Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu:

Dr. Apt. Agus Siswanto, S. Si., M. Si.

Disusun Oleh:

Asiyatun Ningsih 1908010022 (A)

Dhiya Luthfiah 1908010049 (A)

Agnes Setiyaningsih 1908010106 (A)

FAKUTLAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
AWAL KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM

SIRAH DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

Beberapa perintah melaksanakan dakwah atas nama Allah dan materi dakwah di antaranya
adalah:

a. Tujuan pemberian peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan Allah di dunia
ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan yang pasti
akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.
b. Tujuan mengagungkan Tuhan, agar siapapun yang menyombongkan diri di dunia
tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan digunakan dan keadaannya
dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran yang tersisa di dunia selain kebesaran
Allah.
c. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa, agar kebersihan
lahir dan batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala
noda dan kotoran bisa mencapai titik kesempurnaan.
d. tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan, agar seseorang
tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatu yang besar dan hebat.

Dalam ayat yang terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan, ejekan, dan olok-
olok yang bakal dilancarkan orang-orang yang menentang. Bahkan mereka berusaha
membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap orang yang beriman
di sekitar beliau.

Kita bisa membagi masa dakwah Rasulullah SAW menjadi dua periode, yang satu sama
lain sangat berbeda yaitu:

a. Periode Mekah, berjalan kira-kira selama 13 tahun.


b. Periode Madinah, berjalan selama 10 tahun penuh.

Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya masing-


masing, yang berbeda satu sama lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur
yang menyertai dakwah itu selama 2 periode secara mendetail.

Periode Mekah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

a. Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama 3 tahun.


b. Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekah yang dimulai
sejak tahun keempat dari nubuwwah hingga akhir tahun ke-10.
c. Tahapan dakwah di luar Mekah dan penyebarannya, yang dimulai dari tahun ke-10
dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
1. Tahapan Pertama, Jihad untuk Berdakwah
Mekah merupakan sentral agama bangsa Arab. di sana ada peribadatan terhadap Ka'bah
dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa
Arab. Tahapan pertama Rasulullah SAW mendakwahkan Islam pada awal mulanya
kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-sahabat
karib beliau. Mereka dikenal dengan assabiqunal awwalun. Diantaranya adalah Khadijah
binti Khuwailid, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Tholib, dan Abu bakar as Siddiq.
Mereka masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah SAW menemui mereka dan
mengajarkan agama secara sembunyi-sembunyi juga. Ayat yang diturunkan berupa ayat-
ayat pendek dengan penggalan kata yang indah sesuai dengan iklim waktu itu. Di antara
Wahyu yang Pertama Pertama turun adalah perintah untuk salat.
"Dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada waktu pagi dan petang." (Q.S. Al-
Mukmin: 55)
Setelah melihat beberapa kejadian di sana-sini, ternyata dakwah Islam sudah didengar
orang-orang Quraisy sekalipun dakwah itu masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi
dan perorangan. Namun mereka tidak ambil peduli.
2. Tahap kedua, Dakwah Secara Terang-terangan
Wahyu pertama kali yang turun dalam masalah ini adalah "Dan berilah peringatan
kepada kerabat-kerabatmu yang dekat." (Q.S. as syu'ara: 214)
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW setelah turun ayat di atas ialah
mengundang Bani Hasyim. Abu lahab berkata, "Demi Allah, Ini adalah kabar buruk.
Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya." Hal ini
menyatakan penolakannya atas ajakan Rasulullah SAW. Rasulullah juga berseru di atas
bukit Shafa agar didengar orang-orang Quraisy. Hal itulah yang kemudian mengundang
kemarahan orang Quraisy untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini,
dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka.
Quraisy kemudian datang kepada pamannya Abu Thalib dan meminta Abu Tholib Untuk
menghentikan dakwah Rasulullah, namun yang dihasilkan adalah penolakan. Rasulullah
SAW tetap melanjutkan dakwahnya.
Tidak hanya itu, tatkala orang-orang Quraisy tahu bahwa Muhammad sama sekali tidak
menghentikan dakwahnya, maka mereka memeras pikirannya sekali lagi. Untuk itu
mereka memilih beberapa cara untuk membenamkan dakwah ini, yang bisa disimpulkan
dalam beberapa hal berikut ini:
1) Ejekan, penghinaan, olok-olok, dan menertawakan
2) Menjelek-jelekkan ajaran beliau, menggantikan keragu-raguan, menyebarkan
anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran ajaran beliau dan diri beliau.
3) melawan Alquran dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyembuhkan manusia
dengan dongeng dongeng itu, agar mereka meninggalkan Alquran.
4) menyodorkan beberapa bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka
berusaha untuk mempertemukan Islam dan jahiliyah di tengah jalan.

Orang-orang Quraisy bahkan mulai melancarkan serangan terhadap Nabi SAW yang
dikomandani Abu lahab. Abu lahab sebelumnya sudah menikahkan kedua anaknya, yaitu
Utbah dan Utaibah dengan kedua Putri Rasul, Ruqayah dan Ummu kultsum sebelum
Rasulullah SAW diutus sebagai Rasul. Tetapi setelah itu dia menyuruh kedua anaknya
untuk menceraikan istrinya masing-masing, dengan disertai ancaman keras. Setelah
Abdullah, putra Rasulullah SAW yang kedua meninggal dunia, Abu lahab merasa senang
sekali dan mengatakan bahwa Muhammad sudah terputus dari rahmat Allah. Yang lebih
parah lagi adalah kebengisan Uqbah bin Abi mu'ith. Dia meletakkan kotoran di antara
bahu Rasulullah SAW saat beliau sedang bersujud.

Langkah bijaksana yang diambil Rasulullah SAW untuk menghadapi berbagai tekanan itu
adalah dengan melarang orang-orang muslim menampakkan keislamannya, baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Sebab jika sampai diketahui beliau bertemu mereka, tentu
orang-orang musyrik berusaha menghalangi usaha beliau untuk mensucikan jiwa orang-
orang muslim dan mengajarkan Alkitab. Bahkan tidak menutup kemungkinan yang
menjurus kepada bentrokan fisik antara kedua belah pihak.

Pada bulan Rajab tahun kelima dari nubuwwah, sekelompok sahabat hijrah yang pertama
kali ke Habasyah. Mereka terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita, yang
dipimpin Utsman bin Affan. Lalu pada saat bulan Ramadan di tahun yang sama, Nabi
SAW keluar dari Masjidil haram yang saat itu para pemuka dan pembesar Quraisy sedang
berkumpul disana. Beliau kemudian membacakan surat An-Najm yang membuat mereka
bersujud kepada Allah di hadapan beliau. Mereka yang bersujud kemudian mendapatkan
cacian dan celaan sehingga mereka mendustakan apa yang mereka lakukan dan berkata
bahwa Rasulullah menyebutkan nama-nama berhala mereka dengan ungkapan berisi
sanjungan bahwa beliau berkata tentang berhala-berhala itu.

Namun cerita tentang sujudnya Quraisy tersebut didengar oleh sahabat-sahabat yang
sedang berada di Habasyah. Mereka mengira bahwa kaum Quraisy itu benar-benar telah
masuk Islam. Mereka pulang ke Mekah pada bulan Syawal di tahun yang sama. Hampir
mendekati Mekkah sebelum tengah hari, mereka pun tahu apa yang sebenarnya terjadi
titik sebagian di antara mereka ada yang kembali lagi ke habasyah, sedangkan mereka
yang hendak pulang ke Mekah masuk ke sana dengan cara sembunyi-sembunyi, dan
dengan cara meminta perlindungan kepada salah seorang Quraisy. Setelah kejadian itu
siksaan dari kaum Quraisy semakin menjadi-jadi kepada orang-orang muslim.

Rasulullah kemudian memerintahkan mereka hijrah untuk kedua kalinya ke Habasyah.


Hijrah kali ini lebih sulit daripada hijrah yang pertama. Sebab orang-orang Quraisy
meningkatkan kewaspadaan dan menetapkan untuk menggagalkan jalan bagi mereka
untuk pergi ke Habasyah sebelum orang-orang Quraisy mengetahuinya. Kali ini yang
hijrah berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 atau 19 wanita.

Tidak cukup dengan itu semua, para pembesar Quraisy mendatangi Abu Thalib dan
mereka berkata kepadanya, "Wahai Abu Tholib, engkau adalah orang yang paling tua,
terhormat dan berkedudukan di tengah kami. Kami sudah pernah memintamu untuk
menghentikan anak saudaramu, namun engkau tidak melakukannya. Demi Allah kami
sudah tidak sabar lagi menghadapi masalah ini. Siapa yang mengumpat bapak bapak
kami, maka hentikanlah dia, atau kami menganggapmu dalam pihak dia, hingga salah
satu dari kedua belah pihak diantara kita binasa."

Abu Tholib pun menyampaikan pesan itu kepada Rasulullah SAW. Rasulullah tetap
menolak untuk menghentikan dakwahnya dan bersabda, "Wahai pamanku, demi Allah,
andaikan mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan di tangan kiriku,
agar aku meninggalkan agama ini hingga Allah memenangkannya atau aku ikut binasa
karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya." Kaum Quraisy bahkan berusaha
untuk menemui Abu Thalib kembali dan menawarkan agar menukar Rasulullah SAW
dengan seorang pemuda Quraisy yang bagus dan tampanserta merelakan Rasulullah untuk
dibunuh. Tentu hal ini membuat Abu Tholib sakit hati dan langsung menolak.
Kekejaman dan penyiksaan Quraisy justru semakin memperkuat Islam dengan masuknya
dua tokoh besar ke dalam Islam yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin
Khattab. Orang-orang musyrik kerepotan mencari bentuk penyiksaan dan tekanan
terhadap orang-orang muslim. Mereka berusaha mengajukan berbagai macam perlawanan
kepada Rasulullah SAW yang memungkinkan bisa diajukan dengan satu tujuan,
menghentikan dakwah.

