Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKUTLAS FARMASI
2020
AWAL KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM
Beberapa perintah melaksanakan dakwah atas nama Allah dan materi dakwah di antaranya
adalah:
a. Tujuan pemberian peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan Allah di dunia
ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan yang pasti
akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.
b. Tujuan mengagungkan Tuhan, agar siapapun yang menyombongkan diri di dunia
tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan digunakan dan keadaannya
dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran yang tersisa di dunia selain kebesaran
Allah.
c. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa, agar kebersihan
lahir dan batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala
noda dan kotoran bisa mencapai titik kesempurnaan.
d. tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan, agar seseorang
tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatu yang besar dan hebat.
Dalam ayat yang terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan, ejekan, dan olok-
olok yang bakal dilancarkan orang-orang yang menentang. Bahkan mereka berusaha
membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap orang yang beriman
di sekitar beliau.
Kita bisa membagi masa dakwah Rasulullah SAW menjadi dua periode, yang satu sama
lain sangat berbeda yaitu:
Orang-orang Quraisy bahkan mulai melancarkan serangan terhadap Nabi SAW yang
dikomandani Abu lahab. Abu lahab sebelumnya sudah menikahkan kedua anaknya, yaitu
Utbah dan Utaibah dengan kedua Putri Rasul, Ruqayah dan Ummu kultsum sebelum
Rasulullah SAW diutus sebagai Rasul. Tetapi setelah itu dia menyuruh kedua anaknya
untuk menceraikan istrinya masing-masing, dengan disertai ancaman keras. Setelah
Abdullah, putra Rasulullah SAW yang kedua meninggal dunia, Abu lahab merasa senang
sekali dan mengatakan bahwa Muhammad sudah terputus dari rahmat Allah. Yang lebih
parah lagi adalah kebengisan Uqbah bin Abi mu'ith. Dia meletakkan kotoran di antara
bahu Rasulullah SAW saat beliau sedang bersujud.
Langkah bijaksana yang diambil Rasulullah SAW untuk menghadapi berbagai tekanan itu
adalah dengan melarang orang-orang muslim menampakkan keislamannya, baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Sebab jika sampai diketahui beliau bertemu mereka, tentu
orang-orang musyrik berusaha menghalangi usaha beliau untuk mensucikan jiwa orang-
orang muslim dan mengajarkan Alkitab. Bahkan tidak menutup kemungkinan yang
menjurus kepada bentrokan fisik antara kedua belah pihak.
Pada bulan Rajab tahun kelima dari nubuwwah, sekelompok sahabat hijrah yang pertama
kali ke Habasyah. Mereka terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita, yang
dipimpin Utsman bin Affan. Lalu pada saat bulan Ramadan di tahun yang sama, Nabi
SAW keluar dari Masjidil haram yang saat itu para pemuka dan pembesar Quraisy sedang
berkumpul disana. Beliau kemudian membacakan surat An-Najm yang membuat mereka
bersujud kepada Allah di hadapan beliau. Mereka yang bersujud kemudian mendapatkan
cacian dan celaan sehingga mereka mendustakan apa yang mereka lakukan dan berkata
bahwa Rasulullah menyebutkan nama-nama berhala mereka dengan ungkapan berisi
sanjungan bahwa beliau berkata tentang berhala-berhala itu.
Namun cerita tentang sujudnya Quraisy tersebut didengar oleh sahabat-sahabat yang
sedang berada di Habasyah. Mereka mengira bahwa kaum Quraisy itu benar-benar telah
masuk Islam. Mereka pulang ke Mekah pada bulan Syawal di tahun yang sama. Hampir
mendekati Mekkah sebelum tengah hari, mereka pun tahu apa yang sebenarnya terjadi
titik sebagian di antara mereka ada yang kembali lagi ke habasyah, sedangkan mereka
yang hendak pulang ke Mekah masuk ke sana dengan cara sembunyi-sembunyi, dan
dengan cara meminta perlindungan kepada salah seorang Quraisy. Setelah kejadian itu
siksaan dari kaum Quraisy semakin menjadi-jadi kepada orang-orang muslim.
Tidak cukup dengan itu semua, para pembesar Quraisy mendatangi Abu Thalib dan
mereka berkata kepadanya, "Wahai Abu Tholib, engkau adalah orang yang paling tua,
terhormat dan berkedudukan di tengah kami. Kami sudah pernah memintamu untuk
menghentikan anak saudaramu, namun engkau tidak melakukannya. Demi Allah kami
sudah tidak sabar lagi menghadapi masalah ini. Siapa yang mengumpat bapak bapak
kami, maka hentikanlah dia, atau kami menganggapmu dalam pihak dia, hingga salah
satu dari kedua belah pihak diantara kita binasa."
Abu Tholib pun menyampaikan pesan itu kepada Rasulullah SAW. Rasulullah tetap
menolak untuk menghentikan dakwahnya dan bersabda, "Wahai pamanku, demi Allah,
andaikan mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan di tangan kiriku,
agar aku meninggalkan agama ini hingga Allah memenangkannya atau aku ikut binasa
karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya." Kaum Quraisy bahkan berusaha
untuk menemui Abu Thalib kembali dan menawarkan agar menukar Rasulullah SAW
dengan seorang pemuda Quraisy yang bagus dan tampanserta merelakan Rasulullah untuk
dibunuh. Tentu hal ini membuat Abu Tholib sakit hati dan langsung menolak.
Kekejaman dan penyiksaan Quraisy justru semakin memperkuat Islam dengan masuknya
dua tokoh besar ke dalam Islam yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin
Khattab. Orang-orang musyrik kerepotan mencari bentuk penyiksaan dan tekanan
terhadap orang-orang muslim. Mereka berusaha mengajukan berbagai macam perlawanan
kepada Rasulullah SAW yang memungkinkan bisa diajukan dengan satu tujuan,
menghentikan dakwah.
