dengan Pasal 26A ayat (4) KUP (permintaan
peminjaman data dan data yang dipinjamkan oleh Pemohon Bandingpada saat Pemeriksaan);
AR

bahwa koreksi DPP Penyerahan yang PPN nya tidak dipungut Masa Agustus 2013 adalah sebesar
Rp.4.209.863.800,- terdiri dari koreksi terkait Pemohon Banding tidak menunjukkan dokumen yang
telah diberikan Endorsement oleh Terbanding sehingga tidak mendapat Fasilitas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
ET

dipungut sebesar Rp.2.755.779.534,-, dan koreksi terkait penyerahan BKP atas cat marine (kapal
asing) yang berlayar di wilayah pabean Indonesia yang terutang PPN sebesar Rp.1.454.084.266,-

bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012 menegaskan:


KR

Pasal 1 angka (3)


Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas yang
selanjutnya disebut sebagai Kawasan Bebas, adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah
SE

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas
dari pengenaan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
Cukai;

Pasal 1 angka 4
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang
udara di atasnya, serta tempat tertentu di zone ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di
dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan
bahwa Terbanding menolak alasan keberatan Pemohon Banding yang menyatakan penyerahan
yang belum mendapatkan endorsement dan penyerahan cat marine adalah penyerahan di dalam
Kawasan Bebas Batam sehingga tidak dipungut PPN, dengan alasan sebagai berikut:

bahwa penyerahan yang dilakukan oleh Pemohon Banding adalah penyerahan BKP dari Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas, dengan bukti sebagai berikut:

K
bahwa sumber dokumen yang digunakan Pemeriksa terkait koreksi adalah Lampiran A2 SPT Masa

JA
PPN Januari s.d. Desember 2013 yang bernomor seri faktur kode 07;

bahwa berdasarkan contoh data berupa Pemberitahuan Pabean Pemasukan Barang Ke Kawasan
Bebas Dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean PPFTZ03 Nomor Pengajuan: 020401-000035-

PA
20090401-000001 tanggal 2 Agustus 2013 serta penjelasan Pemohon Banding diketahui bahwa:
- Pengirim Barang Pemohon Banding(NPWP -);
- Penerima Barang PT JI -Batam (NPWP -);
- Jenis barang adalah 1116 Koli Cat J;

N
- Berdasarkan Bill of Lading tanggal 20 November 2013 perusahaan pengangkut
adalah PT SOL, diangkut dari J Jakarta ke J Cabang Batam;
- Faktur/Invoice dibuat oleh Pemohon Banding, dan di penerima BKP adalah J Cabang Batam,

LA
dengan syarat pembayaran 45 hari;
- Dengan dengan catatan Ditjen Pajak: “Data Tidak Sesuai, Tidak Dapat Di Berikan Fasilitas PPN
Tidak Dipungut” tanggal 2 Agustus 2013 dengan nominal Rp.111.581.908,00;

DI
- Semua pembayaran untuk invoice yang dikeluarkan di Batam di transfer langsung ke rekening
Pemohon Banding (Pusat), hanya ada 1 legal entity (Pemohon Banding);
GA
bahwa Pemohon Banding tidak memberikan dokumen berupa Rekapitulasi Kartu Stok Persediaan,
Bukti Pengiriman Barang atau Surat Jalan kepada pelanggan Batam, bukti tanda terima barang ke
dan dari Gudang J Batam, PO, DO, bukti pembayaran atas transaksi penjualan kepada pelanggan
di Batam kepada Tim Peneliti, sehingga ketiadaan dokumen tersebut tidak dapat membuktikan
bahwa penyerahan BKP Pemohon Banding terjadi dalam Kawasan Bebas Batam;
N

bahwa Terbanding berkesimpulan penyerahan BKP dari Jakarta (Cibitung) ke Cabang Batam
PE

adalah penyerahan dari Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, sehingga bukan penyerahan dalam
Kawasan Bebas sehingga atas penyerahan tersebut dapat diberikan fasilitas PPN Tidak Dipungut
sepanjang Pemohon Banding telah memenuhi persyaratan Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012;
T

bahwa ketiadaan dokumen cat marine berupa RIB, Kontrak, PO, DO, invoice, Faktur Pajak, Surat
Jalan, Rekening Koran, Bukti pembayaran atas transaksi penjualan kepada pembeli serta dokumen
IA

Pemberitahuan Pabean Barang yang akan dikeluarkan dari Kawasan Bebas ke luar Daerah
Pabean, Terbanding berpendapat:
- Tidak terdapat bukti bahwa BKP tersebut telah diserahkan dari J Cabang Batam ke Kapal J
AR

Dubai yang sedang berlabuh di pelabuhan Kawasan Bebas Batam,


- Tidak terdapat bukti adanya penyerahan BKP dari WPLN ke JI ,
- Tidak terdapat bukti adanya impor BKP oleh JI dari WPLN,
- penyerahan cat marine tersebut merupakan penyerahannya terjadi dari daerah pabean ke
ET

Kawasan Bebas Batam;

bahwa sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) PP Nomor 10 Tahun 2012, Pengusaha di Kawasan Bebas
tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak maka J Cabang Batam tidak perlu
KR

dikukuhkan sebagai PKP, sehingga kalaupun tidak ada endorsement, Cabang Batam tetap
dipungut PPN di mana pembebanan akhirnya nanti ada pada konsumen;

bahwa Terbanding berpendapat atas penyerahan BKP Pemohon Banding tidak dapat diberikan
SE

fasilitas PPN Tidak Dipungut karena tidak memenuhi persyaratan Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012, dengan penjelasan sebagai berikut:

bahwa berdasarkan:

Pasal 1 angka 10
Endorsement adalah pernyataan mengetahui dari pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak atas
pemasukan Barang Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas,
berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang terkait dengan pemasukan Barang Kena Pajak
tersebut;

Pasal 11 ayat (6)


Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) harus diberi cap "PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TIDAK DIPUNGUT BERDASARKAN PP NOMOR 10 TAHUN 2012" oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan;

K
Pasal 12 ayat (1)
Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

JA
Mewah tidak dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) diberikan apabila Barang
Kena Pajak Berwujud tersebut benar-benar telah masuk di Kawasan Bebas yang dibuktikan
dengan dokumen yang telah diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal
Pajak;

PA
Pasal 12 ayat (2)
Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah pemberitahuan pabean yang telah didaftarkan pada kantor pabean, yang dilampiri
dengan:

N
a. fotokopi Faktur Pajak Standar (Iembar pembeli),
b. fotokopi Bill of Lading atau Airway Bill, dan

LA
c. fotokopi invoice;

Pasal 12 ayat (6):


Dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus dilampirkan
DI
dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari pelabuhan/bandar
udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat diberikan fasilitas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan alas Barang Mewah tidak
GA
dipungut;

bahwa selama proses keberatan Pemohon Banding tidak memberikan dokumen berupa Faktur
Pajak yang telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Juli 2013 Normal dan Pembetulan,
N

sebagaimana telah diminta oleh Peneliti Keberatan, sehingga tidak diketahui kebenaran
Transaksinya, Nilai, dan Jenis Barang, serta Kualitasnya, Penerimanya, serta Endorsementnya;
PE

bahwa berdasarkan contoh data berupa Pemberitahuan Pabean Pemasukan Barang Ke Kawasan
Bebas Dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Masa Pajak Agustus 2013 PPFTZ-03 Nomor
Pengajuan: 020401-000035-20090401-000001 tanggal 5 Februari 2013, disampaikan penelitian
sebagai berikut:
T

a) dokumen pemberitahuan pabean yang diserahkan oleh Pemohon Banding tidak memenuhi
IA

persyaratan Pasal 12 ayat (2), dengan penjelasan sebagai berikut:


 fotokopi Faktur Pajak Standar (lembar pembeli)
- bahwa Pemohon Banding tidak menyerahkan dokumen Faktur Pajak Standar;
AR

- bahwa berdasarkan original Faktur/ Invoice Nomor: JT20002233 tanggal 18 Oktober 2013
tidak terdapat catatan: lembar pembeli;
- bahwa dokumen faktur/Invoice yang dibuat oleh Pemohon Banding tidak memenuhi Pasal
13 ayat 5 UU PPN dengan penjelasan sebagai berikut:
ET

 Terdapat penggabungan pada judul yakni Faktur/Invoice,


 Nama, alamat, dan NPWP WP yang menyerahkan BKP/JKP:
Nama PKP Pengirim BKP adalah PT JI -,
 Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP/JKP:
KR

Penerima BKP yakni PT JI -,


 Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga
Jenis barang: Jotashield Antifade GY-BS
Harga Jual: tertulis Subtotal Rp1.512.000
SE

Potongan harga: tidak diisi


 PPN yang dipungut: Rp151.200,
 PPn BM yang dipungut: tidak tercantum,
 Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak, dan Kode dan Nomor Seri
FP: tidak tercantum;
 Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak
Nama yang berhak menandatangani Faktur Pajak: Nicholson BS
Tanda tangan: ada;
 fotokopi Bill of Lading atau Airway Bill;
bahwa Pemohon Banding melampirkan asli Biil Off Lading, bukan Fotokopi Bill of Lading;
 fotokopi invoice
- Pemohon Banding tidak membuat invoice,
- Pemohon Banding melampirkan original Faktur sekaligus Invoice Nomor: JT20002233
tanggal 18 Oktober 2013 dalam 1 dokumen (terdapat penggabungan pada judul yakni

K
Faktur/Invoice);

JA
bahwa berdasarkan penelitian dokumen yang dilampirkan dalam rangka Endorsement, Terbanding
berpendapat:

bahwa Pemohon Banding tidak melampirkan fotokopi Faktur Pajak Standar (lembar pembeli),

PA
fotokopi Bill of Lading atau Airway Bill, dan Invoice pada saat menyampaikan Pemberitahuan
Pabean Pemasukan Barang Ke Kawasan Bebas Dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean;

bahwa Pemberitahuan Pabean Pemasukan Barang Ke Kawasan Bebas Dari Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean (PPFTZ-03) telah disampaikan dan di teliti oleh Petugas Pajak Catatan Ditjen

N
Pajak DATA TIDAK SESUAI, TIDAK DAPAT DI BERIKAN FASILITAS PPN TIDAK DIPUNGUT";

bahwa Tim Peneliti berkesimpulan bahwa tidak terdapat jaminan Barang Kena Pajak Berwujud

LA
tersebut benar-benar telah masuk di Kawasan Bebas karena tidak terdapat bukti dokumen yang
telah diberikan Endorsement oleh Terbanding;

DI
bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Terbanding menyimpulkan Pemohon Banding ajak tidak
dapat diberikan fasilitas PPN Tidak Dipungut karena tidak memenuhi persyaratan Pasal 12 ayat (1)
dan ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012;
GA
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Terbanding mengusulkan untuk menolak keberatan
Pemohon Banding dan menambah koreksi negatif Pemeriksa atas DPP Penyerahan yang PPN nya
tidak dipungut Masa Agustus 2013 dari semula sebesar (Rp.3.574.013.800,-), menjadi sebesar
(Rp.4.209.863.800,-), dengan perhitungan sebagai berikut:
N

No Masa Pemohon Banding Pemeriksa Peneliti Koreksi Semula Koreksi Menjadi


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
PE

1 Januari 11.804.506.326 8.604.299.787 4.957.516.454 (3.200.206.539) (6.846.989.872)


2 Februari 8.636.086.969 4.414.697.328 3.868.497.328 (4.221.389.640) (4.767.589.640)
3 Maret 7.136.174.193 5.649.497.759 2.466.297.759 (1.486.676.434) (4.669.876.434)
4 April 9.694.075.385 11.667.751.957 3.992.935.290 1.973.676.572 (5.701.140.095)
T

5 Mei 11.111.769.870 6.176.935.648 2.906.152.315 (4.934.834.222) (3.574.013.800)


6 Juni 13.368.684.203 9.636.407.492 5.394.524.159 (3.732.276.711) (7.974.160.044)
IA

7 Juli 15.579.874.858 8.659.002.653 6.044.852.653 (6.920.872.205) (9.535.022.205)


8 Agustus 8.426.221.755 4.852.207.955 4.216.357.955 (3.574.013.800) (4.209.863.800)
9 September 12.216.342.078 4.795.790.043 4.795.790.043 (7.420.552.035) (7.420.552.035)
AR

