NIFAS & MENYUSUI (Dosen Pengajar: Maria Sonda, S.SIT, M.Kes )
Oleh:
Nama : Suriana Nim : PO713211191094 Kelas : 2.B
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2019/2020 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil masa nifas berlangsung 6 minggu (Prawirohardjo, 2002: N-23). Masa nifas adalah masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Nugroho,2014). A. Faktor Pengaruh Fisik Munurut Khasanah dan Sulistyawati (2017) Adapun beberapa faktor yang memengaruhi pada ibu nifas dan menyusui antara lain: 1. Rahim Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur-angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil. 2. Jalan lahir (servik, vulva, vagina) Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 23 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah, dan terdapat nanah). 3. Darah Darah nifas hingga hari kedua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecokelatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas. 4. Payudara Payudara menjadi besar, keras, dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar). Pada hari ke-2 hingga ke-3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan antibodi, dan protein. 5. Sistem perkemihan Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan. 6. Sistem pencernaan Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau ambeien pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan. 7. Peredaran darah Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keping darah) akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan. 8. Penurunan berat badan Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 56 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban, dan perdarahan persalinan, 23 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. 9. Suhu badan Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain. B. Faktor Psikologi Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manisfestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda beda antara satu ibu dengan yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi akan dijalani. Seorang wanita setelah sebelumnya menjalani fase sebagai anak kemudian berubah menjadi istri dan harus bersiap menjadi ibu. Proses ini memerlukan waktu untuk bisa menguasai perasaan dan pikirannya. Semakin lama akan timbul rasa memiliki pada janinnya sehingga ada rasa ketakutan akan kehilangan bayinya atau perasaan cemas mengenai kesehatan bayinya. Ibu akan mulai berpikir bagaimana bentuk fisik bayinya sehingga muncul “mental image” tentang gambaran bayi yang sempurna dalam pikiran ibu seperti berkulit putih, gemuk, montok, dan lain sebagainya. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu (Khasanah dan Sulistyawati, 2017). Misalnya Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua perhatian tertuju pada anak yang baru lahir. Padahal usai persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik bayi karena tidaksesuai dengan harapannya juga bisa memicu baby blues. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat berpengaruh dalam hal memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis. Adapun Beberapa Pengaruh Psikologi Pada Masa Nifas dan Menyusui, antara lain : 1. Perubahan peran, terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak.Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan.Perubahan peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan 2. Peran menjadi orang tua setelah melahirkan, selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu. 3. Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak. Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan tersebut. Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut. C. Faktor Ekonomi Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat. Pendapatan yang tinggi menunjukan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi faedah zat gizi untuk ibu hamil. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu nifas untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan (Khasanah dan Sulistyawati, 2017). D. Faktor Lingkungan 1. Lingkungan tempat ibu dilahirkan dan dibesarkan Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainnya. Lingkungan dimana ibu dilahirkan dan dibesarkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayinya selama masa nifas dan menyusui. Jika masyarakat mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas. lingkungan akan terus berubah selama kita hidup Jika memasuki suatu fase kehidupan yang baru, akan selalu terjadi proses penyusuain dengan lingkungan.stuasi ini dapat mempengaruhi ibu dalam melakukan perawatan diri pada masa nifas (Stevens, 2000). Sarana prasarana tersedia di dalam lingkungan guna mendukung dan mempromosikan prilaku kesehatan. Jasa konsultan dan spesialis dari petugas kesehatan lain seperti ahli nutrisi, dokter ahli, dan perkerja sosial harus ada sebagai usaha dalam membantu pasien mendapatkan keterampilan yang di perlukan untuk mencapai atau menjaga kesehatan dan kesejahteraan agar tetap optimal. Organisasi berbasis masyarakat sering kali merupakan sarana yang sagat baik untuk menyebarkan informasi (Gomez dan Gomez, 1984 dalam Bastable, 2002). Selain itu, keluarga juga berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-aggotanya, khususnya dalam penaganan masalah kesehatan keluarga.seperti ibu nifas, maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk membantu memulihkan kondisi kesehatannya ke kondisi semula. Fungsi keluarga dalam masalah kesehatan meliputi reproduksi, upaya membesarkan anak, nutrisi, memelihara kesehatan dan rekreasi (Bobak, 2004). 2. Faktor Lingkungan Pasca Salin. Misalnya Ibu yang melahirkan di Rumah Sakit akan terbiasa dengan sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit, juga tenaga kesehatan yang bertugas di sana. Semua sarana prasarana dan juga tenaga kesehatan yang berada di rumah sakit berupaya untuk memulihkan kesehatan ibu sehingga ibu dapat melewati masa nifas dan menyusui dengan baik. Berbedah dengan ibu yang melahirkan di rumah mereka sama sekali asing dengan lingkungan, sarana prasarana serta tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit. Ibu yang melahirkan di rumah akan lebih nyaman beradan dilingkungan rumah yang sudah sangat dikenalnya dan dikelilingan oleh orang-orang yang juga memang sudah sangat dikenalnya. Selain bidan seseorang yang membantu ibu melahirkan di rumah biasanya masih ada hubungan kekeluargaan dengan ibu. Kemampuan ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayi di masa nifas sangat tergantung dari pengalaman dan pengetahuan keluarga dalam melewati masa tersebut. E. Faktor Sosial Secara sosial terjadi perubahan-perubahan pada wanita yang sudah melahirkan, perlu menyesuaikan diri terhadap dasar sebagai ibu, atau penambahan anak. Terdapat konflik rasa kewanitaan dan rasa keibuan pada masa nifas. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik pada masa nifas, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan keadaan sosialnya sehingga mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma. Berarti secara langsung bahwa perubahan sosial menentukan psikologis ibu nifas. Perubahan sosial yang akan dialami oleh ibu setelah melahirkan di antaranya: a. Menjadi Orang Tua yang Sempurna Maksudnya di sini adalah bagi pasangan yang baru pertama kali memiliki anak terdapat perubahan sosial besar dimana sebelumnya hanya ada 2 orang (suami istri) tiba-tiba berubah menjadi orangtua yang sempurna ketika buah hati lahir. Pada masa ini, suami istri dituntut untuk menjadi orangtua yang siap siaga 24 jam dalam kehidupannya, dimulai dengan mengatur jadwal bersama demi si buah hati untuk memenuhi kebutuhannya. Mulai dari memberikan ASI, bangun di tengah malam, memasang popok, memandikan, dan lain-lain. Semua itu harus dipersiapkan dengan baik-baik agar perubahan sosial menjadi orang tua dapat dicapai dengan maksimal. Dan bagi orang tua yang sebelumnya telah memiliki anak, pekerjaan tambahannya adalah memberikan pengertian dan keadilan kasih sayang terhadap anak sebelumnya dan yang baru saja dilahirkan. b. Penerimaan Anggota Baru oleh Keluarga Besar Dengan kehadirannya seorang anggota baru dalam sebuah keluarga, secara tidak langsung mengubah suasana seluruh anggota besar. Di sini dimaksudkan dengan adanya kelahiran bayi diharapkan anggota keluarga besar (seperti kakek, nenek, mertua, dan lain-lain) bisa digerakkan dalam membantu serta untuk merawat si bayi. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana kekeluargaan yang erat antara kehadiran si buah hati dengan keluarga besarnya. F. Faktor Budaya Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip kesehatan (Khasanah dan Sulistyawati, 2017) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 68 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi, sebab dua per tiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Untuk itu perawatan selama masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, (Sayfuddin et al, 2002). Berikut beberapa kebiasaan dan tradisi dari daerah: Pandai Sikek dari zaman nenek moyang yang dilakukan pada saat nifas. Walaupun dari tahun ke tahun budaya ini sudah mulai hilang, seiring dengan perkembangan zaman. Antara lain: 1. Biasanya orang-orang dahulu melahirkan dengan dukun beranak. Jadi semua hal tentang nifas dikerjakan berdasarkan anjuran dukun. Persis setelah melahirkan ibu dibuatkan gelang dengan Benang Tujuh Ragam, dan dipasang selama 40 hari pada pergelangan tangannya. Setelah itu baru boleh dibuka. Ibu mandi walladah untuk membersihkan diri. 2. Pada hari ke-3 setelah melahirkan ibu diurut oleh dukun. 3. Selama 3 hari berturut-turut sejak awal nifas ibu ”Disembur” dengan kunyahan kunyit, bawang putih, merica hitam, merica putih, dan jariangau pada bagian keningnya. Buku Ajar Nifas dan Menyusui 25 4. Selama nifas ibu harus memakai stagen panjang untuk dililitkan diperutnya. Kira-kira berukuran 4 m (dimulai setelah hari ke-3). 5. Jika duduk ibu harus dengan posisi bersimpuh. Dilarang keras untuk mengangkang, karena akan mengakibatkan perut jatuh atau lepas. 6. Jika ibu bepergian selama nifas, maka harus membawa bawang putih atau gunting kecil, untuk penangkal makhluk halus. Dan menjaga air susu ibu dari gangguannya. 7. Sesekali ibu berkelumun di bawah kain dengan asap rebusan air kunyit. Untuk menghilangkan bau badan atau aroma tidak sedap. 8. Ibu harus memakai sarung selama nifas,dan lain-lain G. Faktor Masa Lalu Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat belajar merawat diri. Apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tekhnik yang akan dilakukan , maka ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri pasca persalinan. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat belajar banyak hal. Ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara) tentu berbeda persiapan dan mekanisme kopingnya saat menghadapi persalinan dan masa nifas di bandingkan dengan ibu yang sudah pernah melahirkan (multipara) apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau teknik yang akan dilakukan, maka ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri pasca salin. H. Faktor Internal ibu. Faktor internal adalah segalah sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri. Kemampuan dalam menjaga kesehatan dan melakukan perawatan diri pada masa nifas dan menyusui akan berbedah pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor internal pada diri individu tersebut diantaranya: 1. Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan dan kesiapan diri ibu dalam melewati masa nifas dan menyusui. Ibu yang berusia 18 tahun akan berbedah dalam melewati masa nifas dan menyusui dibandingkan dengan ibu yang berusia 40 tahun. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu. 2. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tuntutanya terhadap kwalitas kesehatan akan semakin tinggi. Selain itu ibu yang berlatar belakang pendidikan medis atau para medis tentu akan berbedah dalam mempersiapkan dan melakukan perawatan dirinya di masa nifas dan menyusui di bandingkan ibu yang berlatar belakang pendidikan non medis/paramedis. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka (Kartono, 2011). Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat beripikir secara rasional dalam menanggapi informasi atas setiap masalah yang dihadapi (Cumming dkk, azwar, 2007). Semakin tinggi pendidikan seeorang, semakin tinggi pula pemahamannya akan suatu hal (Notoatmodjo, 2007). 3. Karakter Ibu yang kurang sabar dan terburu-buruh biasanya kurang berhasil dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang sedikit lebih sabar dan telaten. 4. Keadaan kesehatan Ibu nifas yg melahirkan secara sectio caesarea disertai komplikasi akan lebih sulit dan membutuhkan perawatan khusus pada masa nifas dan menyusui dibandingkan dengan ibu nifas yang melahirkan secara spontan. 