Abu Tholib kemudian mengumpulkan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Abu
Thalib merasa yakin bahwa Quraisy telah sepakat untuk membunuh rasulullah SAW
secara terang-terangan. Abu Thalib berdiri di tengah anggota keluarganya dari Bani
Hasyim, Bani Abdul Muthalib, dan Bani Abdul Manaf. Ia meminta kesediaan mereka
untuk melindungi anak saudaranya. Mereka kemudian menyanggupinya baik yang kafir
maupun yang muslim sebagai langkah untuk menjaga kekerabatan. Orang yang tidak
bergabung dalam kesedihan ini hanyalah saudaranya, Abu lahab.

Kaum Quraisy kemudian bergerak untuk membuat kesepakatan bersama yang isinya
adalah larangan menikah, berjual beli, berteman, berkumpul memasuki rumah, berbicara
dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, kecuali jika secara sukarela mereka
menyerahkan Muhammad untuk dibunuh. Kesepakatan itu dituliskan dalam sebuah papan
piagam yang digantung di bagian dalam bangunana ka’bah. Pemboikotan itu benar-benar
ketat hingga cadangan dan bahan makanan sudah habis. Genap 3 tahun keadaan berjalan
seperti itu, pada bulan Muharram tahun ke-10 dari nubuwwah, papan sudah terkoyak dan
isinya terhapus setelah ada isyarat dari Allah dengan didatangkannya rayap-rayap untuk
memakan isi piagam tersebut. Yang disisakan hanyaklah penggalan tulisan bismika
allahumma dan setiap bagian yang ada kata ‘Allah’. Maka akhirnya papan piagam itu
benar-benar dirobek dan dibatalkan Rasulullah SAW serta para pengikutnya keluar dari
perkampungan.

Ada beberapa faktor yang menguatkan kesabaran ketabahan dan keteguhan hati
Rasulullah SAW, yaitu:

1) Iman kepada Allah


2) Sosok pemimpin yang bisa menyatukan hati manusia
3) Rasa tanggung jawab
4) Iman kepada hari akhir
5) Alquran
6) Kabar gembira tentang datangnya keberhasilan
3. Tahapan ketiga dakwah Islam di luar Mekah
Pada bulan Syawal tahun ke-10 dari nubuwwah, atau pada akhir-akhir bulan Mei 619 M,
Rasulullah SAW pergi ke Thaif yang berjarak lebih kurang 60 mil dari Mekah. Setiap kali
melewati suatu kabilah, beliau mengajak mereka kepada Islam, namun tidak satupun yang
memenuhinya. Setiba di Thaif beliau menemui 3 orang bersaudara dari pemimpin Bani
Tsaqof. Namun yang ia dapatkan hanyalah penolakan.
Rasulullah kemudian menawarkan Islam kepada beberapa kabilah-kabilah, diantarnya:
1) Bani Kalb
Nabi SAW datang sendiri ke perkampungan mereka, yang juga disebut Bani
Abdullah. Beliau menyeru mereka kepada Allah dan berhadapan langsung dengan
mereka. Beliau bersabda kepada mereka, "Wahai Bani Abdullah, sesungguhnya Allah
telah membaguskan nama bapak kalian." Namun mereka tetap menolak apa yang
ditawarkan itu.
2) Bani Hanifah
Beliau mendatangi mereka dari pintu ke pintu, dari rumah ke rumah dan beliau sendiri
yang menawarkan kepada mereka. Namun tak seorang pun di antara orang-orang
Arab yang lebih buruk penolakannya daripada penolakan mereka.
3) Bani Amr bis Sha'sha'ah
Beliau mendatangi mereka dan menyuruh mereka kepada Allah. Baiharah bin Firas,
salah seorang pemuka mereka berkata, "Demi Allah, andaikata aku boleh menculik
pemuda ini, tentu orang-orang Arab akan melahapnya." Kemudian dia melanjutkan,
"Apa pendapatmu jika kami berbaiat kepadamu untuk mendukung agamamu,
kemudian Allah memenangkan dirimu dalam menghadapi orang-orang yang
menentang mu. Apakah kami masih bisa mempunyai kedudukan sepeninggalmu?"
Beliau menjawab, "Kedudukan itu hanya pada Allah titik dia meletakkannya menurut
kehendak-Nya.”
Baiharah berkata, "Apakah kami harus menyerahkan batang leher kami kepada orang-
orang Arab sepeninggalmu? kalaupun Allah memenangkan mu, toh kedudukan itu
juga akan jatuh kepada selain kami titik Jadi, kami tidak membutuhkan agamamu."
Di samping Rasulullah menawarkan Islam kepada berbagai kabilah dan utusan, beliau
juga menawarkan kepada pribadi dan individu-individu. Mereka di antaranya adalah
Suwaid bin Shamit, Iyash bin Mu'adz, Abu Dzar Al-Ghifari, Thufail bin Am Ad-Dausi,
dan Dhimad Al-Azdi.
Pada musim haji tahun ke-11 dari nubuwwah, dakwah Islam memperoleh benih-benih
yang baik dan secepat itu pula tumbuh menjadi pohon yang rindang. Rasulullah menemui
berbagai kabilah pada malam hari, sehingga tak seorangpun dari orang-orang musyrik
Mekah yang bisa menghalanginya. Saat Rasulullah melewati Aqabah di Mina, beliau
mengajak 6 orang pemuda Yatsrib yang semuanya berasal dari Khazraj. Sekembalinya ke
Madinah mereka membawa risalah Islam dan menyebarkannya di sana titik sehingga
tidak ada satu rumah pun di Madinah melainkan sudah menyebut nama Rasulullah SAW.

Pada musim haji semenjak 6 orang pemuda Yatsrib kembali ke Madinah, datanglah 12
orang menemui Rasulullah diam-diam. Mereka bertemu Rasulullah di Aqabah di Mina,
lalu mengucapkan bai'at. Rasulullah SAW bersabda, "Kemarilah dan berbaiat kalian
kepadaku untuk tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak
berzina, tidak membunuh anak-anak sendiri, tidak akan berbuat dusta yang kalian ada-
adakan antara tangan dan kaki kalian, dan tidak mendurhakai dalam urusan yang baik.
Barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian ini, lalu dia disiksa di dunia, maka
itu merupakan ampunan dosa baginya, dan barangsiapa mengambil sesuatu dari yang
demikian itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki,
Dia menyiksanya dan jika menghendaki, Dia akan mengampuninya." Lalu mereka pun
berbaiat kepada beliau. Inilah yang dikenal sebagai Baiatul Aqabah I.

Setelah baiat itu sudah terlaksana secara sempurna dan musim haji juga sudah selesai,
maka beliau mengirim duta yang pertama ke Yatsrib bersama-sama dengan mereka untuk
mengajarkan syariat-syariat Islam dan pengetahuan agama kepada orang-orang muslim di
sana, sekaligus menyebarkan Islam di antara penduduk masih musyrik. Tugas sebagian
duta ini diserahkan kepada seorang pemuda Islam yang termasuk pendahulu masuk Islam,
Mush'ab bin Umair Al-Abdari. Sebelum tiba musim haji tahun ke-13 setelah nubuwwah,
dia kembali ke Mekah, untuk menyampaikan kabar keberhasilannya dan keadaan
penduduk Yatsrib yang sudah memiliki kekuatan dan siap memberi perlindungan.

Pada musim haji tahun ke-13 dari nubuwwah, tujuh puluh muslimin penduduk Yatsrib
datang ke Mekah untuk melaksanakan manasik haji. Imam Ahmad meriwayatkan dari
Jabir, dia berkata, "Kami berkata, 'Wahai Rasulullah, untuk hal apa kami berbaiat kepada
engkau?"

Inilah baiat yang disampaikan Rasulullah:

1) Untuk mendengar dan taat tatkala bersemangat dan malas


2) Untuk menafkahkan harta tatkala sulit dan mudah
3) Untuk menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar
4) Untuk berjuang karena Allah dan tidak merisaukan celaan orang yang suka mencela
5) Hendaklah kalian menolong jika aku datang kepada kalian, melindungiku
sebagaimana kalian melindungi diri, istri dan anak-anak kalian, dan bagi kalian adalah
surga

Setelah proses baiat usai Rasulullah SAW meminta penunjukan 12 orang agar menjadi
pembuka bagi kaumnya masing-masing. Mereka inilah yang harus bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan klausul-klausul bai'at itu.

Quraisy yang geram ingin segera mengakhiri dakwah RAsulullah SAW. Setelah ada
ketetapan bulat dari Quraisy untuk menghabisi Nabi SAW, Jibril turun kepada beliau
membawa wahyu dari Allah seraya mengabarkan persekongkolan Quraisy dan bahwa
Allah sudah mengizinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah, seraya
berkata, "Janganlah engkau tidur di tempat tidurmu malam ini seperti biasanya."

Siang itu para pemuka Quraisy membuat persiapan untuk melaksanakan rencana yang
sudah ditetapkan di Mekkah pada Darunnadwah. Seperti yang sudah dirancang, rencana
jahat itu akan dilaksanakan pada tengah malam. Rasulullah kemudian keluar pada tengah
malam dan tempat tidurnya ditempati oleh Ali bin Abi Thalib. Beliau sendiri datang ke
rumah Abu bakar dan mereka berdua keluar dari mekah hingga tiba di Gua Tsur. Di
dalam gua mereka bersembunyi selama 3 malam. Sedangkan di Mekah para Quraisy
memukuli Ali dan menyeretnya ke dekat Ka'bah serta menahan nya, dengan harapan bisa
mengorek keterangan tentang Rasulullah. Karena tidak mampu mengorek keterangan
sedikitpun dari Ali, mereka segera ke rumah Abu bakar dan menemui Asma' binti Abu
bakar. Meraka bahkan menamparnya saat menjawab tidak mengetahui dimana
keberadaan ayahnya.