10 Oktober 13.256.372.639 6.344.223.318 6.344.223.318 (6.912.149.321) (6.912.149.321)


11 November 11.499.747.056 2.712.324.276 2.712.324.276 (8.787.422.780) (8.787.422.780)
12 Desember 12.237.559.803 2.765.779.339 2.710.312.672 (9.471.780.464) (9.527.247.131)
134.967.415.134 76.278.917.555 50.409.784.222 (58.688.497.579) (84.557.630.912)
ET

bahwa Terbanding mengusulkan menambah koreksi positif DPP PPN Penyerahan yang PPN nya
harus dipungut sendiri Masa Agustus 2013 yang semula sebesar Rp.3.574.013.800 menjadi
sebesar Rp.4.209.863.800,- dengan perhitungan sebagai berikut:
KR

Masa Cfm SPT Cfm Pemeriksa Cfm Tim peneliti Koreksi Semula Koreksi Menjadi
Januari 2013 72.206.870.096 75.407.076.635 79.053.859.968 3.200.206.539 6.846.989.872
Februari 2013 62.645.774.440 66.867.164.080 67.413.364.081 4.221.389.640 4.767.589.641
Maret 2013 69.169.602.965 70.656.279.399 73.839.479.399 1.486.676.434 4.669.876.434
SE

April 2013 80.361.655.198 78.387.978.626 86.062.795.293 (1.973.676.572) 5.701.140.095


Mei 2013 93.962.454.628 98.897.288.850 102.168.072.183 4.934.834.222 3.574.013.800
Juni 2013 85.823.669.665 89.555.946.376 93.797.829.709 3.732.276.711 7.974.160.044
Juli 2013 94.696.911.230 101.617.783.435 104.231.933.435 6.920.872.205 9.535.022.205
Agustus 2013 48.212.599.142 51.786.612.942 52.422.462.942 3.574.013.800 4.209.863.800
September 2013 75.181.929.592 82.602.481.627 82.602.481.627 7.420.552.035 7.420.552.035
Oktober 2013 77.658.088.993 84.570.238.314 84.570.238.314 6.912.149.321 6.912.149.321
November 2013 79.406.006.308 88.193.429.088 88.193.429.088 8.787.422.780 8.787.422.780
Desember 2013 81.183.266.094 90.655.046.558 90.710.513.225 9.471.780.464 9.527.247.131
Jumlah 920.508.828.351 979.197.325.930 1.005.066.459.264 58.688.497.579 84.557.630.913

bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan Penjelasan tertulis tanpa nomor tanggal 12
Februari 2018 yang pada pokoknya menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa sehubungan dengan sidang perkara Banding a.n. Pemohon Banding, dengan ini
Terbanding sampaikan penjelasan untuk dimuat dalam pertimbangan Majelis dalam putusan Hakim

K
Majelis V Pengadilan Pajak dengan uraian sebagai berikut:

JA
bahwa urutan (kronologis) dasar hukum terkait sengketa koreksi atas DPP Penyerahan yang PPN
nya harus dipungut sendiri dan DPP Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut, sebagai berikut:

A. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

PA
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009;

Pasal 1 angka 1
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan

N
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.

LA
Pasal 4 ayat (1):
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
b. ....

Penjelasan Pasal 4 huruf a


DI
GA
Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak,
b. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud,
c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan
d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya;
N

Pasal 16B
PE

(1) Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya, atau dibebaskan dari pengenaan
pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;
b. ....
T

diatur dengan Peraturan Pemerintah;


IA

B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Perlakuan


Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan Dan Pengeluaran Barang
Ke Dan Dari Serta Berada Di Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan
AR

Bebas Dan Pelabuhan Bebas

Menimbang
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 115A ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
ET

Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Pasal 16B
ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
KR

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan
SE

Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di Kawasan yang telah Ditetapkan sebagai
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Pasal 2 ayat (2)


Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas wajib dilakukan di pelabuhan
atau bandar udara yang ditunjuk;
Pasal 17 Ayat (1)
Pemasukan Barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean melalui pelabuhan
atau bandar udara yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), tidak dipungut
PPN;

Pasal 18 Ayat (3)


Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean, sepanjang

K
menyangkut pemberian fasilitas tidak dipungut PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1), pengawasan dan pengadministrasiannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak;

JA
Pasal 18 Ayat (4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemasukan barang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan pengawasan dan pengadministrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur dengan

PA
Peraturan Menteri Keuangan;

C. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 62/PMK.03/2012 Tentang Tata Cara
Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai
Dan/Atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Pengeluaran Dan/Atau Penyerahan

N
Barang Kena Pajak DanlAtau Jasa Kena Pajak Dari Kawasan Bebas Ke Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean Dan Pemasukan Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Dan/Atau Jasa

LA
Kena Pajak Dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan Bebas.

Menimbang:

DI
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (4), Pasal 19 ayat (7), Pasal 20 ayat (2), dan
Pasal 33 ayat (12) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan,
Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta
GA
Berada di Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pengawasan,
Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Pengeluaran dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan
N

Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dari Tempat Lain
Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas;
PE

Pasal 1 Angka 10:


Endorsement adalah pernyataan mengetahui dari pejabat/ pegawai Direktorat Jenderal Pajak atas
pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas,
T

berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang terkait dengan pemasukan Barang Kena Pajak
tersebut;
IA

Pasal 6
(1) Pemasukan Barang Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean atau dari Tempat
AR

Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk,
tidak dipungut Pajak Perfambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah;
(2) Penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Tempat Lain
Daerah Pabean atau dari Tempat Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas, tidak dipungut
ET

Pajak Pertambahan Nilai;


(12) Dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) adalah penyerahan Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;
KR

Pasal 10 Ayat (1)


Pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas melalui
pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
SE

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pasal 10 Ayat (2)


Pemasukan Barang Kena Pajak dan Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus
ke Kawasan Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
Pasal 11:
(1) Atas pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan
ayat (2) wajib dibuatkan Faktur Pajak yang diisi lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 13
ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;
(2) Termasuk dalam pengertian Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah dokumen
tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam

K
Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;
(3) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat paling lambat pada saat pengiriman

JA
Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas;
(6) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) harus diberi cap "PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TIDAK DIPUNGUT BERDASARKAN PP NOMOR 10 TAHUN 2012"
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan;

PA
Pasal 12 ayat (1):
Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah tidak dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) diberikan
sepanjang Barang Kena Pajak Berwujud tersebut benar-benar telah masuk di Kawasan Bebas

N
yang dibuktikan dengan dokumen yang telah diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai
Direktorat Jenderal Pajak;

LA
Pasal 12 ayat (2):
Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan pada kantor pabean, yang dilampiri
dengan:
a) fotokopi Faktur Pajak (lembar pembeli);
DI
b) fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order; dan
GA
c) fotokopi invoice;

Pasal 12 ayat (3):


Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat
(9) untuk pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a
N

dan huruf b adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan pada Kantor Pabean, yang
dilampiri dengan:
PE

a) PPBTT yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat pengusaha di tem pat
lain dalam Daerah Pabean terdaftar beserta lampirannya; dan
b) fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order;
T

Pasal 12 ayat (4):


Penyampaian lampiran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai dengan
IA

menunjukkan dokumen aslinya;

Pasal 12 ayat (5):


AR

Dalam hal pengurusan Pemberitahuan Pabean dilakukan oleh pengusaha pengurusan jasa
kepabeanan, dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dilampiri dengan surat kuasa dari pengusaha yang melakukan
pemasukan Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas;
ET

Pasal 12 ayat (6):


Dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus dilampirkan
dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari pelabuhan/bandar
udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat diberikan fasilitas Pajak
KR

Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
dipungut;

Pasal 12 ayat (7):


SE

Dalam hal Pemberitahuan untuk pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf a dan huruf b tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus
dilampirkan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari pelabuhan/bandar udara yang ditunjuk dan atas
pemasukan Barang Kena Pajak tersebut tidak termasuk transaksi tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dan huruf b;

Pasal 12 ayat (8):


Tata cara Endorsement oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;

Pasal 12 ayat (9):


Penugasan pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka melakukan Endorsement
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Kantor Pabean ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;

K
bahwa dalam persidangan Terbanding menyampaikan Penjelasan tertulis tanpa nomor tanggal 16

JA
April 2018 yang pada pokoknya menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa sehubungan dengan sidang perkara banding a.n. Pemohon Banding, dengan ini Terbanding
sampaikan penjelasan untuk dimuat dalam pertimbangan Majelis dalam putusan Hakim Majelis V

PA
Pengadilan Pajak sebagai uraian yang merupakan satu kesatuan dengan Surat Uraian Banding,
dengan uraian sebagai berikut:

Dasar Hukum:

N
A. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

LA
Nomor 42 Tahun 2009;

Pasal 1 angka 1
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan
DI
ruang udara di atas nya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Iandas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan;
GA
Pasal 4 ayat (1):
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
b. .....;
N

Penjelasan Pasal 4 huruf a


PE

Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak,
b. barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud,
c. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean, dan
T

d. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya;


IA

Pasal 16B
(1) Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya, atau dibebaskan dari pengenaan
pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:
AR

a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;


b. ...
diatur dengan Peraturan Pemerintah;

B. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Perlakuan


ET

Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan Dan Pengeluaran
Barang Ke Dan dari Serta Berada Di Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan
Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas
KR

Menimbang
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 115A ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17
SE

Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan dan Pasal 16B ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perlakuan Kepabeanan,
Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan
dari serta Berada di Kawasan yang telah Ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas;

Pasal 2 ayat (2)


Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas wajib dilakukan di
pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk;

Pasal 17 Ayat (1)

K
Pemasukan Barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean melalui
pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),

JA
tidak dipungut PPN;

Pasal 18 Ayat (3)


Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean, sepanjang

PA
menyangkut pemberian fasilitas tidak dipungut PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1), pengawasan dan pengadministrasiannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak;

Pasal 18 Ayat (4)


Ketentuan Iebih lanjut mengenai tata cara pemasukan barang sebagaimana dimaksud pada

N
ayat (1) dan pengawasan dan pengadministrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;

LA
C. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 62/PMK.03/2012 Tentang Tata Cara
Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai
Dan/Atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Pengeluaran Dan/Atau Penyerahan
DI
Barang Kena Pajak Dan/Atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan Bebas Ke Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean Dan Pemasukan Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Dan/Atau Jasa
Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan Bebas.
GA
Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (4), Pasal 19 ayat (7), Pasal 20 ayat (2),
dan Pasal 33 ayat (12) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan
Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang
N

ke dan dari serta Berada di Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata
PE

Cara Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan


Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Pengeluaran dan/atau Penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean dan Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
T

Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas;
IA

Pasal 1 Angka 10
Endorsement adalah pernyataan mengetahui dari pejabat/ pegawai Direktorat Jenderal Pajak
atas pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan
AR

Bebas, berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang terkait dengan pemasukan Barang
Kena Pajak tersebut;

Pasal 6
(1) Pemasukan Barang Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean atau dari Tempat
ET

Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara yang
ditunjuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah;
(2) Penyerahan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Tempat
KR

Lain Daerah Pabean atau dari Tempat Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas, tidak
dipungut Pajak Pertambahan Nilai;
(12)Dikecualikan den pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dari ayat (2) adalah penyerahan Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan peraturan
SE

perundang-undangan perpajakan dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

Pasal 10 Ayat (1)


Pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas
melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
Pasal 10 Ayat (2)
Pemasukan Barang Kena Pajak dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi
Khusus ke Kawasan Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak dipungut
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah;

Pasal 11:

K
(1) Atas pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan
ayat (2) wajib dibuatkan Faktur Pajak yang diisi lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal

JA
13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
(2) Termasuk dalam pengertian Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

PA
(3) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat paling lambat pada saat
pengiriman Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas.
(6) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) harus diberi cap "PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TIDAK DIPUNGUT BERDASARKAN PP NOMOR 10 TAHUN
2012" oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan;

N
Pasal 12 ayat (1):

LA
Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah tidak dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2)
diberikan sepanjang Barang Kena Pajak Berwujud tersebut benar-benar telah masuk di
Kawasan Bebas yang dibuktikan dengan dokumen yang telah diberikan Endorsement oleh
pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak;

Pasal 12 ayat (2):


DI
GA
Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan pada kantor pabean, yang
dilampiri dengan:
a) fotokopi Faktur Pajak (lembar pembeli);
b) fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order; dan
N

c) fotokopi invoice;
PE

Pasal 12 ayat (3):


Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf a dan huruf b adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan pada Kantor
T

Pabean, yang dilampiri dengan:


a) PPBTT yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat pengusaha di tempat
IA

lain dalam Daerah Pabean terdaftar beserta lampirannya; dan


b) fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order;
AR

Pasal 12 ayat (4):


Penyampaian lampiran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai dengan
menunjukkan dokumen aslinya;

Pasal 12 ayat (5):