Abu Tholib kemudian mengumpulkan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Abu
Thalib merasa yakin bahwa Quraisy telah sepakat untuk membunuh rasulullah SAW
secara terang-terangan. Abu Thalib berdiri di tengah anggota keluarganya dari Bani
Hasyim, Bani Abdul Muthalib, dan Bani Abdul Manaf. Ia meminta kesediaan mereka
untuk melindungi anak saudaranya. Mereka kemudian menyanggupinya baik yang kafir
maupun yang muslim sebagai langkah untuk menjaga kekerabatan. Orang yang tidak
bergabung dalam kesedihan ini hanyalah saudaranya, Abu lahab.
Kaum Quraisy kemudian bergerak untuk membuat kesepakatan bersama yang isinya
adalah larangan menikah, berjual beli, berteman, berkumpul memasuki rumah, berbicara
dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, kecuali jika secara sukarela mereka
menyerahkan Muhammad untuk dibunuh. Kesepakatan itu dituliskan dalam sebuah papan
piagam yang digantung di bagian dalam bangunana ka’bah. Pemboikotan itu benar-benar
ketat hingga cadangan dan bahan makanan sudah habis. Genap 3 tahun keadaan berjalan
seperti itu, pada bulan Muharram tahun ke-10 dari nubuwwah, papan sudah terkoyak dan
isinya terhapus setelah ada isyarat dari Allah dengan didatangkannya rayap-rayap untuk
memakan isi piagam tersebut. Yang disisakan hanyaklah penggalan tulisan bismika
allahumma dan setiap bagian yang ada kata ‘Allah’. Maka akhirnya papan piagam itu
benar-benar dirobek dan dibatalkan Rasulullah SAW serta para pengikutnya keluar dari
perkampungan.
Ada beberapa faktor yang menguatkan kesabaran ketabahan dan keteguhan hati
Rasulullah SAW, yaitu:
Pada musim haji semenjak 6 orang pemuda Yatsrib kembali ke Madinah, datanglah 12
orang menemui Rasulullah diam-diam. Mereka bertemu Rasulullah di Aqabah di Mina,
lalu mengucapkan bai'at. Rasulullah SAW bersabda, "Kemarilah dan berbaiat kalian
kepadaku untuk tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak
berzina, tidak membunuh anak-anak sendiri, tidak akan berbuat dusta yang kalian ada-
adakan antara tangan dan kaki kalian, dan tidak mendurhakai dalam urusan yang baik.
Barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian ini, lalu dia disiksa di dunia, maka
itu merupakan ampunan dosa baginya, dan barangsiapa mengambil sesuatu dari yang
demikian itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki,
Dia menyiksanya dan jika menghendaki, Dia akan mengampuninya." Lalu mereka pun
berbaiat kepada beliau. Inilah yang dikenal sebagai Baiatul Aqabah I.
Setelah baiat itu sudah terlaksana secara sempurna dan musim haji juga sudah selesai,
maka beliau mengirim duta yang pertama ke Yatsrib bersama-sama dengan mereka untuk
mengajarkan syariat-syariat Islam dan pengetahuan agama kepada orang-orang muslim di
sana, sekaligus menyebarkan Islam di antara penduduk masih musyrik. Tugas sebagian
duta ini diserahkan kepada seorang pemuda Islam yang termasuk pendahulu masuk Islam,
Mush'ab bin Umair Al-Abdari. Sebelum tiba musim haji tahun ke-13 setelah nubuwwah,
dia kembali ke Mekah, untuk menyampaikan kabar keberhasilannya dan keadaan
penduduk Yatsrib yang sudah memiliki kekuatan dan siap memberi perlindungan.
Pada musim haji tahun ke-13 dari nubuwwah, tujuh puluh muslimin penduduk Yatsrib
datang ke Mekah untuk melaksanakan manasik haji. Imam Ahmad meriwayatkan dari
Jabir, dia berkata, "Kami berkata, 'Wahai Rasulullah, untuk hal apa kami berbaiat kepada
engkau?"
Setelah proses baiat usai Rasulullah SAW meminta penunjukan 12 orang agar menjadi
pembuka bagi kaumnya masing-masing. Mereka inilah yang harus bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan klausul-klausul bai'at itu.
Quraisy yang geram ingin segera mengakhiri dakwah RAsulullah SAW. Setelah ada
ketetapan bulat dari Quraisy untuk menghabisi Nabi SAW, Jibril turun kepada beliau
membawa wahyu dari Allah seraya mengabarkan persekongkolan Quraisy dan bahwa
Allah sudah mengizinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah, seraya
berkata, "Janganlah engkau tidur di tempat tidurmu malam ini seperti biasanya."
Siang itu para pemuka Quraisy membuat persiapan untuk melaksanakan rencana yang
sudah ditetapkan di Mekkah pada Darunnadwah. Seperti yang sudah dirancang, rencana
jahat itu akan dilaksanakan pada tengah malam. Rasulullah kemudian keluar pada tengah
malam dan tempat tidurnya ditempati oleh Ali bin Abi Thalib. Beliau sendiri datang ke
rumah Abu bakar dan mereka berdua keluar dari mekah hingga tiba di Gua Tsur. Di
dalam gua mereka bersembunyi selama 3 malam. Sedangkan di Mekah para Quraisy
memukuli Ali dan menyeretnya ke dekat Ka'bah serta menahan nya, dengan harapan bisa
mengorek keterangan tentang Rasulullah. Karena tidak mampu mengorek keterangan
sedikitpun dari Ali, mereka segera ke rumah Abu bakar dan menemui Asma' binti Abu
bakar. Meraka bahkan menamparnya saat menjawab tidak mengetahui dimana
keberadaan ayahnya.
Seusai shalat jumat, Nabi SAW memasuki Yatsrib. Sejak hari itulah Yatsrib dinamakan
Madinatur Rasul SAW yang kemudian disingkat dengan nama Madinah. Inilah hari yang
sangat monumental. Semua rumah dan jalan ramai dengan suara tahmid dan taqdis.
