Anda di halaman 1dari 85

KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA

(K3)
“ Rangkuman Materi K3 “

Oleh:
ANDINI EKA HERMIANTI
20181014401003

Kelas : 2A

Dosen Pengampu:
Ns. Riris Friandi, M.Kep

Akademi Keperawatan
Bina Insani Sakti Sungai Penuh
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kami berkat, rahmat, kesehatan, kesempatan dan kemauan hingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Rangkuman Materi K3”. Shalawat dan salam
tidak lupa kami kirimkan ke junjungan Nabi Muhammad SAW, Nabi yang telah
membawa kita kembali ke jalan Allah SWT hingga kita dapat menikmati indahnya dunia
sekarang ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Ns. Riris Friandi, M.Kep selaku dosen
mata kuliah Keselamatan dan Kesahatan Kerja (K3) yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi


mahasiswa. Saran dan kritik sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan makalah
ini.

Sungai Penuh, Juni 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar …………………………………………………………………. I

Daftar isi ………………………………………………………………………...... Ii

Bab I Pendahuluan
Latar Belakang …………………………………………………………………....... 1
Rumusan Masalah ………………………………………………………………...... 5
Tujuan Penulisan ……………………………………………………………............ 5
Bab II Pembahasan
A. Resiko Bahaya Fisik Kebisingan, Pencahayaan, APD Dan Penanggulangannya . 7
B. Bahaya Fisik Dilingkungan Tempat Kerja dan Dampaknya Bagi Kesehatan ..... 14
C. Resiko Bahaya Biologi dan Kimia …………………………………................... 43
D. Norma Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja …………………….............. 49
E. Resiko Faktor Psiologis (Penyebab Stess Akibat Kerja, Manajemen Stress dan
Perbaikan) …………………………………………………………………........... 57
F. Konsep Dasar Pencegahan Kecelakaan Kerja................ ............
Bab III Penutup
Kesimpulan ………………………………………………………........................... 80
Saran ………………………………………………….............................................. 83
Daftar Pustaka …………………………………………………………….......... 84

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pengembangan usaha, sehingga
mereka harus mendapatkan perlindungan keselamatan kerja dari perusahaan. Selain itu,
untuk menunjang terciptanya suasana dan lingkungan pekerjaan yang aman dan sehat,
perusahaan harus melaksanakan beberapa program untuk mencapai tujuan
tersebut. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.

            Lingkungan kerja beserta semua faktor-faktornya dapat merugikan kesehatan


pekerja apabila tidak dikelolah dengan baik. Penyakit akibat kerja timbul karena pekerja
terpapar pada lingkungan kerja yang mengandung bermacam-macam bahaya kesehatan
baik yang bersifat kimia, fisik, biologi, fisiologi dan mental psikologi.

            Bahaya tidak hanya berhenti pada satu tempat saja, bahaya akan muncul dimana
dan kapan saja. Identifikasi bahaya, pemeliharaan dan pemantauan terhadap
lingkungan/kesehatan kerja harus dilaksanakan secara terus-menerus sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

            Keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang


saling berkaitan, sehingga dalam prakteknya, ketiga komponen tersebut harus sinergi
dan terpadu.

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk
berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila
kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak
akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para
pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja,
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan
ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya


dengan pekerjaan mereka.Sasaran penelitian ergonomi ialahmanusia pada saat bekerja
dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian

1
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang
akan dihadapi.

Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan


dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi
menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara
itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya
dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan
kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik
sangat luas aspeknya.

Tindakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja


ditempat kerja tidak harus mahal. Namun, seperti perbaikan dalam
operasional atau penjualan, hal itu perlu dilakukan sebagai komitmen
jangka panjang oleh para pekerja, manajer dan perwakilan mereka. Hal ini
tidak bisa hanya ditangani dalam seminggu sebelum inspeksi pabrik atau
kunjungan oleh Pengawasan Ketenagakerjaan. Juga tidak bisa diabaikan
begitu saja karena resesi. Pencegahan gangguan kesehatan kerja yang
terkait cedera, sakit dan kematian adalah bagian kontinuitas dari hari-
hari kegiatan usaha.

Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan


sesuatu yangdapat menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika
terjadi pajanan (“exposure”) yang berlebihan. Bahaya kesehatan dapat
menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh pajanan suatu sumber bahaya di
tempat kerja.

Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja berasal dari


lingkungan kerja antara lain faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi,
faktor ergonomis dan faktor psikologi. Bahaya faktor-faktor tersebut
akan dibahas secara rinci lebih lanjut di bawah ini antara lain kimia,
fisik, biologi dan ergonomis. Sedangkan faktor psikologi dibahas dalam
kategori D.

Pemanfaatan Ketel Uap demikian luas di Indonesia antara lain di sektor industri,
pariwisata dan pelayanan kesehatan, namun pada pemakaiannya mengandung potensi
bahaya ( high risk) apabila tidak memenuhi standar atau syarat-syarat safety yang
berlaku.

Dengan tekanan dan temperatur uap yang demikian tinggi didalam Ketel Uap,
maka berarti pada setiap pengoperasian Ketel Uap terdapat potensi bahaya yang apabila
Ketel Uap tersebut pecah akan dapat mengakibatkan kerusakan bangunan perusahaan
dan korban jiwa.

Peristiwa meledaknya suatu Ketel Uap telah terjadi beberapa kali di Indonesia,
antara lain Ketel Uap bertekanan kerja 3 Kg/Cm2 pada salah satu pabrik tahu di wilayah
Binjai - Sumatera Utara yang mengakibatkan seorang tewas ditempat dan beberapa

2
orang lainnya luka-luka serta bangunan pabrik runtuh,  Ketel Uap bertekanan kerja 3
Kg/Cm2 pada salah satu Pabrik Mihuen di Deli Serdang - Sumatera Utara yang
mengakibatkan seorang pekerja luka-luka, beberapa rumah penduduk sekitarnya rusak
serta bangunan pabrik runtuh. Kedua unit Ketel Uap tersebut diatas dioperasikan
dengan tanpa memiliki Akte Izin dari Pemerintah,  pekerja yang mengoperasikannya
belum terlatih terbukti belum memiliki Sertifkat operator Pesawat Uap dari Pemerintah,
yang berarti pemakaiannya tidak mematuhi Peraturan Perundang-undangan di bidang
K3 yang berlaku.

Ketel atau pesawat uap dan bejana tekan merupakan peralatan yang mempunya
resiko sangat tinggi, apabila tidak dilakukan pemeliharaan dan pemeriksaan secara
teratur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pemerintah telah menetapkan syarat-syarat keselamatan kerja terhadap


pengunaan ketel uap dan pesawat uap serta bejana tekan. Oleh sebab itu perusahaan
harus mentaati peraturan/persyaratan yang sudah ditetapkan dan memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam penggunaan ketel uap dan bejana tekan
tersebut. Dengan ditetapkan dan dilaksanakannya peraturan K3 dalam perusahaan
diharapkan dapat mengurangi resiko kecelakaan yang akan terjadi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang


mengalami stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya
saja tetapi juga dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar
yang penat juga akan dapat menyebabkan sters dalam bekerja.Banyak orang yang
tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya padahal
apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat
mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya
keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami
stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus
stabil agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta
kondisi yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik
lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga
stres dapat dicegah.
Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi
pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari
pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang
mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik.disinilah muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap

3
kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan
dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak
mengurangi kinerja karyawan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa resiko bahaya fisik kebisingan ?


b. Apa resiko bahaya fisik pencahayaan ?
c. Apa resiko bahaya fisik APD ?
d. Bagaimana cara penanggulangan resiko bahaya fisik ?
e. Apa resiko bahaya kimia dan biologi ?
f. Apa yang dimaksud dengan stres dan stres kerja?
g. Apa saja jenis-jenis stres?
h. Seperti apa model stres tersebut?
i. Apa saja moderator stres?
j. Apa saja gejala stres dan dampaknya?
k. Bagaimana cara mencegah dan mengurangi stres yang terjadi?

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
a. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui apa resiko dan bahaya
fisik kebisingan,pencahayaan,APD dan bagaimana penanggulangannya
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui bahaya fisik kebisingan
b. Mampu mengetahui bahay fisik pencahayaan
c. Mampu mengetahui resiko bahaya fisik APD
d. Mampu mengetahui cara penanggulangan resiko bahaya fisik
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami bahaya fisik dilingkungan
kerja dan dampaknya terhadap kesehatan.
f. Mahsiswa memahami dan mampu menjelaskan ergonomic dan faal
kerja

4
g. Untuk mengetahui bagaimana konsep tentang resiko bahaya kimia dan
biologi
h. Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.
i. Untuk memehami mengenai jenis-jenis stres.
j. Untuk mengetahui moderator stres.
k. Agar kita menegtahui apa saja gejala stres dan dampak yang dapat
ditimbulkan oleh stres tersebut.
l. Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stres.

BAB II

PEMBAHASAN

5
A. Resiko Bahaya Fisik Kebisingan, Pencahayaan, APD Dan
Penanggulangannya.
A. Pengertian

Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan


kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai,
getaran, radiasi.

Bahaya fisik  berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari kemampuan
diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari alat-alat kerja yang
ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising yang dapat berasal dari penggunaan
alat bersuara tinggi (seperti speaker, mesin las, bahkan suara knalpot yang sudah
dimodifikasi juga termasuk dalam bahaya fisik), sehingga nantinya pekerja tersebut
berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat berasal dari benda bergetaran tinggi seperti
mesin pembolong jalan, truk-truk besar,dsb, dimana dapat berpotensi kemandulan pada
pria, rusaknya jaringan syaraf tepi, bahkan hingga lumpuh; energi listrik, radiasi ion dan
non-ion, suhu ekstrim, dan sebagainya.

B. Resiko Bahaya Fisik Kebisingan

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun
suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi
bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.

Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya


konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja. Pajanan
kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah
penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil,
metal, dll.

C. Resiko Bahaya Fisik Pencahayaan


a) Tujuan pencahayaan : Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam
melaksanakan pekerjaan dan memberi lingkungan kerja yang
aman,terutama di ruang operasi kita sangat membutuhkan
pencahayaan untuk melakukan tindakan operasi.
b) Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah,
sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan
kecelakaan.

6
c) Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat
kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan
housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi
kecelakaan kerja.
D. Resiko Bahaya Fisik APD

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Peralatan pelindung diri disesuaikan dengan
jenis pekerjaan, lingkungan, dan tingkat risiko. Umumnya peralatan pelindung diri
mencakup alat pelindung pernapasan, pakaian pelindung, alas kaki, peralatan untuk
melindungi wajah, mata, dan tangan. Adanya tindakan pencegahan dan pemakaian alat
pelindung diri, diharapkan menjadi langkah yang efektif untuk mengendalikan
kecelakaan kerja.

APD merupakan perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai


bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang
disekitarnya. Alat pelindung diri meliputi:

7
 Alat Pelindung Kepala

 Safety Helmet atau helm pelindung untuk melindungi kepala dari benda-benda


yang dapat melukai kepala.

 Safety Goggles  atau kacamata pengamanan untuk melindungi mata dari


paparan partikel yang melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas
ataupun uap panas.

 Hearing Protection  atau penutup telinga untuk melindungi dari kebisingan


ataupun tekanan.

 Safety Mask  atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat
berada di area yang kualitas udaranya tidak baik.

 Face Shield  atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan
kimia, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau
pukulan benda keras dan tajam.

 Alat Pelindung Tubuh

 Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan
suhu panas.

 Safety Vest  atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kontak atau kecelakaan yang bisa dialami oleh rekan kerja keluarga
pekerja konsumen.

 Safety Clothing  atau alat pelindung tubuh untuk melindungi rekan kerja
keluarga dari hal-hal yang membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko
terluka dan juga digunakan sebagai identitas pekerja

 Alat Pelindung Anggota Tubuh

 Safety Gloves  atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan tangan
dari api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan, dan goresan benda tajam.

8
 Safety Belt  atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat
transportasi serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.

 Safety Boot/Shoes adalah sepatu boot atau sepatu pelindung untuk melindungi


kaki dari benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.

