Materi Uas
Materi Uas
Action Dari Insulin Dan Glukagon Terhadap Glukosa, Lemak Dan Metabolismeprotein
Insulin Glukagon
Glukosa
Transportasi meningkatkan transpor glukosa ke otot
glukosa rangka dan jaringan adiposa
Sintesis glikogen meningkatkan sintesis glikogen mempromosikan kerusakan glikogen
glukoneogenesis penurunan glukoneogenesis Meningkatkan glukanogenesis
Lemak
Sintesis Meningkatkan sistesis trigliserida
trigliserida
transportasi meningkatkan transpor asam lemak ke meningkatkan lipolisis dalam jaringan
trigliserida ke dalam sel adiposa adiposa, membebaskan asam lemak
jaringan adiposa dan gliserol untuk digunakan dalam
glukoneogenesis
aktivasi lipase menghambat lipase sel adiposa Mengaktifkan lipase sel adiposa
sel adiposa mengaktifkan lipoprotein lipase di dinding
kapiler
Protein
Pengangkutan meningkatkan transpor aktif asam amino Meningkatkan transportasi asam
asam amino ke dalam sel amino ke sel hati
Sintesis protein meningkatkan sintesis protein dengan Meningkatkan pemecahan protein
meningkatkan transkripsi RNA messenger menjadi asam amino untuk digunakan
dan mempercepat sintesis protein oleh dalam glukanogenesis
RNA ribosom
Pemecahan mengurangi pemecahan protein dengan Meningkatkan konversi asam amino
protein meningkatkan penggunaan glukosa dan menjaadi prekuroe glukosa
asam lemak sebagai bahan bakar
Penanggulangan PJK
Diet
Media dan pendidikan Media dan kampanye pendidikan yang berkelanjutan, terfokus,
menggunakan berbagai mode, untuk meningkatkan konsumsi makanan
sehat tertentu atau mengurangi konsumsi makanan atau minuman tertentu
yang kurang sehat, baik sendiri atau sebagai bagian dari strategi
multikomponen
program pendidikan supermarket dan toko bahan makanan di lokasi untuk
mendukung pembelian makanan yang lebih sehat
Label dan Informasi panel fakta nutrisi yang diamanatkan atau label / ikon kemasan sebagai
cara untuk memengaruhi perilaku industri dan formulasi produk
Insentif ekonomi strategi subsidi untuk menurunkan harga makanan dan minuman yang lebih
sehat
strategi pajak untuk menaikkan harga makanan dan minuman yang kurang
sehat
perubahan dalam subsidi pertanian dan kebijakan terkait lainnya untuk
menciptakan infrastruktur yang memfasilitasi produksi, transportasi, dan
pemasaran makanan sehat, bertahan selama beberapa dekade
Sekolah intervensi multikomponen yang berfokus pada peningkatan pola makan dan
aktivitas fisik, termasuk kurikulum pendidikan khusus, guru terlatih,
kebijakan sekolah suportif, program pendidikan jasmani formal, pilihan
makanan dan minuman sehat, dan komposisi parrental / keluarga
program taman sekolah, termasuk pendidikan nutrisi dan berkebun dan
pengalaman berkebun secara langsung
program buah dan sayuran segar yang memberikan buah dan sayuran
gratis kepada siswa selama hari sekolah
Tempat kerja program kesehatan tempat kerja yang komprehensif dengan nutrisi,
aktivitas fisik, dan komponen penghentian / pencegahan tembakau
peningkatan ketersediaan pilihan makanan / minuman yang lebih sehat dan
/ atau standar nutrisi yang kuat untuk makanan dan minuman yang
disajikan, dikombinasikan dengan permintaan, label, atau ikon mesin
penjual otomatis untuk membuat pilihan yang lebih sehat
Lingkungan lokal peningkatan ketersediaan supermarket di dekat rumah.
Pembatasan dan pembatasan iklan televisi untuk makanan atau minuman yang kurang sehat
mandat yang diiklankan untuk anak-anak.
pembatasan iklan dan pemasaran makanan atau minuman yang kurang
sehat di dekat sekolah dan tempat-tempat umum yang sering dikunjungi
oleh kaum muda.
standar nutrisi umum untuk makanan dan minuman, dipasarkan dan
diiklankan kepada anak-anak dengan cara apa pun, termasuk promosi
dalam paket.
kebijakan regulasi untuk mengurangi nutrisi spesifik dalam makanan, mis.
lemak trans, garam, lemak tertentu
Aktifitas fisik
Label dan informasi point-of-decision meminta untuk mendorong penggunaan tangga.