4. Kehidupan di Madinah
Manusia yang beliau hadapi di Madinah bisa dibagi menjadi 3 kelompok. Keadaan yang
satu berbeda jauh dengan yang lain, dan beliau juga harus menghadapi berbagai problem
yang berbeda tatkala menghadapi masing-masing kelompok. Tiga kelompok ini adalah:
Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW di Madinah adalah membangun masjid.
Beliau terjun langsung dalam pembangunan masjid itu dengan memindahkan bata dan
bebatuan, seraya bersabda, "Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan
akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin."
"Ini adalah perjanjian dari Nabi SAW, berlaku di antara orang-orang mukmin dan muslim
dari Quraisy dan Yatsrib serta siapapun yang mengikuti mereka, menyusul di kemudian hari
dan yang berjihad bersama mereka:
Dengan cara ini, Nabi SAW yang mampu membangun sebuah masyarakat yang baru di
Madinah, suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal sejarah. Beliau juga
mampu mencari pemecahan dari berbagai problem yang muncul di tengah masyarakat ini
yang bisa dinikmati manusia setelah mereka kelebihan dalam kungkungan kegelapan.
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Khulafaur rasyidin merupakan pemimpin umat islam dari kalangan sahabat setelah nabi
wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih secara langsung oleh para sahabat
melalui mekanisme demokrasi. Ada 2 cara pemilihan khalifah ini : pertama secara
musyawarah oleh para sahabat nabi. Kedua berdasarkan atas penunjukan khalifah
sebelumnya.
Abu bakar memiliki nama lengkap Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi. Beliau lahir
pada tahun 573 dan wafat pada tanggal 23 Jumadil Akhir tahun 13 H, di usia 63
tahun. Ia memperoleh gelar As-Shidiq karena ia senantiasa membenarkan semua hal
yang dibawa Nabi SAW terutama pada peristiwa Isra’ Mi’raj.
Pengabdian Abu bakar terhadap islam sangatlah besar. Ia rela menyerahkan seluruh
hartanya demi kepentingan islam. Ia selalu mendampingi dalam mengemban misi
islam sampai Nabi SAW wafat.
Setelah Nabi Muhammad wafat keduduka nya sebagai Rasulullah tidak dapat
digantikan oleh siapapun (khatami al anbiya’ wa al-mursalin), namun disamping itu
kedudukan beliau sebagai pimpinan kaum muslim harus segera digantikan. Orang
yang menggantikannya dinamakan khalifah. Khalifah yaitu orang yang menggantikan
nabi menjadi pemimpin kaum muslim dalam memberikan petunjuk ke jalan yang
benar dan melestarikan hukum-hukum agama islam.
Abu bakar menerima jabatan sebagai khalifah pada saat sejarah islam dalam keadaan
krisis dan gawat. Yaitu munculnya perpecahan, munculnya nabi palsu, dan terjadinya
berbagai macam pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam. Sumber
utama terjadinya kekacauan ini adalah wafatnya nabi yang dianggap sebagai
terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan presepsi bahwa Islam telah
berakhir.
Khalifah abu bakar disebut sebagai penyelamat islam dari kehancuran karena beliau
telah berhasil menyatukan kembali ummat islam yang telah bercerai berai setelah
wafatnya rasulullah SAW. Disamping itu beliau juga berhasil memperluas wilayah
kekuasaan islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa letak peradaban masa islam Abu
bakar adalah dalam masalah agama (penyelamat dan penegak agama islam dari
kehancuran serta perluasan wilayah) melalui sistem pemerintahan (kekhalifahan)
islam.
Dipilihnya abu bakar untuk memimpin kaum muslimin setelah rasulullah disebabkan
beberapa hal :
3) Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelar As-Siddiq, orang yang
sangat dipercaya
5) Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi Iman Shalat
jama’ah
Sistem politik pada masa Khalifah Abu bakar bersifat sentral, jadi kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat dengan khalifah. Meskipun demikian,
dalam memutuskan suatu masalah Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk
bermusyawarah.
Kebijakan politik yang dilakukan pada masa Khaifah Abu bakar diantaranya:
1) Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum
Romawi sebagai realisasi dari rencana Rasulullah, ketika beliau masih hidup.
Sebenernya kalangan sahabat termasuk Umar tidak setuju dengan ide tersebut.
Namun langkah pengiriman pasukan Usamah ke Romawi di bumi Syam
merupakan langkah politik yang strategis dan membawa dampak positif bagi
pemerintahan Islam.
3) Mereka yang mengaku nabi dan pengikutnya termasuk didalamnya orang yang
meninggalkan sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah.
4) Mereka membedakan antara sholat dan zakat, tidak mau mengakui kewajiban
zakat dan mengeluarkannya.
Dalam menghadapi kemunafikan dan kemurtadan ini. Abu bakar tetap pada
prinsipnya yaitu memerangi mereka sampai tuntas. Mengembangkan wilayah islam
keluar arab. Ini di tujukan ke Syiria dan Persia.
Adapun kebijakan dibidang pemerintahan yang dilakukan oleh abu bakar diantaranya
sistem pemerintahan berdasarkan musyawarah.
Umar Ibn Al-Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail bin Abd
Al Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin ‘adi bin Ka’ab bin Lu’ay.
Beliau merupakan khalifah yang menggantikan posisi Abu bakar sebagai Khalifah. Ia
lahir di Mekah pada 513 H. Umar merupakan orang yang gigih dan setia membela
islam sehingga ia di berikan gelar Al-Faruq.
Seletah Abu Bakar meninggal Umar menggantikan jabatan Abu bakar sebagai
Khalifah islam dan meneruskan kebijakan-kebijakan yang sebelumnya di tempuh
pada masa Khalifah Abu Bakar. Dalam waktu yang tidak lama ia berhasil
menundukan kekuasaan imperium Persia dan Romawi menjadi bagian dari kekuasaan
islam.
Dalam pengangkatan Umar sebagai Khalifah, ia di tunjuk langsung oleh Abu Bakar.
Beberapa faktor penunjukan Umar diantaranya
1) Kekhawatiran peristiwa yang menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris
menyeret pada perpecahan.
