Anda di halaman 1dari 12

Nama : Aisyah Prastiwi Putri

NIM : 190341621616
Offering :A

SOAL-SOAL MATA KULIAH STRUKTUR PERKEMBANGAN


TUMBUHAN 1

1. Bandingkan 5 pola perubahan sistem jaringan pengangkut dari akar ke


batang pada leher akar!
Jawab:
Sumber: Mulyani, Sri. Anatomi Tumbuhan.
Hubungan antara sistem pembuluh akar dan batang.
Sistem pembuluh primer akar dan batang berbeda struktur dan arah
perkembangan menjarinya. Protoxilem pada akar bersifat eksark sedangkan
pada batang bersifat endark, sedangkan pada batang bersifat endark. Susunan
xilem dan floem pada akar berselang-seling, sedangkan pada batang
menyamping. Pola berkas pengangkut batang tidak sama dengan akar. Pada
pertemuan sistem pembuluh akar dan batang terjadi adaptasi satu dengan yang
lain. Daerah ini disebut daerah peralihan atau leher akar.
Struktur daerah peraihan sangat rumit, dan antara spesies satu dan yang
lain berbeda. Biasanya struktur ini dicari dari serangkaian irisan seri kecambah
yang jaringan pembuluh primernya telah berkembang penuh, tetapi belum
mengadakan pertumbuhan sekunder. Panjang daerah peralihan pada
Dicotyledoneae berbeda, ada yang pendek tetapi ada pula yang panjang antara
1 mm dan 3 cm. Garis tengah daerah peraliihan biasanya lebih besar daripada
garis tengah akar maupun batang karena di daerah ini terjadi pembelahan,
perputaran, perbanyakan, dan penggabungan untaian xilem dan floem.
Beberapa vebtuk perubahan dari akar ke batang ditinjau dari struktur
pembuluhnya dapat dipelajar pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema peralihan jaringan pembuluh dari batang ke akar
di derah peralihan. (Bulatan: xilem, titik-titik: floem)

2. Bagaimana mekanisme transpor ekstravasikuler maupun intravasikuler


pada organ akar?
Jawab:
Sumber: Whitten & Whitten, Indonesian Heritage: Tetumbuhan, 2002,
hlm. 17 dan Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA
dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta, p. 346.
Pengangkutan air dan garam mineral pada tumbuhan dapat melalui dua
cara, yaitu pengangkutan ekstravaskuler dan pengangkutan intravaskuler.
1. Pengangkutan Ekstravaskuler
Dalam proses pengangkutan, tumbuhan dapat menyerap air dari tanah
ke dalam tubuh melewati satu sel ke sel lain secara horizontal. Proses demikian
dinamakan pengangkutan ekstravaskuler. Maksudnya, pengangkut an air di
mulai dengan penyerapan oleh bulu akar, kemudian masuk menuju sel-sel
epidermis. Dari sel epidermis, air menuju korteks, dan diteruskan ke sel-sel
endodermis. Akhirnya, air masuk ke stele. Dari korteks, air didistribusikan
menuju sel-sel untuk proses metabolisme tubuh.
Untuk melakukan pengangkutan ekstravaskuler, tumbuhan
dapat menempuhnya melalui dua cara, yakni secara simplas dan
aploplas. Pengangkutan simplas merupakan sistem pengangkutan air dan zat
terlarut pada tumbuhan melalui bagian hidup dari satu sel ke sel lainnya.
Bagian sel yang dilewati air dan zat terlarut tersebut adalah sitoplasma dan
vakuola. Air dan zat terlarut ini dapat terangkut ke dalam tubuh tumbuhan
dengan transpor aktif dan osmosis melalui plasmodesmata. Plasmodesmata
adalah saluran yang menghubungkan protoplasma suatu sel dengan
protoplasma sel lainnya. Perhatikan Gambar 2.

Gambar 2. Pengangkutan ekstravasikuler pada tumbuhan.


