Anda di halaman 1dari 6

SITA DAN LELANG

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Terima kasih kepada Bapak/ Ibu sekalian yang sudah ikut berpartisipasi secara aktif pada
tahap minggu ketujuh. Sekarang kita lanjut ke tahap 8 (delapan) yaitu inisiasi 8 (delapan)
bahan materi dari modul 12 (duabelas), materi OER 8 (delapan), diskusi 8 (delapan) dan
tes formatif 8 (delapan). Diharapkan keaktifan Bapak/ Ibu sekalian. Dalam menjawab
pertanyaan tersebut Mahasiswa/i diutamakan mengacu pada Modul Hukum Acara Perdata
HKUM4405 dan diperbolehkan mengambil dari artikel dan buku-buku Hukum Acara
Perdata dari Penulis lain. Bagi yang belum aktif pada minggu sebelumnya Bapak/ Ibu
masih ada kesempatan dan jangan pernah beranggapan bahwa Bapak/ Ibu percuma
mengikuti pada tahap minggu ini sedangkan pada minggu sebelumnya Bapak/ Ibu tidak
ikut. Itu adalah persepsi yang salah. Karena Bapak/ Ibu dapat mengejar ketertinggalan itu
dengan aktif pada minggu ini dan minggu selanjutnya. Bapak/ Ibu sekalian diwajibkan
untuk terus aktif mengikuti kelas ini, tetaplah pelajari modul baik pada fasilitas Ruang
Baca Virtual (RBV) maupun modul yang Bapak/ Ibu miliki. Sekarang akan kita pelajari
tentang jenis-jenis sita, proses penyitaan, dan akibat hukum penyitaan, pengertian lelang,
lembaga, pelaksanaan lelang, dan proses lelang.

Sekian dan terima kasih

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Modul 12 KB 1 Jenis-Jenis Sita, Proses Penyitaan, dan Akibat Hukum Penyitaan


1. Jenis-jenis sita
a. Sita eksekusi (executorial beslag)
RBg;
b. Sita jaminan (conservatoir beslag)
diatur dalam Pasal 227 HIR 261
RBg;
c. Sita revindikatior (revindicatoir
beslag) diatur dalam Pasal 226
HIR, 260 RBg.
Asas penyitaan
Asas penyitaan adalah semua harta kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun yang
tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari,
menjamin utang-utangnya (Pasal. 1131 KUHPdt).
Sita Penjaminan
Ada dua jenis sita penjaminan seperti berikut:
a. Sita Jaminan terhadap Barang Milik Sendiri terdiri dari sita revindikator
(revindicatoir beslag) dan Sita marital.
b. Sita Jaminan terhadap Barang-barang Milik Debitur yakni sita konservator
(conservatoir beslag).
Barang Sita Jaminan
Yang dapat disita dalam sita jaminan menurut HIR dan RBg sebagai berikut:
a. Barang bergerak milik debitor (Pasal 227 jo 197 HIR, 261 jo 208 RBg);
b. Barang tetap milik debitor (Pasal 227, 197,198,199 HIR, 261, 208,214 RBg).

Sifat Penyitaan

Sifat hukum suatu penyitaan adalah IN BEZIT NEMEN atau mengambil dalam
penguasaan. Dalam pengertian, panitera pengadilan atas nama kreditor mengambil
barang-barang milik atau yang berada ditangan debitur dalam kekuasaannya.

2. Proses penyitaan
a. Sita eksekusi, agar suatu putusan hakim dapat dilaksanakan secara paksa oleh
pengadilan, jika debitur yang dikalahkan secara sukarela. Perlu dilakukan pihak
pemenang mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan.
b. Sita jaminan, atas miliknya sendiri, atas barang bergerak milik debitur, atas barang
tetap milik debitur.

3. Akibat hukum penyitaan


a. Terhadap barang terbeban hak kebendaan, artinya jika barang yang disita tersebut
dipindahtangankan, penyita berhak untuk meminta pengembaliannya.
b. Terhadap tersita menjadi pemilik lugu (bloote eigenaar) artinya boleh memakai
barang yang telah disita, tetapi tidak boleh menjual, membebani, atau menyewakan
barang yang telah disita (Pasal 199 HIR 214 RBg).
c. Terhadap penyita, pemohon sita (penyita) memperoleh hak revindikasi, yaitu hak
untuk menuntut pengembaliannya jika barang dipindahtangankan.