2) Kaum Anshar dan Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang berhak
menjadi khalifah.
3) Kaum Islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan
pembangkang.
Beberapa ekspansi pada masa pemerintahan Umar yaitu selama ia menjabat sebagian
besar ditandai dengan penaklukan-penaklukan untuk memperluas islam ke luar arab.
Umar telah berhasil membebaskan negeri-negeri jajahan imperium Romawi dan
Persia yang dimulai dari awal pemerintahannya bahkan sejak pemerintahan
sebelumnya.
Peradaban Islam pada masa Umar bin Al-Khattab yang paling signifikan, selain pada
pemerintahan, peperangan, dan sebagainya yaitu pedoman dalam peradilan.
Pemikiran Khalifah Umar dalam peradilan yang bahkan masih berlaku sampai
sekarang diantaranya
d) Kewajiban pembuktian.
e) Lembaga damai.
Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin Affan bin Abil Ash bin
Umayyah bin Abdisy-Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab. Ia lahir di Mekah
pada 576 M. Beliau masuk Islam pada usia 30 atas ajakan Abu Bakar. Ia dijuliki
sebagai Dzun Nurain karena minikahi dua putri Rasulullah SAW yaitu Ruqayah dan
Ummu Kulsum.
Ia dipilih sebagai khalifah pada usia 70 tahun dengan kepribadian yang agak lemah.
Kelemahannya ini dipergunakan oleh orang orang disekitarnya untuk mengejar
keuntungan pribadi, kemewahan dan kekayaan. Hal ini di manfaatkan olah
keluarganya sendiri dari golongan Umayyah. Banyak pangkat pangkat tinggi dari
keluarganya hal tersebut dinamakan nepotisme (kecenderungan untuk mengutamakan
atau menguntungkan sanak keluarga(keluarga sendiri)).
Namun pada saat Utsman menjabat sebagai khalifah, ia dituduh oleh sebagian sahabat
telah mengangkat keluarganya untuk menduduki jabatan jabatan di istana.
Pemberontakan dimulai dari Mesir, orang yang terbakar emosinya akhirnya datang ke
madinah, kediaman khalifah Utsman. Ia dikepung di rumahnya karena menolak untuk
menyerah akhirnya ia dibunuh. Kemudian dipilihlah penggantinya Ali bin Abi Thalib.
Sebab-sebab pemebrontakan itu dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Pertama,
ditengah-tengah masyarakat terdapat kelompok yang memeluk islam dengan tidak
sepenuh kesadaran melainkan demi kepentingan tertentu seperti Abdullah ibn Saba’,
orang Yaman yang semula pengikut yahudi. Mereka yang menyebarkan hasutan
terhadap Khalifah Utsman.
Kedua, persaingan dan permusuhan keluarga Hasyim dan keluarga Ummayah turut
memperlemah kekuatan Utsman dan menjadi sebab utama kegagalan Utsman di akhir
masa pemerintahannya.
Diantara jasa-jasa utsman yang lain yaitu tindakannya untuk menyalin dan membuat
Al-Quran standar yang didalam kepustakaan di sebut kodifikasi al Quran. Standarisasi
Al-Qur’an diperlukan karena pada saat itu wilayah Islam sudah luas dan agar tidak
terjadi perbedaan ungkapan dan ucapan tentang ayat ayat Al-Qur’an yang disebarkan
olah hafalan.
d. Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali adalah putra Abu Tholib, seorang paman yang mengasuh nabi sejak kakeknya
meninggal dunia. Semenjak kecil ia selalu bersama Nabi, sehingga masa kecil Ali
tumbuh dalam pengasuhan dan bimbingan Nabi. Nabi sangat mencintainya ibarayt
anaknya sendiri dan nabi berkenan menikahkannya dengan Fatimah.
Singkat cerita, beliau diangkat menjadi khalifah. Konflik politik antara Ali bin Abi
Thalib dengan Muawwiyah Ibn Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dari pihak Ali
bin Abi Thalib di utus seorang ulama yang jujur namun tidak cerdik dalam politik
yaitu Abu Musa Al-Asyari sebaliknya dari pihak Muawwiyah diutus seorang yang
sangat terkenal cerdik dalam berpolitik yaitu Amr Ibn Ash.
Dalam tahkim tersebut, pihak Ali bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak Muawwiyah
karena kecerdikan Amr Ibn Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa Al-Asyari.
Kemudian kelompok Ali bin Abi Thalib terpecah menjadi dua kubu. Yang pertama
yaitu mereka yang terpaksa menghadapi hasil tahkim dan tetap setia kepada Ali bin
Abi Thalib sedangkan kelompok yang satunya adalah mereka yang menolak hasil
Tahkim dan kecewa dengan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.
4) Persaingan antara keturunan Bani hasyim dan Umayyah turut mempersulit posisi
Ali .
Dari khalifah khalifah tersebut telah berhasil menghantarkan Islam mencapai puncak
peradabannya, namun ada beberapa khalifah yang memiliki peran besar dalam catatan
para ahli sejarah.
Muawiyah dan keluarganya merupakan orang yang terakhir memeluk Islam, yaitu
pada saat peristiwa Fathul Makkah. Meskipun demikian Nabi sangat menghargai
dan menghormati mereka dengan menjamin keselamatan bagi mereka yang berada
si bawah perlindungan Abu sufyan pada peristiwa Fathul Makkah. Bahkan
Muawwiyah dipercaya sebagai sekretaris Rasulullah untuk penulisan wahyu Al-
Qu’ran.
Abdul malik bin Marwan berhasil menundukan kekuasaan Abdullah bin Zubair
yang menyandang gelar khlaifah selama 9 tahun di wilayah hijaz. Serta berhasil
meredakan pemberontakan di Bashrah dan Kuffah dan seluruh wilayah
kekuasaannya.