Kecelakaan kerja bisa terjadi pada setiap tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, mulai dari tahap penyimpanan peralatan dan material,tahap persiapan,
tahap pekerjaan struktur , tahap pekerjaan arsitektur dan tahap pekerjaan plumbing,
mekanikal dan elektrikal.  Setiap risiko pada tahapan pekerjaan tersebut harus dinilai
untuk mendapatkan penanganan/pengendalian risiko secara proposional dengan
mempertimbangkan faktor biaya dan efektifitas. Untuk itu diperlukan manajemen
risiko K3 yang bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian dalam pelaksanaannya

Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah


terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen
untuk meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang
ada. Pendekatan manajemen risiko yang terstruktur dapat meningkatkan perbaikan
berkelanjutan.

Dalam menerapkan Manajemen Risiko K3, ada beberapa tahapan/langkah yang


perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar proses Manajemen Risiko K3 dapat
berjalan dengan tepat dan sesuai. Tahapan yang perlu dilakukan dalam
menerapkan Manajemen Risiko K3 adalah :

 Menentukan Konteks dan Tujuan (Establish Goals and Context )

Tahap identifikasi hubungan antara organisasi/perusahaan dan lingkungan


disekitarnya sesuai visi dan misi, mengidentifikasi kelebihan, kekurangan,
kesempatan dan kendala yang ada.

 Penilaian Risiko

Penilaian risiko yaitu proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-
prose teknis yang memiliki risko untuk meningkatkan kemungkinan dalam
mencapai sasaran biaya, kinerja/performance dan waktu penyelesaian kegiatan

9
 Identifikasi risiko (Identify risk) Adalah proses peninjauan area-area dan
proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial yang akan dikelola. 
 Analisa risiko (Analyse risk) Adalah proses menilai risiko yang telah
teridentifikasi menggunakan matrix risiko untuk menentukan besarnya
risiko. (risk = likelihood x consequences)
 Evaluasi risiko ( Evaluate the risk) Adalah proses penilaian risiko untuk
menentukan apakah risiko yang terjadi dapat diterima atau tidak dapat
diterima.
 Pengendalian risiko ( Treats the risk)

Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatifpengendalian risiko, dengan


cara menghindari risiko, mengurangi frekuensi terjadinya risiko, mengurangi
konsekuensi dari terjadinya risiko, mentransfer risiko secara penuh atau sebagian
kepada pihak lain yang lebih berkompeten menangani risiko tersebut dan
mempertahankan risiko.

 Pemantauan dan Telaah Ulang (Monitor and Review)

Adalah proses evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan
risiko yang telah dilakukan dan sebagai dasar dalam penyusunan strategi
penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

Identifikasi risiko merupakan upaya sistimatis untuk mengetahui adanya risiko


dalam aktivitas organisasi. Lalu untuk menganalisa risiko mengunakan analisa
kualitatif untuk memberikan gambaran tentang tingkat risiko, dengan
menggunakan skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko
yang akan diidentifikasi.

Setelah di analisa selanjutnya di evaluasi. Suatu risiko akan memberikan


makna yang jelas bagi stakeholders jika diketahui apakah risiko tersebut
signifikan bagi kelangsungan bisnis. Sehingga diperlukan tindak lanjut dari
penilaian risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak
dan menentukan prioritas pengendalian risiko. Setelah dilakukannya evaluasi
risiko, selanjutnya dilakukan pengendalian risiko. Pengendalian adalah proses,
pengaturan, alat, pelaksanaan atau tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi
efek negatif atau meningkatkan peluang positif (AS/NZS 4360:2004). Proses

10
pengendalian risiko yang terjadi menurut AS/NZS 4360: 2004 adalah sebagai
berikut:

 Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risko dapat ditentukan apakah suatu
risiko dapat diterima atau tidak. Pengendalian lebih lanjut tidak dilakukan
jika risiko dapat diterima (Generally Acceptable)

 Dalam peringkat risiko, dikategorikan sebagai risiko yang dapat di toleransi


(Tollerable) maka risiko dapat dikendalikan menggunakan konsep ALARP.
Jika risiko berada di atas batas yang dapat diterima toleransi (Generally
Unacceptable) maka perlu dilakukan pengendalian lebih lanjut.
Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu:

o Hindari risiko (avoid risk)

o Pengurangan Probabilitas (reduce probability)

o Pengurangan Konsekuensi (reduce consequence)

o Transfer risiko (risk transfer)

Pada prinsipnya kecelakaan bisa kita cegah, dengan melakukan tindakan


preventif dan berpedoman pada prinsip zero accident. Mematuhi segala peraturan,
perundangan dan kebijakan yang menyangkut K3.Dengan mengacu kesimpulan
diatas maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

 Melakukan pelatihan yang berkaitan dengan risiko K3 kepada setiap tenaga


kerja.
 Memberlakukan sistim shift dan memberikan hari libur kepada pekerja
secara bergantian.
 Mengendalikan lingkungan kerja yang berbahaya dan memiliki risiko tinggi
dan terhadap peluang terjadinya risiko K3

E. Pengendalian Risiko K3

11
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/
mengurangi tingkat risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang
dapat ditolerir. Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:

a) Eliminasi : pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan


sumber bahaya (hazard).
b) Substitusi : mengurangi risiko dari bahaya dengan cara mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
c) Engineering : mengurangi risiko dari bahaya dengan metode rekayasa
teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan atau bangunan.
d) Administratif : mengurangi risiko bahaya dengan cera melakukan
pembuatan prosedur,
aturan, pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan
seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan,
penyimpanan dan pelabelan.
e) Alat Pelindung Diri : mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan
alat diri misalnya safety helmet, masker, sepatu safety, coverall, kacamata
keselamatan, dan alat pelindung diri lainnya yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan.

B. Bahaya Fisik Dilingkungan Tempat Kerja dan Dampaknya Bagi


Kesehatan
a. Pengertian Tempat Kerja

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1


menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut

b. Potensi Bahaya Di Tempat Kerja

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya

12
penyakit akibat kerja., Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan
dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.

a.       Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan


kerugian kepada:

1)      manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan,

2)      properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin.

3)      lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan,

4)      kualitas produk barang dan jasa.

5)      nama baik perusahaan.

b.       Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk


mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat
kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat
berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :

1)      faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan
kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.

2)      faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir.

3)      faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan
yang prima baik fisik maupun psikis.

c.       Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan


dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut

1.      Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.

2.      Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki
atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan),
ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung

13
dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap.asap;
daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.

3.      Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan
oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya :
TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan
dalam proses produksi.

4.      Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan
norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan
kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak
tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.

5.      Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau


ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik
atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak
sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai,
kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak
harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan
menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.

6.      Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang
sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta

c. Sifat Bahaya Dilingkungan Kerja

a.       Bahaya yang Bersifat Fisik

Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang
penerangan getaranyang berlebihanradiasi dan sebagainya, Keadaan tempat kerja
yang terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelahm karena kehilangan cairan
dan gamram, Bila panas dai lingkngan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat
yang menimbulkan gangguan keseatan, pada keadaan berat sudu tubuh sangat
tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaaan yang terlalu dingin
juga akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya
tahan tubuhnya.

Kebisingan mengganggu kosentrasi, komunikasi dan kemampuan berfikir,


Kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penuruanan sifat pernmanen,
niali ambang batas kebisingan adalah 85 dB untuk karyawan yang bekerja 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu.

14
Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang kurang memadai atau
menyilaukan akan melelahkan mata, kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk
dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya
sehingga dapat menyenabaan keseakaan, untuk pengatuarn intesitas pencahaan
telah diatur dalam peraturan mendteri perburuan no 7 tahun 1964.

Getaran yang berlebihan menyebabka berbahai penyakit pada pembuluh darah


syaraf sendiri dan tulang punggung, Sedang radiasi panas akan menyebabkan suhu
tuuh meningkat dan akibatnya sama dengan ruang kerja yang panas, selain itu
terdapat berbagai radiasi seperti radiasi dari bahan radiokatf, radiasi sinar dan riasi
gelombang mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada karyawan.

d. Macam-Macam Bahaya Fisik

a.       Kebisingan

Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk di tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita
merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer,
mesin cetak, dan sebagainya.Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun
merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang,
bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya.Bunyi
yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau
kebisingan.

Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang
maupun suatu populasi.

Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya.Frekuensi


dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah
gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya.Biasanya suatu
kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam
frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya
dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ( DB ). Selanjutnya dengan
ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat ditentukan apakah bunyi itu bising
atau tidak.Dari ukuran-ukuran ini dapat diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di
sekitar kita dapat diterima / dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.

Skala Intensitas KebisinganSkala Intensitas Desibel Batas Dengar Tertinggi

no Sumber  Skala DB batas


dengar tertinggi 

15
1.        Halilintar  120 DB 

2.        Meriam  110 DB

3.        Mesin Uap  100 DB 

4.        Jalan yang ramai  90 DB

5.        Pluit  80 DB

6.        Kantor Gaduh  70 DB

7.        Radio  60 DB

8.        Rumah Gaduh  50 DB

9.        Kantor pada umumnya  40 DB

10.    Rumah Tenang  30 DB

11.    Kantor perorangan  20 DB

12.    Sangat tenang , Suara daun 10 DB


jatuh, Tetesan air 

Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi,dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut
seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu
job performance tenaga kerja.Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA)
pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara
maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di
klaim .Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan


pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh
bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi

16
kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB.Oleh sebab itu para karyawan yang
bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi
dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan
pendengaran.Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan
suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan
pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat
menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap
orang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai
akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah
keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan
keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.Lebih jauh kebisingan yang
terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya
pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.

Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat
dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau
memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan
sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.Tetapi penggunaan
penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih
adanya benda asing di telinganya.Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar
menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau
memakainya.

b.      Getaran

Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:


frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool”
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ”
Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF). Peralatan
yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan
sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang.Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.

c.        Radiasi Non Mengion

Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation,


inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) .

1.      Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.

2.      Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.

3.      Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.

Contoh :

17
·         Radiasi ultraviolet : pengelasan.

·         Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran

·         Laser : komunikasi, pembedahan

d.      Pencahayaan atau Penerangan ( Illuminasi )

Tujuan pencahayaan :

1.      Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan

2.      Memberi lingkungan kerja yang aman

Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,
berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan
pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi
kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi
kecelakaan kerja.

Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban
kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan
kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk
menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja.

Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang


didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja
juga mempengaruhi.Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan
sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan
dengan intensitas penerangan di pabrik mobil.Demikian juga umur pekerja dimana
makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin berkurang.Orang yang
sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan penerangan yang
lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Akibat dari kurangnya penerangan di
lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan
atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala
(pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan
kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini
akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau
kabur.

Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

18
Ø  Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.

Ø  Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.


Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-
lampu tersendiri.

Ø  Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti
diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-
kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau.
Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan
atau dicegah.

Pencegahan silau dapat dilakukan antara lain :

a.       Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.

b.      Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan sedemikian rupa sehingga


tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.

c.       Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela


yang langsung memasukkan sinar matahari

d.      Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.

e.       Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu


benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.

Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

Ø  Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.

Ø  Kelemahan mental

Ø  Kerusakan alat penglihatan (mata).

Ø  Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan


tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya
mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :

19
Ø  Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya
cahaya matahari ke tempat kerja.

Ø  Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya
matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan
lampu yang cukup.

Ø  Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi
32 derajat celsius).

Ø  Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang


mengganggu kerja.

Ø  Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar
serta tidak berkedip-kedip.

e.        Bau-Bauan

Yang dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja Yang


dimaksud bau-bauan dalam kaitannya dengan kesehatan kerja adalah bau-bauan
yang tidak enak di lingkungan kerja dan mengganggu kenyamanan kerja.Selanjutnya
bau-bauan ini dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas kerja.Bau-bauan
sebenarnya merupakan jenis pencemaran udara yang tidak hanya mengganggu
penciuman tetapi juga dari segi higiene pada umumnya.

Cara pengukuran bau-bauan yang dapat mengklasifikasikan derajat gangguan


kesehatan belum ada sehingga pengukurannya masih bersifat objektif.Hal ini
disebabkan karena seseorang yang mencium bau tertentu dan merasa tidak biasa
dengan bau tersebut, apabila sudah lama atau biasa mencium bau aneh tersebut
maka akhirnya menjadi terbiasa dan tidak mencium bau yang aneh tersebut. Orang
yang bekerja di lingkungan yang berbau bensin atau oli, mula-mula merasakan bau
tersebut tetapi lama-kelamaan tidak akan merasakan bau tersebut meskipun bau
tersebut tetap di lingkungan kerja itu. Hal ini disebut penyesuaian penciuman.Dalam
kaitannya dengan kesehatan kerja atau dalam lingkungan kerja, perlu dibedakan
antara penyesuaian penciuman dan kelelahan penciuman.Dikatakan penyesuaian
penciuman apabila indera penciuman menjadi kurang peka setelah dirangsang oleh
bau-bauan secara terus-menerus, seperti contoh pekerja tersebut diatas.