ET

Dalam hal pengurusan Pemberitahuan Pabean dilakukan oleh pengusaha pengurusan jasa
kepabeanan, dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dilampiri dengan surat kuasa dari pengusaha yang melakukan
pemasukan Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas;
KR

Pasal 12 ayat (6):


Dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus
dilampirkan dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari
SE

pelabuhan/bandar udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat
diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah tidak dipungut;

Pasal 12 ayat (7):


Dalam hal Pemberitahuan untuk pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dan huruf b tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus
dilampirkan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari pelabuhan/bandar udara yang ditunjuk dan
atas pemasukan Barang Kena Pajak tersebut tidak termasuk transaksi tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dan huruf b;

Pasal 12 ayat (8):

K
Tata cara Endorsement oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri

JA
ini, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;

Pasal 12 ayat (9)


Penugasan pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka melakukan Endorsement

PA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Kantor Pabean ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;

Penjelasan Terbanding

N
A. Koreksi pada proses Pemeriksa

LA
bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak Nomor: Lap-817/WPJ.07/KP.0205/2015 tanggal
29 Desember 2015, Pemeriksa melakukan koreksi atas DPP PPN Penyerahan atas Penyerahan
yang PPN nya tidak dipungut Masa Pajak Januari s.d. Desember 2013 sebesar
Rp58.688.497.579,-, dengan rincian per masa pajak sebagai berikut:

No Masa Nilai PPN yang


tidak diendorse
Nilai PPN marine
protective
DI
Jumlah Jumlah DPP PPN PPN tidak dipungut
aas barang dari yang tidak memperoleh
GA
luar pabean fasilitas
1 Januari 4.340.115.205 2.506.874.667 6.846.989.872 3.646.783.333 3.200.206.539
2 Pebruari 3.232.854.747 1.534.734.893 4.767.589.640 546.200.000 4.221.389.640
3 Maret 3.461.854.888 1.208.021.546 4.669.876.434 3.183.200.000 1.486.676.434
4 April 3.657.848.885 2.043.291.210 5.701.140.095 7.674.816.667 (1.973.676.572)
N

5 Mei 5.250.685.185 2.954.932.370 8.205.617.555 3.270.783.333 4.934.834.222


6 Juni 4.260.935.820 3.713.224.224 7.974.160.044 4.241.883.333 3.732.276.711
PE

7 Juli 5.084.784.280 4.450.237.925 9.535.022.205 2.614.150.000 6.920.872.205


8 Agustus 2.755.779.534 1.454.084.266 4.209.863.800 635.850.000 3.574.013.800
9 September 4.646.288.453 2.774.263.582 7.420.552.035 7.420.552.035
10 Oktober 4.269.860.942 2.642.288.379 6.912.149.321 6.912.149.321
T

11 Nopember 6.324.944.770 2.462.478.010 8.787.422.780 - 8.787.422.780


12 Desember 5.378.979.273 4.148.267.858 9.527.247.131 55.466.667 9.471.780.464
IA

52.664.931.982 31.892.698.930 84.557.630.912 25.869.133.333 58.688.497.579


AR

bahwa sedangkan total koreksi negatif atas DPP Penyerahan yang PPN-nya Tidak Dipungut
dengan total sebesar (Rp58.688.497.579,-) dengan rincian per masa pajak sebagai berikut:

No Masa Menurut Pemohon Menurut Terbanding Koreksi (Rp)


Banding (Rp) (Rp)
ET

1 Januari 11.804.506.326 8.604.299.787 (3.200.206.539)


2 Pebruari 8.636.086.969 4.414.697.328 (4.221.389.641)
3 Maret 7.136.174.193 5.649.497.759 (1.486.676.434)
KR

4 April 9.694.075.385 11.667.751.957 1.973.676.572


5 Mei 1 1.1 11.769.870 6.176.935.648 (4.934.834.222)
6 Juni 13.368.684.203 9.636.407.492 (3.732.276.711)
7 Juli 15.579.874.858 8.659.002.653 (6.920.872.205)
SE

8 Agustus 8.426.221.755 4.852.207.955 (3.574.013.800)


9 September 12.216.342.078 4.795.790.043 (7.420.552.035)
10 Oktober 13.256.372.639 6.344.223.318 (6.912.149.321)
11 Nopember 11.499.747.056 2.71 2.324.276 (8.787.422.780)
12 Desember 12.237.559.803 2.765.779.339 (9.471.780.464)
134.967.415.134 76.278.917.555 (58.688.497.579)
Pendapat Terbanding dalam Pembahasan Akhir:

bahwa Terbanding tetap menghitung koreksi berdasarkan SPHP karena telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Atas penyerahan di Kawasan Batam, sepanjang tidak diperoleh dokumen
endorsemet maka penyerahan BKP tersebut tidak mendapatkan fasilitas sehingga terutang PPN
sebesar 10%. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 12 ayat 6 PMK 62/PMK.03/2012:
"Dalam hal Pemberitahuan pabean tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus

K
dilampirkan dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari
pelabuhan/Bandar udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat

JA
diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak penjualan atas
Barang Mewah tidak dipungut";

bahwa terkait dengan penyerahan cat marine kepada perusahaan pelayaran international,

PA
Terbanding berpendapat bahwa penyerahan tersebut tetap terutang PPN sebesar 10%, hal
tersebut sesuai dengan penjelasan Pasal 4 UU PPN sebagaimana di bawah ini:
b. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP
c. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud
d. Penyerahan dilakukan di daerah pabean

N
e. Penyerahan dalam rangka kegiatan usaha

LA
bahwa syarat-syarat tersebut telah memenuhi ketentuan bahwa seluruh penyerahan BKP cat
marine terutang PPN 10%, sehingga Terbanding tetap menghitung PPN terutang sesuai koreksi
SPHP;

B. Koreksi pada proses Keberatan


DI
bahwa hasil Penelitian Terbanding adalah sebagai berikut:
GA
bahwa menurut data pada SI DJP diketahui Pemohon Banding terdaftar di KPP Penanaman Modal
Asing Satu, sehingga sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-28/PJ/2012
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PER-15/PJ/2016, maka kewajiban pelaporan atas
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
N

atas seluruh tempat kegiatan usaha/cabang dilaksanakan di KPP Penanaman Modal Asing Satu;
PE

bahwa selama proses keberatan Terbanding telah mengirimkan surat permintaan dokumen
pertama, surat permintaan dokumen kedua Nomor: S-872/WPJ.07/BD.05/2017 tanggal 23 Februari
2017, permintaan tambahan Nomor: S-877/WPJ.07/BD.05/2017 tanggal 23 Februari 2017, dan
dokumen yang belum diserahkan oleh Pemohon Banding terkait koreksi adalah:
T

• Rekapitulasi Kartu Stok Persediaan, Bukti Pengiriman Barang atau Surat Jalan, bukti tanda
terima barang di Gudang J Batam terkait koreksi;
IA

• Kontrak, persandingan perincian barang (jenis/merek, kuantitas, harga) yang masuk ke


kawasan Batam dengan barang yang dijual di Kawasan Batam dengan melampirkan dokumen
pendukung transaksi (PO, DO, invoice, Faktur Pajak, Surat Jalan, Rekening Koran, Bukti
AR

pembayaran) atas transaksi penjualan kepada pelanggan di Batam terkait koreksi;


• Perincian perhitungan koreksi menurut Pemohon Banding (hardcopy dan softcopy);
• Uji Arus uang dan arus barang yang masuk ke kawasan Batam dengan barang yang dijual di
Kawasan Batam;
ET

bahwa menurut Terbanding dalam pembahasan, Pemohon Banding tidak menunjukkan dokumen
yang telah diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak, dan
penyerahan BKP berupa cat marine (kapal asing) yang berlayar di wilayah pabean Indonesia;
KR

bahwa data yang dipinjamkan oleh Pemohon Banding yang dipertimbangkan oleh Terbanding
hanya data yang diminta oleh Terbanding dan dipinjamkan oleh Pemohon Banding kepada
Terbanding pada saat Pemeriksaan sesuai dengan Pasal 26A ayat (4) KUP (permintaan
peminjaman data dan data yang dipinjamkan oleh Pemohon Banding pada saat Pemeriksaan);
SE

bahwa koreksi DPP Penyerahan yang PPN nya tidak dipungut terdiri dari koreksi terkait Pemohon
Banding tidak menuniukkan dokumen yang telah diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai
Direktorat Jenderal Pajak sehingga tidak mendapat Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut dan koreksi terkait
penyerahan BKP atas cat marine (kapal asing) yang berlayar di wilayah pabean Indonesia yang
terutang PPN kemudian dikurangi dengan jumlah DPP PPN atas barang dari luar pabean;

bahwa bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012 menegaskan:


Pasal 1 angka (3):
Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas yang
selanjutnya disebut sebagai Kawasan Bebas, adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas
dari pengenaan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
cukai;

K
Pasal 1 angka (4):

JA
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang
udara di atasnya, serta tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang di
dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan;

PA
bahwa Terbanding menolak alasan keberatan Pemohon Banding yang menyatakan penyerahan
yang belum mendapatkan endorsement dan penyerahan cat marine adalah penyerahan di dalam
kawasan bebas Batam sehingga tidak dipungut PPN, dengan alasan sebagai berikut:

a. bahwa penyerahan yang dilakukan oleh Pemohon Banding adalah penyerahan BKP dari

N
Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, dengan bukti sebagai berikut:
 bahwa sumber dokumen yang digunakan Terbanding terkait koreksi adalah Lampiran A2 SPT

LA
Masa PPN Januari s.d. Desember 2013 yang bernomor seri faktur kode 07;
 bahwa Pemohon Banding tidak memberikan dokumen berupa Rekapitulasi Kartu Stok
Persediaan, Bukti Pengiriman Barang atau Surat Jalan kepada pelanggan Batam, bukti tanda
terima barang ke dan dari Gudang J Batam, PO, DO, bukti pembayaran atas transaksi
DI
penjualan kepada pelanggan di Batam kepada Terbanding, sehingga ketiadaan dokumen
tersebut tidak dapat membuktikan bahwa penyerahan BKP Pemohon Banding terjadi dalam
Kawasan Bebas Batam;
GA
 bahwa Terbanding berkesimpulan penyerahan BKP dari Jakarta (Cibitung) ke Cabang Batam
adalah penyerahan dari Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, sehingga bukan penyerahan
dalam Kawasan Bebas sehingga atas penyerahan tersebut dapat diberikan fasilitas PPN
Tidak Dipungut sepanjang Pemohon Banding telah memenuhi persyaratan Pasal 12 ayat (1)
N

dan ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.03/2012;


 bahwa ketiadaan dokumen cat marine berupa PIB, Kontrak, PO, DO, invoice, Faktur Pajak,
Surat Jalan, Rekening Koran, Bukti pembayaran atas transaksi penjualan kepada pembeli
PE

serta dokumen Pemberitahuan Pabean Barang yang akan dikeluarkan dari Kawasan Bebas
ke luar Daerah Pabean, Terbanding berpendapat:
- Tidak terdapat bukti bahwa BKP tersebut telah diserahkan dari J Cabang Batam ke Kapal
J Dubai yang sedang berlabuh di pelabuhan Kawasan Bebas Batam;
T

- Tidak terdapat bukti adanya penyerahan BKP dari WPLN ke JI ;


- Tidak terdapat bukti adanya impor BKP oleh Pemohon Banding dari WPLN;
IA

- Penyerahan cat marine tersebut merupakan penyerahannya terjadi dari daerah pabean ke
kawasan bebas Batam;
 bahwa sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) PP Nomor 10 tahun 2012, Pengusaha di Kawasan
AR

Bebas tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak maka J Cabang Batam tidak
perlu dikukuhkan sebagai PKP, sehingga kalaupun tidak ada endorsement, Cabang Batam
tetap dipungut PPN dimana pembebanan akhirnya nanti ada pada konsumen;

b. bahwa Terbanding berpendapat atas penyerahan BKP Pemohon Banding tidak dapat diberikan
ET

fasilitas PPN Tidak Dipungut karena tidak memenuhi persyaratan Pasal 12 ayat (1) dari ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012, dengan penjelasan sebagai berikut:
KR

1. bahwa berdasarkan:

Pasal 1 angka 10:


SE

Endorsement adalah pernyataan mengetahui dari pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak


atas pemasukan Barang Kena Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke Kawasan
Bebas, berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang terkait dengan pemasukan Barang
Kena Pajak tersebut;

Pasal 11 ayat (6):


Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) harus diberi cap "PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TIDAK DIPUNGUT BERDASARKAN PP NOMOR 10 TAHUN 2012"
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan;