Umar bin Abdul Aziz disebut sebagai As-Saleh atau Khulafaur rasyidin yang ke-5
karena sifat beliau yang terkenal kesalehannya. Beliau dibaiat menjadi khalifah
saat usianya 36 tahun. Di bidang fiskal ia berhasil memangkas pajak dari orang
nasrani serta berhasil menghentikan pungutan pajak dari para mualaf.
Kebijakannya ini membuat para kaum non muslim berbondong bondong memeluk
agama islam.
5) Peradilan
6) Perkembangan arsitektur
2) Latar belakang terbentukanya bani umayah tidak terlepas dari konflik konflik pada
masa Ali. Menimbulkan oposisi golongan syiah dan Khawarij yang terus menerus
meronggong kekuasaan bani umayah.
5) Munculnya gerakan oposisi baru yang dipelopori oleh abbas bin abdul muthalib
yang ,mendapat dukungan penuh dari bani hasyim,syiah dan mawali yang merasa
di kelas duakan oleh pemerintah bani umayah uang kemudian menjadi cikal bakal
terbentuknya bani abbasiyah.
Awalnya diawali sejak merapuhnya sistem internal dari bani Umayyah yang berujung
ke munduran dinasti bani umayyah di Damaskus. Maka upaya untuk
menggantikannya (mencari pemimpimpim Islam) maka digantikan oleh kalangan
Bani Abbasiyah. Bani Abbasiyah mendapatkan simpati dari masyarakat karena dinasti
Abbasiyah bernuansa keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan
seperti saat masa Khulafaur rasyidin.
Dinasti Abbasiyah di dirikan oleh Abdullah Al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn
Abdullah Ibn Al-Abbas. Nama dinasti Abbasiyah diambil dari nama saalh seorang
paman Nabi bernama Al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Orang Abbasiyah merasa
mereka adalah orang uang lebih berhak atas kekhalifahan Islam, karena mereka
adalah keturunan bani Hasyim yang secara keturunan lebih dekat dengan nabi.
Masyarakat Daulah Bani Abbasiyah terbagi atas dua kelompok besar, yaitu kelas
khusus dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari khalifah,keluarga khalifah, para
pembesar negara seperti mentri,gubernur, panglima, dll. Sedangkan kelompok umum
terdiri dari para seniman, ulama,saudagar, buruh dan petani. Sebelum Daulah Bani
Abbasiyah berdiri terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan kelompok Bani
Abbas yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan.
Pada masa Bani Abbasiyah yang lebih dikenal yaitu pada bidang perkembangan
peradaban islam. Orang orang di dinasti Abbasiyah lebih bersifat internasional,
assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan
sebagainya.
Pada masa kekhalifahan Harun Ar-rasyid dan putranya Al-Makmun merupakan masa
keemasan pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia islam. Pada
masa ini pula umat Islam telah memberikan kebebasan bagi berperangnya akal dan
pikiran untuk kemajuan manusia saat itu. Banyak pula bermunculan karya-karya
ilmuan muslim, karya-karya berbahasa asing terutama Yunani yang diterjemahkan
kedalam bahasa arab.
Para ilmuan muslim pada masa bani abbasiyah menjelajahi 3 benua (Asia, Eropa,
Afrika) untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam
berkembang pula di negara-negara barat (eropa). Perkembangan ilmu pengetahuan
dan peradaban umat islam berkembang tidak kalah pesatnya. Ditandai dengan
berbagai penemuan dan penelitian ilmiah dibukukan oleh para ilmuan muslim.
Dibidang sosial budaya yaitu terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat.
Selain itu kemajuan juga terjadi pada bidang sastra, bahasa dan musik. Dimana pada
masa ini lahirlah seorang sastrawan dan budayawan terkenal seperti Abu Nawas, Abu
Atha Hiyah dan Al-Mutanabby.
c. Tokoh yang berperan dalam kemajuan peradaban islam pada masa Dinasti Abbasiyah
2) Harun Ar-Rasyid
Usaha yang beliau lakukan pada masa pemerintahannya yaitu mengangkat Wazir,
menjaga keamanan dan ketertiban negara, mengembangkan berbagai ilmu
pengetahuan serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3) Abdullah Al-Makmun
Kemunduran atau runtuhnya Bani Abbasiyah ini diakibatkan oleh beberapa faktor
diantaranya:
e) Konflik keagamaan
a) Banyaknya pemberontakan
d) Kemerosotan ekonomi
2) Faktor dari luar
a) Disintegrasi
b) Perang salib
Pendiri kerajaan Turki adalah bangsa dari kabilah Qayigh Oghus, anak suku Turki
yang mendiami sebelah barat gurun Gobi atau daerah Mongol dan daerah utara negeri
Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman. Beliau mengajak anggota sukunya untuk
menghadiriserbuan bangsa mongol yang menyerang dunia islam yang berada dibawah
kekuasaan dinasti Khawarizm pada tahun 1219-12220 M. Sulaiman dan anggota
sukunya lari kearah barat dan meminta perlindungan kepada jalaaluddn, pemimpin
terakhir kerajaan khawarizm di transoxiana. Berdasarkan sarannya jalaluddin usman
pergi ke barat dan kemudian mereka menetap disana kemudian pindah kesyam dalam
rangka mengahadiri serangan mongol.
Pada tahun 1288 M, Erthogrol meninggal dunia dan meninggalakan putranya yang
bernama Usman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. Usman ditunjuk oleh
Ertoghrol untuk meneruskan kepemimpinanya dan disetujui serta didukung oleh
Sultan Saljuk pada saat itu. Nama Usman inilah yang nanti diambil untuk nama Turki
Usmani.
Turki usmani mempunyai wilayah yang sangat luas karena jatuhnya jazirah arab.
Wilayahnya dari Budapest di pingir sungai Thauna sampai ke Aswan dekat hulu
sungai Nil, dan dari sungai Efrat serta pedalaman Iran sampai Bab El-Mandeb
diselatan jazirah arab.
1) Periode pertama (1299-1402 M), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi
pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari
pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.
2) Periode kedua (1402-1566 M), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya
pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai
Sulaiman I.