Seusai shalat jumat, Nabi SAW memasuki Yatsrib. Sejak hari itulah Yatsrib dinamakan
Madinatur Rasul SAW yang kemudian disingkat dengan nama Madinah. Inilah hari yang
sangat monumental. Semua rumah dan jalan ramai dengan suara tahmid dan taqdis.

4. Kehidupan di Madinah

Periode Madinah bisa dibagi menjadi tiga tahapan masa:


a. Tahapan masa yang banyak diwarnai guncangan dan cobaan, banyak rintangan yang
muncul dari dalam, sementara musuh dari luar menyerang Madinah untuk
menyingkirkan para pendatangnya. Tahapan ini berakhir dengan dikukuhkannya
perjanjian Hubaidiyah.
b. Tahapan masa perdamaian dengan para pemimpin paganisme, yang berakhir dengan
Fathu Mekah.
c. Tahapan masa masuknya manusia kedalam Islam secara berbondong-bondong, yaitu
masa datangnya para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke Madinah.

Manusia yang beliau hadapi di Madinah bisa dibagi menjadi 3 kelompok. Keadaan yang
satu berbeda jauh dengan yang lain, dan beliau juga harus menghadapi berbagai problem
yang berbeda tatkala menghadapi masing-masing kelompok. Tiga kelompok ini adalah:

a. Rekan-rekannya yang suci mulia dan baik.


b. orang-orang musyrik yang sama sekali tidak mau beriman kepada beliau, yang berasal
dari berbagai kabilah di Madinah.
c. Orang-orang Yahudi.

Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW di Madinah adalah membangun masjid.
Beliau terjun langsung dalam pembangunan masjid itu dengan memindahkan bata dan
bebatuan, seraya bersabda, "Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan
akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin."

Disamping membangun masjid sebagai tempat untuk mempersatukan manusia, Rasulullah


SAW juga mengambil tindakan yang sangat monumental dalam sejarah, yaitu usaha
mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dan Anshor. Dengan mempersaudarakan
orang-orang mukmin itu Rasulullah SAW telah mengikat suatu perjanjian yang sanggup
menyingkirkan belenggu jahiliyah dan fanatisme kekabilahan, tanpa menyisakan kesempatan
bagi tradisi tradisi jahiliyah. Inilah isi dari perjanjian tersebut:

"Ini adalah perjanjian dari Nabi SAW, berlaku di antara orang-orang mukmin dan muslim
dari Quraisy dan Yatsrib serta siapapun yang mengikuti mereka, menyusul di kemudian hari
dan yang berjihad bersama mereka:

1) Mereka adalah umat yang satu di luar golongan yang lain.


2) Muhajirin dan Quraisy dengan adat kebiasaan yang berlaku di antara mereka harus
saling kerjasama dengan menerima atau membayar suatu tebusan titik sesama orang
mukmin harus menebus orang yang ditawan dengan cara yang ma'ruf dan adil. Setiap
kabilah dari angsor dengan adat kebiasaan yang berlaku di kalangan mereka harus
menebus tawanan mereka sendiri, dan setiap golongan di antara orang-orang mukmin
harus menebus tawanan dengan cara yang ma'ruf dan adil.
3) Orang-orang mukmin tidak boleh meninggalkan seseorang yang menanggung beban
hidup diantara sesama mereka dan memberinya dengan cara yang ma'ruf dalam
membayar tebusan atau membebaskan tawanan.
4) Orang-orang mukmin yang bertakwa harus melawan orang yang berbuat zalim, berbuat
jahat dan kerusakan di antara mereka sendiri.
5) Secara bersama-sama mereka harus melawan orang seperti itu, sekalipun dia anak
seorang di antara mereka sendiri.
6) Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang mukmin lainnya karena membela orang
kafir.
7) Seorang mukmin tidak boleh membantu orang kafir dengan mengabaikan orang mukmin
lainnya.
8) Jaminan Allah adalah satu titik orang yang paling lemah di antara mereka pun berhak
mendapat perlindungan.
9) Jika ada orang-orang Yahudi yang mengikuti kita, maka mereka berhak mendapat
pertolongan dan persamaan hak, tidak boleh dizalimi dan ditelantarkan.
10) Perdamaian yang dikukuhkan orang-orang mukmin harus satu.
11) Sebagian orang mukmin harus menampung orang mukmin lainnya, sehingga darah
mereka terlindungi fisabilillah.
12) Orang musyrik tidak boleh melindungi harta orang Quraisy dan tidak boleh merintangi
orang mukmin.
13) Siapapun yang membunuh orang mukmin yang tidak bersalah, maka dia harus mendapat
hukuman yang setimpal, kecuali jika wali orang yang terbunuh merelakannya.
14) Semua orang mukmin harus bangkit untuk membela dan tidak boleh diam saja.
15) Orang mukmin tidak boleh membantu dan menampung orang yang jahat.
16) Perkara apapun yang diperselisihkan harus dikembalikan kepada Allah dan Muhammad
SAW.”

Dengan cara ini, Nabi SAW yang mampu membangun sebuah masyarakat yang baru di
Madinah, suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal sejarah. Beliau juga
mampu mencari pemecahan dari berbagai problem yang muncul di tengah masyarakat ini
yang bisa dinikmati manusia setelah mereka kelebihan dalam kungkungan kegelapan.
SEJARAH PERADABAN ISLAM

1. Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin.

Khulafaur rasyidin merupakan pemimpin umat islam dari kalangan sahabat setelah nabi
wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih secara langsung oleh para sahabat
melalui mekanisme demokrasi. Ada 2 cara pemilihan khalifah ini : pertama secara
musyawarah oleh para sahabat nabi. Kedua berdasarkan atas penunjukan khalifah
sebelumnya.

a. Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Abu Bakar.

Abu bakar memiliki nama lengkap Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi. Beliau lahir
pada tahun 573 dan wafat pada tanggal 23 Jumadil Akhir tahun 13 H, di usia 63
tahun. Ia memperoleh gelar As-Shidiq karena ia senantiasa membenarkan semua hal
yang dibawa Nabi SAW terutama pada peristiwa Isra’ Mi’raj.

Pengabdian Abu bakar terhadap islam sangatlah besar. Ia rela menyerahkan seluruh
hartanya demi kepentingan islam. Ia selalu mendampingi dalam mengemban misi
islam sampai Nabi SAW wafat.

Setelah Nabi Muhammad wafat keduduka nya sebagai Rasulullah tidak dapat
digantikan oleh siapapun (khatami al anbiya’ wa al-mursalin), namun disamping itu
kedudukan beliau sebagai pimpinan kaum muslim harus segera digantikan. Orang
yang menggantikannya dinamakan khalifah. Khalifah yaitu orang yang menggantikan
nabi menjadi pemimpin kaum muslim dalam memberikan petunjuk ke jalan yang
benar dan melestarikan hukum-hukum agama islam.

Setelah beliau wafat, pemuka-pemuka islam segera bermusyawarah untuk mencari


pengganti Rasulullah SAW sebagai pimpinan kaum muslim. Kemudian terpilihkan
Abu bakar. Terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama dalam
ketatanegaraan Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep politik islam.

Abu bakar menerima jabatan sebagai khalifah pada saat sejarah islam dalam keadaan
krisis dan gawat. Yaitu munculnya perpecahan, munculnya nabi palsu, dan terjadinya
berbagai macam pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam. Sumber
utama terjadinya kekacauan ini adalah wafatnya nabi yang dianggap sebagai
terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan presepsi bahwa Islam telah
berakhir.

Khalifah abu bakar disebut sebagai penyelamat islam dari kehancuran karena beliau
telah berhasil menyatukan kembali ummat islam yang telah bercerai berai setelah
wafatnya rasulullah SAW. Disamping itu beliau juga berhasil memperluas wilayah
kekuasaan islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa letak peradaban masa islam Abu
bakar adalah dalam masalah agama (penyelamat dan penegak agama islam dari
kehancuran serta perluasan wilayah) melalui sistem pemerintahan (kekhalifahan)
islam.

Dipilihnya abu bakar untuk memimpin kaum muslimin setelah rasulullah disebabkan
beberapa hal :

1) Dekat dengan rasul baik dari ilmunya maupun persahabatannya

2) Sahabat yang sangat dipercaya oleh rasulullah

3) Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelar As-Siddiq, orang yang
sangat dipercaya

4) Seorang yang dermawan

5) Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi Iman Shalat
jama’ah

6) Abu bakar adalah termasuk orang yang pertama memeluk islam.

Sistem politik pada masa Khalifah Abu bakar bersifat sentral, jadi kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat dengan khalifah. Meskipun demikian,
dalam memutuskan suatu masalah Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk
bermusyawarah.

Kebijakan politik yang dilakukan pada masa Khaifah Abu bakar diantaranya:

1) Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum
Romawi sebagai realisasi dari rencana Rasulullah, ketika beliau masih hidup.
Sebenernya kalangan sahabat termasuk Umar tidak setuju dengan ide tersebut.
Namun langkah pengiriman pasukan Usamah ke Romawi di bumi Syam
merupakan langkah politik yang strategis dan membawa dampak positif bagi
pemerintahan Islam.

2) Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan.

3) Mereka yang mengaku nabi dan pengikutnya termasuk didalamnya orang yang
meninggalkan sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah.

4) Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban
zakat dan mengeluarkannya.

Dalam menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini. Abu bakar tetap pada
prinsipnya yaitu memerangi mereka sampai tuntas. Mengembangkan wilayah islam
keluar arab. Ini di tujukan ke Syiria dan Persia.

Adapun kebijakan dibidang pemerintahan yang dilakukan oleh abu bakar diantaranya
sistem pemerintahan berdasarkan musyawarah.

b. Khalifah Umar Ibn Al-Khattab

Umar Ibn Al-Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail bin Abd
Al Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin ‘adi bin Ka’ab bin Lu’ay.
Beliau merupakan khalifah yang menggantikan posisi Abu bakar sebagai Khalifah. Ia
lahir di Mekah pada 513 H. Umar merupakan orang yang gigih dan setia membela
islam sehingga ia di berikan gelar Al-Faruq.