Modul 12 KB 2 Pengertian Lelang, Lembaga Pelaksanaan Lelang, dan Proses Lelang


1. Pengertian lelang
Penjualan di muka umum harta kekayaan termohon yang telah di sita eksekusi atau
dengan kata lain menjual di muka umum barang sitaan milik termohon (debitur), yang
dilakukan di depan juru lelang atau penjualan lelang dilakukan dengan perantaraan atau
bantuan kantor lelang (juru lelang).
Menurut ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, dijelaskan bahwa lelang adalah penjualan barang
yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang
semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului
dengan pengumuman lelang.
2. Lembaga pelaksana lelang
a. Lelang dilaksanakan oleh sebuah lembaga dalam lingkungan Kementerian
Keuangan.
b. Susunan organisasi pelaksana lelang yang berada dalam lingkungan Kementerian
Keuangan sebagai berikut:
1. Menteri keuangan Republik Indonesia.
2. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
3. Direktur jenderal adalah direktur jenderal kekayaan negara, seseorang yang
memimpin Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
4. Kantor wilayah DJKN yang disebut kantor wilayah adalah instansi vertikal
DJKN yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur
jenderal kekayaan Negara.
5. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) adalah instansi
vertikal DJKN yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
kepala kantor wilayah.
6. Kantor Lelang Kelas II adalah kantor swasta tempat kedudukan pejabat lelang
kelas II.
7. Balai lelang
3. Proses lelang
a. Lelang Noneksekutorial
1. Persiapan lelang
a. Pemohon lelang
Permohonan ditujukan kepada keapala KPKNL untuk dimintakan jadwal
pelaksanaan lelang
1. Apabila ada permohonan lelang, pejabat kelas I memberikan laporan
keapada kepala kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
dan Lelang.
2. Berdasarkan surat tugas dari Kakanwil, pejabat lelang kelas I
mengeluarkan pengumuman dakan diadakannya lelang.
b. Tempat pelaksanaannya lelang
1. Harus dalam wilayah Kanwil KPKNL atau wilayah pejabat lelang kelas
II tempat barang berada.
2. Dapat diluar itu asalkan dapat persetujuan
a. Dirjen An Menteri untuk barang diluar negeri
b. Direktur lelang atas nama direktur jenderal untuk barang dalam
wilayah antar kota wilayah.
c. Kepala kantor
c. Waktu pelaksanaan
1. Pada jam hari kerja
2. Noneksekusi, dapat diluar jam kerja dan hari kerja
3. Surat permohonan persetujuan pelaksanaan lelang diluat jam dan hari
kerja diajukan oleh penjual/ pemilik barang
d. Surat keterangan tanah
Apabila tanah atau anah dan banguanan yang akan dielalng belum terdaftar
di BPN, KPKNL atau pejabat lelang kelas II mensyaratkan kepada penjual
untuk memeinta surat keterangan kepemilikan dari lurah / kepala desa.
e. Pembatalan sebelum pelaksanaan lelang
1. Permintaan dari penjual
2. Penetapan provosional atau dengan putusan penradilan umum
3. Pembatalan dari penjual sebelum lima hari pelaksaan lelang
4. Adanya putusan atau penetapan lembaga peradilan atau pembatalan oleh
oejabat lelang
5. Uang jaminan penawaran lelang
6. Nilai limit
7. Pengumuman lelang
2. Pelaksanaan lelang
a. Pemandu lelang, dalam pelaksanaan lelang, pejabat lelang dapat dibantu oleh
pemandu lelang.
b. Penawaran lelang
c. Pembeli, pejabat lelang mengesahkan penawar tertinggi yang telah mencapai
atau melampaui nilai limit sebagai pembeli dalam pelaksanaan lelang yang
menggunakan nilai limit.
d. Pembayaran dan penyetoran, harus dengan cara tunai/ cash atau dengan cek
giro paling lambat 3 hari kerja setelah pelaksanaan lelang
e. Penyerahan barang kepemilikan barang, setelah pembeli menunjukan bukti
pelunasan pembayaran dan menyerahkan bukti setor bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan (BPHTB).
f. Risalah lelang, dibuat dalam bahasa Indonesia dan diberi nomor urut.
b. Lelang eksekusi
Berdasarkan HIR/ RBg, proses eksekusi putusan hakim:
1. Jika pihak yang kalah tidak mau melaksanakan bunyi putusan, pihak yang
menang mengajukan permohonan eksekusi kepada ketua pengadilan negeri
(Pasal 196 HIR, 207 RBg).
2. Menurut ketentuan Pasl 195 (ayat 1) HIR/206 ayat (1) RBg, eksekusi
dilaksanakan atas perintah dan pimpinan dari ketua pengadilan negeri yang pada
tingkat pertama memeriksa dan memutus perkaranya.
3. Dalam waktu delapan hari tidak melaksanakan bunyi putusan dan juga tidak
menghadap ketua pengadilan, maka diperintakan untuk menyita harta kekayaan
pihak yang kalah.
4. Jika tidak melaksnakan bunyi putusan maka barang-barang milik pihak yang
dikalahkan yang disita akan dilelang.

Anda mungkin juga menyukai