Sedangkan kelelahan penciuman adalah apabila seseorang tidak mampu


mencium kadar bau yang normal setelah mencium kadar bau yang lebih besar.
Misalnya orang tidak mencium bau bunga setelah mencium bau yang kuat dari
bangkai binatang.Ketajaman penciuman seseorang dipengaruhi oleh faktor
psikologis sewaktu-waktu, misalnya emosi, tegangan, ingatan, dan sebagainya.
Orang yang sedang mengalami ketegangan psikologis atau stress, ia tidak dapat
mencium bau-bauan yang aneh, yang dapat dicium oleh orang yang tidak dalam
keadaan tegang.

20
Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara.Pada
kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau
diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman. Pengendalian bau-bauan di
lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain :

1.   Pembakaran terhadap sumber bau-bauan misalnya pembakaran butil alkohol


menjadi butarat dan asam butarat.

2.   Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat yang
berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya bau
karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.

3.   Absorbsi (penyerapan), misalnya penggunaan air dapat menyerap bau-bauan


yang tidak enak.

4.   Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang
berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum ruangan.

5.   Alat pendingin ruangan (air conditioning) disamping untuk menyejukkan ruangan


juga sebagai cara deodorisasi (menghilangkan bau-bauan yang tidak enak) di tempat
kerja.

B.     ERGONOMI DAN FAAL KERJA

1.      Tingkat Beban Kerja

Jantung merupakan alat yang sangat penting bagi bekerja.Alat tsersebut


merupakan pompa darah kepada otot-otot, sehingga zat yang diperlukan dapat
diberikan kepada dan zat-zat sampah dapat diambil dari otot.Jantung bekerja diluar
kemauan dan memiliki kemampuan-kemampuan secara khusus.A1at itu memompa
darah arteri ke jaringan-jaringan, termasuk otot dan darah vena ke paru-paru.Suatu
denyut jantung merupakan suatu volume denyutan (stroke volume) darah
arteri.Dengan sejumlah denyutan tiap menitnya, maka jantung memompakan
sejumlah darah arteri yang cukup untuk keperluan bekerja.Dengan kegiatan tubuh
yang meningkat, jantung harus memompakan darah lebih banyak, berarti jumlah
denyutan bertambah.Denyutan jantung dapat diukur dari denyutan nadi.Dengan
bekerja, mula-mula nadi bertambah, tetapi kemudian menetap sesuai dengan
kebutuhan dan setelah berhenti bekerja, nadi berangsur kembali kepada
normal.Jantung yang baik sanggup rneningkatkan jumlah denyutannya dan normal
kembaIi sesudah kegiatan dihentikan.

Jumlah denyutan jantung merupakan petunjuk besar-kecilnya beban kerja. Pada


pekerjaan sangat ringan denyut jantung adalah kurang dari 75, pekerjaan ringan
diantara 75 - 100, agak berat 100 - 125, berat 125 - 150, sangat berat 150 - 175 dan
luar biasa berat lebih dari 175/menit.Maksimum denyut nadi orang muda
adalah 200/menit,sedangkan mereka yang berusia 40 tahun keatas 170/menit.

21
Jantung yang sehat dalam 15 menit sesudah kerja akan bekerja normal kembali
seperti sebelumnya.

Denyut jantung masih dipengaruhi oleh keadaan cuaca kerja, reaksi psikis dan
psikologis, keadaan sakit dan lain-lain.

Salah satu keperluan utarna otot untuk pekerjaannya adalah zat asam, yang dibawa
oleh darah arteri kepada otot untuk pembakaran zat dan menghasilkan energi.Maka
dari itu, jumlah O2yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah
satu petunjuk pula dari beban kerja.Sebagaimana diketahui O2 diambil oleh kapiler
darah didalam paru-paru, kemudian masuk da1am darah balik dari paru-paru yang
kaya zat asam. Maka keadaan dari paru-pam dan alat pernafasan akan berpengaruh
pula kepada pengembalian O2  ini oleh tubuh.

Untuk bekerja perlu energi hasil pembakaran.Semakin berat bekerja, semakin


besar tenaga yang diperlukan.Dalam hubungan ini jumlah kalori merupakan juga
petunjuk besarnya beban pekerjaan.TimbuInya panas dari tubuh sejalan dengan
kenaikan suhu badan, terutama suhu rectal, dan usaha-usaha tubuh untuk
mengeluarkan panas akibat metabolisme.Sebagai akibat terakhir ini, kecepatan
penguapan lewat keringat juga merupakan indikator beban fisiologis dari
badan.Namun indikator-indikator ini masih dipengaruhi pula oleh keadaan cuaca
kerja.

Beban kerja fisiologis dapat didekati dan banyaknya O2 yang digunakan tubuh,
jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan jantung suhu netral dan kecepatan
penguapan lewat berkeringat.Beban kerja ini menentukan berapa lama seseorang
dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya.Makin besar beban, makin pendek
waktu seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau gangguan.

Hati dan otot adalah tempat penimbunan bahan bakar (gIikogen). Dalam keadaan
otot kekurangan bahan bakar, penimbunan dari hati akan dimobilisir ke otot. Usus
adalah tempat penyerapan dari bahan-bahan bakar ini.

Ginjal tidak kalah pentingnya, oleh karena merupakan alat pertukaran zat bagi
bahan-bahan terlarut.Ginjal sangat baik terutama diperlukan pada pekerjaan
dengan cuaca kerja panas.

Selain faktor beban kerja dan pera1atan di dalam tubuh, faktor waktu dan factor-
fakttor lingkungan sangat berpengaruh kepada faa1 kerja.Waktu mungkin da1am
lamanya, tetapi juga dalam periodisitasnya.lamanya bekerja tergantung dari
kemampuan seorang tenaga kerja, beban kerja dan lingkungan. Sedangkan periodisi
tas ada1ah sehubungan dengan irama-irama biologis, yaitu perubahan-perubahan
faa1 yang datang dan hilang secara bergelombang. Periodisitas demikian banyak 
dipelajari da1am I/mu Kronobiologi atau Bioperiodisitas.

22
2.      Ergonomi

Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan,
hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti
"Arbeitswissenschaft" di Jerman, "Bioteknologi" di negara-negara Skandinavia;
"Human Engineering", "Human Factors Engineering" atau "Personnel Research" di
Amerika Utara. Ergonomi adalah pengetrapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia
bersama-sama dengan ilmu-ilmu tehnik  dan tehnologi untuk mencapai penyesuaian
satu sama lain  secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat
dari padanya diukur dengan efftisiensi dan kesejah teraan kerja.

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan iImu seperti


antropologi, biometrika, faa1 kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja,
perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun kekhususan utamanya
ada1ahperencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan
peralatannya.Dalam ha1 ini, diperlukan kerja-sama diantara peneliti dan tehnisi
serta ahlitentang pemakaian alat-alat dengan pengukuran, pencatatan dan
pengujiannya.

Perbaikan kondisi-kondisi kerja buruk dan tanpa perencanaan biasanya maha1,


maka usaha sebaiknya dimulai dari perencanaan oleh suatu team ergonomi yang
memungkinkan proses, mesin-mesin dan hasil produksi yang memenuhi
persyaratan. Ergonomi dapat diterapkan pada semua tingkatan dari lokal sampai
kepada nasiona1.Secara lokal dapat dimulai dengan inisiatif dokter perusahaan,
kepala personalia, pengusaha, dan lain-lain yang mencoba upaya sendiri atau
dengan memanggil penasehat dari luar.Pelayanan dapat diberikan oleh
lembaga.lembaga khusus atau universitas. Oleh Pemerintah, pengetrapan ergonomi
dapat dibina melalui peraturan-peraturan, standard-standard, dan spesifikasi resmi.

Program ergonomi meliputi penentuan problematik, percobaan untuk


peme.cahan, pengetrapan hasil percobaan dan pembuktian effektivitas. Da1am
praktek, sering pendekatan mela1ui "trial dan error". Penentuan problematik
dilakukandengan melihat gejala-gejala seperti absenteisme, ganti-ganti kerja dan
lain-lain yang rnungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan,
organisasi kerja yang tidak baik, kesulitan melakukan latihan kerja,sebagai
pencerminan buruknya design peralatan dan cara kerja. Kemudian diadakan
ana1isa pekerjaan, pera1atan dan bahan, yang meliputi juga"time and motion
study", observasi langsung atau te1emetris dari parameter fisiologi, analisa bahaya-
bahaya, proses produksi, model-model dan lain-lain. Atas dasar penemuan,
diadakan usaha-usaha perbaikan, yang hasilnya tercermin.

Ergonomi mempunyai peranan penting dalam industrialisasi. Mekanisasi dan


automasi tidak saja terjadi pada industri, tetapi juga pada pertanian dan pekerjaan
administrasi, maka timbullah permasalahan sebagai berikut:

Ergonomi dapat mengurangi beban kerja.Dengan eva1uasi fisiologis, psikologis


atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan rnodefikasi

23
yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban
tambahan.Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi dengan
itu produktivitas juga ditingkatkan.Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian
terutama perlu diberikan kepada kegiatan fisik.yaitu intensitas, tempo, Jam kerja
dan waktu istirahat, pengaruh keadaan lingkungan (kelembaban, suhu, gerakan
udara, kebisingan, penerangan, warna, debu dan lain-Iain). data biologis (modefikasi
makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas
kerja oleh karena usia) dan kekhususan-kekhususan pekerjaan (misal getaran
mekanis, kerja malam, kerja bergilir). Tambahan pula, per1u diperhatikan
keadaankeadaan setempat seperti iklim dan keadaan gizi, di daerah panas atau
pegunungan.di laut, pada ketinggian tinggi atau di bawah tanah. Di negara
berkembang, soal iklim dan gizi adalah faktor penting.

Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan.yang
berpengaruh kepada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris. Ilmu tentang
gerakan dan sikap badan disebut biomekanika. Seorang tenaga kerja dikatakan
sesuai dengan pekerjaannya ditinjau dari sudut biomekanika, apabila sikap tubuhnya
baik, tenaga kerja dilatih dalam ketrampilan kerja dengan metoda-metoda kinetika
(gerakan-gerakan), tempat duduk adalah nikmat pegangan-pegangan mesin dan alat
mudah dicapai, serta latihan fisik dilaksanakan waktu kerja atau melalui akitivitas
oleh raga.

Bagian semakin penting dari banyak pekerjaan adalah persepsi dan penafsiran
dari tanda-tanda yang memerlukann pengambilan keputusan dan selanjutnya reaksi
Dengan ergonomi, kecepatan persepsi dan pengambilan keputusan dapat
dipermudah.tekanan mental, kelelahan, gangguan kewaspadaan, gangguan-
gangguan faal, Dan  kesalahan-kesalahan dapat dicegah sehingga produktivitas
dapal dipelihara. Faktor penting dalam pendirian ada1ah ambang rasa,
kewaspadaan, pembedaan dan penafsiran.HaI ini dapat berfungsi secara baik,
apabi1a tanda-tanda diatur memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu.

Caranya, pertama-tama, dengan mempela.jari bentuk dan penempatan tanda-


tanda, penyajian kwalitas (skala) dan sifat-sifat dari tanda (optik, akustik atau
perabaan). Kedua ada1ah mempelajari kwalitas dan kwantitas dari tanda-tanda
da1am hubungan kemampuan tenaga kerja untuk menafsirkan dan mengingat tanda
tersebut.Mungkin diperlukan modefikasi pengolahan data secara mekanis atau
elektronis, agar pekerja lebih mudah melakukan pekerjaannya.Sebagai jawaban
terhadap suatu tanda, pekerja harus melaksanakan gerakan-gerakan, yang.perlu
diatur, agar pegangan-pegangan diletakkan secara baik, yaitu'mudah dicapai.dalam
arah yang tepat dan sesuai dengan gaya yang diperlukan.

Ergonomi dapat digunakan dalarn menelaah sistem manusia dan produksi yang
kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja
dan yang mana kepada mesin.