3) Periode ketiga (1566-1699 M), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani
untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun
kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
c. Perluasan Wilayah
Faktor yang menyebabkan kesuksesan dinasti Usmani dalam perluasan wilayah islam
adalah sebagai berikut:
4) Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat
menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia.
2) Bidang Militer
Telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu mengubah negara Turki
usmani menjadi mesin perang yang paling tangguh dan memberikan dorongan
yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim.
Keberhasilan Turki Usmani dalam memperluas kekuasaan dan penataan politik yang
rapi, berimplikasi pada kemajuan social ekonomi Negara, tercatat beberapa kota
industri yang ada pada waktu itu, antara lain:
1) Wilayah kekuasaan yaang sangat luas tetapi tidak di barengi dengan Administrasi
dan potensi yang kuat
4) Heterogenitas penduduk
Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa
orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang
disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius
Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropa
belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filasafat Yunani yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat
pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat
Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah
Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah
menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya
kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris,
tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan
berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam.
Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari
orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM), kemudian
diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama
Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi
penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-
kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-
Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan
Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab.
1. Al-Kindi
Sejarawan menempatkan Al-Kindi sebagai filosof Arab pertama yang mempelajari
filsafat. Ibnu Al-Nadhim mendudukkan Al-Kindi sebagai salah satu orang termasyhur
dalam filsafat alam (natural philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai
berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, logika
dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai penerjemah terbaik kitab-
kitab ilmu kedokteran dari Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Arab. Disamping sebagai
penerjemah, Al-Kindi menulis juga berbagai makalah. Ibnu Al-Nadhim memperkirakan
ada 200 judul makalah yang ditulis Al-Kindi dan sebagian diantaranya tidak dapat
dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al-Kindi sangat masyhur di Eropa pada
abad pertengahan. Bukunya yang telah disalin kedalam bahasa Latin di Eropa berjudul
De Aspectibus berisi uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat
Euclides, Heron dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai
tulisannya adalag filosof kenamaan Roger Bacon.
Beberapa kalangan beranggapan bahwa Al-Kindi bukanlah seorang filosof sejati. Dr.
Ibrahim Madzkour, seorang sarjana filsafat lulusan Perancis yang berasal dari Mesir,
beranggapan bahwa Al-Kindi lebih tepat dikategorikan sebagai seorang ilmuwan
(terutama ilmu kedokteran, farmasi dan astronomi) daripada seorang filosof. Hanya saja
karena Al-Kindi yang pertama kali menyalin kitab Plato dan Aristoteles kedalam Bahasa
Arab, maka ia dianggap sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan filsafat pada
Dunia Islam dan kaum Muslimin.
Meskipun pada beberapa hal Al-Kindi sependapat dengan Aristoteles dan Plato, namun
dalam hal-hal tertentu Al-Kindi memiliki pandangan tersendiri. Al-Kindi tidak
sependapat dengan Aristoteles yang menyatakan bahwa waktu dan benda adalah kekal.
Dan untuk membuktikan hal tersebut Al-Kindi telah menggunakan pendekatan
matematika. Al-Kindi tidak sepaham pula dengan Plato dan Aristoteles yang menyatakan
bahwa bentuk merupakan sebab dari wujud, serta pendapat Plato yang menyatakan bahwa
cita bersifat membiakkan. Menurut Al-Kindi alam semesta ini merupakan sari dari
sesuatu yang wujud (ada). Semesta alam ini merupakan kesatuan dari sesuatu yang
berbilang, ia juga bukan merupakan sebab wujud.
2. Al-Farabi
Al-Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan cara berpikir logis
(logika) kepada dunia Islam. Berbagai karangan Aristoteles seperti Categories,
Hermeneutics, First dan Second Analysis telah diterjemahkan Al-Farabi kedalam Bahasa
Arab. Al-Farabi telah membicarakan berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif
maupun induktif. Disamping itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu
musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan sebelumnya oleh
Phytagoras. Oleh karena jasanya ini, maka Al-Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang
gelar guru pertama diberikan kepada Aristoteles.
Kontribusi lain dari Al-Farabi yang dianggap cukup bernilai adalah usahanya
mengklassifikasi ilmu pengetahuan. Al-Farabi telah memberikan definisi dan batasan
setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada zamannya. Al-Farabi mengklassifikasi
ilmu kedalam tujuh cabang yaitu : logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika,
politik dan ilmu fiqih (hukum).
a. Ilmu percakapan dibagi lagi kedalam tujuh bagian yaitu : bahasa, gramatika, sintaksis,
syair, menulis dan membaca. Bahasa dalam ilmu percakapan dibagi dalam : ilmu
kalimat mufrad, preposisi, aturan penulisan yang benar, aturan membaca dengan
benar dan aturan mengenai syair yang baik. Ilmu logika dibagi dalam 8 bagian,
dimulai dengan kategori dan diakhiri dengan syair (puisi).
b. Matematika dibagi dalam tujuh bagian yaitu : aritmetika, geometri, astronomi, musik,
hizab baqi (arte ponderum) dan mekanika.
c. Metafisika dibagi dalam dua bahasan, bahasan pertama mengenai pengetahuan
tentang makhluk dan bahasan kedua mengenai filsafat ilmu.
d. Politik dikatakan sebagai bagian dari ilmu sipil dan menjurus pada etika dan politika.
Perkataan politieia yang berasal dari bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam Bahasa
Arab menjadi madani, yang berarti sipil dan berhubungan dengan tata cara mengurus
suatu kota. Kata ini kemudian sangat populer digunakan untuk menyepadankan istilah
masyarakat sipil menjadi masyarakat madani.
e. Ilmu agama dibagi dalam ilmu fiqh dan imu ketuhanan/kalam (teologi).
Buku Al-Farabi mengenai pembagian ilmu ini telah diterjemahkan kedalam Bahasa Latin
untuk konsumsi Bangsa Eropaa dengan judul De Divisione Philosophae. Karya lainnya
yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Latin berjudul De Scientiis atau De Ortu
Scientearum. Buku ini mengulas berbagai jenis ilmu seperti ilmu kimia, optik dan
geologi.