Air dan zat terlarut diserap bulu akar menuju sel-sel parenkim korteks
yang berlapis-lapis. Lalu, air dan zat terlarut tersebut bergerak menuju sel-sel
endodermis dan dilanjutkan ke sel-sel periskel. Akhirnya, air dan zat terlarut
menuju berkas pembuluh xilem. Secara intravaskuler, air dan zat terlarut
tersebut diangkut oleh xilem. Sebenarnya ada perbedaan antara pengangkutan
zat terlarut dengan pengangkutan air. Tumbuhan menyerap zat terlarut
melawan gradien konsentrasi. Maksudnya, zat terlarut tersebut dibawa
tumbuhan bergerak dari konsentrasi rendah menuju konsentrasi tinggi
melalui transpor aktif.
Pengangkutan ekstravaskuler selanjutnya adalah
pengangkutan aploplas. Aploplas memiliki mekanisme pengangkutan yang
berkebalikan dengan simplas. Pengangkutan aploplas bekerja mengangkut air
dan garam mineral bergerak melalui bagian sel yang tidak hidup, misalnya
dinding sel dan ruang antarsel, baik secara difusi ataupun transpor pasif.
Namun, proses pengangkutan air dan zat terlarut secara aploplas dapat
mengalami hambatan. Hambatan ini terjadi karena adanya pita Kaspari pada
sel-sel endodermis. Pita Kaspari adalah suatu pita yang terbuat dari suberin,
suatu bahan berlilin yang kedap air dan garam mineral. Pita Kaspari yang
membuat air dan zat terlarut tidak dapat bergerak menuju stele. Sehingga,
pengangkutan air dan zat terlarut tidak terjadi secara intravaskuler melalui
xilem. Dengan demikian, air dan garam mineral masuk ke dalam endodermis
serta menuju stele hanya melalui pengangkutan simplas.
2. Pengangkutan Intravaskuler
Pengangkutan intravaskuler berbeda dengan
pengangkutan ekstravaskuler. Istilah intravaskuler berasal dari kata intra
yang berarti ‘dalam’, dan vaskuler yang berarti ‘pembuluh’.
Pengangkutan intravaskuler adalah pengangkutan air dan zat terlarut yang
terjadi dalam berkas pembuluh xilem dan floem secara vertikal.
Vertikal maksudnya adalah pengangkutan air dan zat terlarut oleh xilem
dari menuju daun oleh xilem.
Sebaliknya, pengangkutan zat makanan diangkut dari daun ke seluruh
tubuh tumbuhan dilakukan oleh floem.

Gambar 3. Pengangkutan air dan garam mineral secara intravaskuler


Pengangkutan air dan zat terlarut pada tumbuhan diawali
dengan penyerapan zat melalui rambut akar. Kemudian zat tersebut
mengalir menuju epidermis. Dari epidermis, air dan zat terlarut mengalir
menuju korteks dan diteruskan ke sel-sel endodermis. Berikutnya, air dan
zat terlarut masuk ke berkas pembuluh xilem akar. Selanjutnya, air dan
zat terlarut diteruskan menuju xilem batang hingga xilem daun. Di dalam xilem
daun, zat-zat yang berguna masuk ke parenkim mesofil daun sebagai bahan
proses fotosintesis.
Proses fotosintesis menghasilkan glukosa dan oksigen.
Glukosa diangkut pembuluh floem menuju seluruh jaringan tubuh.
Oksigen dikeluarkan tumbuhan lewat stomata daun. Sementara air
sisa metabolisme dikeluarkan lewat proses transpirasi. Kecepatan
pengangkutan zat pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah. 
Semakin tinggi kelembaban udara di sekitar tumbuhan, maka difusi
yang terjadi di dalam tumbuhan berlangsung lambat. Sebaliknya, semakin
rendah kelembaban udara lingkungan, difusi di dalam tumbuhan akan semakin
cepat.
Semakin tinggi suhu lingkungan di sekitar tumbuhan dan intensitas
ncahaya yang meningkat serta angin yang semakin kencang, maka
laju transpirasi tumbuhan akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, suhu
lingkungan, intensitas cahaya, dan angin yang semakin besar mengakibatkan
proses pengangkutan zat berlangsung lambat. Semakin banyak kandungan air
di dalam tanah, maka potensial air semakin tinggi. Akibatnya, proses
transportasi zat pada xilem dan laju transpirasi semakin meningkat.

3. Bagaimana adaptasi akar tumbuhan air untuk kelangsungan hidupnya?


Jawab:
Sumber: Wikipedia, Tumbuhan Air, 2019.
Tumbuhan air juga disebut hidrofit (Ing. Hydrophyte) adalah
tumbuhan yang telah menyesuaikan diri untuk hidup pada lingkungan perairan,
baik terbenam sebagian atau seluruh tubuhnya. Tumbuhan air tergantung
hidupnya pada air, tidak sekadar tanah yang becek dan kadang-kadang kering,
meskipun istilah hidrofit dipakai juga untuk tumbuhan yang dapat beradaptasi
dengan kondisi becek, namun sehari-hari tumbuh pada kondisi tanah dengan
kandungan air normal.

Berikut adalah karakteristik tumbuhan air.