Pasal 12 ayat (1):


Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah tidak dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) diberikan
apabila Barang Kena Pajak Berwujud tersebut benar-benar telah masuk di Kawasan Bebas
yang dibuktikan dengan dokumen yang telah diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai

K
Direktorat Jenderal Pajak;

JA
Pasal 12 ayat (2)
Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah pemberitahuan pabean yang telah didaftarkan pada kantor pabean, yang
dilampiri dengan:

PA
a. fotokopi Faktur Pajak Standar (lembar pembeli);
b. fotokopi Bill of Lading atau Airway Bill; dan
c. fotokopi invoice;

Pasal 12 ayat (6):

N
Dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus
dilampirkan dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari

LA
pelabuhan/bandar udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat
diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut;

DI
2. bahwa selama proses keberatan Pemohon Banding tidak memberikan dokumen berupa
Faktur Pajak yang telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Desember 2013
Normal dan Pembetulan, sebagaimana telah diminta oleh Peneliti Keberatan, sehingga tidak
GA
diketahui kebenaran Transaksinya, Nilai dan Jenis Barang, serta Kualitasnya, Penerimanya,
serta Endorsementnya;

3. bahwa berdasarkan penelitian dokumen yang dilampirkan dalam rangka Endorsement,


Terbanding berpendapat:
N

• Terbanding berkesimpulan bahwa tidak terdapat jaminan Barang Kena Pajak Berwujud
tersebut benar-benar telah masuk di Kawasan Bebas karena tidak terdapat bukti dokumen
PE

yang telah diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak;


• bahwa berdasarkan hal terserbut di atas, Terbanding menyimpulkan Pemohon Banding
tidak dapat diberikan fasilitas PPN Tidak Dipungut karena tidak memenuhi persyaratan
Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012;
T

4. bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Terbanding mengusulkan untuk menolak


IA

keberatan Pemohon Banding, dan menambah koreksi negatif Terbanding atas DPP
Penyerahan yang PPN nya tidak dipungut menjadi hitungan sebagai berikut:
AR

No Masa Pemohon Banding Pemeriksa (Rp) Tim peneliti (Rp) Koreksi semula Koreksi menjadi
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Januari 11.804.506.326 8.604.299.787 4.957.516.454 -3.200.206.539 (6.846.989.872)
2 Februari 8.636.086.969 4.414.697.328 3.868.497.328 -4.221.389.640 (4.767.589.640)
3 Maret 7.136.174.193 5.649.497.759 2.466.297.759 -1.486.676.434 (4.669.876.434)
ET

4 April 9.694.075.385 11.667.751.957 3.992.935.290 1.973.676.572 (5.701.140.095)


5 Mei 11.111.769.870 6.176.935.648 2.906.152.315 -4.934.834.222 (8205.617.555)
6 Juni 13.368.684.203 9.636.407.492 5.394.524.159 -3.732.276.711 (7.974.160.044)
7 Juli 15.579.874.858 8.659.002.653 6.044.852.653 -6.920.872.205 (9.535.022.205)
KR

8 Agustus 8.426.221.755 4.852.207.955 4.216.357.955 -3.574.013.800 (4.209.863.800)


9 September 12.216.342.078 4,795.790.043 4.795.790.043 -7.420.552.035 (7.420.552.035)
10 Oktober 13.256.372.639 6.344.223.318 6.344.223.318 -6.912.149.321 (6.912.149.321)
SE

11 November 11.499.747.056 2.712.324.276 2.712.324.276 -8.787.422.780 (8.787.422.780)


12 Desember 12.237.559.803 2.765.779.339 2.710.312.672 -9.471.780.464 (9.527.247.131)
134.967.415.134 76.278.917.555 50.409.784.222 (58.688.497.579) (84.557.630.912)

5. bahwa Terbanding mengusulkan menambah koreksi positif DPP PPN Penyerahan yang PPN
nya harus dipungut sendiri menjadi sebagai berikut:

Masa Cfm Pemohon Cfm Pemeriksa Cfm Tim Peneliti Koreksi Semula Koreksi Menjadi
Banding
Januari 2013 72.206.870.096 75.407.076.635 79.053.859.968 3.200.206.539 6.846.989.872
Februari 2013 62.645.774.440 66.867.164.080 67.413.364.081 4.221.389.640 4.767.589.641
Maret 2013 69.169.602.965 70.656.279.399 73.839.479.399 1.486.676.434 4.669.876.434
April 2013 80.361.655.198 78.387.978.626 86.062.795.293 (1.973.676.572) 5.701.140.095
Mei 2013 93.962.454.628 98.897.288.850 102.168.072.183 4.934.834.222 8.205.617.555
Juni 2013 85.823.669.665 89.555.946.376 93.797.829.709 3.732. 276.711 7.974.160.044

K
Juli 2013 94.696.911.230 101.617.783.435 104.231.933.435 6.920.872.205 9.535.022.205
Agustus 2013 48.212.599.142 51.786.612.942 52.422.462.942 3.574.013.800 4.209.863.800

JA
September 2013 75.181.929.592 82.602.481.627 82.602.481.627 7.420.552.035 7.420.552.035
Oktober 2013 77.658,088.993 84.570.238.314 84.570.238.314 6.912.149.321 6.912.149.321
November 2013 79.406.006.308 88.193.429.088 88.193.429.088 8.787.422.780 8.787.422.780

PA
Desember 2013 81.183.266.094 90.655.046.558 90.710.513.225 9.471.780.464 9.527.247.131
Jumlah 920.508.828.351 979.197.325.930 1.005.066.459.264 58.688.497.579 84.557.630.913

6. bahwa berdasarkan penelitian atas LPP Terbanding, Laporan Penelitian Keberatan dan surat
uraian banding, dokumen yang disampaikan Pemohon Banding pada proses persidangan,

N
diketahui bahwa koreksi positif DPP PPN Penyerahan yang PPN nya harus dipungut sendiri
yang diajukan banding Masa Pajak Januari s.d. Desember 2013 adalah sebagai berikut:

LA
Masa Pemohon Banding Pemeriksa Keberatan Koreksi Semula Koreksi Menjadi Koreksi yang
(pemeriksa) (keberatan) diajukan
banding
Januari 72.206.870.096 75.407.076.635 79.053.859.968 3.200.206.539 6.846.989.872 6.846.989.872
Februari
Maret
April
62.645.774.440
69.169.602.965
80.361.655.198
66.867.164.080
70.656.279.399
78.387.978.626
DI
67.413.364.081
73.839.479.399
86.062.795.293
4.221.389.640
1.486.676.434
(1.973.676.572)
4.767.589.641
4.669.876.434
5.701.140.095
4.767.589.640
4.669.876.434
5.701.140.095
GA
Mei 93.962.454.628 98.897.288.850 102.168.072.183 4.934.834.222 8.205.617.555 8.205.617.555
Juni 85.823.669.665 89.555.946.376 93.797.829.709 3.732. 276.711 7.974.160.044 7.974.160.044
Juli 94.696.911.230 101.617.783.435 104.231.933.435 6.920.872.205 9.535.022.205 9.535.022.205
Agustus 48.212.599.142 51.786.612.942 52.422.462.942 3.574.013.800 4.209.863.800 4.209.863.800
N

September 75.181.929.592 82.602.481.627 82.602.481.627 7.420.552.035 7.420.552.035 7.420.552.035


Oktober 77.658,088.993 84.570.238.314 84.570.238.314 6.912.149.321 6.912.149.321 6.912.149.321
PE

November 79.406.006.308 88.193.429.088 88.193.429.088 8.787.422.780 8.787.422.780 8.787.422.780


Desember 81.183.266.094 90.655.046.558 90.710.513.225 9.471.780.464 9.527.247.131 9.527.247.131
Jumlah 920.508.828.351 979.197.325.930 1.005.066.459.264 58.688.497.579 84.557.630.913 84.557.630.912
T

7. bahwa rincian koreksi positif DPP PPN Penyerahan yang PPN nya harus dipungut sendiri
yang diajukan banding Masa Pajak Januari s.d. Desember 2013 terdiri atas penyerahan cat
IA

marine dan penyerahan yang tidak dilakukan endorsement (dengan rincian terlampir) adalah
sebagai berikut:
Masa Cat Marine Endorsemen Jumlah/per
AR

masa
Januari 2.506.874.667 4.340.115.205 6.846.989.872
Februari 1.534.734.893 3.232.854.747 4.767.589.640
Maret 1.208.021.546 3.461.854.888 4.669.876.434
ET

April 2.043.291.210 3.657.848.885 5.701.140.095


Mei 2.954.932.370 5.250.685.185 8.205.617.555
Juni 3.713.224.224 4.260.935.820 7.974.160.044
Juli 4.450.237.925 5.084.784.280 9.535.022.205
KR

Agustus 1.454.084.266 2.755.779.534 4.209.863.800


September 2.774.263.582 4.646.288.453 7.420.552.035
Oktober 2.642.288.379 4.269.860.942 6.912.149.321
November 2.462.478.010 6.324.944.770 8.787.422.780
SE

Desember 4.148.267.858 5.378.979.273 9.527.247.131


JumIah 31.892.698.930 52.664.931.982 84.557.630.912

bahwa demikian disampaikan untuk menjadi bahan pertimbangan Majelis Hakim Yang Mulia dalam
memutus sengketa ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Menurut Pemohon Banding:


bahwa yang menjadi pokok sengketa yang dikelompokkan oleh Terbanding Nilai PPN yang tidak
di-endorese dan Nilai PPN marine merupakan data yang diambil dari Lampiran A2 kode “07”
dengan alamat penyerahan di Batam, jadi semuanya adalah penyerahan yang dilakukan di Batam
yang merupakan Kawasan Bebas, di mana Pemohon Banding menurut Pemeriksa tidak dapat
menunjukkan endorsement oleh Pejabat dari Direktorat Jenderal Pajak;

K
bahwa kebutuhan cat yang tersedia di Gudang Batam, dipasok dari Pabrik Pemohon Banding di
Bekasi dan impor dari J (Singapore) PTE LTD melalui mekanisme yang telah ditetapkan peraturan

JA
perundangan yang berlaku di Indonesia;

bahwa untuk pengiriman dari Bekasi ke Batam, Pemohon Banding menggunakan mekanisme

PA
kepabeanan yang diatur dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2012 yang
ketentuannya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012 dengan
menggunakan dokumen PPFTZ-03, dengan skema sebagai berikut:

Sumber: http://bcbatam.beacukai.go.id/prosedur/ppftz-03/

N
bahwa Pemohon Banding dalam proses endorse mendapakan pernyataan DATA TIDAK SESUAI,

LA
TIDAK DAPAT DIBERIKAN “FASILITAS PPN TIDAK DIPUNGUT”, karena kekeliruan Pemohon
Banding dengan tidak membuatkan Faktur Pajak saat pengiriman barang ke Cabang Batam karena
menganggap sebagai penyerahan antar cabang, selama bulan Februari 2013, berikut adalah data
pengiriman barang dari Bekasi ke Batam yang tertuang dalam Rekap dokumen PPFTZ-03 sebagai
berikut: DI
GA

bahwa namun Barang yang dikirim tersebut dalam proses pengeluaran barang oleh Petugas dari
N

Direktorat Bea dan Cukai telah sesuai dan mendapatkan SPPB/Pengeluaran Barang dan diterima
oleh Gudang PT JI di Batam;
PE

bahwa impor barang dari J (Singapore) PTE LTD menggunakan mekasnisme PIB seperti yang
disebutkan dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintan Nomor 10 tahun 2012, yang berbunyi:
“Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar daerah pabean diberikan pembebasan bea
T

masuk, pembebasan PPN, tidak dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 UU PPh, dan/atau
pembebasan cukai”. Adapun keterangan dalam PIB sebagai berikut:
IA

Pemasok : J (Singapore) PTE LTD, 37 Tuas View Crescent Singapore 6372


Importir : PT. JI , NPWP: -
bahwa pemenuhan kebutuhan cat J untuk customer di wilayah Batam,
AR

dipenuhi secara langsung oleh Gudang Batam;

bahwa adapun skema transaksi barang yang terjadi di Batam adalah seperti berikut:
bahwa sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-28/PJ/2012 sebagaimana
diubah terakhir dengan PER-15/PJ/2016, maka kewajiban pelaporan atas Pajak Pertambahan Nilai
ET

atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Pemohon Banding atas
seluruh tempat kegiatan usaha/cabang dilaksanakan di KPP Penanaman Modal Asing Satu;

bahwa Pemohon Banding mengakui ada kesalahan dalam administrasi pelaporan Pajak
KR