3. Ibnu Sina
Ibnu Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna. Selain sebagai seorang filosof, ia
dikenal sebagai seorang dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ditulisnya banyak
ditulis dalam bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon, telah diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin oleh Gerard Cremona di Toledo. Buku ini kemudian menjadi buku
teks (text book) dalam Ilmu Kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi di
Eropa, seperti Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam kitab Canon, Ibnu Sina telah
menekankan betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat suatu
obat. Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat sangat tergantung pada
ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian. Pemberian obat hendaknya disesuaikan
dengan kekuatan penyakit.
Kitab lainnya berjudul Al-Shifa diterjemahkan oleh Ibnu Daud (di Barat dikenal dengan
nama Avendauth Ben Daud) di Toledo. Oleh karena Al-Shifa sangat tebal, maka bagian
yang diterjemahkan oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu logika, fisika dan De
Anima.
Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian yang bersifat teoritis dan bagian yang bersifat
praktis. Bagian yang bersifat teoritis meliputi : matematika, fisika dan metafisika, sedang
bagian yang bersifat praktis meliputi : politik dan etika.
Dalam hal logika Ibnu Sina memiliki pandangan serupa dengan para filosof Islam
lainnyanya seperti Al-Farabi, Al-Ghazali dan Ibnu Rushd, yang beranggapan bahwa
logika adalah alat filsafat, sebagaimana di tuliskan dalam syairnya :
4. Ibnu Rushd
Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang lahir dan besar di Timur, Ibnu
Rushd dilahirkan di Barat (Spanyol). Filosof Islam lainnya yang lahir di barat adalah Ibnu
Baja (Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer).
Menurut Ibnu Tufail, manusia dapat mencapai kebenaran sejati dengan menggunakan
petunjuk akal dan petunjuk wahyu. Pendapat ini dituangkan dengan baik dalam cerita
Hayy-Ibnu Yakdzhan, yang menceritakan bagaimana Hayy yang tinggal pada suatu pulau
terpencil sendirian tanpa manusia lain dapat menemukan kebenaran sejati melalui
petunjuk akal, kemudian bertemu dengan Absal yang memperoleh kebenaran sejati
dengan petunjuk wahyu. Akhirnya kedua orang ini bisa menjadi sahabat.
Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol meskipun seorang dokter dan
telah mengarang Buku Ilmu Kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan
kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.
Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai Aristoteles, yaitu : komentar besar,
komentar menengah dan komentar kecil. Ketiga komentar tersebut dapat dijumpai dalam
tiga bahasa : Arab, Latin dan Yahudi. Dalam komentar besar, Ibnu Rushd menuliskan
setiap kata dalam Stagirite karya Aristoteles dengan Bahasa Arab dan memberikan
komentar pada bagian akhir. Dalam komentar menengah ia masih menyebut-nyebut
Aritoteles sebagai Magister Digit, sedang pada komentar kecil filsafat yang diulas murni
pandangan Ibnu Rushd.
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik
untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah
memancing kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada
khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis.
Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-
Kindi dalam bukunya Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan bahwa
kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena
pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai.
Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili
oleh Al-Ghazali semakin memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul
Tahafut-El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja untuk
menghambat berkembangnya pikiran bebas di Eropa pada Zaman Renaisance. Al-Ghazali
berpendapat bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis.
Untuk mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui
tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu
Rushd dalam karyanya Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence of the Incoherence).
Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat ajaran
Ibnu Rushd dianggap dapat membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama
Kristen, sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu disusul
dengan putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan penyebaran
filsafat ajaran Ibnu Rushd.
Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia, ajaran filsafat Islam mulai
berkembang lagi. Pada Tahun 1214, Frederick mendirikan Universitas Naples, yang
kemudian memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab
ke dalam Bahasa latin. Pada tahun 1217 Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo
untuk mengumpulkan terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin karangan kaum
muslimin. Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu Rushd di Eropa Barat tidak lepas dari hasil
terjemahan Michael Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah
berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de coelo et de mundo dan
bagian pertama dari Kitab Anima.
Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu
Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd
(Averroisme) dan paham yang menentangnya. Kalangan yang menentang ajaran filsafat
Ibnu Rushd ini antara lain pendeta Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon.
Mereka yang menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan argumentasi yang
dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafut-el-Falasifah. Dari hal ini dapat
dikatakan bahwa apa yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di Eropa Barat pada abad
12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan oleh filosof Islam.
FAKTOR PENYEBAB RUNTUHNYA PERADABAN ISLAM
Pada 1924 M kekhalifahan Turki Utsmani atau ke sultanan Usmani Runtuh. Faktor penyebab
runtuhnya peradaban islam pada masa kekhalifahan Turki Usmani ini sedebabkan oleh 2
faktor yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal keruntuhan turki usmani yaitu ketika penyakit al-Wahn sudah masuk
kedalam diri umat islam terutama dikalangan para pejabat/pemimpinnya. Penyakit Al-
Wahn ini sudah di peringatkan oleh rasul yang dimana merupakan penyakit “Hubbud
Dunya wa Karaahiyatil Maut” yang artinya cinta dunia dan takut akan kematian.
Penyakit ini dapat merontokan keimanan.
Pada awal abad ke 18, para sultan kerajaan turki usmani hidup glamour dan bermewah-
mewahan. Bahkan salah seorang sultan yang mengkhitan anaknya sampai 45 hari dan
tentunya menghabiskan banyak keuangan negara. Artinya saat penyakit Al-wahn ada
dalam diri umat islam maka hal tersebut dapat menyebabkan umat lain tidak dapat
menyegani lagi umat islam.
2. Faktor Eksternal
a. Munculnya westernisasi atau ide barat yentang skularrisme, plurasime dan
liberalisme.
b. Munculnya isu-isu yang mampu memecah belah antar kelompok dan golongan,
sampai munculnya gerakan-gerakan yang mengusung pemikiran liberal.
c. Pemikiran yang liberal menganggap kalau sistem pemerintahan dengan sistem
kekhalifahan sudah tidak cocok lagi. Sehingga terjadi suatu konspirasi besar akhirnya
runtuhlah Turki Usmani.