Insentif ekonomi peningkatan pajak bensin untuk meningkatkan transportasi / perjalanan
aktif.
Sekolah intervensi multikomponen fokus pada peningkatan diet dan aktivitas fisik,
termasuk kurikulum pendidikan khusus, guru terlatih, kebijakan pendukung,
program pendidikan jasmani formal, penyajian pilihan makanan dan
minuman sehat, dan komponen orangtua / keluarga.
peningkatan ketersediaan dan jenis ruang dan peralatan taman bermain
sekolah
peningkatan jumlah kelas pendidikan jasmani, revisi kurikulum pendidikan
jasmani untuk menambah waktu setidaknya dalam aktivitas mode, dan
melatih guru pendidikan jasmani di sekolah.
aktivitas fisik kelas reguler istirahat selama pelajaran akademik.
Tempat kerja program kesehatan tempat kerja yang komprehensif dengan nutrisi,
aktivitas fisik, dan komponen penghentian / pencegahan tembakau.
program tempat kerja terstruktur yang mendorong aktivitas dan juga
menyediakan waktu yang ditetapkan untuk aktivitas fisik selama jam kerja.
meningkatkan akses dan daya tarik tangga, berpotensi dikombinasikan
dengan elevator "lompatan" yang melewati beberapa lantai.
menambahkan baru atau memperbarui pusat kebugaran di tempat kerja.
Aktivitas fisik berkelanjutan
Lingkungan lokal peningkatan aksesibilitas ruang rekreasi dan olahraga dan fasilitas (mis.
pembangunan taman dan taman bermain, peningkatan jam operasional,
penggunaan fasilitas sekolah selama jam non sekolah).
perbaikan desain penggunaan lahan (mis. integrasi dan keterkaitan antara
tempat tinggal, sekolah, pekerjaan, ritel, dan publik).
perbaikan desain trotoar dan jalan untuk meningkatkan komuter aktif
(berjalan atau bersepeda) ke sekolah oleh anak-anak.peningkatan
keselamatan lalu lintas.
peningkatan estetika lingkungan (untuk meningkatkan aktivitas pada orang
dewasa)
peningkatan walkability, sebuah komposit menunjukkan yang
menggabungkan aspek campuran
penggunaan lahan, konektivitas jalan, infrastruktur pejalan kaki, estetika,
keselamatan lalu lintas, dan keamanan kejahatan.
Merokok
Media dan pendidikan Media yang berkelanjutan dan fokus kampanye pendidikan untuk
mengurangi merokok, baik sendirian
Label dan informasi Peringatan paket cerutu, terutama yang berkaitan dengan grafik dan
kesehatan
Insentif ekonomi Pajak yang lebih tinggi pada produk tembakau untuk mengurangi
penggunaan dan mendanai program pengendalian tembakau
Sekolah dan tempat Program kesehatan di tempat kerja yang komprehensif dengan nutrisi,
kerja aktivitas fisik, dan komponen penghentian / pencegahan tembakau
Lingkungan lokal Mengurangi kepadatan gerai tembakau eceran di sekitar rumah dan
sekolah
Pengembangan saluran telepon komunitas untuk konseling penghentian
dan layanan dukungan
Pembatasan dan Pembatasan komunitas (kota, negara bagian, atau federal) untuk merokok
mandat di tempat umum
Batasan khusus tempat kerja lokal untuk merokok
Penegakan yang lebih kuat terhadap pembatasan khusus sekolah untuk
merokok
Batasan khusus tempat tinggal setempat untuk merokok
Pembatasan sebagian atau seluruhnya pada iklan dan promosi produk
tembakau
HIPERTENSI
Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan
a. Umur
Bertambahnya umur seseorang maka terjadi penurunan fungsi fisiologis dan daya tahan tubuh
yang terjadi karena proses penuaan yang dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap
penyakit salah satunya yaitu hipertensi (Kemenkes RI, 2013).
Semakin lanjut usia seorang, maka tekanan darah akan semakin tinggi karena beberapa faktor
seperti elastisitas pembuluh darah yang berkurang, fungsi ginjal sebagai penyeimbang tekanan
darah akan menurun. Semakin lanjut usia seseorang maka semakin berisiko terkena penyakit
seperti Hipertensi dan penyakit degeneratif lainnya seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK)
(Hanata dkk, 2011; Nelwan, 2011)
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat erat kaitamya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada wanita lebih
tinggi ketika wanita mengalami menupause. Hal ini didukung juga oleh pendapat (Cortas, 2008)
dalam Anggraini (2011) mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopauæ dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Hal ini sesuai dengan pendapat (Yuliarti 2007), yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ha
tersebut menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada perempuan dipengaruhi oleh kadar
hormon estrogen. Hormon estrogen tersebut akan menurun kadarnya ketika perempuan
memasuki usia tua (menopause) sehingga perempuan menjadi lebih rentan terhadap hipertensi.
