untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,
(2001) dalam Nugroho (2011) Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan
hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban jangka pendek. Tingkat
likuiditas yang tinggi berarti perusahaan tersebut semakin likuid dan semakin
pendeknya, hal tersebut baik bagi perusahaan agar tidak dilikuidasi akibat
finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid)
yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan
finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut
dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang
keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah
Current ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas
suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat megetahui dan
apakah perusahaan yang mandapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak
suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah
nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas
ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat,
Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh karena
terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat
dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan
menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat atau dengan semestinya. Dilain
pihak ditinjau dari sudut pemegang saham suatu current ratio yang tinggi tidak
selalu paling menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan
Suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu
current ratio yang tinggi, akan tetapi current ratio yang rendah menunjukkan
pimpinan perusahaan menggunakan aktiva lancar sangat efektif. Yaitu bila saldo
diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan terutama dari jumlah uang
yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai biaya rutin dan
Munawir (2002) menyatakan current ratio 200% sudah memuaskan bagi suatu
perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada
beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk
21
seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of
thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau
tersebut namun, suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi bukan
merupakan jaminan bahwa perusahaan mampu membayar utang yang sudah jatuh
tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak
tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.
Riyanto (1995) dalam Elfianto (2011) menyatakan bahwa bagi perusahaan bukan
kredit, current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva
lancar turun misalnya sampai lebih dari 50% maka jumlah aktiva lancarnya tidak
Current ratio merupakan salah satu rasio finansial yang sering digunakan.
Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang jangka
membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia. Selain
membandingkan aktiva lancar terhadap hutang lancar atau hutang jangka pendek.
= %
hutang jangka pendeknya. Rumus cash ratio dapat dilihat dibawah ini, yaitu:
= %
Quick Ratio atau Acid-Test Ratio menunjukan likuiditas perusahaan, seperti yang
kewajiban jangka pendek atau hutang lancarnya. Rasio ini merupakan rasio
likuiditas yang lebih ketat daripada current ratio. Persediaan dianggap aktiva
lancar kurang likuid, sebab harus melalui dua tahap untuk menjadi kas (persediaan
dijual menjadi piutang, kemudian piutang dikumpulkan baru menjadi kas). Quick
23
−
= %
Rasio ini menunjukan seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dalam membiayai
modal kerja bersih yang akan digunakan. Rumus Net Working Capital to Total
−
= %
rasio ini semakin efisien penggunaan asset dan semakin cepat pengembalian dana
dalam bentuk kas. Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan dengan
berbagai investasi dalam aktiva. Berdasarkan tingkat aktivitas, modal kerja akan
diketahui komposisi elemen aktiva lancar yang efektif dan efisien. Rasio-rasio
=
−
Dari rasio ini dapat ditentukan berapa lama rata-rata persediaan tersebut ada
di gudang (average day’s inventory), yaitu dengan membagi jumlah hari dalam
satu tahun dengan angka perputaran persediaan. Rumus untuk menghitung umur
− =
kreditnya, yang diukur oleh lamanya waktu piutang dagang ditagih atau
besar dan rasio ini rendah. (Sarwoko dan Halim : 1989). Berikut ini adalah rumus
=
−
Rasio ini dapat menghitung hari rata-rata pengumpulan piutang atau periode
penagihan piutang (average day’s collection), yaitu dengan membagi jumlah hari
dalam satu tahun dengan angka perputaran piutang. Rmus untuk mengetahui
untuk mengetahui berapa kali utang dagang perusahaan berputar dalam setahun
=
−
26
Rasio aktivitas ini mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan
Rasio penjualan terhadap aktiva tetap memberikan ukuran perputaran dari pada
pabrik dan peralatan. (Weston dan Brigham, 2010 dalam Afrinda, 2013). Rumus
aktiva operasi. Rasio ini menunjukan efektif tidaknya pemakaian aktiva. Semakin
27
tinggi rasio ini menunjukan semakin efektif pemakaian aktiva. (Sarwoko dan
sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan, ketika perusahaan
memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Laba perusahaan
keuangan lainnya, seperti penjualan, aktiva, dan ekuitas. Perbandingan ini sering
seluruh aktiva. ROA mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban
bunga dan pajak. Berikut ini merupakan indikator pengukur tingkat profitabilitas
Gross profit margin atau margin laba kotor digunakan untuk mengetahui
keuntungan kotor perusahan yang berasal dari penjualan setiap produknya. Rasio
ini sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok
penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurut begitu pula
sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga
berproduksi secara efisien (Elfianto nugroho, 2011). Rumus dari gross profit
( )
= %
Pengukuran yang lebih spesifik dari rasio profitabilitas yang berkaitan dengan
penjualan adalah menggunakan net profit margin atau margin laba bersih.