Pertambahan Nilai dengan membuatkan Faktur Pajak dan melaporkan penjualan di dalam
Kawasan Bebas ke dalam SPT Pajak Pertambahan Nilai, di mana pada saat pemeriksaan
dianggap kesalahan administrasi Faktur dan dan Pemeriksa telah mengeluarkan Surat Tagihan
PajakNomor: 90001/107/13/052/15 Masa Januari s.d. Desember 2013 tanggal 30 Desember 2015,
SE

dan telah melakukan pembayaran pada tanggal 29 Mei 2017;

bahwa Pemohon Banding tidak sependapat dengan pendapat Terbanding karena:


- Untuk bahasan yang jadi pokok masalah yaitu penyerahan yang terdapat dalam Lampiran A2
SPT Masa PPN Januari s.d. Desember 2013 yang bernomor seri kode 07, untuk penyerahan
pada customer yang beralamat di Kawasan Batam, yang dilakukan oleh PT JI – Batam kepada
customer di Batam;
bahwa dalam Pasal 4 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2012, yang mengatur
mengenai Kawasan Bebas, disebutkan “Penyerahan barang di dalam Kawasan Bebas dibebaskan
dari pengenaan PPN”;

bahwa berdasarkan paparan di atas Pemohon Banding mengajukan Banding atas Keputusan
Terbanding dan tidak setuju atas koreksi Terbanding atas karena penyerahan atas barang-barang
tersebut terjadi di Kawasan Batam yang merupakan Kawasan Bebas;

K
JA
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan Kronologis Dasar Hukum Sengketa
Banding 2013 yang pada pokoknya menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa sehubungan dengan sidang perkara banding atas permohonan banding Pemohon Banding

PA
terhadap keputusan Terbanding atas sengketa koreksi atas DPP penyerahan yang PPN-nya harus
dipungut sendiri dan DPP Penyerahan yang tidak dipungut;

bahwa berikut Pemohon Banding sampaikan kronologis Dasar Hukum terkait hal tersebut di atas:

N
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

LA
Nomor 42 Tahun 2009.

Pasal 1 butir 1
DI
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan
GA
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan;

Pasal 1A ayat (1) huruf f


Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah Penyerahan Barang
N

dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;
PE

Pasal 1A ayat (2) huruf c


Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah Penyerahan
Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal Pengusaha Kena
Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
T

Pasal 4 ayat (1) huruf a


IA

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:


penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
AR

Pasal 16B ayat (1) huruf a


Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak,
baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;
....
ET

diatur dengan Peraturan Pemerintah;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Perlakuan


Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan Dan Pengeluaran Barang
KR

Ke Dan Dari Serta Berada Di Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas Dan Pelabuhan Bebas

Menimbang:
SE

a. bahwa untuk mendukung kelancaran dan terwujudnya efisiensi dalam tata Iaksana
pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari serta berada di kawasan yang telah
ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, serta untuk
mengoptimalkan pemberian fasilitas fiskal di Kawasan Bebas, perlu mengatur kembali
mengenai perlakuan kepabeanan, perpajakan, dan cukai serta pengawasan atas pemasukan
dan pengeluaran barang ke dan dari serta berada di kawasan yang telah ditunjuk sebagai
kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas yang telah diatur di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai
serta Pengawasan atas Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di
Kawasan yang telah Ditunjuk sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 115A ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
dan Pasal 16B ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana

K
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan

JA
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata
Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di Kawasan yang
telah Ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas;

PA
Pasal 1 butir 5
Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, yang
selanjutnya disebut Kawasan Bebas, adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas dari

N
pengenaan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
cukai;

LA
Pasal 1 butir 10
Badan Pengusahaan Kawasan adalah Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas;

Pasal 1 butir 13
DI
Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh Orang dalam rangka
GA
melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-
Undang Kepabeanan;

Pasal 2 ayat (1)


Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas berada di bawah
N

pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;


PE

Pasal 2 ayat (2)


Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas wajib dilakukan di pelabuhan
atau bandar udara yang ditunjuk;
T

Pasal 3 ayat (1)


Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas hanya dapat dilakukan oleh
IA

pengusaha yang telah mendapat izin usaha dari Badan Pengusahaan Kawasan;

Pasal 3 ayat (2)


AR

Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat memasukkan barang ke
Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean yang berhubungan dengan kegiatan usahanya;

Pasal 4 ayat (1)


Pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
ET

Pasal 4 ayat (2)


Penyerahan barang di dalam Kawasan Bebas dibebaskan dari pengenaan PPN;
KR

Pasal 14
Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean diberikan pembebasan bea
masuk, pembebasan PPN, tidak dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 Undang-Undang Pajak
Penghasilan, dan/atau pembebasan cukai;
SE

Pasal 17 ayat (1)


Pemasukan Barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean melalui
pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),
tidak dipungut PPN;

Pasal 18 ayat (3)


Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean, sepanjang
menyangkut pemberian fasilitas tidak dipungut PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1), pengawasan dan pengadministrasiannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak;

Pasal 18 ayat (4)


Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemasukan barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan pengawasan dan pengadministrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur
dengan Peraturan Menteri;

K
3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 62/PMK.03/2012 Tentang Tata Cara
Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai

JA
Dan/Atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Pengeluaran Dan/Atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Dan/Atau Jasa Kena Pajak Dari Kawasan Bebas Ke Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean Dan Pemasukan Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Dan/Atau Jasa
Kena Pada Dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan Bebas

PA
Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (4), Pasal 19 ayat (7), Pasal 20 ayat (2),
dan Pasal 33 ayat (12) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan
Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang

N
ke dan dari serta Berada di Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata

LA
Cara Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan
Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Pengeluaran danfatau Penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean dan Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
DI
Pajak dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas;

Pasal 1 Butir 10
GA
Endorsement adalah pernyataan mengetahui dari pejabat/ pegawai Direktorat Jenderal Pajak
atas pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan
Bebas, berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang terkait dengan pemasukan Barang
Kena Pajak tersebut;
N

Pasal 10 ayat (1)


Pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas
PE

melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

Pasal 11 ayat (1), (2), (3) dan (6)


T

(1) Atas pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan
ayat (2) wajib dibuatkan Faktur Pajak yang diisi lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 13
IA

ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;


(2) Termasuk dalam pengertian Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana
AR

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;


(3) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat paling lambat pada scat
pengiriman Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas;
(4) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) harus diberi cap "PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TIDAK DIPUNGUT BERDASARKAN PP NOMOR 10 TAHUN 2012"
ET

oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan;

Pasal 12
(1) Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
KR

Barang Mewah tidak dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2)
diberikan sepanjang Barang Kena Pajak Berwujud tersebut benar-benar telah masuk di
Kawasan Bebas yang dibuktikan dengan dokumen yang telah diberikan Endorsement oleh
pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak;
SE

(2) Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan pada kantor pabean,
yang dilampiri dengan:
a. fotokopi Faktur Pajak (lembar pembeli);
b. fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order; dan
c. fotokopi invoice;
(3) Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf a dan huruf b adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan pada
Kantor Pabean, yang dilampiri dengan:
a. PPBTT yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat pengusaha di
tempat lain dalam Daerah Pabean terdaftar beserta lampirannya; dan
b. fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order;
(4) Penyampaian lampiran dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai
dengan menunjukkan dokumen aslinya;
(5) Dalam hal pengurusan Pemberitahuan Pabean dilakukan oleh pengusaha pengurusan jasa

K
kepabeanan, dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana
dimaksud pada ayat harus dilampiri dengan surat kuasa dari pengusaha yang melakukan

JA
pemasukan Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas;
(6) Dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus
dilampirkan dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari
pelabuhan/bandar udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat

PA
diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut;
(7) Dalam hal Pemberitahuan untuk pemasukan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dan huruf b tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang
harus dilampirkan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

N
ayat (3), Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari pelabuhan/bandar udara yang
ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tersebut tidak termasuk transaksi tertentu

LA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a dan huruf b;
(8) Tata cara Endorsement oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan
Menteri ini, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
(9)
DI
Penugasan pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka melakukan
Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di Kantor Pabean ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
GA
bahwa berdasarkan kronologis dasar hukum terkait sengketa koreksi di atas, Pemohon Banding
mengemukakan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pelaporan PPN Pemohon Banding dilakukan secara sentralisasi;


N

2. Batam adalah kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang disebut Kawasan
PE

Bebas adalah suatu kawasan yang berada di wilayah hukum negara kesatuan Republik
Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk,
PPN, PPnBM dan cukai (Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 Pasal 1 butir 5);
T

3. Pemohon Banding dalam memenuhi kebutuhan cat di Batam membuka cabang di Batam
tahun 2010 dan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha di Kawasan Bebas Batam oleh
IA

Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor:
30/KH2/I/PMA /PERDAGANGAN/2010, sebagai Pengusaha yang telah mendapat izin dari
Badan Pengusahaan Kawasan maka PT JI cabang Batam dapat melakukan pemasukan
AR

dan pengeluaran barang ke dan dari kawasan bebas dan dapat memasukkan ke kawasan
bebas dari luar daerah pabean (Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 Pasal 3 ayat
(1) dan ayat (2));

4. Kebutuhan cat Pemohon Banding, disediakan dari gudang Pemohon Banding di Cibitung
ET

dan impor dari J Singapore (Rekap PPFTZ 03 dan PIB terlampir);

5. Khusus untuk pengiriman Cat dari Gudang Pemohon Banding di Cibitung ke PT JI cabang
Batam dilakukan dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean Free Trade Zone 03
KR

(PPFTZ 03), dilengkapi dengan;


a. Fotokopi Bill of Lading
b. Fotokopi Invoice
Namun tidak dilengkapi Faktur Pajak sehingga pada saat dilakukan endorsemet oleh
SE

Pejabat Direktorat Jenderal Pajak mendapatkan cap DATA TIDAK SESUAI, TIDAK DAPAT
DIBERIKAN FASILITAS PPN TIDAK DIPUNGUT";
Secara pembukuan tidak ada pencatatan hanya pemindahan lokasi (kode Gudang) atas
barang yang dikirimkan dari gudang Cibitung ke Gudang cabang Batam;

6. Penyerahan kepada Customer di Pulau Batam dibuatkan Faktur Pajak kode 07 (PPN tidak
dipungut) dan dilaporkan Pada SPT PPN PT JI Kantor Pusat;

Pada saat tersebut dilakukan pencatatan Penjualan dengan jurnal


Debit: Piutang Rpxxx.xxx
Credit: Penjualan Rpxxx.xxx

7. Penyerahan barang berwujud ke Customer dilakukan oleh Pemohon Banding di Pulau


Batam, seluruh tanah di Kepulauan Batam adalah Kawasan bebas dimana dibebaskan dari
PPN;

K
8. Atas dasar kronologis di atas dan pelaporan PPN yang Pemohon Banding lakukan secara
sentralisasi, Pemohon Banding melakukan prosedur sebagai berikut:

JA
- Pada saat memasukkan barang berwujud ke kawasan bebas (dari Cibitung ke Batam),
Cabang Batam membuat dan menyerahkan PPFTZ 03 namun Pemohon Banding tidak
membuatkan Faktur Pajak atas pemasukan barang dari kantor pusat ke cabang Batam,
karena Pemohon Banding menganggap sebagai penyerahan antar cabang;

PA
- Pada saat menyerahkan barang dari cabang Batam ke customer di kawasan bebas
Pemohon Banding membuatkan Faktur Pajak kode 07 (PPN Tidak dipungut);

9. Sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim Yang Mulia, berdasarkan Putusan Pengadilan
Pajak Nomor: PUT-59047/PP/M.VB/16/2015 yang mengabulkan seluruhnya banding

N
Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: KEP-
1446/WPJ.19/2013 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Keputusan Keberatan Wajib

LA
Pajak Nomor: 00507/207/10/092/12 tanggal 25 Oktober 2012, atas nama PT. XXX, dimana
Majelis berpendapat bahwa koreksi Terbanding hanya didasarkan masalah administrasi tidak
dapat mengingkari fakta hukum bahwa transaksi yang dikoreksi tersebut merupakan
penyerahan ke kawasan bebas yang berdasarkan PMK Nomor: 45/PMK.03/2009
DI
mendapatkan fasilitas berupa PPN tidak dipungut sehingga koreksi tersebut tidak dapat
dipertahankan yang diperkuat Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1735/B/PK/PJK/2016 yang
menolak Peninjauan kembali yang diajukan Direktorat Jenderal Pajak dengan
GA
mempertahankan Putusan Pengadilan Pajak Nomor: PUT-59047/PP/M.VB/16/2015;