3.      Ergometri

24
Ergometri adalah ilrnu untuk rnengukur kerja. Biasanya ada dua hal yang
ditentukan :

Dalam tubuh, ketika bekerja.tenaga kimia dirubah menjadi tenaga mekanik dan
panas. Untuk hal ini diperIukan O2 sebagai bahan pembakar.Maka dari itu,
banyaknya O2 yang dipakai menjadi petunjuk pemakaian tenaga. Cara menentukan
pemakaian tenaga dengan pengukuran O2 adalah disebut cara tidak langsung
sebenarnya ada usaha secara langsung dengan dasar kalorimeter, tetapi cara ini
hanya dapat dikerjakan di laboralorium yang sangat khusus. Dari pemakaian 02
jumlah kalori dihitung dengan dasar persamaan satu liler oksigen = 4,7 - 5,0
kilokal/menit.

Untuk menentukan pemakaian tenaga pada pekerjaan sehari-hari, perlu


dilakukan inventarisasi dari kegiatan seluruh hari.yang meliputi tidur, duduk,
berjalan, bekerja, dan sebagainya dan berapa lamarya dari kegiatan-kegiatan itu.
Untuk tiap-tiap kegiatan, kemudian diukur pemakaian O2 atau digunakan table-tabel
tertentu.Yang biasanya ditentukan secara pengukuran adalah pengerahan tenaga
selama bekerja.Sehingga perlu cara-cara pengukuran O2 waktu bekerja.

Cara-cara dan alat-alat yang dipakai adalah :

Hasil pengukuran pengeluaran tenaga menurut kegiatan-kegiatan disajikan


dalam data data atau tabel-tabel.Data-data ini jangan dianggap sebagai suatu
ketetapan fisik, oleh karena data itu merupakan harga rata-rata secara statistik dari
variabel biologis.Tidak terdapat nilai normal yang tungga1, oleh karena variabilitas
manusia sangat besar. Angka-angka tentang pemakaian tenaga ditentukan oleh
populasi yang diselidiki, usia dan pekerjaan.

Kemampuan fisik maksimum terutama diukur dari kemampuan


jantung.Sebenarnya pengukuran kemampuan otot-otot pada umumnya dapat juga
memberikan derajat ketelitian tinggi.

Pemakaian O2 meningkat dengan besamya tenaga dari tubuh yang harus


dikeluarkan, tetapi peningkatan ini ada maksimumnya, yaitu sesudah zat asam jenuh
didarah.Penggunaan O2 maksimum inl menentukan kapasitas aerobik dari tubuh.
Kenyataannya sesudah kadar ini dicapai, tubuh masih juga dapat bekerja dengan
tenaga yang lebih besar ,untuk waktu yang tidak lama, yaitu dengan metabolisme
secara anaerobik (=tanpa O2). Pengukuran kapasitas aerobic ini sulit dan berbahaya
terutama menghadapi orang dengan usia lanjut dan menderita insufflensi koroner.

Maka dipakailah cara evaluasi tidak langsung dari kapasitas aerobik sebagai
berikut :

Kapasitas aerobik dihitung dari usia, berat badan dan Denyutan jantung untuk
suatu kegiatan submaksimal.

25
Sebagai kegiatan bagi uji fisik adalah:Kapasitas aerobik dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Pada pekerjaan yang sifatnya mengangkat berat badan (seperti uji
naik turun bangku), tenaga yang dibutuhkan proporsionil dengan berat badan, maka
O2 yang dipakai sebaiknya dinyatakan dalam cm3/kg berat badan.Tidak demikian
halnya pada pekerjaan yang harus memindahkan bebas luar, dalam hal ini lebih baik
dinyatakan nilai absolutnya. Denyutan jantung berkurang menurut usia, hal ini
mempengaruhi penafsiran kemampuan aerobik dalam pekerjaan submaksimal dan
nilai yang ditemukan dan monogram Astrand perlu dikoreksi:

Usia dalam Denyutan Jantung Faktor Koreksi


Tahun maksimum permenit astrand

20-29 195 1,00

30-39 189 0,87

40-49 182 0,78

50-59 170 0,71

60-69 162 0,65

Kapasitas aerobik maksimum dari orang laki-laki berkurang secara tingkat demi
tingkat dari usia 25 - 30 tahun dan pada usia 70 tahun nilainya hanya setengah dari
yang berusia 20 tahun. Pada wanita, puncaknya ditemukan pada pubertas, tetapi
penurunan terjadi kemudian pada menopause.Kapasitas aerobic rata-rata
perkilogram berat badan wanita muda adalah 70% dari pada laki-laki muda.

Pada semua masyarakat, kemampuan aerobik maksimun menunjukkan


perbedaan individuil.Tertinggi ditemukan pada olahragawan terutama pelari
cepat.Pekerjaan berefek tidak sebesar olahraga terhadap kapasitas aerobik;
Pekerjaanpekerjaan terpenting misalnya pemotong kayu.Dalam masyarakat industri,
aktivitas olahraga waktu luang berefek lebih besar dari pada pekerjaan.

Jika seseorang mulai berlatih, denyut jantungnya pada waktu istirahat dan
kegiatan submaksimal akan menurun beberapa waktu sebagai tanda habituasi.

26
Latihan yang berat dan lama menyebabkan kenaik.an kemampuan aerobik kira-
kira 10%.

Jika tenaga kerja dikerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan berat, uji fungsi


kardiovaskuler dapat dipergunakan untuk menentukan kesanggupan tenaga kerja
dalam pekerjaannya.Dari pengalaman, jika pekerjaan dilakukan dengan 35 - 50%
kapasitas aerobik maksirnum.tidaklah terjadi kelelahan atau keluhan. Dengan
menggunakan denyutan jantung sebagai indicator,  maka sebaiknya denyutan
jantung para pekerja tidak melebihi 120/menit.

4.      Automasi

Istilah automasi pertama-tama dimajukan oleh Harder dari Ford Motor


Company. Mula-mula konsep automasi Detroit adalah seni penggunaan alat-alat
mekanik untuk mengerjakan potongan bahan pekerjaan ke atau dari alat,
melanjutkan dalam proses seterusnya, memisahkan sisa-sisa dari proses dan
melakukannya secara berurutan menurut waktu sesuai dengan proses produksi,
sehingga sebagian atau keseluruhan dari proses dapat dikendalikan dengan cara pijit
tombol pada tempat strategis. Sesudah itu Diebold mendefinisikan automasi sebagai
penggunaan mesin untuk menjalankan mesin.

Defenisi-defenisi di atas terlalu menonjolkan aspek produktivitas dan teknologi,


sehingga elemen manusia terlupakan. Maka dari itu, automasi harus diartikan suatu
Sistem yang meliputi alat-alat mekanik, peralatan kerja lain dan manusia yang
diperlukan untuk mengerjakan bahan atau keterangan menjadi suatu produk barang
atau jasa yang dikehendaki. Pertimbangan pertama automasi adalah pengoptimalan
produksi oleh manusia dan atau mesin.

Yang menentukan tingkat automasi adalah perbandingan kwalitatif dan


kwantitatif diantara upaya manusia yang diberikan kepada proses produksi (= input)
dan hasil obyektif dari proses (output) serta pengaruh lingkungan terhadap
hubungan manusia dan proses. Demikian pula hubungan di antara manusia dan
mesin mengenai kemampuan dan limitasi masing-masing merupakan suatu faktor
yang perlu diperhatikan.

5.      Beda Manusia Dan Mesin

Mekanisasi adalah penggantian manusia sebagai sumber tenaga atau sebagai


alat untuk memberikan keterangan dalam pengaturan tenaga.Mekanisasi adalah
satu bagian dari automasi.

Terdapat empat tingkat dalam perkembangan automasi, yaitu dari kerja tangan
sampai kepada automasi penuh.Tingkat-tingkat itu adalah Salah satu alasan
automasi adalah kecilnya kekuatan manusia dibandingkan dengan sumber-sumber

27
tenaga lainnya.Selanjutnya dibuat satu daftar perbedaan antara manusia dan
mesin.Kedua-duanya dapat saling melengkapi dengan sebaik-baiknya.

Perbedaan Manusia Dan Mesin

MESIN MANUSIA

Kecepatan Luar biasa baik Kelambatan 1 detik

Tenaga Dapat diatur dengan baik- 2 kekuatan kuda (KK)


baik: besar, menetap dan untuk 10 detik; 0,5 KK
dapat dibuat kekuatan untuk beberapa detik;
standar dan 0,2 KK untuk
pekerjaan terus
menerus sehari

Keseragaman Cocok untuk pekerjaan- Tidak dapat dipercaya.


pekerjaan rutin, berulang Perlu dimonitor dengan
dan perlu ketetapan mesin

Kegiatan jamak Banyak saluran Satu saluran

Ingatan Terbaik untuk Segala macam dengan


memproduksi sesuatu pendekatan dari
yang ditentukan dan berbagai sudut. Baik
bersifat penyimpanan untuk menentukan
jangka pendek dasar-dasar pikiran dan
strategi

Berfikir Deduktif baik Induktif baik

Hitung menghitung Cepat dan tepat, tetapi Lambat dan sangat


tak memiliki kemampuan mungkin melakukan
untuk koreksi kesalahan, tetapi cukup
kemampuan untuk
koreksi

Pendirian Dapat menjadi indera Menerima rangsangan-


penambah, seperti rangsangan dari
kemampuan menangkap berbagai energy dan

28
gelombang mengionisasi mengolahnya bersama-
sama, misalnya mata
sekaligus menentukan
lokasi  relative, gerakan
dan warna. Baik untuk
menentukan pola,
misalnya dapat
menentukan tanda
pada kebisingan yang
besar

Dapat dibuat tidak peka Dipengaruhi oleh panas,


terhadap rangsangan- dingin, kegaduhan dan
rangsangan luar getaran (yang melewati
batas tertentu)

Reaksi terhadap beban Kerusakan tiba-tiba Degradasi


yang melebihi
kemampuan

Kepintaran Tidak ada Dapat menyesuaikan


sesuatu yang tak
terduga. Dapat
meramalkan

Kecakapan manipulasi Khusus Sangat besar

Manusia terbatas dalam hal kecepatan dan ketelitian.Selain itu, kecepatan kerja
yang lebih besar selalu disertai penurunan ketelitian.Dalam hal inilah automasi
memegang peranan sangat penting.

6.      Kelelahan

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan,


dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa
ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :

Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan
diperbaiki performansnya seperti semula.Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa
hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.

29
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-
tiba dan berat gejalanya.

Kelelahan ini adalah bentuk yang umum.Kemungkinan merupakan sejenis


“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat
yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.

Pemeriksaan kelelahan :Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang


dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta
kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan
sebagainya. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada
hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan
mempercepat terjadinya kelelahan.

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya


berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.Terdapat dua jenis
kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.Kelelahan otot merupakan tremor
pada otot atau perasaan nyerinyang terdapat pada otot.Kelelahan umum ditandai
dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah persyaratan dan
psikis.Adalah suatu pengalaman yang dikenal oleh umum, bahwa kelelahan yang terus
menerus setiap hari berakibat keadaan kelelahan yang kronis.Perasaan lelah tidak saja
terjadi sesudah bekerja sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang
sebelumnya.Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala.Gejala-gejala psikis adalah
perbuatan-perbuatan antisosial dan tak cocok dengan sekitarnya, depresi, kurangnya
tenaga beserta kehilangan inisiatif.Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-
kelainan psi1cosomatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan-gangguan fungsi paru-
paru dan jantung.kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur, dan
lain-lain.

Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis.Oleh karenanya terjadi


kecendrungan meningkatnya absenteisme terutama mangkir kerja jangka
pendek.Sebabnya adalah kebutuhan untuk beristirahat lebih banyak atau meningkatnya
angka sakit.Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-
konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis.Sìkap negatif terhadap kerja, perasaan
terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab
ataupun akibat.

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan
umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan
pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar
istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain.Pengetrapan ergonomi dalam hal
pengadaan tempat duduk, meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian
pula organisasi proses produksi yang tepat Selanjutnya, usaha-usaha perlu ditujukan
kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.

Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta


dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat untuk

30
latihan-latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk.Seleksi dan latihan dari
pekerja, lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan pent

7.      Waktu Kerja 

Waktu kerja bagi seseorang menentukan effisiensi dan produktivitasnya.Segi-


segi terpenting bagi persoalan waktu kerja meliputi Lamanya seseorang bekerja
sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam.Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk
kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-
lain.Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai
effisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta
kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan.Dalam seminggu,
seseorang biasanya dapat bekerja dengan naik selama 40-50 jam.Lebih dari itu, terlihat
kecendrungan tumbuhnya hal-hal yang negatif.Makin panjang waktu kerja, makin besar
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diingini. Jumlah 40 jam kerja seminggu ini
dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada berbagai faktor.

Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau berat,
produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama sejalan
dengan menurunnya kadar gula di dalam darah. Untuk hal ini, perlu istirahat dan
kesempatan untuk makan yang meninggikan kembali kadar bahan bakar di dalam tubuh.
Maka dari itu, istirahat setengah jam sesudah 4 jam kerja terus menerus sangat penting
artinya.

Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga yang besar dalam waktu
relatif lebih pendek. Otot-otot  susunan kardiovaskuler,  paru-paru, dan lain-lain harus
bekerja sangat berat. Maka dari itu, beban demikian tidak bias secara terus-menerus
dilakukan melainkan perlu istirahat-istirahat pendek setiap selesai suatu tugas. Inilah
yang dinamakan organisasi kerja yang baik, yaitu selalu diberikan kesempatan kepada
tubuh untuk pulih kembali setelah memikul suatu beban pekerjaan. Sebagai misal,
sesudah memikul beban 50 kg sejauh 10 meter, kepadá tenaga kerja sebaiknya diberi
kesempatan beberapa menit untuk istirahat.

Untuk rnenentukan lamanya seorang tenaga kerja bekerja dengan suatu tingkat
pengerahan tenaga, dipergunakan kenyataan, bahwa pengerahan tenaga maksimal
dengan seluruh kapasitas aerobik dapat berlangsung hanya 4 menit, pengarah tenaga
dengan 1/3 x kapasitas aerobik dapat berlangsung 480 menit, Dalam soal periode
kerja siang atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam.
Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut Sebagai
jalan keluar dalam memecahkan persoalan kerja malam pada si~tim regu ini adalah
Tanpa perhatian yang sebaik-baiknya kerja malam hanya akan menghasilkan tingkat
produktivitas yang rendah sekali.

8.       Faal Kerja

Ilmu tentang faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja disebut faal
kerja.Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang sebaikbaiknya

31
dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di
pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan
harus dibuang masih diperlukan peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini,
jantung, paru-paru.hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan.

Mula.mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot.dan alat-alat lain berjalan


secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan. Kenyataan ini
terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani latihan.Lambat laun
gerakan menjadi suatu ref1eks, sehingga bekerja menjadi automatis.Semakin cepat sifat
refleks dan automatis tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja,
semakin tinggi pulalah ketrampilan seseorang.

Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan
fisik.Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas.Kekuatan ditentukan oleh jumlah
yang besar serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi.Sebelum kontraksi
(mengerut), darah diantara serat-serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya
terjepit, sehingga peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian
menjadi sebab kelelahan otot.Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan,
disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot.

Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda,


memutar.roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-menerus dari
suatu otot, sekalipun bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan kelelahan, yang perlu
istirahat untuk pemulihan.Atas dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam kerja atau
sesudah kerja sangat penting. Kelelahan otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa
metabolisme seperti asam laktat, C02, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan
mekanisme kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan
terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar pengaruhnya. Otot-
otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan dari padanya, bertambah
panjangnya waktu later kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya koordinasi, serta
otot gemetar (tremor).

Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja.Kerutan
dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi,
abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain.Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu
kesatuan, maka berkembanglah ilmu biomekanik,yaitu ilmu tentang gerakan otot dan
tulang, yang dengan pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya
dapat dicapai hasil kerja sebesar-besarnya.Biomekanika memberikan pengetahuan-
pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan
kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-jari dan sebagainya.

Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-ukuran tubuh,


ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-bagiannya.Ukuran-ukuran ini
menentukan pula kemampuan fisik tenaga kerja.Peralatan kerja dan mesin perlu serasi
dengan ukuran-ukuran demikian untuk hasil kerja sebesar-besarnya.Maka
berkembanglah ilrnu yang disebut Antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran
tubuh, baik dalam keadaan statis, ataupun dinamis. Yang sangat penting bagi pekerjaan

32
adalah ukuran-ukuran, Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan
dan panjang lengan, Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan
tangan, tinggi lutut, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut telapak kaki.

C.Resiko Bahaya Biologi Dan Kimia

A. Faktor-faktor Biologi Penyakit Akibat Kerja

Faktor biologi akibat kerja banyak ragamnya, yaitu virus,


bakteri, protozoa, jamur, dan masih banyak lagi di dunia ini.
Jenis-jenis tersebut bila tidak diperhatikan dengan baik dapat
menyebabkan atau menimbulkan penyakit bagi manusia terutama
terhadap para pekerja. Misalnya yaitu penyakit kuku dan mulut,
penyakit ini disebabkan oleh virus yang pindah dari hewan
ternak kemanusia, terutama kepada para pekerja yang memelihara,
disuatu peternakan misalnya pemeliharaan burung merpati. Ada
kemungkinan menderita penyakit psitaccosis yang disebabkan
ricketsi, tergolong pada protozoa antara lain, penyakit malaria
untuk negara-negara yang bebas malaria penyakit itu dianggap
sebagai penyakit akibat kerja.

Sporotrihcosis adalah salah contoh penyakit akibat kerja


yang disebabkan jamur candida albicans yang biasanya tumbuh di
tempat-tempat yang kadar gulanya tinggi, sehingga pekerja-
pekerjaan seperti terjadi yang umumnya diperusahaan roti atau
pembuatan manisan sering menimbulkan penyakit infeksi oleh
jamur tersebut. Jenis cacing yang sangat berbahaya bagi
pekerja-pekerja tambang dan perkebunan adalah ancylostomiasis,
yang disebabkan oleh ancylostoma duodenale dan necator
amercanus. Kutu-kutu dan pinjal sering terdapat di tempat kerja
dan biasanya menjadi penyebab kelainan pada kulit. Terkenal
kutu alang-alang dan kutu padi. Pinjal hidup pada binatang
peliharaan seperti kucing dan anjing, selain gigitannya yang
mengganggu, kutu dan pinja dapatl menularkan penyakit.

33
Tumbuh-tumbuhan kadang-kadang mengandung bahan kimia yang
dapat mnimbulkan sakit bagi pekerja-pekerja pertanian,
perkebunan dan kehutanan. Contohnya pohon pulius yang dapat
menimbulkan bentul-bentul yang gatal pada kulit oleh karena
asam korniat yang terdapat pada bulu-bulunya. Binatang yang
gigitannya mengandung racun bagi pekerja-pekerja yang
digigitnya antara lain kalajengking dan ular.

Ternyata banyak pekerjaan yang oleh karena sifat


pekerjaannya lebih memudahkan pekerja-pekerja mendapat sakit
infeksi. Beberapa pekerjaan memudahkan terjangkitnya TBC oleh
pekerja yaitu:

1. Pekerjaan-pekerjaan yang terlalu banyak sehingga terlalu


melelahkan.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang jumlah pekerjanya terlalu banyak


sehingga menjadi sesak.

3. Pekerjaan-pekerjaan yang ventilasi dan penerangannya kurang.

4. Pekerjaan yang menenangkan jiwa.

5. Pekerjaan-pekerjaan yang waktu bekerjanya terlalu panjang.

Faktor biologis dapat menularkan dari seorang pekerja kepada


pekerja lainnya. Maka dari itu, selain usaha biasa harus ditempuh cara
pencegahaan penyakit menular. Antara lain imunisasi dengan pemberian
vaksinasi atau suntikan mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di
Indonesia dewasa ini, sebagai usaha minimum adalah imunisasi dengan
vaksin cacar terhadap variola, dan dengan suntikan terhadap kolera,
tifes, dan paratifes perut. Bila keuangan memungkinkan, sebagai usaha
lebih lanjut, dapat diadakan imunisasi terhadap TBC dan BCG yang
diberikan kepada pekerja-pekerja beserta keluarga-keluarganya yang
reaksinya tehadap uji mantaux negatif. Imunisasi terhadap diferi,
tetanus, batu rujan kepada keluarga-keluarga pekerja sesuai usaha
kesehatan anak-anak dan keluarga. Di negara-negara yang telah jauh maju
sekalipun, penanganan terhadap penyakit flu tersebut telah diberikan
imunisasi dengan vaksin virus influenza. Hal tersebut dapat dipahami,
karena justru penyakit seperti influenza lebih menyebabkan kehilangan
waktu kerja.

34
B. Bahan-bahan Kimia Sebagai Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja

Teknologi industri dalam Higene perusahaan dan keselamatan kerja


sangat penting peranannya dalam meninjau penyebab-penyebab penyakit
yang bersifat bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia itulah yang
merupakan racun-racun dalam industri. Sifat dan derajat racun bahan-
bahan kimia yang dipergunakan dalam industri tergantung dari faktor-
faktor sebagai berikut:

1. Sifat-sifat fisik bahan kimia yaitu:

a. Gas, yaitu bentuk wujud zat, yang tidak memiliki bangun


sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu
dan tekanan normal.

b. Uap, bentuk gas dari zat-zat mmiliki sifat tidak terlihat


berdifusi mengisi seluruh ruang.

c. Debu, yaitu partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh


kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti; pengolahan,
penghancuran, pengolahan, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun non
organik.

d. Kabut , yaitu titik cair halus dalam udara yang terjadi dari
kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat menjadi tingkat
disperse dengan cara-cara ”splashing”, “foaming”, dll.

e. “Fume”, yaitu partikel-partikel zat padat yang terjadi


karena kondensasi dari bentuk gas.

f. Asap, biasanya dianggap partikel-partikel zat karbon, sebagai


akibat dari pembakaran tidak sempurna.

g. Awan, yaitu partikel-partikel cair sebagai hasil kondensasi


dari fase gas.

Bahan-bahan kimia yang terdapat diudara digolongkan menjadi :

a. Bahan-bahan bersifat partikel-partikel yaitu debu, awan,


kabut, “fume”.

35
b. Bahan-bahan tidak bersifat partikel-partikel, yaitu gas-gas,
dan uap-uap.

Bahan-bahan bersifat partikel-partikel yang berada diudara


dapat digolongkan menurut sifat-sifatnya sebagai berikut:

a. perangsang, misalnya kapas, sabun, bubuk beras, dll.

b. toksin, misalnya partikel-partikel Pb, As, Mn, dll.

c. menyebabkan fibrosis, misalnya debu kwarts, asbes, dll.

d. menyebabkan allergi, misalnya tepung sari, kapas, dll.

e. menimbulkan demam, misalnya “fume”, ZnO,dll.

f. inert, misalnya kapur, aluminium, dll.

Bahan-bahan tak bersifat partikel, yaitu gas dan uap,


digolongkan menurut sifat-sifatnya sebagai berkut:

a. asphyxiants, misalnya methan, helium, dll.

b. perangsang, misalnya amoniak, HCl, asam sulfat, dll.

c. racun-racun anorganik atau organik, misalnya TEL,Nikel


carbonyl, dll.

d. Bahan-bahan kimia mudah menguap, yang dibagi pula menurut


pengaruhnya kepada pekerja, sebagai berikut :

- berefek anestesi, misalnya trichloretilin,

- yang merusak alat-alat dalam tubuh,

- yang merusak susunan darah, misalnya benzene,

- yang merusak susunan syaraf, misalnya parathion.

Oleh karena termakan atas dasar salah kira, diduga bahan yang
lain. Disamping bahan-bahan mati, dapat pula mikroorganisme,
misalnya bakteri atau jamur diudara ruang kerja, demikian pula

36
bahan-bahan hidup seperti tepung sari dan debu yang berasal dari
hewan atau tumbuhan.

Bahan-bahan kimia di udara tentu lebih besar kemungkinannya


menimbulkan penyakit-penyakit pernafasan atau kelainan-kelainan
pada kulit, karena bahan-bahan tersebut dihirup ke paru-paru
ketika bernafas dan mengendap dipermukaan kulit. Cairan yang
mudah menguap menyebabkan keracunan melalui jalan pernafasan,
apakah itu kerusakan setempat di paru-paru atau keracunan umum
seluruh tubuh. Cairan dan bahan dapat juga sering mengakibatkan
keracunan.

2. Sifat-sifat Kimiawi Dari Bahan-bahan itu, yang menyangkut :

a. jenis persenyawaan,

b. besar molekul,

c. konsentrasi,

d. derajat larut dan jenis pelarut

3. Port d’entrée (jalan masuk) bahan-bahan itu kedalam tubuh


manusia, yang umumnya melalui 3 pintu, yaitu:

a. pernafasan, untuk bahan kimia di udara,

b. pencernaan, untuk bahan-bahan dari udara yang melekat di


tenggorok dan ditelan, atau untuk bahan- bahan cair dan
padat,

c. kulit, untuk bahan-bahan cair,atau bahan-bahan di udara yang


mengendap di permukaan kulit.