1. Kutikula tipis. Cuticles terutama mencegah kehilangan air, sehingga


sebagian besar hydrophytes tidak perlu untuk cuticles.
2. Stomata yang terbuka kebanyakan waktu karena air yang melimpah dan
karena itu tidak perlu untuk terlebih dahulu disimpan dalam tanaman. Ini
berarti bahwa sel penjaga stomata pada umumnya tidak aktif.
3. Peningkatan jumlah stomata, yang dapat di salah satu sisi daun.
4. Sturktur yang Kurang kaku jadi tekanan air mendukung mereka.
5. Daun yang tipis dan lebar pada permukaan tanaman untuk pengapungan.
6. Udara sacs untuk pengapungan.
7. Kecil akar: air dapat tersebar langsung ke daun.
8. Akar ringan: tidak perlu untuk mendukung tanaman.
9. Khusus akar dapat mengambil oksigen dalam.

Adaptasi tumbuhan yang hidup di air (hidrofit)


 Tumbuhan air yang terapung di atas air mempunyai rongga antar sel
yang berisi udara untuk memudahkan mengapung di air, daun lebar dan
tangkai daun menggembung berisi udara.
Contoh: enceng gondok, kiambang
 Tumbuhan air yang terendam di dalam air, mempunyai dinding sel
yang kuat dan tebal untuk mengurangi osmosis ke dalam sel.
Contoh : Hydrilla,Vallisneria
 Tumbuhan yang sebagian tubuhnya di atas permukaan air dan
akarnya tertanam di dasar air, mempunyai rongga udara dalam
batang atau tangkai daun sehingga tidak tenggelam dalam air dan daun
muncul ke permukaan air.
Contoh: teratai, kangkung.
 Tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut, mempunyai
perakaran yang lebat dan kuat sehingga tidak roboh bila terkena ombak.
Contoh: tumbuhan bakau
4. Bagaimana perkembangan pertumbuhan sekunder pada organ akar?
Jawab:
Sumber: Sulisetijono dan Saptari, Murni. Struktur Perkembangan
Tumbuhan 1 (Anatomi Tumbuhan). 2019.
Sebagian besar akar tumbuhan dikotil memperlihatkan pertumbuhan
penebalan sekunder, sama dengan yang terjadi pada batang dikotil. Sebaliknya
pada kebanyakan akar monokotil tidak menunjukkan pertumbuhan sekunder,
akar monokotil semuanya tetap primer sepanjang hidupnya. Jaringan sekunder
yang dikembangkan pada akar dikotil pada dasarnya cukup sama dengan yang
ada pada batang dikotil, hanya saja proses pengawalannya agak berbeda
caranya. Akar dikotil tertentu tidak menampilkan pertumbuhan sekunder.
Jaringan vaskular sekunder muncul sebagai hasil aktivitas kambium. Felogen
menghasilkan periderm (Gambar 5)

Gambar 5. Pertumbuhan Sekunder pada Akar Dikotil. A-D. Diagram yang menunjukkan
tahapan pada pertumbuhan sekunder yang merupakan tipe akar dikotil (Sumber: Pandey, 1980)

Akar tumbuhan dikotil mempunyai jumlah tertentu berkas vaskular


radial dengan xilem eksark. Biasanya empulur sangat sempit atau tidak ada
sama sekali. Pada awal pertumbuhan sekunder, beberapa sel parenkima di
bawah setiap kelompok floem menjadi meristematik dan dengan demikian
sejumlah potongan kambium yang terbentuk sebanyak jumlah kelompok
floem. Sel-sel kambium membelah berulang-ulang dan menghasilkan jaringan
sekunder. Kemudian beberapa sel perisikel berlapis tunggal yang terletak
berhadapan dengan kelompok protoxilem menjadi meristematik, membelah
dan membentuk beberapa lapis sel. Kambium yang terbentuk pertama tadi
kemudian meluas ke arah kedua tepinya sampai mencapai turunan terdalam
perisikel tersebut sehingga membentuk lingkaran kambium yang utuh.
Lingkaran kambium tampak bergelombang karena melekuk di sebelah dalam
kelompok floem dan di sebelah luar kelompok xilem. Sel-sel kambium
menghasilkan unsur-unsur xilem lebih banyak dibanding dengan floem.
Kambium yang terbentuk pertama tadi menghasilkan xilem sekunder jauh lebih
awal, dan lingkaran kambium yang semula bergelombang akhirnya menjadi
lingkaran yang rata. Sekarang seluruh lingkaran kambium menjadi
meristematik yang aktif membelah, dan dengan cara yang sama seperti yang
ada pada batang, menghasilkan xilem sekunder di sebelah dalamnya dan floem
ke arah luar.
Jaringan vaskular sekunder membentuk silinder yang utuh dan biasanya
xilem primer menjadi terbenam di dalamnya. Pada tahap ini perbedaan antara
xilem sekunder dan xilem primer hanya melalui tanda bahwa xilem eksark
yang terletak di pusat. Unsur-unsur floem primer umumnya tampak dalam
keadaan remuk atau terputus-putus. Sel-sel kambium yang berasal dari
perisikel yang terletak berhadapan dengan kelompok protoxilem berfungsi
sebagai inisial jejari dan menghasilkan jejari vaskular yang lebar. Jejari ini
terbentang di dalam xilem dan floem dengan melintasi kambium; keadaan ini
adalah tampilan khas pada akar. Jejari demikian itu biasanya disebut jejari
empulur.
Periderm Secara simultan periderm berkembang di daerah pinggir akar.
Perisikel satu lapis menjadi meristematik dan membelah, menghasilkan
kambium gabus atau felogen. Kambium gabus menghasilkan beberapa lapis
sel gabus atau felem ke arah luar, dan feloderm ke arah dalam. Feloderm tidak
mengandung kloroplas. Tekanan yang ditimbulkan jaringan sekunder merusak
korteks beserta endodermis, yang akhirnya terkelupas. Epidermis mati lebih
awal. Lentisel dapat juga terbentuk. (Gambar 6)
Gambar 6. Pertumbuhan Sekunder Akar. Penampang melintang akar dikotil yang
menunjukkan pertumbuhan sekunder tahap akhir (Sumber: Pandey, 1980).