10.Berdasarkan point-point di atas, meskipun terdapat kekeliruan pengadministrasian


pemasukan barang ke Batam dan pelaporan PPN, namun berdasarkan kronologis Dasar
Hukum yang Pemohon Banding uraikan di atas, seharusnya sengketa koreksi atas DPP
N

penyerahan ini tidak mengakibatkan kerugian Negara;


PE

bahwa demikian Pemohon Banding sampaikan untuk menjadi pertimbangan Majelis Hakim Yang
Mulia dalam memutuskan sengketa ini berdasarkan rasa keadilan dari ketentuan Perundangan-
undangan yang berlaku;
T

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan Surat Pemohon Banding kepada
KPP Madya Batam Nomor: 001/JI-TAX/III/2018 tanggal 09 Maret 2018 yang pada pokoknya
IA

menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding melalui surat ini, memberikan keterangan dan menanyakan beberapa
AR

hal, sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding melakukan sentralisasi laporan PPN;

bahwa barang dagangan yang ada di cabang Batam merupakan pemasukan barang dari kantor
ET

pusat dan pemasukan barang dari luar daerah pabean, yaitu J Singapore PTE LTD yang
dilampirkan dengan PPFTZ (Pemberitahuan Pabean Free Trade Zone);

bahwa saat memasukkan barang ke Batam dari Kantor Pusat,


KR

- Apakah diwajibkan membuat Faktur Pajak oleh kantor pusat mengingat Pemohon Banding
melakukan sentralisasi pelaporan PPN?
- Siapakah yang melakukan endorsement untuk mendapatkan fasilitas PPN tidak dipungut ?
pihak pembeli atau pihak penjual?
SE

- Apabila saat melakukan endorsement mendapatkan cap “Data tidak sesuai, tidak mendapatkan
fasilitas PPN tidak dipungut”, siapakah yang harus menanggung PPN? Pihak Pembeli atau
pihak penjual?

bahwa PT JI cabang Batam sebagai pengusaha di Kawasan Bebas, melakukan penjualan ke


customer yang berada di Batam. Barang dikirim dari Gudang cabang Batam;
- Apakah Kantor Pusat tetap di wajibkan membuat Faktur Pajak atau apakah kantor cabang
Pemohon Banding harus menerbitkan Faktur Pajak?
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan Surat Jawaban dari KPP Madya
Batam Nomor: S-638/WPJ.02/KP.09/2018 tanggal 22 Maret 2018 yang pada pokoknya
menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa sehubungan dengan surat Pemohon Banding Nomor: S-001/JI-TAX/III/2018 tanggal 09


Maret yang pada intinya Pemohon Banding mengenai Pemusatan PPN untuk WP di Kawasan
Bebas serta pemasukan barang dari Luar Daerah Pabean dan Tempat Lain Dalam Daerah

K
Pabean, disampaikan bahwa:

JA
bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, mengatur antara lain:
a. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak

PA
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai Pajak;
b. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak;

bahwa Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 mengenai Perlakuan

N
Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke
dan dari serta Berada di Kawasan yang Telah Ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas

LA
dan Pelabuhan Bebas menyatakan bahwa Pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak;

bahwa Pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 171/PMK.03/2017 perubahan atas
DI
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Pengawasan,
Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah atas Pengeluaran dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak
GA
dan/atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain dalam Daerah Pabean dan
Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dari Tempat Lain
Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas menyatakan bahwa Pemasukan Barang Kena Pajak
dan tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara
yang ditunjuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
N

Penjualan atas Barang Mewah;


PE

bahwa Pasal 12 ayat (1) PMK-171/PMK.03/2017 menyatakan bahwa Fasilitas Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) diberikan sepanjang telah diberikan Endorsement
dan mendapatkan izin usaha dari Badan Pengusahaan Kawasan;
T

bahwa Pasal 12 ayat (6) PMK-171/PMK.03/2017 menyatakan Dalam hal Pemberitahuan Pabean
IA

tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus dilampirkan dalam rangka Endorsement, atas
pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut;
AR

bahwa Pasal 12 ayat (6a) PMK-171/PMK.03/2017 menyatakan Atas pemasukan Barang Kena
Pajak yang tidak dapat diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak tersebut wajib
ET

memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan;
KR

bahwa Pasal 5 ayat 1 Peraturan Dirjen Pajak Nomor: Per-50/PJ/2009 tentang Tata Cara
Pencabutan Pengukuhan Kena Pajak dan Tata Cara Penerbitan Surat Keputusan Pemusatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Tempat Kegiatan
Usaha Atau Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang Di Kawasan Bebas menyatakan bahwa
SE

Dalam hal terdapat tempat tempat kegiatan usaha atau tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang di
Kawasan Bebas yang dipusatkan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean, maka
a. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atau Kepala KPP yang menerbitkan Surat
Keputusan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang, di Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean, menerbitkan Surat Keputusan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai
Terutang yang baru dengan menghilangkan PKP cabang yang terdaftar di Wilayah Kawasan
Bebas paling lama 31 Oktober 2009
b. Surat Keputusan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang di Tempat Lain Dalam
Daerah Pabean dinyatakan tidak berlaku sejak diterbitkannya Surat Keputusan Pemusatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang baru atau paling lama sejak tanggal 31 Oktober
2009.
c. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan, Wajib Pajak di Kawasan
Bebas tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP dan tidak dimasukkan dalam Pemusatan Pajak
Pertambahan Nilai. Atas pemasukan Barang Kena Pajak dari Tempat Lain dalam Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas diberikan fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut jika
diberikan Endorsement dengan membubuhkan cap "Dapat Diberikan Fasilitas PPN tidak

K
dipungut".

JA
Menurut Majelis:

bahwa berdasarkan Surat Banding,Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, Penjelasan Tertulis dan

PA
bukti-bukti didalam persidangan, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut:

bahwaPemohon Banding mengajukan banding terhadapKeputusan Terbanding Nomor: KEP-


00433/KEB/WPJ.07/2017 tanggal 24 Maret 2017 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Agustus

N
2013 Nomor: 90007/207/13/052/15 tanggal 30 Desember 2015;

bahwa berdasarkan KeputusanTerbanding Nomor: KEP-00433/KEB/WPJ.07/2017 tanggal 24 Maret

LA
2017 terkait SKPKB Nomor: 90007/207/13/052/15 tanggal 30 Desember 2015, apabila
disandingkan dengan Petitum Pemohon banding, terdapat koreksi Terbanding, sebagai berikut:

  Menurut Menurut  
N
o
   
Uraian
 
 
DI
Pemohon
Banding
 
Terbanding
 
 
Koreksi
 
GA
 
1 DPP atas Ekspor 432.675.755 432.675.755 -
2 DPP atas Penyerahan yang PPNnya dipungut 48.212.599.142 52.422.462.942 4.209.863.800
sendiri
3 DPP atas Penyerahan yang PPNnya dipungut 1.729.770.774 1.729.770.774 -
Pemungut
N

4 DPP atas Penyerahan yang PPNnya Tidak 8.426.221.755 4.216.357.955 (4.209.863.800)


dipungut
PE

5 DPP yang dibebaskan dari Pengenaan PPN 1.022.459.066 1.022.459.066 -


6 Jumlah 59.823.726.492 59.823.726.492 -
7 DPP atas Penyerahan yang Tidak Terutang PPN 2.619.054.482 2.619.054.482 -
8 Jumlah Seluruh Dasar Pengenaan Pajak 62.442.780.974 62.442.780.974 -
9 Pajak Keluaran 4.821.259.914 5.242.246.294 420.986.380
T

10 Jumlah Pajak Masukan 4.821.259.914 4.821.259.914 -


IA

1. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan 4.132.264.754 4.132.264.754 -


2. Pajak Masukan dibayar dengan NPWP Sendiri 688.995.160 688.995.160 -
11 Perhitungan PPN Kurang / (lebih) dibayar 0 420.986.380 420.986.380
AR

12 Dikompensasi kemasa berikut     -


13 PPN yang kurang / (lebih)dibayar 0 420.986.380 420.986.380
14 Sanksi Administrasi: - 202.073.462 202.073.462
  1.Pasal 13 ayat (2) KUP: 48%   202.073.462 202.073.462
ET

  2.Pasal 13 ayat (3) KUP     -


15 PPN yang masih harus / (lebih) dibayar 0 623.059.842 623.059.842

bahwa berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa koreksi Terbanding sebagai
KR

berikut:

 N Uraian Menurut Menurut Koreksi


o Pemohon Terbanding
SE

Banding
1 DPP atas Penyerahan yang PPNnya dipungut 48.212.599.142 52.422.462.942 4.209.863.800
sendiri
2 DPP atas Penyerahan yang PPNnya Tidak 8.426.221.755 4.216.357.955 (4.209.863.800)
dipungut
  Jumlah 56.638.820.897 56.638.820.897 -

1. Koreksi DPP atas Penyerahan yang PPNnya dipungut sendiri Rp.4.209.863.800,-


bahwa Dasar Pengenaan Pajak atas Penyerahan yang PPNnya dipungut sendiri menurut Pemohon
Banding sebesar Rp.48.212.599.142,-sedangkan menurut Terbanding sebesar
Rp.52.422.462.942,- sehingga terdapat koreksi sebesar Rp.4.209.863.800,- ;

bahwa untuk menyelesaikan sengketa mengenai ini, akan dibahas mengenai hal-hal sebagai
berikut:

K
1.1. Permasalahan Putusan Pengadilan Pajak:
1.2. Sengketa antara Pemohon Banding dan Terbanding;

JA
1.3. Ketentuan Perundang-Undangan Perpajakan;
1.4. Pendapat Majelis;

1.1. Permasalahan Putusan Pengadilan Pajak:

PA
bahwa mengenai permasalahan Putusan Pengadilan Pajak diatur di dalam Pasal 78 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak;

bahwa Pasal 78 UU Nomor 14 Tahun 2002 berbunyi:

N
Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil Penilaian Pembuktian, dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan

LA
Hakim;

bahwa Penjelasan Pasal 78 UU Nomor 14 Tahun 2002 berbunyi:


Keyakinan Hakim didasarkan pada penilaian pembuktian dan sesuai peraturan perundang-
undangan perpajakan;
DI
1.2. Sengketa antara Pemohon Banding dan Terbanding:
GA
bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak PPN
yang dipungut sendiri sebesar Rp.4.209.863.800,-;

bahwa Pemohon Banding terdaftar dan ditetapkan untuk melakukan pemusatan tempat pajak
N

terutang (sentralisasi) di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu;


PE

bahwa Pemohon Banding mempunyai cabang di kawasan bebas di Pulau Batam;

bahwa barang-barang yang ada cabang, di kawasan bebas di Pulau Batam dikirim dari Kantor
Pusat yang terdaftar di KPP PMA Satu dan dari Import;
T

bahwa pada saat penyerahan barang dari Kantor Pusat ke cabang di pulau Batam, Pemohon
IA

Banding tidak menerbitkan faktur pajak karena, hal ini sesuai Pasal 1A ayat (2) huruf f UU PPN
Tahun 2009;
AR

bahwa Pasal 1A ayat (2) huruf f UU PPN Tahun 2009 berbunyi:


yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan barang kena apajak adalah penyerahan barang
kena pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal Pengusaha Kena Pajak
melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
ET

bahwa Pasal 1A ayat (1) huruf f UU PPN Tahun 2009 berbunyi:


Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah penyerahan Barang
Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar
Cabang;
KR

bahwa Pemohon Banding di cabang Pulau Batam tidak dikukuhkan sebagai PKP di KPP Batam,
karena sesuai aturan sentralisasi;
SE

bahwa barang yang ada di cabang Pemohon Banding di Pulau Batam selanjutnya dijual kepada
konsumen akhir dan Cat Marine (konsumen akhir) yang juga berada di Pulau Batam;

bahwa Pemohon Banding menyatakan untuk gudang Batam Pemohon Banding punya 2 sumber
yaitu impor dan pengiriman dari kantor pusat, customer Pemohon Banding bisa domisili di Batam
atau kapal internasional yang berlabuh di Batam, contohnya pada saat J China berlabuh di Batam
membeli cat ke Pemohon Banding dan Pemohon Banding akan mengirimkan cat ke kapal yang
berlabuh di Batam tersebut;
bahwa atas Penyerahan barang kena pajak dari Pemohon Banding cabang pulau Batam kepada
Konsumen akhir, Pemohon Banding yang terdaftar di KPP Batam Tidak menerbitkan faktur pajak
karena bukan PKP, namun faktur pajak diterbitkan oleh Pemohon Banding yang terdaftar di Kantor
Pusat, yaitu PMA Satu karena sesuai aturan sentralisasi;

bahwa pada saat sidang berlangsung, Pemohon banding memberitahukan bahwa Pajak Masukan
atas barang yang dijual, ada Penghitungan kembali pengkreditan pajak masukannya, dan ini tidak

K
ada sengketa:

JA
bahwa Pemohon banding pada saat pemeriksaan, atau proses keberatan tidak dapat
menyampaikan dokumen dalam rangka endorsement sesuai diatur Pasal Pasal 12 ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012;

PA
bahwa dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement Pasal 12 ayat (2) Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012 adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan
pada kantor pabean, yang dilampiri dengan:
a. fotokopi Faktur Pajak (lembar pembeli);
b. fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order; dan

N
c. fotokopi invoice.