4. Faktor-faktor pada tenaga kerja, yaitu :

a. Usia.

b. Idiosyncrasi.

c. Habituasi.

d. Daya menahan (toleransi).

37
e. Derajat kesehatan tubuh.

Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak


bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan
menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia
berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut
dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain:

 Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau


hidung, zat beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang
dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima liter udara per
menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa
zat, seperti fiber/serat, dapat langsung melukai paruparu.
Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke bagian
lain dari tubuh

 Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika


makan makanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang
terkontaminasi atau makan di lingkungan yang terkontaminasi.
Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena
bercampur dengan lendir dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Zat beracun mengikuti rute yang sama sebagai makanan
bergerak melalui usus menuju perut.
 Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di
antaranya adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh
darah, biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang,
zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan
(misalnya kecelakaan medis).

D. Norma Norma Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

PENGERTIAN DAN KOMPONEN

A. Pengertian K3 mekanik

38
K3 mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua
tindakan yang dilakukan oleh pengawas ketenaga kerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undagan terhadap obyek pengawasan k3
mekanik ditempat kerja.
B. Obyek k3 mekanik
a. Pesawat tenaga dan angkut
b. Pesawat angkat dan angkut
c. Operator mekanik

Pengertian Ketel Uap

Menurut Stoom Ordonantie ( Undang-undang Uap 1930 ) pasal 1 ayat (2)


dinyatakan bahwa :

“ Ketel  Uap ialah suatu Pesawat dibuat guna menghasilkan uap atau stoom yang
dipergunakandiluar pesawatnya “.   Pada prinsipnya, semua Ketel Uap didalamnya
terdapat air yang dipanaskan oleh pelat dan atau pipa Ketel Uap dimana pelat dan atau
pipa tersebut dipanaskan oleh gas panas hasil pembakaran bahan bakar sehingga air
tersebut mendidih dan berubah menjadi uap ( steam ) yang tekanannya melebihi
tekanan udara atmosfer.

Komponen Utama Ketel Uap dan Bejana Tekan

 Dapur pembakar (furnance)

 Steam drum

 Water drum

 Pemanas Lanjut (Super Heater)

 Pipa air (Header)

 Air heater

SUMBER BAHAYA DAN AKIBAT YANG DAPAT DITIMBULKAN OLEH BEJANA

Sumber-sumber bahaya dan akibatnya yang dapat ditimbulkan antara lain :

 Mamometer tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan ledakan.

39
 Safety valve tidak berfungsi mengakibatkan tertahannya tekana yang
berlebihan.

 Gelas duga tidak berfungsi mengakibatkan jumlah air tidak terkontrol.

 Air pengisi ketel tidak berfungsi mengakibatkan terjadinya pembengkaan


bejana karena tidak adanya transfer panas.

 Boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall

 Terjadi pemanasan lebih Karena kekelebihan produksi uap.

 Tidak berfungsinga pompa air pengisi ketel.

 Karena perubahan tidak sempurna.

 Karena boilernya sudah tua sehingga sudah tidak memenuhi syarat.

 Tidak teraturnya tekanan inspeksi sesuai peraturan yang berlaku.

Sumber Bahaya dan Akibat yang Dapat Ditimbulkan oleh Bejana Tekan antara
lain sebagai berikut :

 Kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan, bila
tercampur dengan udara serta sumber panas dapat menimbulkan kebakaran atau
ledakan.

 Keracunan dan iritasi. Beberapa jenis gas tertentu mempunyai sifat-sifat


beracun yang sangat membahayakan bagi makluk hidup karena dapat meracuni darah
dalam tubuh melalui sistem pernapasan maupun jaringan tubuh lainya.

 Pernapasan tercekik (Aspisia). Sejumlah gas tertentu yang tampaknya tidak


berbahaya karena tidak beracun dan tidak dapat terbakar. tetapi dapat mengakibatkan
kematian apabila gas tersebut telah memenuhi ruangan tertutup sehingga oksigen
dalam ruangan tersebut tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan pernapasan.

 Peledakan. Semua jenis gas betekanan yang tersimpan di dalam botol baja
maupun tangki gas mempunyai bahaya meledak karena ketidakmampuan kemasan
dalam menahan tekanan gas yang ada didalamnya.

40
 Terkena cairan sangat dingin (Crygenic). Apabila terkena cairan yang sangat
dingin, maka cairan tersebur seketika akan menyerap panas tubuh yang terkena
sehingga mengakibatkan luka seperti terkena luka bakar dan merusak jaringan tubuh,
dan luka yang parah dapat menyebabkan kematian bila tidak mendapatkan pertolongan
segera.

BOTOL BAJA ATAU TABUNG GAS

Identitas dengan pewarnaan

 Kelompok gas penyebab tercekik berwarna Abu-abu

 Kelompok gas mudah terbakar atau meledak berwarna Merah


kecuali LPG dicat warna biru

 Kelompok gas beracun berwarna Kuning Tua

 Kelompok gas yang dapat menyengat berwarna Kuning Muda

 Kelompok gas untuk keperluan kesehatan berwarna Putih

 Kelompok gas campuran diberiwarna sesuai dengan jenis campuran

 Zat asam dan gas-gas lain yang termasuk kelompok gas


pengoksidasian berwarna Biru Muda

DASAR HUKUM

Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, bahwa penggunaan mesin uap di


bidang industri dan jasa, dapat mengakibatkan kerugiaan baik harta dan jiwa akibat
kecelakaan atau peledakan mesin uap yang salah satunya adalah dikarenakan kurang
pahamnya operator akan cara pemakaian mesin uap, pengamanan, dan perlengkapan
yang kurang baik. Untuk itu kepada operator mesin uap yang mengoperasikan perlu
diberikan pelatihan yang memadai untuk mengatur tentang kualifikasi dan syarat-syarat
operator mesin uap.

 UU Uap tahun 1930

41
 Peraturan Uap tahun 1930
 UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
 Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
 Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
Pesawat Uap
RUANG LINGKUP

Penempatan ketel uap:

 Ruang ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus dimana di dalamnya tidak
pasti untuk bekerja

 Ketel uap harus ditempatkan dalam suatu ruangan atau bangunan tersendiri
yang terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya

Pedoman Pelaksanaan dan Pengujian serta Penerbitan Pengesahan Pemakaian


Bejana Tekan:

1. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh ahli K3 spesialis pesawat uap


dan bejana tekan

2. Persyaratan keselamatan kerja harus dipatuhi bagi suatu bejana tekan dan
ketentuan teknis pelaksanaan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan
pengujian serta penertiban pengesahan pemakaian bejana tekan, harus
mentaati undang-undang dan pertauran yang berlaku.

Tujuandan Manfaat:
Pelatihan Ahli K3 Boiler bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan dalam tehnik pengoperasian pesawat uap secara aman, benar dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang Kesehatan Keselamatan
Kerja ( K3) yang berlaku.

PEMERIKSAAN DAN PENHUJIAN

42
Penujian uap dari ketel uap sangat penting karena Tugas setiap
ketel uap untuk memberikan jumlah yang benar uap berkualitas tinggi:
aman, efisien, dan pada tekanan yang benar.
Oleh karena itu uap yang dihasilkan harus benar-benar sempurna
dan aman.
Uap yang dihasilkan oleh panas dari pembakaran bahan bakar
dalam tungku, atau dengan limbah panas dari proses. Panas ditransfer ke
air di shell boiler, yang kemudian menguap untuk menghasilkan uap di
bawah tekanan.
Sebuah wilayah tertentu permukaan air diperlukan dalam boiler
yang untuk melepaskan uap. Sebuah ketinggian tertentu juga harus
diperbolehkan di atas level kerja normal, untuk memungkinkan tingkat air
naik dengan meningkatnya beban, tapi masih memungkinkan luas yang
cukup untuk melepaskan uap tanpa akumulasi air terjadi.
Dalam boiler shell horisontal, tingkat air meningkat dengan
meningkatnya beban (karena adanya lebih banyak uap yang berada di
bawah permukaan air di boiler). Seperti tidak demikian, luas permukaan
air (area pelepasan uap) akan berkurang karena, sebagai tingkat air di atas
garis tengah boiler, sisi shell mengandung menyatu.
Boilermaker akan telah merancang boiler untuk memastikan bahwa
daerah tingkat air normal (NWL) adalah sedemikian rupa sehingga uap
akan dirilis pada kecepatan dapat diterima. Desainnya juga akan
memungkinkan ketinggian minimum tertentu uap off-take di atas NWL
tersebut.
Jelas, karena uap yang dihasilkan, air di boiler menguap, dan boiler
harus menerima pasokan air untuk mempertahankan tingkat. Karena
faktor-faktor yang diuraikan di atas, air harus dipertahankan pada tingkat
yang benar.
Keselamatan juga sangat penting. Jika boiler beroperasi kurang air,
kerusakan parah bisa terjadi dan ada akhirnya risiko ledakan.

PENERAPAN K3 BIDANG BEJANA TEKAN DAN PESAWAT UAP

43
Dalam hal pengadaan

Bagi Pengusaha yang akan membeli Ketel Uap  yang akan dipakai di
perusahaannya, pilihlah Ketel Uap yang pembuatannya memenuhi prosedur yang
berlaku.  Sebagai contoh, misalkan akan membeli Ketel Uap pipa api ( Fire Tube Boiler )
baru buatan dalam negeri, maka sangat perlu diperhatikan, apakah Boiler tersebut
memiliki dokumen meliputi ; 1) Gambar konstruksi, 2) Gambar detail sambungan, 3)
Sertifikat bahan, 4) Perhitungan kekuatan konstruksi, 5) Surat keterangan hasil
Radiography Test dan atau Ultrasonic Test  sambungan las dan 6) Laporan pengawasan
pembuatan pesawat uap yang ditandatangani engineer perusahaan pembuat boiler yang
bersangkutan dan Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap.

Dalam hal pengoperasian

a. Pemakai  jangan mulai memakainya sebelum dilakukan


pemeriksaan dan pengujian pertama oleh Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( AK3) spesialis Pesawat Uap dari Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3)  yang memiliki Surat
Keputusan Penunjukan (SKP) dari Dirjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Kemenakertrans R.I atau Pengawas Ketenagakerjaan
spesialis Pesawat Uap yang kemudian dinyatakan telah memenuhi syarat
K3 olehnya yang dibuktikan dengan diterbitkannya Akte Izin Ketel Uap
tersebut dari Dinas Tenaga Kerja  / Instansi yang berwenang di daerah
yang bersangkutan.  Menurut peraturan yang berlaku, khusus untuk Ketel
Uap yang direntalkan,  Akte Izinnya  diterbitkan oleh Dirjen Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan KemenakertransR.I.
b. Air umpan  Ketel Uap  (  Feed Water Boiler  )  yang  digunakan
harus selalu memenuhi standar dengan melalui proses water treatment.
Untuk mengetahui kepastian memenuhi standar atau tidaknya air
umpan tersebut maka pemakai perlu mengujikannya ke Laboratotium
penguji air yang dinilai mampu dan hasil ujinya akurat. Selanjutnya hasil
uji air umpan bandingkan dengan standar yang berlaku antara lain
mengenai ; pH, kesadahan total, oksigen dan lain-lain dari feed water
boiler yang akan digunakan.
c. Pekerja yang mengoperasikannya harus yang sudah terlatih dan
berpengalaman yang dibuktikan dengan Sertifikat operator Ketel Uap
yang diterbitkan oleh Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

44
Kemenakertrans R.I. Untuk Ketel Uap berkapasitas 10 Ton/jam atau
lebih, pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifikat operator
Pesawat Uap kelas I, sedangkan untuk Boiler berkapasitas kurang dari 10
Ton/jam , pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifkikat operator
Pesawat Uap kelas II.
d. Ketel Uap yang sedang operasi tidak boleh ditinggalkan oleh
operator yang bertugas melayaninya. Artinya Ketel Uap yang sedang
beroperasi harus selalu ada operator Pesawat Uap  yang melayani di
ruang Ketel Uap yang bersangkutan.
e. Setelah beroperasi beberapa lama, maka pemakai wajib
memeriksakan Ketel Uapnya secara berkala kepada AK3 spesialis
Pesawat Uap dari PJK3 yang memiliki SKP dari Dirjen Pembinaan
Pengawasan Kemenakertrans R.I  atau kepada Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap. Untuk Ketel uap yang dipakai di
kapal laut perusahaan pelayaran pemeriksaan berkalanya minimal sekal
tiap tahun, untuk Ketel Uap yang dipakai di darat pemeriksaan
berkalanya minimal sekali tiap 2 tahun, untuk Ketel Lokomotif
pemeriksaan berkalanya minimal sekali tiap 3 tahun.
f. Untuk  melakukan perbaikan, penggantian atau perobahan  
kostruksi dan atau perlengkapan Ketel Uap, pemakai wajib melaporkan
terlebih dahulu ke Dinas Tenaga Kerja setempat, sehingga pemeriksaan
khusus dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pemakai
memperoleh petunjuk-petunjuk antara lain teknik pengerjaannya, standar
bahan, pengelasan dan sebagainya yang harus dipenuhi.
g. Agar kerak ketel ( scale ) yang terjadi di dalam Ketel Uap tidak
semakin tebal dan keras yang dapat mengakibatkan over heating
( pemanasan lebih ), maka sebaiknya Ketel Uap secara teratur dilakukan
cleaning dengan cara manual, mekanis maupun chemis oleh orang yang
ahlinya.  Jika di dalam Ketel Uap bebas scale maka akan berdampak
positip terhadap efisienci dan life time Ketel Uap yang bersangkutan.