Net profit margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah
= %
29
Jika margin laba kotor tidak terlalu banyak berubah sepanjang beberapa tahun
tetapi margin laba bersihnya menurun selama periode waktu yang sama, maka hal
tarif pajak yang lebih tinggi. Di sisi lain, jika margin laba kotor turun, hal tersebut
Berikut ini beberapa perhitungan dalam mencari profitabilitas, antara lain sebagai
berikut:
Return On Assets (rasio pengembalian atas total aset) adalah rasio yang
( )
= %
30
merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal
saham sendiri sehingga ROE juga dapat digunakan untuk menilai seberapa besar
= %
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas dan rasio
aktivitas masing-masing yang diukur dengan current ratio, inventory turnover dan
Rasio lancar adalah ukuran dari likuiditas jangka pendek, atau perbandingan
antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Bagi perusahaan, rasio lancar yang
tinggi menunjukkan likuiditas, tetapi hal ini juga bisa dikatakan menunjukkan
penggunaan kas dan aset jangka pendek secara tidak efisien. Nilai likuiditas yang
terlalu tinggi berdampak kurang baik terhadap earning power karena adanya iddle
cash atau menunjukkan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini
adalah negatif. Semakin tinggi Current ratio maka semakin rendah tingkat ROA,
sangat besar, baik untuk produksi maupun untuk investasi. Kebutuhan dana ini
tidak dapat sepenuhnya dipenuhi menggunakan modal sendiri. Oleh karena itu,
harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menambah beban bagi perusahaan
yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian. Rasio utang dalam sebuah
laporan keuangan menunjukkan seberapa besar aset yang dibiayai dengan utang.
Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan
Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang semakin besar, maka menunjukkan
besar pada sisi aktiva lancar. Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva
memiliki dua efek yang sangat berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan
Van Horne, dan Wachowicz (1997) dalam Nugroho (2011), likuiditas perusahaan
rendah.
Persediaan merupakan aktiva yang harus dikelola dengan baik, kesalahan dalam
harga atau karena perubahan selera konsumen. Hal ini juga akan menghemat
Penelitian yang mendukung teori ini adalah Irman Deni (2013) yang menyatakan
piutang menjadi kas dalam satu periode tertentu. Semakin besarnya jumlah
piutang berarti semakin besar pula keuntungan yang diperoleh, namun bersamaan
dengan itu juga memperbesar resiko yang mungkin akan terjadi atas likuditasnya.
Perputaran piutang merupakan salah satu bentuk investasi yang dilakukan oleh
pihak perusahaan. Apabila perputaran piutang dikelola secara efektif dan efisien
oleh perusahaan, maka akan menghasilkan laba atau tingkat profitabilitas yang
sejauh mana kelancaran pelunasan yang dilakukan oleh konsumen. Semakin besar
tingkat perputaran piutang makan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh.
34
hasil penelitian. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abdul Raheman dan
Mohamed Nasr (2007) disebutkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara
empiris perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2008-
2012)“. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perputaran piutang secara parsial
profitabilitas.
penelitian ini menunjukan bahwa current ratio berpengaruh negatif dan signifikan
namun tidak signifikan terhadap ROA, quick ratio berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, debt to total assets ratio (DAR) dan debt to equity ratio