Faktor faktor diatas merupakan faktor besar yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan turki
utsmani. Selain itu ada faktor lain yang mengakibatkan runtuhnya kekhalifahan turki usmani
diantaranya
1. Wilayah kekuasaan yang luas mengakibatkan sulitnya proses administrasi negara.
2. Kelemahan para peenguasa baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang
berakibat pemerintahan yang menjadi kacau
3. Pemberontakan tentara jenissari
4. Heterogenitas penduduk
5. Merosotnya perekonomian negara.
METODE MEMANGKITKAN KEMBALI PERADABAN ISLAM
Setelah perang dunia kedua banyak negara Islam yang telah merdeka dan kemudian
mengembangkan kembali ekonomi mereka yang telah hancur. Dengan keterbatasan
yang ada sejatinya ekonomi umat Islam dewasa ini masih berpotensi untuk bangkit.
Dengan letak geografis, menurut Ibnu Khaldun negara-negara muslim menduduki
banyak sumber daya seperti minyak dan hasil alam lainnya.selain itu umat Islam
mampu melahirkan figur-figur pemimpin politik yang handal, pakar-pakar dalam
berbagai bidang sains seperti pakar nuklir, pakar industri pesawat terbang, pakar
bedah saraf dunia, peraih hadiah Nobel bidang fisika dan lain sebagainya. Dan yang
paling penting adalah bahwa Islam memilikidan yang paling penting adalah bahwa
Islam memiliki pedomanberupa Al-Qur'an dan hadist yang dapat mempersatukan
umat dan tidak dimiliki oleh peradaban lain.
Jadi secara optimistik, peradaban Islam saat ini tidak seburuk kondisi umat Islam pada
saat kekhilafan umat Islam jatuh ke tangan musuh. Namun, jika kita lebih bersikap
introspektif akan banyak kita temui bahwa umat Islam saat ini belum mampu
berprestasi seperti, apalagi mengungguli prestasi umat Islam di zaman dahulu.
Muslim kini lebih banyak menguasai ilmu yang dihasilkan oleh bangsa barat.
Salah satu ciri terpenting peradaban Islam adalah perhatiannya terhadap ilmu
pengetahuan. Dan ini telah terbukti bahwa perjalanan panjang peradaban Islam
diwarnai oleh lahirnya ilmuwan muslim dalam berbagai bidang dengan prestasi dalam
bidang masing-masing. Salah satu pertanda kemunduran umat Islam yang banyak
disoroti adalah merosotnya prestasi cendekiawan muslim dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan Islam, meskipun ada pula yang menyoroti kemunduran dalam
bidang ekonomi, politik dan budaya. oleh karena itu, pada dekade ini banyak tokoh
cendekiawan dan pemimpin muslim yang peduli untuk kemunduran umat Islam dan
mencoba menawarkan pemikiran pembaharuan atau strategi pembenahan kondisi
umat.
Jika digambarkan secara umum pemikiran pembaharuan atau pembenahan umat Islam
maka akan kita dapati beberapa kelompok. Pertama, kelompok cendekiawan yang
berusaha memperbaharui bidang sosial dan politik seperti misalnya Jamaludin Al-
Afgani, Muhammad Rasyid Ridha, Dr. Abdul Razak Sanhuri Pasha, dan sebagainya.
Masalah yang sedang dihadapi kaum muslim sesungguhnya terletak pada masalah
disekitar pengertian ilmu. Akal pikiran kita telah diliputi oleh masalah sifat dan tujuan
ilmu yang salah titik orang Islam telah terpedaya dan secara tidak sadar telah
menerima pengertian ilmu yang dianggap sama dengan pengertian ilmu peradaban
barat.
Berpegang pada prinsip bahwa pengetahuan dan pandangan hidup adalah ujung
tombak suatu peradaban, maka tantangan eksternal yang dihadapi muslim saat ini
adalah ilmu pengetahuan yang bersumber dari barat. Peradaban barat sendiri
merupakan kombinasi beberapa unsur yaitu filsafat dan nilai-nilai Yunani dan
Romawi, serta agama Yahudi dan KristenYang dimodifikasi oleh bangsa Eropa.
Sedangkan Islam merupakan peradaban yang lahir dan tumbuh berdasarkan pada
wahyu yang memproyeksikan sebuah pandangan hidup yang sempurna, mudah
dipahami, ditafsiri, dijelaskan dan dipraktekkan sehingga membentuk tradisi
intelektual di mana ilmu pengetahuan religius dan rasional diintegrasikan dalam
bangunan ilmu yang mengandung nilai-nilai dan konsep-konsep yang berguna bagi
pembentukan kehidupan yang aman, tentram dan damai.
Identitas peradaban barat dapat dilihat dari dua periode, yaitu modernisasi dan
postmodernisme. Modernisasi adalah pemikiran yang lahir dari sejarah mereka sejak
empat abad terakhir. Sedangkan postmodernisme adalah gerakan yang lahir sebagai
protes terhadap modernisme atau sebagai kelanjutannya. Dampak dari modernisasi
dan postmodernisme telah menggantikan istilah tajdid dalam Islam. Cendekiawan
Islam banyak yang berubah menjadi lebih mementingkan alasan daripada akal dalam
memahami masalah agama.
proyek membangun kembali peradaban Islam tidak dapat dilakukan hanya dengan
melalui satu dua bidang kehidupan titik Ia merupakan proses bersinergi, simultan dan
konsisten. Untuk itu maka proyek ini perlu disadari bersama sebagai sesuatu yang
wajib atau fardhu ain yang merupakan tanggung jawab yang perlu dibebankan kepada
seluruh anggota masyarakat muslim. Sabda Nabi jelas, "Barangsiapa tidak peduli
dengan urusan umat Islam maka ia bukan bagian dari pada mereka."