Kebesaran beliau terletak pada keberhasilannya baik sebagai negarawan yang


bijaksana atau sebagai Mujtahid yang ahli dalam membangun negara besar yang
ditegakkan atas prinsip keadilan, persamaan dan persaudaraan yang diajarkan oleh
Nabi SAW.

Seletah Abu Bakar meninggal Umar menggantikan jabatan Abu bakar sebagai
Khalifah islam dan meneruskan kebijakan-kebijakan yang sebelumnya di tempuh
pada masa Khalifah Abu Bakar. Dalam waktu yang tidak lama ia berhasil
menundukan kekuasaan imperium Persia dan Romawi menjadi bagian dari kekuasaan
islam.

Dalam pengangkatan Umar sebagai Khalifah, ia di tunjuk langsung oleh Abu Bakar.
Beberapa faktor penunjukan Umar diantaranya
1) Kekhawatiran peristiwa yang menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris
menyeret pada perpecahan.

2) Kaum Anshar dan Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang berhak
menjadi khalifah.

3) Kaum Islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan
pembangkang.

Beberapa ekspansi pada masa pemerintahan Umar yaitu selama ia menjabat sebagian
besar ditandai dengan penaklukan-penaklukan untuk memperluas islam ke luar arab.
Umar telah berhasil membebaskan negeri-negeri jajahan imperium Romawi dan
Persia yang dimulai dari awal pemerintahannya bahkan sejak pemerintahan
sebelumnya.

Peradaban Islam pada masa Umar bin Al-Khattab yang paling signifikan, selain pada
pemerintahan, peperangan, dan sebagainya yaitu pedoman dalam peradilan.
Pemikiran Khalifah Umar dalam peradilan yang bahkan masih berlaku sampai
sekarang diantaranya

a) Kedudukan lembaga peradilan, wajib di tengah-tengah masyarakat.

b) Memahami kasus persialan dan memutuskannya.

c) Menyamakan pandangan pada dua belah pihak dan berlaku adil.

d) Kewajiban pembuktian.

e) Lembaga damai.

f) Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal.

g) Larangan bersidang ketika emosional.

Setelah menjalankan pemerintahan yang penuh kejayaan, khalifah Umar meninggal


akibat kekejaman tangan seorang budak persia yang bernama Abu Lakutuk pada
tahun 23 H/643 M. Kepergian umar bin khattab meninggalkan duka besar bagi islam.

c. Khalifah Utsman Bin Affan

Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin Affan bin Abil Ash bin
Umayyah bin Abdisy-Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab. Ia lahir di Mekah
pada 576 M. Beliau masuk Islam pada usia 30 atas ajakan Abu Bakar. Ia dijuliki
sebagai Dzun Nurain karena minikahi dua putri Rasulullah SAW yaitu Ruqayah dan
Ummu Kulsum.

Ia dipilih sebagai khalifah pada usia 70 tahun dengan kepribadian yang agak lemah.
Kelemahannya ini dipergunakan oleh orang orang disekitarnya untuk mengejar
keuntungan pribadi, kemewahan dan kekayaan. Hal ini di manfaatkan olah
keluarganya sendiri dari golongan Umayyah. Banyak pangkat pangkat tinggi dari
keluarganya hal tersebut dinamakan nepotisme (kecenderungan untuk mengutamakan
atau menguntungkan sanak keluarga(keluarga sendiri)).

Pada masa pemerintahannya, perluasan daerah islam diteruskan ke barat sampai


Maroko, ke timur menuju India dan ke utara bergerak ke arah Konstatinopel.

Namun pada saat Utsman menjabat sebagai khalifah, ia dituduh oleh sebagian sahabat
telah mengangkat keluarganya untuk menduduki jabatan jabatan di istana.
Pemberontakan dimulai dari Mesir, orang yang terbakar emosinya akhirnya datang ke
madinah, kediaman khalifah Utsman. Ia dikepung di rumahnya karena menolak untuk
menyerah akhirnya ia dibunuh. Kemudian dipilihlah penggantinya Ali bin Abi Thalib.

Sebab-sebab pemebrontakan itu dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Pertama,
ditengah-tengah masyarakat terdapat kelompok yang memeluk islam dengan tidak
sepenuh kesadaran melainkan demi kepentingan tertentu seperti Abdullah ibn Saba’,
orang Yaman yang semula pengikut yahudi. Mereka yang menyebarkan hasutan
terhadap Khalifah Utsman.

Kedua, persaingan dan permusuhan keluarga Hasyim dan keluarga Ummayah turut
memperlemah kekuatan Utsman dan menjadi sebab utama kegagalan Utsman di akhir
masa pemerintahannya.

Ketiga, lemahnya karakter kepemimpinan Utsman juga mendukung kegagalannya,


khususnya dalam menghadapi gejolak pemberontakan.

Diantara jasa-jasa utsman yang lain yaitu tindakannya untuk menyalin dan membuat
Al-Quran standar yang didalam kepustakaan di sebut kodifikasi al Quran. Standarisasi
Al-Qur’an diperlukan karena pada saat itu wilayah Islam sudah luas dan agar tidak
terjadi perbedaan ungkapan dan ucapan tentang ayat ayat Al-Qur’an yang disebarkan
olah hafalan.
d. Khalifah Ali bin Abi Thalib

Ali adalah putra Abu Tholib, seorang paman yang mengasuh nabi sejak kakeknya
meninggal dunia. Semenjak kecil ia selalu bersama Nabi, sehingga masa kecil Ali
tumbuh dalam pengasuhan dan bimbingan Nabi. Nabi sangat mencintainya ibarayt
anaknya sendiri dan nabi berkenan menikahkannya dengan Fatimah.

Singkat cerita, beliau diangkat menjadi khalifah. Konflik politik antara Ali bin Abi
Thalib dengan Muawwiyah Ibn Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dari pihak Ali
bin Abi Thalib di utus seorang ulama yang jujur namun tidak cerdik dalam politik
yaitu Abu Musa Al-Asyari sebaliknya dari pihak Muawwiyah diutus seorang yang
sangat terkenal cerdik dalam berpolitik yaitu Amr Ibn Ash.

Dalam tahkim tersebut, pihak Ali bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawwiyah
karena kecerdikan Amr Ibn Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa Al-Asyari.
Kemudian kelompok Ali bin Abi Thalib terpecah menjadi dua kubu. Yang pertama
yaitu mereka yang terpaksa menghadapi hasil tahkim dan tetap setia kepada Ali bin
Abi Thalib sedangkan kelompok yang satunya adalah mereka yang menolak hasil
Tahkim dan kecewa dengan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.

Sebab sebab kegagalan khalifah Ali yaitu :

1) Pada masa awal pemerintahannya, sikap berperang melawan persekutuan Thalhah,


Zubair dan A’isyah secara umum memperlemah kedudukan Ali.

2) Pemberontakan yang terjadi khususnya Bashrah, Kuffah, Mesir, Syiria, serta


pengakuan kemerdekaan atas bebrapa wilayah muslim sangat merugikan dan
menyulitkan posisi Ali.

3) Muawwiyah didukung oleh kesatuan masyarakat Syiria yang setia dan


mendambakan Umayyah sebagai pemimpinya. Sementara itu Ali bersandar pada
dukungan masyarakat Kuffah yang berjiwa lemah dan tidak memberikan bantuan
yang sepenuhnya kepada khalifah Ali terutama dalam kondisi dan situasi yang
berbahaya.

4) Persaingan antara keturunan Bani hasyim dan Umayyah turut mempersulit posisi
Ali .

2. Peradaban Islam Pada Masa Bani Umayyah


a. Pusat Pemerintahan Bani Umayyah

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab ia menunjuk Muawwiyah sebagai


gubernur di Syiria, yang saat itu merupakan sebuah provinsi penting dalam kekuasaan
Bizantium kemudian ditaklukan oleh para pahlawan muslim di bawah komando
Khalid bin Walid, dengan perjuangan yang terus menerus berhasil menumbangkan
imperium Heraklius di negeri Syam. Kemudina satu-persatu kota di negeri tersebut di
taklukan .

Muawwiyah menjabat gubernuur Syiria menggantikan saudaranya, Yazid dan Abu


Ubaydah yang sebelumnya ditunjuk sebagai gubernur jenderdal oleh Umar. Setelah
mendapatkan limpahan kekuasaan penuh dari Hasan bin Ali dan kemudian dilantik
sebagai khalifah di Illiy. Pada 40 H/660 M, ia mengalihkkan pusat pemerintahan dari
Madinah ke Syria dan menjadikan Damaskus sebagai ibu kota kerajaan Islam yang
sebelumnya adalah ibu kota provinsi Syria. Perpindahan pusat pemerintahan ke Syria
menjadi sangat strategis bagi Muawwiyah untuk melebarkan kekuasaanya ke Mesir,
Armenia, Mesopotamia utara, Georgia dan Azerbaizan sampai ke Asia kecil dan
Spanyol.

b. Sistem Pemerintahan Bani Umayyah

Masa pemerintahan Muawiyah merupakan awal sistem kerajaan dimana Muawiyah


merupakan raja Islam Pertama dan terbaik. Muawiyah mengubah sistem
pemerintahannya menjadi Monarchiheridetis (kerajaan turun temurun) meniru sistem
pemerintahan di Persia dan Bizantium. Muawiyah adalah peletak sistem dinasti
pertama dalam peradaban Islam dengan menunjuk putranya, Yazid sebagai
penerusnya. Sejak saat itu sistem kerajaan tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan.

c. Khalifah-Khalifah Bani Umayyah

1) Muawiyah I bin Abu Sufyan, 41-61 H/661-680 M

2) Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H/680-683 M

3) Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H/683-684 M

4) Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H/684-685 M


5) Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H/685-705 M

6) Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H/705-715 M

7) Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H/715-717 M

8) Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H/717-720 M

9) Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H/720-724 M

10) Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H/724-743 M

11) Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H/743-744 M

12) Yazid III bin al-Walid, 127 H/744 M

13) Ibrahim bin al-Walid, 127 H/744 M

14) Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira), 127-133 H/744-750 M

Dari khalifah khalifah tersebut telah berhasil menghantarkan Islam mencapai puncak
peradabannya, namun ada beberapa khalifah yang memiliki peran besar dalam catatan
para ahli sejarah.