LA
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding yang mempermasalahkan
penyerahan yang tidak mendapat endorsement, karena penyerahan dilakukan di kawasan bebas,
yaitu daerah Batam;

DI
bahwa sengketa antara Terbanding dan Pemohon Banding adalah karena Pemohon banding tidak
dapat menunjukkan dokumen Pemberitahuan Pabean yang telah diendorsement sesuai diatur
Pasal 12 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012;
GA
1.3. Ketentuan Perundang-undangan perpajakan terkait sengketa ini:

bahwa dasar hukum yang digunakan oleh Terbanding dalam melakukan koreksi adalah Pasal 16 B
UU PPN juncto PP 10 tahun 2012 juncto PMK-62/PMK.03/2012;
N

bahwa dasar hukum yang digunakan oleh Pemohon Banding adalah:


PE

- Pasal 4 ayat 2 berbunyi Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2012 dan


- Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 45/PMK.03/2009 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 240/PMK.03/2009, Pasal 6 ayat (1);
T

bahwa Pasal 4 ayat 2 berbunyi PP Nomor 10 tahun 2012 berbunyi:


“Penyerahan barang di dalam Kawasan Bebas dibebaskan dari pengenaan PPN”;
IA

bahwa Pasal 6 ayat (1) PMK Nomor: 45/PMK.03/2009 berbunyi:


“Pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam daerah pabean atau dari tempat
AR

penimbunan berikat ke kawasan Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak
dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah”;

bahwa sengketa antara Pemohon Banding dan Terbanding adalah sengketa untuk Tahun Pajak
ET

2013 dimana pemeriksaannya dilakukan di Tahun 2015;

bahwa Undang-Undang PPN yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa Tahun 2013 dimana
Pemeriksaannya dilakukan di Tahun 2015 adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sdtd UU
KR

Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN (selanjutnya disebut UU PPN Tahun 2009 );

bahwa ketentuan mengenai perpajakan atas Penyerahan di kawasan bebas diatur di dalam Pasal
16 ayat (1) dan 16 ayat (3) UU PPN Tahun 2009;
SE

bahwa Pasal 16 ayat (3) UU PPN Tahun 2009 berbunyi:


Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena
Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat
dikreditkan. (UU No 42 Tahun 2009);

bahwa Pasal 16 ayat (1) UU PPN Tahun 2009 berbunyi:


Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak,
baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;
b. ...
e....
diatur dengan peraturan Pemerintah.

bahwa untuk melaksanakan UU Nomor 42 Tahun 2009 Pemerintah menetapkan Peraturan


Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta

K
Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di Kawasan yang
telah Ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas;

JA
bahwa terkait sengketa ini diatur di dalam Pasal 18 ayat (3) dan Pasal 17 ayat (1) PP Nomor 10
Tahun 2012;

PA
bahwa di dalam Pasal 18 ayat (3) PP Nomor 10 Tahun 2012 berbunyi:
bahwa Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean, sepanjang
menyangkut pemberian fasilitas tidak dipungut PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(1), pengawasan dan pengadministrasiannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak;

N
bahwa di dalam Pasal 17 ayat (1) PP Nomor 10 Tahun 2012 berbunyi:
bahwa Pemasukan Barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean melalui

LA
pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), tidak
dipungut PPN;

bahwa di dalam Pasal 18 ayat (4) PP Nomor 10 Tahun 2012 berbunyi:


DI
bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemasukan barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan pengawasan dan pengadministrasian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur
dengan Peraturan Menteri;
GA
bahwa sesuai amanat Pasal 18 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 telah terbit
PMK Nomor: 52/PMK.03/2012 tentang Tata cara Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran,
serta Pelunasan PPN dan/atau PPN BM atas pengeluaran dan/atau Penyerahan BKP dan/atau
JKP dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain dalam Daerah Pabean dan Pemasukan dan/atau
N

Penyerahan BKP dan/ atau JKP dari Tempat Lain dalam daerah Pabean ke Kawasan Bebas;
PE

bahwa terkait dengan sengketa ini, diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
52/PMK.03/2012 di dalam:
o Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2)
o Pasal 11 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (6);
T

o Pasal 12 ayat ( 1), ayat (2) an ayat (6);


IA

bahwa Pasal 10 ayat (1) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:


Pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas melalui
pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
AR

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

bahwa Pasal 10 ayat (2) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:


Pemasukan Barang Kena Pajak dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus
ke Kawasan Bebas melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, tidak dipungut Pajak
ET

Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

bahwa Pasal 11 ayat (1) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:


Atas pemasukan BKP sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) wajib dibuatkan faktur
KR

pajak yang diisi lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (5) UU PPN;

bahwa Pasal 11 ayat (2) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:


Termasuk dalam pengertian Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah dokumen
SE

tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (6) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa Pasal 11 ayat (3) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:


Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat paling lambat pada saat pengiriman
Barang Kena Pajak ke Kawasan Bebas;

bahwa Pasal 11 ayat (6) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:


Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) harus diberi cap "PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI TIDAK DIPUNGUT BERDASARKAN PP NOMOR 10 TAHUN 2012" oleh
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan;

bahwa Pasal 12 ayat (1) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:


Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah tidak dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) diberikan

K
sepanjang Barang Kena Pajak Berwujud tersebut benar-benar telah masuk di Kawasan Bebas
yang dibuktikan dengan dokumen yang telah diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai

JA
Direktorat Jenderal Pajak;

bahwa Pasal 12 ayat (2) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:


Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat

PA
(1) adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan pada kantor pabean, yang dilampiri
dengan:
a. fotokopi Faktur Pajak (lembar pembeli);
b. fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order; dan
c. fotokopi invoice;

N
bahwa Pasal 12 ayat (6) PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 berbunyi:

LA
Dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus dilampirkan
dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari pelabuhan/bandar
udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat diberikan fasilitas Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak
dipungut.
DI
bahwa berdasarkan hal-hal di atas, sesuai UU PPN jo PP 10 Tahun 2012 jo PMK Nomor:
GA
62/PMK.03/2012 bahwa dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-
dokumen yang harus dilampirkan dalam rangka Endorsement, … atas pemasukan Barang Kena
Pajak tidak dapat diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut.;
N

1.4. Pendapat Majelis:


PE

bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak PPN
yang dipungut sendiri sebesar Rp.4.209.863.800,-;

bahwa sengketa antara Pemohon Banding dan Terbanding adalah Sengketa untuk Tahun Pajak
T

2013 dimana Pemeriksaannya dilakukan di Tahun 2015;


IA

bahwa Undang-Undang PPN yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa Tahun 2013 dimana
Pemeriksaannya dilakukan di Tahun 2015 adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sdtd UU
Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN (selanjutnya disebut UU PPN Tahun 2009 );
AR

bahwa sesuai UU PPN Tahun 2009 jo PP 10 Tahun 2012 jo PMK Nomor: 62/PMK.03/2012 diatur
bahwa Dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-dokumen yang harus
dilampirkan dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat dikeluarkan dari
pelabuhan/bandar udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat
ET

diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah tidak dipungut.

bahwa koreksi Terbanding diambil dari Faktur Pajak kode 07 dengan alamat pelanggan di Batam
KR

yang dianggap penyerahan dilakukan dari Bekasi pada pelanggan di Batam yang tidak
menunjukkan endorsement;

bahwa Pemohon Banding di dalam persidangan mengakui bahwa barang yang dijual kepada
SE

pelanggan yang ada di Pulau Batam, dokumennya memang tidak diendorsement;

bahwa Endorsement sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012 adalah


pernyataan mengetahui dari pejabat/ pegawai Direktorat Jenderal Pajak atas pemasukan Barang
Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, berdasarkan penelitian
formal atas dokumen yang terkait dengan pemasukan Barang Kena Pajak tersebut;

bahwa Dokumen yang harus disampaikan dalam rangka Endorsement sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah Pemberitahuan Pabean yang telah didaftarkan pada kantor pabean, yang
dilampiri dengan:
a. fotokopi Faktur Pajak (lembar pembeli);
b. fotokopi Bill of Lading, Airway Bill, atau Delivery Order; dan
c. fotokopi invoice.

bahwa sampai sidang dicukupkan, Pemohon Banding tidak dapat menujukkan bukti mengenai
dokumen yang disampaikan dalam rangka endorsement, baik dokumen pada saat pengiriman

K
barang dari Kantor Pusat ke cabang Batam, barang dari impor maupun bukti pada saat barang
tersebut dikirimkan dari cabang Batam kepada konsumen akhir;

JA
bahwa Pemohon Banding, PT JI cabang Batam sebagai pengusaha di Kawasan Bebas,
melakukan penjualan ke customer yang berada di Batam, barang dikirim dari Gudang cabang
Batam;

PA
bahwa Pemohon Banding menyatakan untuk gudang Batam Pemohon Banding punya 2 sumber
yaitu impor dan pengiriman dari kantor pusat, customer Pemohon Banding bisa domisili di Batam
atau kapal internasional yang berlabuh di Batam, contohnya pada saat J China berlabuh di Batam
membeli cat ke Pemohon Banding dan Pemohon Banding akan mengirimkan cat ke kapal yang

N
berlabuh di Batam tersebut;

LA
bahwa sampai sidang dicukupkan, Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti mengenai
dokumen yang diendorse oleh pejabat/ pegawai Direktorat Jenderal Pajak, baik bukti pada saat
pengiriman barang dari Kantor Pusat, barang dari impor maupun bukti pada saat barang tersebut
dikirimkan kepada konsumen akhir;
DI
bahwa berdasarkan hal-hal di atas, mengingat tidak terdapat dokumen yang telah diendorse oleh
pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan penjualan seluruhnya kepada konsumen akhir,
GA
maka sesuai Pasal 12 ayat (6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012, atas
pemasukan Barang Kena Pajak tidak dapat diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai tidak
dipungut, dengan demikian Koreksi Terbanding sebesar Rp.4.209.863.800,- Tetap Dipertahankan.

2. Koreksi DPP atas Penyerahan yang PPNnya Tidak dipungut(Rp.4.209.863.800),-


N

bahwa DPP atas Penyerahan yang Tidak Dipungut menurut Pemohon Banding sebesar
PE

Rp.8.426.221.755,- sedangkan menurut Terbanding sebesar Rp.4.216.357.955,-sehingga terdapat


koreksi sebesar (Rp.4.209.863.800),-;

bahwa sesuai Pembahasan pada angka 1 disebutkan bahwa koreksi terhadap DPP atas
T

Penyerahan yang PPNnya dipungut sendiri sebesar Rp.4.209.863.800,- Tetap Dipertahankan,


dengan demikian Koreksi Terbanding terhadap DPP atas Penyerahan yang PPNnya Tidak dipungut
IA

sebesar (Rp.4.209.863.800,-) Juga Tetap Dipertahankan;

bahwa dalam musyawarah, salah satu anggota Majelis Hakim yaitu L.Y. Hari Sih Advianto, S.S.T.,
AR

M.M., M.H., menyatakan pendapat yangberbeda (dissenting opinion) dengan uraian sebagai
berikut:

bahwa yang menjadi sengketa pada dasarnya adalah sebagai berikut:


1. Penyerahan BKP dari Pemohon Banding kepada pembeli yang dilakukan di Batam, yang
ET

menurut Terbanding merupakanPenyerahan yang dikenakan PPN karena ketika barang


dimasukkan ke kawasan Batam tidak mendapatkan endorsement dari Terbanding, namun
menurut Pemohon Banding penyerahan tersebut adalah penyerahan barang di dalam
kawasan bebas yang dibebaskan dari pengenaan PPN.
KR