45
E. Resiko Faktor Psiologis (Penyebab Stess Akibat Kerja,
Manajemen Stress Dan Perbaikan)
A. PENGERTIAN STRESS DAN STRESS KERJA

Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa


stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-
obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.
Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan


dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses
psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau peristiwa yang
terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan
setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.

Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya
stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis,
peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu,
sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang
dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah
dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama,
perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan alam masalah tidur.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan
kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati,
1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang
terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon
adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan ekstcrnai,
situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.

Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya


sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga
menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres
sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan
dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan
(Robbins dafam Dwiyanti, 2001:75).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi
pekerjaan

46
B. JENIS-JENIS STRESS

Quick nd Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang
tinggi.

2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, dan kematian.

C. MODEL MODEL STRESS

Pada gambar di bawah ini menampilkan sebuah model instruksi dari sebuah stress
yang berkaitan dengan pekerjaan. Model tersebut menunjukkan bahwa empat jenis
stressor mengarah pada stress yang dirasakan, yang pada gilirannya, memunculkan
berbagai hasil. Model tersebut juga menggolongkan beberapa perbedaan individual
yang memoderatkan hubungan stressor-stres-hasil.

stresso Hasil
r
Tingkat Individual Psikologis/yang berkaitan
dengan sikap
 Tuntutan pekerjaan
 Konflik peran  Kepuasan kerja
 Abiguitas peran  Komitmen
 Pengendalian organisasional
lingkungan yang  Keterlibatan
dirasakan dengan pekerjaan
 Hubungan dengan  Kepercayaan diri
supervisor Stres  Kepenatan
 Kelebihan beban, yang  Emosi
kekurangan bebab, dan dirasaka  Depresi
kemonotonan kerja

Perbedaan Keperilakuan
Tingkat Kelompok
Individual  Ketidakhadiran
 Perilaku manajerial
 Tingkat perputaran
 Kurangnya  Keturun
pegawai
kekompakan an, usia,
 Kinerja
 Konflik di dalam kemampua
 Kecelakaan
kelompok n pribadi,
 Penyalahgunaan
 Perbedaan status 47 jeis
substansi
kelamin,
Tingkat Organisasional diet,
dukungan
 Kebudayaan social, Kognitif
Ekstraorganisasional Tingkat Kelompok
 Keluarga  Sistem kardiovaskuler
 Ekonomi  Sistem kekebalan
 Waktu yang berubah  Sistem muskuloskeletal
 Polusi suara, panas,  Sistem gastrointestinal
kepadatan, dan udara
 Stresor

Stressor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stress. Dengan kata


lain,stresor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Gambar di atas
menunjukkan empat jenis utama stresor yaitu individual, kelompok, organisasi dan
diluar organisasi

1) Tingkat Individual

Stressor tingkat individual adalah stressor yang berkaitan secara langsung dengan
tugastugas kerja seseorang. Contoh stressor yang paling umumadalah tuntutan
pekerjaan, kelebihan beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran, kerepotan sehari-
hari, pengendalian yang dirasakan atas peristiwa yang muncul dalam lingkungan kerja,
dan karakteristik pekerjaan.Para manajer dapat membantu mengurangi stressor ini
dengan memberikan arahan dan dukungan dan secara adil mengalokasikan penugasan
pekerjaan di dalam unit kerja. Akhirnya, keamanan kerja adalah stressor tingkat
individual yang penting untuk dikelola karena berkaitan dengan meningkatnya kepuasan
kerja, komitmen organisasi, dan kinerja, dan hal ini sedang mengalami penurunan.

2) Tingkat Kelompok

Stressor tingkat kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku


manajerial. Para manajer menciptakan stress pada karyawan dengan:

 menunjukkan perilaku yang tidak konsisten

 gagal memberikan dukungan

 menunjukkan kekurangpedulian

48
 memberikan arahan yang tidak memadai

 menciptakan suatu lingkungan dengan produktivitas yang tinggi

 memfokuskan pada hal-hal negatif sementara itu mengabaikan


kinerja yang baik

3) Tingkat Organisasi

Stresor organisasi mempengaruhi sebagian besar karyawan. Sebagai contoh, sebuah


lingkungan dengan tekanan yang tinggi menempatkan permintaan kerja yang terus-
menerus pada karyawan akan menyalakan respon stres. Sebaliknya penelitian
menyediakan dukungan awal untuk gagasan bahwa manajemen partisipatif dapat
mengurangi stres organisasional. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi
merupakan suatu sumber lain dari stres organisasional.

Sebagai tambahan atas beberapa jenis stresor ini, sebagian orang juga fobia terhadap
teknoligi. Akhirnya, desain kantor dan lingkungan umum kantor merupakan stresor
tingkat organisasional yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa penerangan yang
buruk, suara yang bising, penempatan perabot yang tidak tepat, dan suatu lingkungan
kotor atau bau akan menciptakan stres.

4) Ekstraorganisasional

Stresor diluar organisasi (extra organizational stressors) adalah stressor yang


disebabkan oleh faktor di luar organisasi. Sebagai contoh, konflik yang berkaitan dengan
penyeimbangan kehidupan karier dan keluarga seseorang sangatlah membuat stress.
Status sosial ekonomi adalah stresor ekstra organisasional yang lain. Stres yang lebih
tinggi terjadi pada orang-orang dengan status sosial ekonomi lebih rendah, yang
menggambarkan suatu kombinasi dari:

 Status ekonomi, sebagaimana diukur dengan pendapatan

 Status sosial, yang dinilai dengan tingkat pendidikan

 Status kerja, sebagaimana diindekskan oleh pekerjaan.

 Stres yang Dirasakan

Stres yang dirasakan menggambarkan persepsi keseluruhan seseorang individu


mengenai bagaimana berbagai stresor mempengaruhi kehidupannya. Persepsi terhadap
stresor ini merupakan suatu komponen yang penting di dalam proses stres karena orang
menginterprestasikan stresor yang sama secara berlainan.

49
 Hasil

Para ahli teori menyatakan bahwa stres memiliki konsekuensi atau hasil psikologis
yang berkaitan dengan sikap, keprilakuan, kognitif, dan kesehatan fisik. Sebuah badan
penelitian yang besar mendukung dampak negatif dari stres yang dirasakan pada banyak
aspek kehidupan kita. Stres berkaitan secara negatif dengan kepuasan kerja, komitmen
organisasional, emosi positif, dan kinerja yang berhubungan secara positif dengan
tingkat perputaran yang disebabkan oleh kepenatan.

 Perbedaan Individual

Orang tidak mengalami tingkat stres yang sama atau menunjukkan hasil yang serupa
untuk suatu jenis stresor tertentu. Sebagai contoh, jenis stresor yang dialami di tempat
kerja bervariasi menurut pekerjaan dan jenis kelamin. Stresor untuk pengendalian yang
rendah adalah lebih tinggi pada pekerjaan klerikal tingkat rendah daripada pekerjaan
profesional, dan konflik antar pribadi merupakan suatu sumber stres yang lebih besar
bagi kaum wanita daripada kaum pria. Pengendalian yang dirasakan juga merupakan
suatu moderator yang signifikan dari proses stres. Orang merasakan tingkat stres yang
lebih rendah dan mengalami konsekuensi yang lebih mendukung pada saat mereka
percaya bahwa mereka dapat mengendalikan stresor yang mempengaruhi kehidupan
mereka.

Akhirnya, ciri kepribadian kekerasan atau sisinme yang kronis juga memoderatkan
stres. Penelitian menunjukan bahwa orang yang secara terus-menerus marah, ingin
tahu, tidak mudah percaya akan memiliki kemungkin dua kali lipat lebih besar untuk
mengalami penutupan ateri koroner. Walaupun para peneliti telah mampu
mengidentifikasi beberapa moderator yang penting, masih terdapat suatu jurang yang
lebar dalam mengidentifikasi perbedaan individual yang relevan.

D. KATEGORI STRESS KERJA

Menurut Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), seseorang dapat dikategorikan mengalami


stres kerja bila:

1. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau


perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di
dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke
pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga
menjadi penyebab stress kerja.
2. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
3. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk
menyelesaikan persoalan stres tersebut

50
Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan menampilkan
gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu : Physiological, Psychological dan Behavior.

1. Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada


metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas,
meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan
serangan jantung.
2. Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan
kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering
menunda pekerjaan.
3. Behavior memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan,
meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi
cepat, mudah gelisah dan susah tidur

E. FAKTOR PENYEBAB STRESS KERJA

Faktor Penyebab Stres Kerja 

a) Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor
yaitu:
Faktor Lingkungan.

Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:

1. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi.


Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin
mencemaskan kesejahteraan mereka.
2. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang
terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan
yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat
membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena
ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para
karyawan terlambat masuk kerja.
3. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka
hotel pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang

51
membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan
diri dengan itu.
4. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang
semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa
penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang
Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.

b) Faktor Organisasi

Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan
untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas,
beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi
beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya. Yaitu:

1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau


tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu.Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang
barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila
karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan
oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami
dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus
dikerjakan.
3. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain.Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar
pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya
di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
4. Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi,
tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber
stres.

52
c) Faktor Individu

Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan


keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.

1. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan


bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai
sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan
dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan
yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
2. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola
sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi
yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian
mereka dalam bekerja.
3. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting
mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya
berasal dari dalam kepribadian orang itu.

F. MODERATOR STRESS

Stressor membangkitkan berbagai respons yang berbeda dari orang yang berbeda.
Beberapa orang lebih mampu menghadapi suatu stressor daripada orang lain. Dilain
pihak, orang lain rentan terhadap stress, ini berarti mereka tidak mampu beradaptasi
dengan stressor. Suatu moderator adalah suatu kondisi, prilaku, atau karakteristik yang
mempengaruhi hubungan antara dua vaariabel. Efeknya mungkin akan memperkuat
atau memperlemah bubungan. Banyak kondisi, prilaku dan karekteristik mungkin
bertindak sebagai moderator stress, termasuk variable-variabel seperti usia, jenis
kelamin dan tingkat ketabahan. Tipe-tipe moderator antara lain (1) kepribadian, (2)
prilaku tipe A (3) dukungan sosial, (4) penanggulangan.

1. Kepribadian

Istilah kepribadian merujuk pada serangkaian karekteristik, temperamen, dan


kecenderungan yang relativ stabil, yang membentuk kemiripan dan perbedaan dalam
prilaku orang. Kepribadian dibuat dari lima dimensi yaitu: exstroversion, emotional
stability, agreeableness, consientiousness, dan openness to experience. Emotional
stability merupakan hubungan yang paling jelas dalam stress, dan cenderung tidak

53
kewalahan dengan stress dan lebih cepat pulih. Exstroversion juga lebih cenderung
mengalami keadaan emosional positif karena mereka banyak mendapat dukungan saat
tertekan. Agreeableness lebih cenderung untuk bersifat antagonis, tidak simaptik dan
bahkan kasar terhadap orang lain dan kemungkinan stress berasala dariorang lain.
Consientiousness merupakan dimensi Big Fife yang secara konsisten berhubungan
dengan kinerja dan keberhasilan pekerjaan dan lebih cenderung tidak mengalami stress
berkenaan dengan aspek ini dalam pekerjaan mereka. Openness to experience akan
lebih siap untuk berhadapan dengan stressor yang dihubungkan dengan perubahan
karena mereka lebih mungkin untuk memndang perubahan sebagai suatu tantangan
dan bukan ancaman.