1) Muawwiyah bin Abu Sufyan

Muawiyah dan keluarganya merupakan orang yang terakhir memeluk Islam, yaitu
pada saat peristiwa Fathul Makkah. Meskipun demikian Nabi sangat menghargai
dan menghormati mereka dengan menjamin keselamatan bagi mereka yang berada
si bawah perlindungan Abu sufyan pada peristiwa Fathul Makkah. Bahkan
Muawwiyah dipercaya sebagai sekretaris Rasulullah untuk penulisan wahyu Al-
Qu’ran.

Saat Muawwiyah menjabat sebagai Khalifah, permasalahan negara menjadi stabil,


kemanan terkendali, dan ekspansi yang sebelumnya terhenti karena konflik
internal mulai dilanjutkan kembali.

Muawwiyah memerintah selama 40 tahun, 20 tahun sebagai gubernur dan 20


tahun sebagai khalifah. Beliau wafat pada bulan Rajab 60 H/679 M pada usia 77
tahun.

2) Abdul Malik bin Marwan


Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah ke-5 Dinasti Umayyah. Sejak awal
pemerintahannya ia mengawali kesulitan karena bangsa Arab terpecah menjadi
beberapa kelompok dengan fanatisme masing-masing sehingga terjadi
pemberontakan. Ia berusaha keras untuk memadamkan api pemberontkan dibantu
oleh panglima perang al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi (timur) dan Musa bin
Nushayr (barat).

Abdul malik bin Marwan berhasil menundukan kekuasaan Abdullah bin Zubair
yang menyandang gelar khlaifah selama 9 tahun di wilayah hijaz. Serta berhasil
meredakan pemberontakan di Bashrah dan Kuffah dan seluruh wilayah
kekuasaannya.

Selain berhasil menciptakan stabilitas politik, beliau juga melakukan ekspansi


wilayah dan kekuasaan dengan menyerang Romawi untuk merebut Asia Kecil dan
Armenia, dan pada saat yang sama juga mengirim 40 ribu pasukan berkuda untuk
menaklukan Afrika Utara.

Ditengah puncak kejayaannya, beliau wafat dan mewariskan kekuasaanya kepada


anaknya al-Walid, sebuah kerajaan besar yang bersatu dan terkendali meliputi
tidak hanya wilayah Islam, namun juga daerah taklukan baru.

3) Al-Walid bin Abdul Malik

Masa pemerintahan al-Walid menjadi zaman keemasan Dinasti Umayyah. Pada


saat itu umat islam memperoleh ketentraman, kemakmuran, ketertiban dan tidak
ada pemberontakan pada masa pemerintahannya. Pada masa pemerintahannya ia
selalu memperhatikan kondisi masyarakat dalam negerinya. Selain itu ia juga
terus melakukan ekspansi wilayah. Ia berhasil menaklukan Uzbekistan, Sind,
Punjab, Khawarizm, Samarkand, Kabul, Tus dan tempat tempat lain termasuk
menaklukan spanyol.

4) Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz disebut sebagai As-Saleh atau Khulafaur rasyidin yang ke-5
karena sifat beliau yang terkenal kesalehannya. Beliau dibaiat menjadi khalifah
saat usianya 36 tahun. Di bidang fiskal ia berhasil memangkas pajak dari orang
nasrani serta berhasil menghentikan pungutan pajak dari para mualaf.
Kebijakannya ini membuat para kaum non muslim berbondong bondong memeluk
agama islam.

Selama pemerintahannya ia fokus dalam pembenahan kondisi dalam negeri. Ia


membangun dan memperbaiki berbagai fasilitas dan pelayanan publik,
memperbanyak masjid serta membangun penginapan untuk para tamu dan
musafir yang singgah di damaskus. Selain itu kondisi keamanan pada masa
kejayaannya sangat kondusif.

Dalam bidang ekonomi, ia memndorong rakyatnya untuk memiliki semangat


wirausaha, sehingga pertumbuhan ekonimi pesat dan devisa negara juga
meningkat. Dalam mendistribusikan zakat, umar tidak hanya berusaha
menghilangkan kemiskinan rakyatnya melainkan juga menjadikan upaya stimulan
bagi pertumbuhan ekonomi ditingkat makro.

Dalam masa pemerintahannya yang singkat, yaitu sekitar 2 tahun 5 bulan ia


kemudian wafat dalam keadaan tragis. Meskipun demikian ia telah mampu
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi umat dan bangsanya.

5) Hisyam bin Abdul Malik

Pada masa pemerintahannya ia berhasil memadamkan kemelut internasional dan


juga berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya ke luar. Selain itu ia juga banyak
melakukan perbaikan perbaikan di dalam negeri.

d. Perkembangan dan Kemajuan Islam pada Masa Bani Umayyah

1) Ekspansi wilayah yang sangat luas

2) Pembenahan administrasi pemerintahan

3) Perkembangan ilmu pengetahuan

4) Kemiliteran, pertahanan, dan keamanan

5) Peradilan

6) Perkembangan arsitektur

e. Kemunduran dan Akhir Dinasti Bani Umayah


1) Sistem pergantian khalifah yang awalnya musyawarah diganti oleh sistem
kerajaan membuat persaingan tidak sehat dalam memperebutkan posisi
kepemimpinan

2) Latar belakang terbentukanya bani umayah tidak terlepas dari konflik konflik pada
masa Ali. Menimbulkan oposisi golongan syiah dan Khawarij yang terus menerus
meronggong kekuasaan bani umayah.

3) Adanya pertentangan etnis antara suku arabia utara dan selatan.

4) Lemahnya pemerintahan Bani Umayah disebabkan oleh sikap hidup mewah di


lingkungan istana.

5) Munculnya gerakan oposisi baru yang dipelopori oleh abbas bin abdul muthalib
yang ,mendapat dukungan penuh dari bani hasyim,syiah dan mawali yang merasa
di kelas duakan oleh pemerintah bani umayah uang kemudian menjadi cikal bakal
terbentuknya bani abbasiyah.

3. Peradaban Pada Masa Bani Abbasiyah

a. Awal Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Awalnya diawali sejak merapuhnya sistem internal dari bani Umayyah yang berujung
ke munduran dinasti bani umayyah di Damaskus. Maka upaya untuk
menggantikannya (mencari pemimpimpim Islam) maka digantikan oleh kalangan
Bani Abbasiyah. Bani Abbasiyah mendapatkan simpati dari masyarakat karena dinasti
Abbasiyah bernuansa keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan
seperti saat masa Khulafaur rasyidin.

Dinasti Abbasiyah di dirikan oleh Abdullah Al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn
Abdullah Ibn Al-Abbas. Nama dinasti Abbasiyah diambil dari nama saalh seorang
paman Nabi bernama Al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Orang Abbasiyah merasa
mereka adalah orang uang lebih berhak atas kekhalifahan Islam, karena mereka
adalah keturunan bani Hasyim yang secara keturunan lebih dekat dengan nabi.

Masyarakat Daulah Bani Abbasiyah terbagi atas dua kelompok besar, yaitu kelas
khusus dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari khalifah,keluarga khalifah, para
pembesar negara seperti mentri,gubernur, panglima, dll. Sedangkan kelompok umum
terdiri dari para seniman, ulama,saudagar, buruh dan petani. Sebelum Daulah Bani
Abbasiyah berdiri terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan kelompok Bani
Abbas yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan.

Pada masa Bani Abbasiyah yang lebih dikenal yaitu pada bidang perkembangan
peradaban islam. Orang orang di dinasti Abbasiyah lebih bersifat internasional,
assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan
sebagainya.

b. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah

Pada masa kekhalifahan Harun Ar-rasyid dan putranya Al-Makmun merupakan masa
keemasan pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia islam. Pada
masa ini pula umat Islam telah memberikan kebebasan bagi berperangnya akal dan
pikiran untuk kemajuan manusia saat itu. Banyak pula bermunculan karya-karya
ilmuan muslim, karya-karya berbahasa asing terutama Yunani yang diterjemahkan
kedalam bahasa arab.

Para ilmuan muslim pada masa bani abbasiyah menjelajahi 3 benua (Asia, Eropa,
Afrika) untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam
berkembang pula di negara-negara barat (eropa). Perkembangan ilmu pengetahuan
dan peradaban umat islam berkembang tidak kalah pesatnya. Ditandai dengan
berbagai penemuan dan penelitian ilmiah dibukukan oleh para ilmuan muslim.

Perkembangan dibidang politik dan militer yaitu dinasti Abbasiyah membentuk


Departemen Pertahanan dan Keamanan yang disebut Diwanul Jundi.

Dibidang sosial budaya yaitu terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat.
Selain itu kemajuan juga terjadi pada bidang sastra, bahasa dan musik. Dimana pada
masa ini lahirlah seorang sastrawan dan budayawan terkenal seperti Abu Nawas, Abu
Atha Hiyah dan Al-Mutanabby.

c. Tokoh yang berperan dalam kemajuan peradaban islam pada masa Dinasti Abbasiyah

1) Khalifah Abu Jafar Al-Mansur

Khalifah Abu Jafar al mansur merupakan pendiri Daulah Abbasiyah yang


sesungguhnya karena beliau peletak dasar sistem pemerintahan yang mengatur
politik Daulah Abbasiyah.