Jenis kelamin Laki-laki memiliki gaya hidup yang cenderung dapat menaikkan tekanan darah
daripada perempuan. Sedangkan perempuan akan semakin tinggi resikonya mengalami
hipertensi saat masuk usia menopause. Widyanto dan Triwibowo (2013) Dari hasil penelitian
dilihat dari jenis kelamin, responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Dalam penelitian
Mustaqimah et.al (2016) menyatakan bahwa karakteristik responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 53% atau lebih banyak daripada responden berjenis kelamin laki-laki.Menurut
Prasetyoningrum (2014) bahwa lakilaki atau perempuan sama-sama memiliki kemungkinan
beresiko mengalami hipertensi dibandingkan perempuan saat usa < 45 tahun tetapi saat usia >
65 tahun perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi.
c. Genetik
Hipertensi memiliki kecenderungan untuk menurun pada generasi selanjutnya. Faktor risiko ini
tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diantisipasi sedini mungkin dengan rajin melakukan kontrol
terhadap tekanan darah di Puskesmas atau Rumah Sakit. Namun, demikian bukan berarti bahwa
semua yang mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita penyakit hipertensi. Tentunya
faktor genetik ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang
menderita hipertensi.
Hipertensi bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti PJK. Hal inilah yang seringkali
ditakuti oleh masyarakat pada umumnya. Orang yang menderita Hipertensi 5,6x lebih berisiko
menderita PJK (Nelwan et al, 2017). Menurut Amisi et al (2018), penderita hipertensi 2,6x lebih
berisiko menderita PJK.
d. Etnis
Faktor yang Dapat Dikendalikan
a. Kegemukan/Obesitas
Marliani (2007) juga mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar mempunyai
berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang berat badannya normal
(tidak obesitas) dapat menderita hipertensi Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai
penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Data dari
studi Farmingham (AS) yang diacu dalam Khomsan (2004) menunjukkan bahwa kenaikan berat
badan sebesar 10% pada pria akan meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl,
dan kolesterol darah 11 mg/dl. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT pada
laki-laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-laki dan 17% perempuan
yang memiliki IMT 25 (Krummel 2004).
b. Pola Makan
Hubungan pola komsumsi dengan hipertensi, dilihat dari sumber bahan makanan pokok yang
berisiko meningkatkan tekanan darah yaitu mie, roti, makanan gorengan (pisang goreng, bakwan
dll) dan biskuit. Beberapa bahan makan sumber protein hewani yang sering dikonsumsi dan
berisiko meningkatkan tekanan darah yaitu ayam berlemak, telur, dan ikan asin. Bahan makanan
yang digunakan sebagai bumbu dan sering dikonsumsi adalah saos sambal, saos tomat dan
terasi. Penelitian Saban, dkk (2013), menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pola
makan (jenis makanan) yang dikonsumsi dengan hipertensi. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian Widyaningrum (2012), yang menyatakan ada hubungan makan makan yang
memicu hipertersi yaitu telur asin.
c. Stres
Tekanan darah tinggi atau hipertensl dapat dlakibatkan oleh stres yang diderita indvidu: sebab
reaksi yang muncul terhadap impuls stres adalah tekanan darahnya meningkat. Selain itu,
umumnya individu yang mengalaml stres sulit tidur, sehingga akan berdampak pada tekanan
darahnya yang cenderung tinggi (Sukadiyanto: 2010). Dalam Tnyanto, (2014) pun dikatakan
bahwa ketidakpatuhan dalam pengobatan dan stres yang berkepanjangan dapat menambah
parah hipertensi
d. Merokok
Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotim. Asap rokok (CO) memiliki
kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen, sehingga
dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan frekuensi
denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung, merangsang pelepasan
adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf,
otak dan banyak bagian tubuh lainnya (Tandra, 2003).
Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau
yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri, sehingga arteri lebih rentan terjadi
penumpukan plak (arterosklerosi$ Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat
merangsang saraf simpati sehingga memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon monoksida yang dapat menggantikan oksigen
dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh ("VHO, 2011).
e. Sedentary Life
Gaya hidup merupakan faktor risiko penting timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia
dewasa muda (21-40 tahun). Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak
sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga,
mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan stres (Nisa, 2012).