2. Penyerahan Cat Marine kepada Kapal yang bersandar di kawasan Batam menurut Terbanding
adalah penyerahan dalam kawasan pabean, sedangkan menurut Terbanding adalah
penyerahan dalam kawasan pabean yang terutang PPN.
SE

bahwa Majelis berpendapat yang menjadi sengketa pada Masa Agustus 2013 adalah koreksi
Terbanding atas DPP Penyerahan yang PPN nya tidak dipungut sebesar Rp.4.209.863.800,- terdiri
dari koreksi terkait dokumen Endorsement sebesar Rp.2.755.779.534,-, dan koreksi terkait
penyerahan BKP atas cat marine (kapal asing) yang terutang PPN sebesar Rp.1.454.084.266,-;

bahwa Terbanding melakukan koreksi dengan argumentasi sebagai berikut:


- bahwa Pemohon Banding tidak menunjukkan dokumen yang telah diberikan Endorsement oleh
pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak, dan penyerahan BKP berupa cat marine (kapal
asing) yang berlayar di wilayah pabean Indonesia.
- Koreksi Terbanding karena Pemohon Banding tidak menunjukkan dokumen yang telah
diberikan Endorsement oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak sehingga tidak
mendapat Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut sebesar Rp.2.755.779.534,-
- Koreksi terkait penyerahan BKP atas cat marine (kapal asing) yang berlayar di wilayah pabean
Indonesia yang terutang PPN sebesar Rp.1.454.084.266,-;

K
bahwa Terbanding berpendapat meskipun berdasarkan Pasal 16 B UU PPN jo PP 10 Tahun 2012
jo PMK-62/PMK.03/2012 ditetapkan bahwa Kawasan Batam merupakan kawasan bebas (Free

JA
Trade Zone), namun untuk mendapatkan fasilitas tersebut, setiap Barang Kena Pajak yang akan
dimasukkan ke dalam Kawasan Bebas (Batam) harus melalui mekanisme endorsement, dan oleh
karena penyerahan BKP ke Kawasan Bebas (Batam) yang dilakukan Pemohon Banding tidak
melalui mekanisme endorsement maka Terbanding melakukan koreksi terkait penyerahan barang

PA
di Kawasan Bebas (Batam) sebagai penyerahan yang terutang PPN.

bahwa Terbanding berkesimpulan penyerahan BKP dari Jakarta (Cibitung) ke Cabang Batam
adalah penyerahan dari Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, sehingga bukan penyerahan dalam
Kawasan Bebas sehingga atas penyerahan tersebut dapat diberikan fasilitas PPN Tidak Dipungut

N
sepanjang Pemohon Banding telah memenuhi persyaratan Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012.

LA
bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Terbanding dengan argumentasi sebagai
berikut:
- bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Faktur Pajak yang menggunakan kode 07 atas

-
DI
penyerahan Pemohon Banding kepada pelanggan yang beralamat di Batam.
bahwa koreksi Terbanding dilakukan karena penyerahan dilakukan dari Bekasi pada
pelanggan di Batam yang tidak menunjukkan endorsement.
GA
- bahwa atas kesalahan administrasi Faktur dan telah diterbitkan STP Nomor:
90001/107/13/052/15 Masa Pajak Januari s.d Desember 2013 tanggal 30 Desember 2015 dan
telah dilunasi Pemohon Banding tanggal 29 Mei 2017.
- bahwa penyerahan pada dasarnya adalah Pemohon Banding dalam melakukan penjualan
kepada customer di daerah Batam, dilakukan melalui Gudang Pemohon Banding di Batam.
N

- bahwa gudang Pemohon Banding di Batam juga melakukan impor langsung dari Singapura ke
Gudang J di Batam
PE

- bahwa dari persediaan pada gudang di Batam yang berasal dari kantor pusat di Bekasi dan
dari Impor, dilakukan penyerahan kepada pelanggan di Batam.
- bahwa Pemohon Banding menunjukkan dokumen FTZ 03 untuk pengiriman dari Bekasi ke
Batam dan Surat Jalan serta Invoice untuk pelanggan di Batam.
T

bahwa penjelasan Pemohon Banding tentang alur penyerahan barang dikawasan Batam sebagai
IA

berikut:
- bahwa Pemohon Banding memiliki Gudang di kawasan Batam
- bahwa Persediaan yang berasal dari Gudang di kawasan Batam berasal dari Pabrik yang ada
AR

di Cibitung dan berasal dari Impor dari Singapura.


- bahwa gudang Pemohon Banding menerima Purchase Order (PO) dari Pembeli di Batam.
- bahwa gudang Pemohon Banding di Batam melakukan penyerahan kepada customer di
Batam.
- bahwa Gudang Pemohon Banding di Batam membuat dokumen invioce, surat jalan dan Faktur
ET

Pajak dengan kode 07 kepada pembeli


- bahwa pembayaran dari Customer langsung dilakukan ke rekening Pemohon Banding di
Kantor Pusat.
KR

bahwa mengenai transaksi penjualan cat marine, Pemohon Banding memberikan penjelasan
sebagai berikut:
- customer cat marine adalah lokal, dan asing
- bahwa cat marine di kirim dari warehouse di Batam langsung ke kapal yang bersandar di
SE

pelabuhan Batam, jadi penyerahannya dilakukan di Kawasan Batam dan tidak melalui proses
endorsement.
- customer J Dubai memerlukan cat untuk stok mereka saat harus melakukan pengecatan anti
korosi selama jalur perjalanan kapal.
- bahwa Invoice + surat jalan langsung dikirim ke J Dubai dari cabang Batam;
- bahwa untuk penyerahan cat marine Pemohon Banding laporkan faktur pajak dengan kode
"07" dalam SPT Masa PPN tahun 2013.

bahwa menurut Pemohon Banding penyerahan yang terjadi adalah penyerahan yang dilakukan
untuk customer di Batam dan merupakan penyerahan yang terjadi di Batam yang merupakan
Kawasan Bebas yang dibebaskan dari pengenaan PPN, berdasarkan PP Nomor 10 tahun
2012Pasal 4 ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut: "penyerahan barang di dalam kawasan bebas
dibebaskan dari pengenaan PPN”;

bahwa menurut Pemohon Banding terkait penyerahan kepada kapal yang bersandar di perairan
Batam adalah transaksi yang dilakukan di wilayah Batam, sehingga berdasarkan PP Nomor 10

K
Tahun 2012 Pasal 4 ayat 92) yang berbunyi sebagai berikut: "penyerahan barang di dalam
kawasan bebas dibebaskan dari pengenaan PPN";

JA
bahwa Majelis berpendapat berdasarkan ketentuan Pasal 16 B ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 (UU PPN) diatur bahwa Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau

PA
seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun
selamanya, untuk kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean.

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2011
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 Tentang Kawasan

N
Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam, diatur bahwa Dengan Peraturan Pemerintah
ini, kawasan Batam ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas untuk

LA
jangka waktu 70 (tujuh puluh) tahun sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini.

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5.Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2012
tentang Tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan
DI
Dan Pengeluaran Barang Ke Dan Dari Serta Berada Di Kawasan Yang Telah Ditetapkan Sebagai
Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas, diatur bahwa kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, yang selanjutnya disebut kawasan
GA
bebas, adalah suatu kawasan yang berada di dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan cukai.

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2012, diatur
N

bahwa Penyerahan barang di dalam Kawasan Bebas dibebaskan dari pengenaan PPN.
PE

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2012,
diatur bahwa pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean
melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2), tidak dipungut PPN;
T

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (3) dan (4)Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun
IA

2012 diatur bahwa Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah Pabean,
sepanjang menyangkut pemberian fasilitas tidak dipungut PPN sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (1), pengawasan dan pengadministrasiannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal
AR

Pajak, yang ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemasukan barang dan pengawasan dan
pengadministrasian nya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

bahwa menurut Anggota Majelis, pengaturan tata cara pemasukan barang dan pengawasan dan
pengadministrasian yang menyangkut pemberian fasilitas tidak dipungut PPN atas pemasukan
ET

pemasukan barang ke Kawasan Bebas, telah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
62/PMK.03/2012 Tentang Tata Cara Pengawasan, Pengadministrasian, Pembayaran, Serta
Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai Dan/Atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas
Pengeluaran Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Dan/Atau Jasa Kena Pajak Dari Kawasan
KR

Bebas Ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Dan Pemasukan Dan/Atau Penyerahan Barang
Kena Pajak Dan/Atau Jasa Kena Pajak Dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean Ke Kawasan
Bebas.
SE

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor:


62/PMK.03/2012, diatur bahwa Endorsement adalah pernyataan mengetahui dari pejabat/ pegawai
Direktorat Jenderal Pajak atas pemasukan Barang Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas, berdasarkan penelitian formal atas dokumen yang terkait dengan
pemasukan Barang Kena Pajak tersebut.

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
62/PMK.03/2012, diatur bahwa Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) dan ayat (2) diberikan sepanjang Barang Kena Pajak Berwujud tersebut benar-benar telah
masuk di Kawasan Bebas yang dibuktikan dengan dokumen yang telah diberikan Endorsement
oleh pejabat/pegawai Direktorat Jenderal Pajak;

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
62/PMK.03/2012, diatur bahwa Dalam hal Pemberitahuan Pabean tidak sesuai dengan dokumen-
dokumen yang harus dilampirkan dalam rangka Endorsement, Barang Kena Pajak tetap dapat

K
dikeluarkan dari pelabuhan/bandar udara yang ditunjuk dan atas pemasukan Barang Kena Pajak
tidak dapat diberikan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

JA
Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut.

bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, Anggota Majelis L.Y. Hari Sih Advianto, S.S.T.,
M.M., M.H., berpendapat bahwa ketentuan mengenai endorsmen adalah ketentuan yang

PA
diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 62/PMK.03/2012, terhadap
barang-barang yang masuk kedalam kawasan bebas, bukan diberlakukan terhadap penyerahan
yang dilakukan di dalam kawasan bebas.

bahwa Anggota Majelis L.Y. Hari Sih Advianto, S.S.T., M.M., M.H. berpendapat bahwa koreksi yang

N
dilakukan Terbanding Masa Agustus 2013 adalah penyerahan di dalam Kawasan Bebas Batam
sebesar Rp.4.209.863.800,- terdiri dari penyerahan Cat kepada customer di Kawasan Bebas

LA
Batam sebesar Rp.2.755.779.534,-, dan cat marine pada Kapal yang bersandar di Pelabuhan
Batam sebesar Rp.1.454.084.266,- yang berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 10 tahun 2012 dibebaskan dari pengenaan PPN.

DI
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Anggota Majelis L.Y. Hari Sih Advianto, S.S.T., M.M.,
M.H. berpendapat bahwa koreksi Terbanding atas DPP PPN Masa Pajak Agustus 2013 tidak dapat
dipertahankan.
GA
Menimbang

bahwa sesuai dengan Pasal 79 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
N

Pengadilan Pajak diatur: “Dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh majelis, putusan Pengadilan
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin
oleh Hakim Ketua dan apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan, putusan
PE

diambil dengan suara terbanyak”;

Menimbang
T

bahwa karena salah satu Hakim berpendapat lain, maka putusan diambil berdasarkan suara
terbanyak, dengan demikian pendapat berdasarkan suara terbanyak hakim adalah memutuskan
IA

koreksi Terbanding mengenai Dasar Pengenaan Pajak Masa Pajak Agustus 2013 atas penyerahan
yang PPN-nya dipungut sendiri sebesar Rp.4.209.863.800,- dan atas penyerahan yang PPN-nya
tidak dipungut sebesar (Rp.4.209.863.800,-) Tetap Dipertahankan dan banding Pemohon Banding
AR

ditolak;

Menimbang
ET

bahwa Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk menolak banding Pemohon Banding;

Mengingat
KR

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak, dan Peraturan


perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan berkaitan dengan
sengketa ini;
SE

Memutuskan

Menolak banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-
00433/KEB/WPJ.07/2017 tanggal 24 Maret 2017 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak Agustus
2013 Nomor: 90007/207/13/052/15 tanggal 30 Desember 2015 atas nama PT. JI , NPWP: -,
Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah Majelis VA Pengadilan Pajak setelah
persidangan dicukupkan tanggal 16 April 2018, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti
sebagai berikut:

Drs. Seno S.B. Hendra, M.M. sebagai Hakim Ketua


L.Y. Hari Sih Advianto, S.S.T., M.M., M.H. sebagai Hakim Anggota
Murni Djunita Manalu, S.E., Ak., M.M. sebagai Hakim Anggota

K
dengan dibantu oleh
Aini Yail Zubaah, S.H., M.M. sebagai Panitera Pengganti.

JA
dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Senin tanggal 8
Oktober 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh
Pemohon Banding, namun tidak dihadiri oleh Terbanding.

PA
N
LA
DI
N GA
T PE
IA
AR
ET
KR
SE

Anda mungkin juga menyukai