5. Pengalaman Berdasarkan beberapa penelitian Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan semua yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi baru bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres. Berdasarkan pendapat Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama. 6. Faktor selama proses persalinan Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin. I. Petugas kesehatan Dirumah sakit petugas kesehatan adalah orang yang paling dekat dengan pasien. Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan misalnya mengajarkan pada ibu postpartum bagaimana cara melakukan perawatan diri. Awalnya perawat dapat membantu ibu kemudian anjurkan untuk mengulanginya secara rutin dengan bantuan suami atau keluarga. Selanjutnya ibu akan mempu melakukan perawatan diri pascasalin secara mandiri. Petugas kesehatan, khusunya bidan sangat berperan penting dalam mempengaruhi perilaku perawatan masa nifas dan menyusui, bidan merupakan orang yang dalam melakukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki ilmu pengetahuan yang jelas dalam keahliannya. Selain itu bidan juga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam tindakan yang berorientasi pada pelayanan melalui pemberian asuhan kebidanan kepada ibu, bayi,anak dan keluarga. Pemberian asuhan kebidanan ini dapat dilakukan bidan dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien. Di rumah sakit bidan adlah orang yang paling dekat dengan ibu hamil, bersalin dan nifas. Oleh sebab itu bidan harus mengetahui kebutuhan pasiennya. J. Pendidikan Kesehatan Salah satu cara mengatasi berbagai masalah yang muncul pada periode nifas adalah pendidikan kesehatan perawatan ibu nifas (Rachmawati, 2005). Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sama halnya dengan proses pembelajaran yang bertujuan merubah perilaku individu, keluarga, kelompok, masyarakat. Pendidikan kesehatan yang dimaksud adalah pendidikan kesehatan yang diperoleh ibu pascasalin dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya tentang kesehatan dalam hal ini khususnya tentang perawatan diri pascasalin. Untuk mempermudah ibu dalam melakukan pendidikan kesehatan perawat dapat menggunakan metode demonstrasi. Lewis dan Rimer (1997) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah memahami perilaku sehat dan mentransformasikan pengetahuan terkait dengan perilaku dan merupakan strategi meningkatkan derajat kesehatan, sehingga pendidikan yang dilakukan perawat juga mengarahkan pasien pada perilaku sehat (Notoadmodji, 2003). Pendidikan kesehatan ini akan mempengaruhi pengetahuan ibu dan keluarga tentang perawatan diri pada masa nifas dan menyusui yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku ibu. Untuk mempermudah pemahaman ibu, dalam memberikan pendidikan kesehatan bidan dapat menggunakan berbagai media atau alat peraga . jika memungkinkan minta ibu dan keluarga untuk mempraktikkannya langsung di depan bidan setelah diberi informasi dan penjelasan terlebih dahuluh untuk memastikan bahwa ibu benar-benar memahami yang telah diberikan DAFTAR PUSTAKA Bobak IM, Lowdermik DL, Jensen MD. 2004. Buku Ajar Keperawatan Matrenitis. Edisi $. Alihbahasa ole: Maria, dkk. Jakarta: EGC Gomez, K.A. and A.A Gomez. 1984. Statistical Procedures For Agricultural Research. 2nd ed. John Wiley & Sons, New York. 680 p Khasanah, Ayati, Nurun, dsn Wiwit Sulistyawati (Ed.). 2017. Asuhan Nifas & Menyusui. Surakarta: Penerbit CV Kekata Grup. Lewis dan rimer. 1997. Theory at a Glance: A Guide For Health Promotion Practice Natioanal Institut of Health. Notoatmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Rineka cipta: Jakarta Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan PerilakuKesehatan. Jakarta. EGC Nugroho, T., dkk. 2014. Buku ajar asuhan kebidanan nifas (askeb 3). Yogyakarta: Nuha Medika. Prawirohardjo. 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta: FKUI. Rachmawati. 2005. Pengaruh Pendidikan terhadap kemampaun Merawat Diri Ibu Poast Partum. Tidak dipublikasikan Regina, Chan, dkk. 2001. Nurses’ knowledge of and compliance with universal precautions in an acute care hospital. Hongkong. Syafruddin, (2009). Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.