2) Harun Ar-Rasyid
Usaha yang beliau lakukan pada masa pemerintahannya yaitu mengangkat Wazir,
menjaga keamanan dan ketertiban negara, mengembangkan berbagai ilmu
pengetahuan serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3) Abdullah Al-Makmun

Pada masa pemerintahannya, beliau membangaun perpustakaan Baitul Hikmah


pada tahun 830 M di Baghdad. Perpustakaan ini berfungsi sebagai tempat belajar.

d. Kemunduran Bani Abbasiyah

Kemunduran atau runtuhnya Bani Abbasiyah ini diakibatkan oleh beberapa faktor
diantaranya:

1) Faktor dari dalam

a) Kemewahan hidup di kalangan penguasa

b) Melebihkan bangsa asing dari bangsa arab

c) Angkara murka terhadap Bani Umayyah dan Alawiyin

d) Pengaruh bid’ah-bid’ah agama dan filsafat

e) Konflik keagamaan

2) Faktor dari luar

a) Banyaknya pemberontakan

b) Bencana bangsa turki

c) Dominasi bangsa persia

e. Kehancuran Bani Abbasiyah

1) Faktor dari dalam

a) Lemahnya semangat patriotisme negara

b) Tidak percaya pada kekuatan sendiri

c) Fanatik mahzab dan keagamaan

d) Kemerosotan ekonomi
2) Faktor dari luar

a) Disintegrasi

b) Perang salib

c) Serangan bangsa mongol dan jatuhnya baghdad

4. Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Turki Usmani

a. Asal Usul Kerajaan Turki Usmani.

Pendiri kerajaan Turki adalah bangsa dari kabilah Qayigh Oghus, anak suku Turki
yang mendiami sebelah barat gurun Gobi atau daerah Mongol dan daerah utara negeri
Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman. Beliau mengajak anggota sukunya untuk
menghadiriserbuan bangsa mongol yang menyerang dunia islam yang berada dibawah
kekuasaan dinasti Khawarizm pada tahun 1219-12220 M. Sulaiman dan anggota
sukunya lari kearah barat dan meminta perlindungan kepada jalaaluddn, pemimpin
terakhir kerajaan khawarizm di transoxiana. Berdasarkan sarannya jalaluddin usman
pergi ke barat dan kemudian mereka menetap disana kemudian pindah kesyam dalam
rangka mengahadiri serangan mongol.

Dalam perjalanan menuju Syam pemimpin-pemimpin Turki mendapat kecelakaan.


Mereka hanyut di sungai Efrat yang tiba-tiba pasang. Akhirnya mereka terbagi
menjadi 2 kelompok, yang pertama yaitu mereka yang ingin pulang ke negeri asalnya
dan kelompok yang lainnya yaitu mereka yang ingin meneruskan perjalanannya
menuju Asia Barat. Kelompok yang ke2 ini dipimpin oleh Ertoghrol ibn Sulaiman.
Mereka telah mengabdikan dirinya kepada Sultan Alaudin II dari dinasti Saljuk Rum
yang pusat pemetintahnnya di Kuniya, Anatolia yang perbatasan dengan Bizantium.

Pada tahun 1288 M, Erthogrol meninggal dunia dan meninggalakan putranya yang
bernama Usman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. Usman ditunjuk oleh
Ertoghrol untuk meneruskan kepemimpinanya dan disetujui serta didukung oleh
Sultan Saljuk pada saat itu. Nama Usman inilah yang nanti diambil untuk nama Turki
Usmani.

b. Perkembangan Kerajaan turki Usmani

Turki usmani mempunyai wilayah yang sangat luas karena jatuhnya jazirah arab.
Wilayahnya dari Budapest di pingir sungai Thauna sampai ke Aswan dekat hulu
sungai Nil, dan dari sungai Efrat serta pedalaman Iran sampai Bab El-Mandeb
diselatan jazirah arab.

Sejarah kekuasaan Turki Usmani dalam lima periode yaitu:

1) Periode pertama (1299-1402 M), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi
pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari
pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.

2) Periode kedua (1402-1566 M), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya
pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai
Sulaiman I.

3) Periode ketiga (1566-1699 M), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani
untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun
kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.

4) Periode keempat (1699-1838 M), periode ini ditandai degan berangsur-angsur


surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa
wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.

5) Periode kelima (1839-1922 M) periode ini ditandai dengan kebangkitan cultural


dan administrates dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa
pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.

c. Perluasan Wilayah

Usman mulai memperluas wilayahnya. Sebagai bentuk dukungan, Orkhan


membentuk pasukan tangguh yang dikenal sengan Inkisyariyyah. Pasukan ini
merupakan tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Georgia dan
Armenia yang baru masuk islam. Dengan dibentuknya pasukan tersebut dinasti
Usmani memiliki mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang
besar bagi penakluk-penakluk negeri non muslim.

Faktor yang menyebabkan kesuksesan dinasti Usmani dalam perluasan wilayah islam
adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-


cita memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
2) Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta
gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.

3) Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.

4) Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat
menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia.

d. Kemajuan Turki Usmani

1) Bidang Sosial Politik dan Administrasi Negara

Dibidang politik terutama dalam memperthankan eksistensinya sebagai negara


besar.

2) Bidang Militer

Telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu mengubah negara Turki
usmani menjadi mesin perang yang paling tangguh dan memberikan dorongan
yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim.

3) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan

Di bidang pendidikan, mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem


pendidikan madrasah yang tersebar luas. Turki usmani banyak meninggalkan
karya karya agung berupa bangunan bangunan yang indah seperti masjid Jami
Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dll.

4) Bidang Ekonomi dan keuangan negara

Turki mengusai beberapa kota pelabuhan utama, maka Turki menjadi


penyelenggara perdagangan, pemungut pajak (cukai) pelabuhan yang menjadi
sumber keuangan yang besar bagi Turki.

Keberhasilan Turki Usmani dalam memperluas kekuasaan dan penataan politik yang
rapi, berimplikasi pada kemajuan social ekonomi Negara, tercatat beberapa kota
industri yang ada pada waktu itu, antara lain:

1) Mesir yang memperoleh produksi kain sutra dan katun.

2) Anatoli memproduksi bahan tekstil dan wilayah pertanian yang subur.


e. Kemunduran Turki Usmani

Faktor faktor yang mengakibatkan kemunduran Turki Usmani :

1) Wilayah kekuasaan yaang sangat luas tetapi tidak di barengi dengan Administrasi
dan potensi yang kuat

2) Kelemahan para penguasa baik dalam kepribadian maupun dalamkepemimpinan


yang berakibat pemerintahan yang menjadi kacau

3) Pemberontakan tentara Jenissari

4) Heterogenitas penduduk

5) Merosotnya perekonomian negara


SUMBANGAN PERADABAN ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN FILSAFAT
DAN ILMU PENGETAHUAN

Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa
orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang
disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius
Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropa
belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filasafat Yunani yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat
pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat
Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah
Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah
menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya
kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris,
tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan
berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam.

Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari
orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM), kemudian
diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama
Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi
penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-
kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-
Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan
Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab.

1. Al-Kindi
Sejarawan menempatkan Al-Kindi sebagai filosof Arab pertama yang mempelajari
filsafat. Ibnu Al-Nadhim mendudukkan Al-Kindi sebagai salah satu orang termasyhur
dalam filsafat alam (natural philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai
berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika
dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai penerjemah terbaik kitab-
kitab ilmu kedokteran dari Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Arab. Disamping sebagai
penerjemah, Al-Kindi menulis juga berbagai makalah. Ibnu Al-Nadhim memperkirakan
ada 200 judul makalah yang ditulis Al-Kindi dan sebagian diantaranya tidak dapat
dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al-Kindi sangat masyhur di Eropa pada
abad pertengahan. Bukunya yang telah disalin kedalam bahasa Latin di Eropa berjudul
De Aspectibus berisi uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat
Euclides, Heron dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai
tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon.

Beberapa kalangan beranggapan bahwa Al-Kindi bukanlah seorang filosof sejati. Dr.
Ibrahim Madzkour, seorang sarjana filsafat lulusan Perancis yang berasal dari Mesir,
beranggapan bahwa Al-Kindi lebih tepat dikategorikan sebagai seorang ilmuwan
(terutama ilmu kedokteran, farmasi dan astronomi) daripada seorang filosof. Hanya saja
karena Al-Kindi yang pertama kali menyalin kitab Plato dan Aristoteles kedalam Bahasa
Arab, maka ia dianggap sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan filsafat pada
Dunia Islam dan kaum Muslimin.

Meskipun pada beberapa hal Al-Kindi sependapat dengan Aristoteles dan Plato, namun
dalam hal-hal tertentu Al-Kindi memiliki pandangan tersendiri. Al-Kindi tidak
sependapat dengan Aristoteles yang menyatakan bahwa waktu dan benda adalah kekal.
Dan untuk membuktikan hal tersebut Al-Kindi telah menggunakan pendekatan
matematika. Al-Kindi tidak sepaham pula dengan Plato dan Aristoteles yang menyatakan
bahwa bentuk merupakan sebab dari wujud, serta pendapat Plato yang menyatakan bahwa
cita bersifat membiakkan. Menurut Al-Kindi alam semesta ini merupakan sari dari
sesuatu yang wujud (ada). Semesta alam ini merupakan kesatuan dari sesuatu yang
berbilang, ia juga bukan merupakan sebab wujud.

Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus


mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina,
Ibnu Rushd, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Muhamad Iqbal.