5. Jelaskan istilah dibawah ini beserta contoh letaknya :


a. Eksark
b. Penebalan Pita Caspary
c. Apoplas dan Simplas
Jawab:
Sumber: Rifa'i, Mien.A.  Kamus biologi/penyusun akhir Mien A.rifai
cetakan ke-4, Jakarta Balai Pustaka, 2004 halaman 95
a. Eksark adalah pendewasaan xilem yang berlangsung secara sentripetal
dengan unsur tertua (proto-xilem) terletak paling jauh dari pusat sumbu,
biasanya terdapat pada akar tumbuhan berbiji, Xilem dan Floem tidak
terletak dalam radius yang sama.
Letak pada Xilem
Gambar:
Gambar 7. Preparat Melintang Akar Jagung (Zea mays)
Sumber: Prof. Soumendra Kumar, Rahensaw University
b. Penebalan Pita Caspary
Dalam akar, terdapat pita kaspari. Pita kaspari merupakan struktur akar
yang terletak di antara korteks dan silinder pusat. Pita kaspari juga
mengalami penebalan dari lignin atau suberin
Pembahasan:
Endodermis merupakan pemisah antara korteks dengan silinder pusat.
Endodermis berupa satu Iapis sel, tersusun rapat, dan dinding selnya
mengalami penebalan gabus dari suberin dan kutin sehingga membentuk
penebalan berupa pita yang disebut Dita kaspari. SeI-sel endodermls yang
tidak mengalami penebalan disebut dengan sel penerus/sel peresap
sehingga memungkinkan air dapat masuk ke silinder pusat.
Letak: Pada sel endodermis
Gambar:

Gambar 7. Pita Caspary pada sel endodermis. Sel endodermis dengan


penebalan gabus ini sulit ditembus oleh air. Pita caspary berfungsi
mencegah masuknya air ke dalam stele.
Sumber: Botany, 1995.
c. Apoplas dan Simplas
Air yang diserap oleh akar dari lingkungannya akan masuk melalui dua
jalur yang berbeda yaitu simplas (symplast) dan apoplas (apoplast).
Pada jalur apoplas air akan masuk lewat diantara dinding sel dan plasma
membran. Air yang bergerak melewati jalur ini hampir tidak memiliki
hambatan.

Gambar 8. Jalur Simplas dan Apolas


Sumber: Pearson Education, Inc. 2011

Pada jalur simplas, air masuk melewati bagian dalam dari sel atau
sitoplasma, bergerak dari sel yang satu ke sel yang lainnya melalui
plasmodesmata (saluran penghubung antar sel). Kecepatan air yang
melalui jalur simplas lebih rendah dibandingkan jalur apoplas karena
hambatan dalam sitoplasma empat kali lebih besar daripada dinding sel.
Pergerakan air ke pusat akar yang melalui jalur apoplas akan berhenti
ketika telah mencapai endodermis akibat adanya lapisan kedap air pada
endodermis  yang disebut sebagai casparian strip. Strip terdiri atas suberin
yakni lapisan lilin yang impermeabel terhadap air. Jadi karena tidak dapat
lagi melewati dinding sel endodermis, air harus masuk melalui plasma
membran terus ke dalam sitoplasma.
Gambar 9. Jalur Simplas dan Apoplas
Sumber: Thomson Higher Education, 2007.

Casparian strip memaksa air yang melewati jalur apoplas beralih ke


jalur simplas. Air kemudian masuk ke dalam xylem dan diangkut ke
bagian atas tanaman.

Anda mungkin juga menyukai