2. Al-Farabi
Al-Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan cara berpikir logis
(logika) kepada dunia Islam. Berbagai karangan Aristoteles seperti Categories,
Hermeneutics, First dan Second Analysis telah diterjemahkan Al-Farabi kedalam Bahasa
Arab. Al-Farabi telah membicarakan berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif
maupun induktif. Disamping itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu
musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan sebelumnya oleh
Phytagoras. Oleh karena jasanya ini, maka Al-Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang
gelar guru pertama diberikan kepada Aristoteles.
Kontribusi lain dari Al-Farabi yang dianggap cukup bernilai adalah usahanya
mengklassifikasi ilmu pengetahuan. Al-Farabi telah memberikan definisi dan batasan
setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada zamannya. Al-Farabi mengklassifikasi
ilmu kedalam tujuh cabang yaitu : logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika,
politik dan ilmu fiqih (hukum).
a. Ilmu percakapan dibagi lagi kedalam tujuh bagian yaitu : bahasa, gramatika, sintaksis,
syair, menulis dan membaca. Bahasa dalam ilmu percakapan dibagi dalam : ilmu
kalimat mufrad, preposisi, aturan penulisan yang benar, aturan membaca dengan
benar dan aturan mengenai syair yang baik. Ilmu logika dibagi dalam 8 bagian,
dimulai dengan kategori dan diakhiri dengan syair (puisi).
b. Matematika dibagi dalam tujuh bagian yaitu : aritmetika, geometri, astronomi, musik,
hizab baqi (arte ponderum) dan mekanika.
c. Metafisika dibagi dalam dua bahasan, bahasan pertama mengenai pengetahuan
tentang makhluk dan bahasan kedua mengenai filsafat ilmu.
d. Politik dikatakan sebagai bagian dari ilmu sipil dan menjurus pada etika dan politika.
Perkataan politieia yang berasal dari bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam Bahasa
Arab menjadi madani, yang berarti sipil dan berhubungan dengan tata cara mengurus
suatu kota. Kata ini kemudian sangat populer digunakan untuk menyepadankan istilah
masyarakat sipil menjadi masyarakat madani.
e. Ilmu agama dibagi dalam ilmu fiqh dan imu ketuhanan/kalam (teologi).

Buku Al-Farabi mengenai pembagian ilmu ini telah diterjemahkan kedalam Bahasa Latin
untuk konsumsi Bangsa Eropaa dengan judul De Divisione Philosophae. Karya lainnya
yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Latin berjudul De Scientiis atau De Ortu
Scientearum. Buku ini mengulas berbagai jenis ilmu seperti ilmu kimia, optik dan
geologi.

3. Ibnu Sina

Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna. Selain sebagai seorang filosof, ia
dikenal sebagai seorang dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ditulisnya banyak
ditulis dalam bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon, telah diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin oleh Gerard Cremona di Toledo. Buku ini kemudian menjadi buku
teks (text book) dalam Ilmu Kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi di
Eropa, seperti Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam kitab Canon, Ibnu Sina telah
menekankan betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat suatu
obat. Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat sangat tergantung pada
ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian. Pemberian obat hendaknya disesuaikan
dengan kekuatan penyakit.

Kitab lainnya berjudul Al-Shifa diterjemahkan oleh Ibnu Daud (di Barat dikenal dengan
nama Avendauth Ben Daud) di Toledo. Oleh karena Al-Shifa sangat tebal, maka bagian
yang diterjemahkan oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu logika, fisika dan De
Anima.

Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian yang bersifat teoritis dan bagian yang bersifat
praktis. Bagian yang bersifat teoritis meliputi : matematika, fisika dan metafisika, sedang
bagian yang bersifat praktis meliputi : politik dan etika.

Dalam hal logika Ibnu Sina memiliki pandangan serupa dengan para filosof Islam
lainnyanya seperti Al-Farabi, Al-Ghazali dan Ibnu Rushd, yang beranggapan bahwa
logika adalah alat filsafat, sebagaimana di tuliskan dalam syairnya :

Perlulah manusia mempunyai alat

Pelindung akal dari yang palsu

Imu logika namanya alat

Alat pencapai semua ilmu

4. Ibnu Rushd

Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang lahir dan besar di Timur, Ibnu
Rushd dilahirkan di Barat (Spanyol). Filosof Islam lainnya yang lahir di barat adalah Ibnu
Baja (Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer).

Menurut Ibnu Tufail, manusia dapat mencapai kebenaran sejati dengan menggunakan
petunjuk akal dan petunjuk wahyu. Pendapat ini dituangkan dengan baik dalam cerita
Hayy-Ibnu Yakdzhan, yang menceritakan bagaimana Hayy yang tinggal pada suatu pulau
terpencil sendirian tanpa manusia lain dapat menemukan kebenaran sejati melalui
petunjuk akal, kemudian bertemu dengan Absal yang memperoleh kebenaran sejati
dengan petunjuk wahyu. Akhirnya kedua orang ini bisa menjadi sahabat.

Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol meskipun seorang dokter dan
telah mengarang Buku Ilmu Kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan
kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.

Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai Aristoteles, yaitu : komentar besar,
komentar menengah dan komentar kecil. Ketiga komentar tersebut dapat dijumpai dalam
tiga bahasa : Arab, Latin dan Yahudi. Dalam komentar besar, Ibnu Rushd menuliskan
setiap kata dalam Stagirite karya Aristoteles dengan Bahasa Arab dan memberikan
komentar pada bagian akhir. Dalam komentar menengah ia masih menyebut-nyebut
Aritoteles sebagai Magister Digit, sedang pada komentar kecil filsafat yang diulas murni
pandangan Ibnu Rushd.

Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik
untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah
memancing kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada
khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis.
Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-
Kindi dalam bukunya Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan bahwa
kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena
pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai.

Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili
oleh Al-Ghazali semakin memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul
Tahafut-El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja untuk
menghambat berkembangnya pikiran bebas di Eropa pada Zaman Renaisance. Al-Ghazali
berpendapat bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis.
Untuk mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui
tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu
Rushd dalam karyanya Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence of the Incoherence).

Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu Rushd telah menyebabkan


dilarangnya pengajaran ilmu filsafat di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin
(1961) menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan titik
awal keruntuhan peradaban Islam yang didukung oleh maraknya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2002) yang
menyatakan bahwa perkembangan ilmu dalam peradaban Islam bermula dengan
berkembangnya filsafat dan mengalami kemunduran dengan kematian filsafat.

Bersamaannya dengan mundurnya kebudayaan Islam, Eropa mengalami kebangkitan.


Pada masa ini, buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan karangan dan terjemahan filosof
Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd diterjemahkan ke dalam
Bahasa Latin. Pada zaman itu Bahasa Latin menjadi bahasa kebudayaan bangsa-bangsa
Eropah. Penterjemahan karya-karya kaum muslimin antara lain dilakukan di Toledo,
ketika Raymund menjadi uskup Besar Kristen di Toledo pada Tahun 1130–1150 M. Hasil
terjemahan dari Toledo ini menyebar sampai ke Italia. Dante menulis Divina Comedia
setelah terinspirasi oleh hikayat Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Universitas Paris
menggunakan buku teks Organon karya Aristoteles yang disalin dari Bahasa Arab ke
dalam Bahasa Latin oleh John Salisbury pada tahun 1182.

Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat ajaran
Ibnu Rushd dianggap dapat membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama
Kristen, sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu disusul
dengan putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan penyebaran
filsafat ajaran Ibnu Rushd.

Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia, ajaran filsafat Islam mulai
berkembang lagi. Pada Tahun 1214, Frederick mendirikan Universitas Naples, yang
kemudian memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab
ke dalam Bahasa latin. Pada tahun 1217 Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo
untuk mengumpulkan terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin karangan kaum
muslimin. Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu Rushd di Eropa Barat tidak lepas dari hasil
terjemahan Michael Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah
berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de coelo et de mundo dan
bagian pertama dari Kitab Anima.

Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar Frederick II untuk menterje-mahkan karya-karya


filsafat Islam ke dalam Bahasa Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan
di Eropah Barat, serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Raja Al-Makmun
dan Harun Al-Rashid dari Dinasti Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu
pengetahuan di Jazirah Arab
Setelah Kaisar Frederick II wafat, usahanya untuk mengembangkan pengetahuan
diteruskan oleh putranya. Untuk tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama
Hermann untuk kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian
menterjemahkan Ichtisar Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar Syair karangan Ibnu
Rushd. Pada pertengahan abad 13 hampir seluruh karya Ibnu Rushd telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh
Colonymus pada Tahun 1328.

Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu
Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd
(Averroisme) dan paham yang menentangnya. Kalangan yang menentang ajaran filsafat
Ibnu Rushd ini antara lain pendeta Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon.
Mereka yang menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan argumentasi yang
dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafut-el-Falasifah. Dari hal ini dapat
dikatakan bahwa apa yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di Eropa Barat pada abad
12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan oleh filosof Islam.
FAKTOR PENYEBAB RUNTUHNYA PERADABAN ISLAM

KEKHALIFAHAN TURKI USMANI

Pada 1924 M kekhalifahan Turki Utsmani atau ke sultanan Usmani Runtuh. Faktor penyebab
runtuhnya peradaban islam pada masa kekhalifahan Turki Usmani ini sedebabkan oleh 2
faktor yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal keruntuhan turki usmani yaitu ketika penyakit al-Wahn sudah masuk
kedalam diri umat islam terutama dikalangan para pejabat/pemimpinnya. Penyakit Al-
Wahn ini sudah di peringatkan oleh rasul yang dimana merupakan penyakit “Hubbud
Dunya wa Karaahiyatil Maut” yang artinya cinta dunia dan takut akan kematian.
Penyakit ini dapat merontokan keimanan.
Pada awal abad ke 18, para sultan kerajaan turki usmani hidup glamour dan bermewah-
mewahan. Bahkan salah seorang sultan yang mengkhitan anaknya sampai 45 hari dan
tentunya menghabiskan banyak keuangan negara. Artinya saat penyakit Al-wahn ada
dalam diri umat islam maka hal tersebut dapat menyebabkan umat lain tidak dapat
menyegani lagi umat islam.
2. Faktor Eksternal
a. Munculnya westernisasi atau ide barat yentang skularrisme, plurasime dan
liberalisme.
b. Munculnya isu-isu yang mampu memecah belah antar kelompok dan golongan,
sampai munculnya gerakan-gerakan yang mengusung pemikiran liberal.
c. Pemikiran yang liberal menganggap kalau sistem pemerintahan dengan sistem
kekhalifahan sudah tidak cocok lagi. Sehingga terjadi suatu konspirasi besar akhirnya
runtuhlah Turki Usmani.
Faktor faktor diatas merupakan faktor besar yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan turki
utsmani. Selain itu ada faktor lain yang mengakibatkan runtuhnya kekhalifahan turki usmani
diantaranya
1. Wilayah kekuasaan yang luas mengakibatkan sulitnya proses administrasi negara.
2. Kelemahan para peenguasa baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang
berakibat pemerintahan yang menjadi kacau
3. Pemberontakan tentara jenissari
4. Heterogenitas penduduk
5. Merosotnya perekonomian negara.
METODE MEMANGKITKAN KEMBALI PERADABAN ISLAM

Membangun kembali peradaban Islam memerlukan beberapa prasyarat konseptual.


Pertama, memahami sejarah jatuh bangunnya Islam di masa lalu. kedua memahami
kondisi masyarakat muslim saat ini dan memahami problematika yang dihadapi saat ini.
Ke tiga, memahami kembali konsep-konsep kunci dalam Islam.

1. Kondisi Umat Islam

Setelah perang dunia kedua banyak negara Islam yang telah merdeka dan kemudian
mengembangkan kembali ekonomi mereka yang telah hancur. Dengan keterbatasan
yang ada sejatinya ekonomi umat Islam dewasa ini masih berpotensi untuk bangkit.
Dengan letak geografis, menurut Ibnu Khaldun negara-negara muslim menduduki
banyak sumber daya seperti minyak dan hasil alam lainnya.selain itu umat Islam
mampu melahirkan figur-figur pemimpin politik yang handal, pakar-pakar dalam
berbagai bidang sains seperti pakar nuklir, pakar industri pesawat terbang, pakar
bedah saraf dunia, peraih hadiah Nobel bidang fisika dan lain sebagainya. Dan yang
paling penting adalah bahwa Islam memilikidan yang paling penting adalah bahwa
Islam memiliki pedomanberupa Al-Qur'an dan hadist yang dapat mempersatukan
umat dan tidak dimiliki oleh peradaban lain.

Jadi secara optimistik, peradaban Islam saat ini tidak seburuk kondisi umat Islam pada
saat kekhilafan umat Islam jatuh ke tangan musuh. Namun, jika kita lebih bersikap
introspektif akan banyak kita temui bahwa umat Islam saat ini belum mampu
berprestasi seperti, apalagi mengungguli prestasi umat Islam di zaman dahulu.
Muslim kini lebih banyak menguasai ilmu yang dihasilkan oleh bangsa barat.

2. Identifikasi Masalah Umat

Salah satu ciri terpenting peradaban Islam adalah perhatiannya terhadap ilmu
pengetahuan. Dan ini telah terbukti bahwa perjalanan panjang peradaban Islam
diwarnai oleh lahirnya ilmuwan muslim dalam berbagai bidang dengan prestasi dalam
bidang masing-masing. Salah satu pertanda kemunduran umat Islam yang banyak
disoroti adalah merosotnya prestasi cendekiawan muslim dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan Islam, meskipun ada pula yang menyoroti kemunduran dalam
bidang ekonomi, politik dan budaya. oleh karena itu, pada dekade ini banyak tokoh
cendekiawan dan pemimpin muslim yang peduli untuk kemunduran umat Islam dan
mencoba menawarkan pemikiran pembaharuan atau strategi pembenahan kondisi
umat.

Jika digambarkan secara umum pemikiran pembaharuan atau pembenahan umat Islam
maka akan kita dapati beberapa kelompok. Pertama, kelompok cendekiawan yang
berusaha memperbaharui bidang sosial dan politik seperti misalnya Jamaludin Al-
Afgani, Muhammad Rasyid Ridha, Dr. Abdul Razak Sanhuri Pasha, dan sebagainya.

Kedua, kelompok cendekiawan yang menitikberatkan pada pendidikan dan


pemahaman ulang ajaran Islam agar sesuai dengan tantangan modern. Termasuk
dalam kelompok ini adalah Muhammad Abduh, Sir Syed Ahmad Khan, Muhammad
Iqbal dan sebagainya. Mereka berkesimpulan bahwa kelemahan Islam adalah pada
bidang sains dan teknologi. Untuk mengatasi masalah ini mereka tidak hanya
menempuh jalur pendidikan, tapi menyarankan muslim agar melakukan interpretasi
ulang agama dengan menerapkan aspek intelektual agar umat bisamenyesuaikan diri
dan beradaptasi dengan adanya perubahan-perubahan baru dari bangsa barat.

Ketiga, kelompok cendekiawan yang berusaha memperbaharui ilmu pengetahuan dan


pendidikan Islam. Mereka yaitu Sultan Mahmud II, dan Pasha Muhammad Ali.
Mereka menyadari pentingnya pendidikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Islam dan karena itu reformasi pendidikan adalah cara yang terbaik untuk
membangkitkan umat Islam. Tapi mereka lebih menekankan pada bidang militer dan
ilmu teknik, yang kemudian diikuti oleh cabang-cabang ilmu lain.

Masalah yang sedang dihadapi kaum muslim sesungguhnya terletak pada masalah
disekitar pengertian ilmu. Akal pikiran kita telah diliputi oleh masalah sifat dan tujuan
ilmu yang salah titik orang Islam telah terpedaya dan secara tidak sadar telah
menerima pengertian ilmu yang dianggap sama dengan pengertian ilmu peradaban
barat.

3. Tantangan Pemikiran dan Dampaknya

Berpegang pada prinsip bahwa pengetahuan dan pandangan hidup adalah ujung
tombak suatu peradaban, maka tantangan eksternal yang dihadapi muslim saat ini
adalah ilmu pengetahuan yang bersumber dari barat. Peradaban barat sendiri
merupakan kombinasi beberapa unsur yaitu filsafat dan nilai-nilai Yunani dan
Romawi, serta agama Yahudi dan KristenYang dimodifikasi oleh bangsa Eropa.
Sedangkan Islam merupakan peradaban yang lahir dan tumbuh berdasarkan pada
wahyu yang memproyeksikan sebuah pandangan hidup yang sempurna, mudah
dipahami, ditafsiri, dijelaskan dan dipraktekkan sehingga membentuk tradisi
intelektual di mana ilmu pengetahuan religius dan rasional diintegrasikan dalam
bangunan ilmu yang mengandung nilai-nilai dan konsep-konsep yang berguna bagi
pembentukan kehidupan yang aman, tentram dan damai.

Identitas peradaban barat dapat dilihat dari dua periode, yaitu modernisasi dan
postmodernisme. Modernisasi adalah pemikiran yang lahir dari sejarah mereka sejak
empat abad terakhir. Sedangkan postmodernisme adalah gerakan yang lahir sebagai
protes terhadap modernisme atau sebagai kelanjutannya. Dampak dari modernisasi
dan postmodernisme telah menggantikan istilah tajdid dalam Islam. Cendekiawan
Islam banyak yang berubah menjadi lebih mementingkan alasan daripada akal dalam
memahami masalah agama.

Sejalan dengan gagasan modernisasi dan postmodernisme, diusulkan sebuah gagasan


rasionalisme. Gagasan lain adalah liberalisasi yang lebih condong menerapkan paham
paham yang dibawa oleh postmodernisme. Karena bermuatan westernisasi maka trend
pemikiran ini menjadi sebuah gerakan sosial, lebih-lebih trend pemikiran ini juga
diminati oleh para dosen yang pernah belajar dengan orientalis di barat.

4. Problem Pendidikan Islam

Problem yang pertama adalah lemahnya tradisi pengkajian ilmu pengetahuan


doktrinal maupun spekulatif. Kelemahan ini menghambat lahirnya konsep baru yang
rasional sehingga isu-isu yang tidak berasal dari Islam dianggap sebagai sesuatu yang
baru dan menyegarkan. contohnya adalah pembelajaran tentang fardhu ain dan fardhu
kifayah yang berhenti pada pendidikan tingkat rendah dan menengah.

5. Membangkitkan Tradisi Keilmuan

memperkuat pandangan hidup muslim artinya memberi solusi terhadap persoalan


umat secara fundamental dan integral. Konsep pembangunan dalam Islam tidak sama
dengan konsep pembangunan kapitalisme maupun sosialisme. Barat atau peradaban
lainnya dengan secara terbuka seharusnya mengakui bahwa Islam memiliki
pandangan hidup, filsafat dan kebudayaan sendiri yang harus diterima apa adanya,
tanpa jalan rekonsiliasi meskipun tetap membangun sikap toleransi. Untuk
memperbaiki keadaan, maka umat Islam harus mengarahkan target pendidikan kepada
pembangunan individu yang memahami tentang kedudukannya baik di depan Tuhan,
di hadapan masyarakat, dan dirinya sendiri. perlu dicatat bahwa penekanan pada
pendidikan tinggi merupakan tradisi yang dijadikan perhatian oleh para ilmuwan sejak
dahulu.agar Universitas benar-benar islami dan merupakan medium pengembangan
individu, maka sebuah universitas harus merupakan refleksi dari insan Kamil ataupun
universal dan mengarah kepada pembentukan insan Kamil. contoh insan Kamil dan
universal itu yang sangat real adalah figur Nabi Muhammad SAW sendiri. Sejarah
telah membuktikan bahwa keagungan suatu masyarakat adalahkeagungan suatu
masyarakat adalah tercermin dari kualitas perguruan tinggi masyarakat tersebut.
Sayangnya, umat muslim saat ini lebih banyak mendirikan universitas yang hanya
mengikuti model barat. Padahal Universitas Islam seharusnya berbeda dari
Universitas Barat baik dalam bentuk, konsep, dan struktur epistemologi.

6. Strategi Pembangunan Peradaban

proyek membangun kembali peradaban Islam tidak dapat dilakukan hanya dengan
melalui satu dua bidang kehidupan titik Ia merupakan proses bersinergi, simultan dan
konsisten. Untuk itu maka proyek ini perlu disadari bersama sebagai sesuatu yang
wajib atau fardhu ain yang merupakan tanggung jawab yang perlu dibebankan kepada
seluruh anggota masyarakat muslim. Sabda Nabi jelas, "Barangsiapa tidak peduli
dengan urusan umat Islam maka ia bukan bagian dari pada mereka."

Anda mungkin juga menyukai