2. Prilaku tipe A
Definisi prilaku tipe A menurut Meyer Friedman dan Ray Rosenman
Prilaku tipe A adalah suatu kompleks tindakan emosi yang dapat diamati
dalam setiap orang yang terlibat secara agresif dalam suatu perjuang yang teru
menerus dan tak henti-henti untuk mencapai hal yang lebih lagi dalam waktu yang
lebih singkat dan lebih singkat lagi dan jika perlu, melawan usaha yang
berkebalikan dari orang atau hal lain.
Adapun karakteristik tipe A antara lain
1) Secara kronik berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin hal
dalam priode waktu yang sangat singkat
a. Agresif, ambisius, kompetititp, dan penuh energy
b. Berbicara dengan meledak-ledak, mendorong orang lain untuk
menyelesaikan apa yans mereka katakan.
c. Tidak sabar, tidak suka menunggu dan menganggap menunggu
sebagai membuang waktu yang berharga.
d. Sibuk denga tenggat waktu dan berorientesi pada pekerjaan
e. Selalu berjuang dengan orang, hal, dan pristiwa.

Penelitian tipe A dan impilkasi manajemen, para karyawan tipe A


cenderung lebih produktif daripada rekan kerja mereka yang bertipe B. suatu mete
analisis yang terdiri dari 99 penelitian mengungkapkan bahwa individu tipe A
memiliki detak jantung yang lebih cepat, tekanan darah diastolic yang lebih tinggi
dan tekanan darah sistolik yang lebih tinggi daripada orang tipe B. orang tipe A
juga menunjukkan aktivitas kardiovaskuler yang lebih besar pada saat
menghadapisituasi berikut ini.

54
1. Menerima umpan balik positif atau negative
2. Menerima pelecehan atau kritik verbal
3. Tugas yang memerlukan mental kebalikan dengan pekerjaan fisik.

3. Dukungan sosial
Dukungan social dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau
informasi yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal dengan
individu atau kelompok. Dukungan social bisa berbentuk dukungan emosi
(mengekspresikan kekhawatiran, mengindikasikan kepercayaan, meningkatkan
haraga diri, mendengarkan ), dukungan penilaian (menyediakan umpan balik dan
apirmasi), atau dukungan informasi (memberikan nasihat, memberikan saran,
menyediakan pengarahan). 0rang yang dapat berperan sebagai sumber dari
dukungan social di tempat kerja dapat mencakup supervisor, rekan kerja, baeahan,
dan konsumen atau orang-orang di luar tempat kerja yang di kenal oleh karyawan.
Sember dukungan di luar ruang lingkup pekerjaan dapat mencakup anggota
keluarga, teman ,dan lain-lain. Ada empat jenis dukungan social :
1) Dukungan penghargaan, memberikan informasi bahwa seseorang di
terima dan di hargai terlepas dari berbagai persoalan atau ketidakcukupan
apapun.
2) Dukungan informasional, memberikan bantuan dalam mendevinisikan,
memahami, dan menanggulangi persoalan.
3) Persahabatan social, menghabiskan waktu dengan orang lain dalam
kesenangan dan aktivitas rekreasi.
4) Dukungan instrumental, memberikan bantuan keuangan, sumber daya
materiil, atau pelayanan yang di butuhkan.
4. Penanggulangan
Penanggulangan adalah proses mengelola permintaan (eksternal atau
internal ) yang di nilai sebagai beban atau melebihi sumber daya seseorang.
Karena penanggulangan yang efektif maka mampu membantu mengurangi
pengaruh stressor dan stress. Proses penanggulangan memiliki tiga komponen
utama : (1) factor situasional dan pribadi, (2) penilaian kognitif atas stressor , dan
(3) stretegi penanggulangan.

55
 Faktor situasional dan pribadi
Faktor situasional adalah ciri-ciri lingkungan yang memengaruhi orang
yang menginterpretasikan stressor. Contohnya : ambiguitas dari suatu situasi
seperti berjalan di sebuah jalan yang gelap.
Faktor pribadi adalah ciri kepribadian dan sumber daya pribadi yang
memengaruhi penilaian atas stressor. Contoh : karena lelah atau sakit dapat
mengganggu interpretasi atas stressor, seorang individu yang sangat lelah
mungkin akan menilai pertanyaan yang sangat polos sebagai suatu ancaman
atau tantangan.
 Penilaian kongnitif atas stressor
Penilaian kongnitif mencerminkan persepsi keseluruhan seorang individu
atau evaluasi atas sebuah situasi atau stressor. Penilaian kongnitif
mengakibatkan suatu penggolongan situasi atau stressor sebagai
membahayakann mengancam, atau menantang. Bahaya (termasuk kerugian)
menggambarkan kerusakan yang telah terjadi, ancaman melibatkan potensi
untuk bahaya dan tantangan, berarti potensi untuk Keuntungan yang
signifikan dibawah ketidakbiasaan yang sulit. Penanggulangan dengan
bahaya biasanya berlanjut dengan tidak melakukan atau pengintrepretasian
ulang sesuatu yang muncul dimasa lalu karena kerusakan telah terjadi.
 Strategi penanggulangan
Strategi penanggulangan dicirikan dengan prilaku dan pengenalan khusus
yang digunakan untuk menanggulangi suatu situasi. Orang menggunakan
suatu kombinasi dari tiga pendekatan untuk menanggulangi steresor dan
steres. Pertama, disebut sebagai strategi pengendalian, terdiri atas
penggunaan prilakudan pengenalan untuk menghadapi atau memecahkan
persoalan secara langsung. Suatu strategi pengendalian cenderung bersifat
mengambil yanggung jawab. Berlawanan dengan menangani persoalan
menagani persoalan secara langsung stategi melarikan diri berusaha untuk
menghindari persoalan. Stratesi manajemen gejala terdiri atas penggunaan
metode-metode seperti relaksasi, meditasi, pengobatan, atau latihan untuk
mengatur gejala stres yang berkaitan dengan pekerjaan.

56
G. GEJALA-GEJALA DAN DAMPAK STRESS
 GEJALA-GEJALA

Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa
kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:

1. Gejala psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stres pekerjaan :

 Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung


 Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
 Sensitif dan hyperreactivity
 Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
 Komunikasi yang tidak efektif
 Perasaan terkucil dan terasing
 Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
 Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
konsentrasi
 Kehilangan spontanitas dan kreativitas
 Menurunnya rasa percaya diri

2. Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
 Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kardiovaskular
 Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan
noradrenalin)
 Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
 Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
 Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
yang kronis (chronic fatigue syndrome)

57
 Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
 Gangguan pada kulit
 Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
 Gangguan tidur
 Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena
kanker
3. Gejala perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

 Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan


 Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
 Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
 Perilaku sabotase dalam pekerjaan
 Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas
 Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan
diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan
berkombinasi dengan tanda-tanda depresi
 Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
 Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
 Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
 Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu


meliputi:
a. Kepuasan kerja rendah
b. Kinerja yang menurun
c. Semangat dan energi menjadi hilang
d. Komunikasi tidak lancar
e. Pengambilan keputusan jelek
f. Kreatifitas dan inovasi kurang

58
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya


dengan kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.

 Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja
saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat
tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan
sebagainya.Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat
konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu
terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta
mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan.

Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan


76 sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek
stres yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
 Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang, denyut
jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
 Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas, tidak
bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan
situasi stres.

Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung


adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan
secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan
teralienasi, hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984;
Robbins, 1993).

H. PENGENDALIAN STRESS
a. Manajemen Stres dan Teknik Pengurangan Stres

59
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini
bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk
memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum
masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya
dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai
seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).

Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi,


manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang ringan.
Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan akibat positif, karena hal
ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres
yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja
karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi
dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka
manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress
ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu
akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat
dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan
organisasi.

1. Pendekatan Individual

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya.


Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan
fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka
seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja

60
yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih
prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk
mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan
sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan
sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi
dirinya.

2. Pendekatan Organisasional

Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur
organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu
dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi
tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan


untuk pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering
digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif
yang semuanya membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan
pekerjaan.
1. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah
pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan
ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif
kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas
menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari
kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada
kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
2. Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak
di deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari
biofeedback sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi
tubuh hingga tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar.
Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan

61
mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah satu keunggulan
tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah bahwa
tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan
biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan
keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum
mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang
pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
 Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
 Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang
penuh dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran
dari pikiran yang berorientasi secara eksternal.
 Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada
suatu sikap yang pasif.
 Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai
mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke
tingkat pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak
semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah
besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stress.
4. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam
manajemen stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons
seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran.
Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi,
keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan
label ini menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari
manajemen stress berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang

62
tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan
yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebuh banyak kendali atas
reaksi mereka terhadap stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.

Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di kemukakan
oleh Alex:

1) Sediakan waktu rileks

Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai sejak


pagi, sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban pekerjaan (tapi tidak
ada solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang terbatas tersebut untuk
melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga. Teknik pernapasan adalah teknik
relaksasi yang paling mudah untuk dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-
dalam, lalu hembuskan sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan
minimal 3x sampai membayangkan beban Anda berkurang.

2) Bersikap lebih asertif

Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan untuk


membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan atasan tentang
tugas Anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda pegang. Dengan demikian,
Anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa Anda lakukan dengan cara kerja seperti yang
diinginkan perusahaan.

3) Bekerja lebih efisien

Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka disebabkan
tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex
memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa
tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya,
sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari
menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara lebih efisien. Anda juga harus trampil
menentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu Anda mengatur
strategi.

4) Tingkatkan energi dengan tidur

“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,”
demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999). Kesalahan
juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan.
Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu
kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan
mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat) atau mobil Anda untuk tidur. Jangan

63
lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja
Anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting, tingkatkan energi segera jika sudah merasa
terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang, menurut Anthony akan meningkatkan
mood dan rasa humor sehingga memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja.
Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai
tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah ketika bangun.

5) Atur lingkungan kerja

Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan atau
ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang tampaknya
sepele tersebut karena dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan Anda.
Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada baiknya
Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari Tiongkok,
tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja,
terutama maja, dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas Anda dalam map
dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan mengubah
letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan Anda. Jika
memungkinkan pindahkan meja sehingga Anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari
luar (matahari).

6) Kembangkan pola hidup sehat

Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan
minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin
B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan
perbanyak makan buah dan sayur.

Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan
badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas paru-
paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen
tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh Anda akan
berpikir lebih jenuh.

7) Tingkatkan ketrampilan

Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda merasa
kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau
latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda mempunyai minat
terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat
Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.

8) Lupakan pekerjaan saat libur

Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu. Liburan
sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan berarti

64
membuang waktu. Selain mmeberikan energi tambahan yang akan membuat Anda lebih
kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda dengan keluarga.

9) Pekerjaan bukan segalanya

Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk aktualisasi


diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang dapat menimbulkan
perasaan berguna bagi Anda. Dengan mengikuti kegiatan di luar pekerjaan, stres Anda di
tempat pekerjaan akan berkurang. Anda dapat menyakinkan diri bahwa walaupun Anda
tidak bisa memperbaiki keadaan di tempat kerja, Anda bisa mengendalikan hal-hal
penting lainnya dalam kehidupan Anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan
Anda sendiri adalah harta tak ternilai.

65
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahaya fisik  berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari kemampuan
diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari alat-alat kerja yang
ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising yang dapat berasal dari penggunaan
alat bersuara tinggi (seperti speaker, mesin las, bahkan suara knalpot yang sudah
dimodifikasi juga termasuk dalam bahaya fisik), sehingga nantinya pekerja tersebut
berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat berasal dari benda bergetaran tinggi seperti
mesin pembolong jalan, truk-truk besar,dsb, dimana dapat berpotensi kemandulan pada
pria, rusaknya jaringan syaraf tepi, bahkan hingga lumpuh; energi listrik, radiasi ion dan
non-ion, suhu ekstrim, dan sebagainya.

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas
program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bagaimana cara yang


dapat dilakukan dalam pencegahan bahaya yang ditimbulkan oleh bahan-
bahan kimia, dan biologi adalah sebagai berikut:

1. sanitasi dan kebersihan yang baik,

2. imunisasi,

3. pengolahan bahan kimia yang sebaik-baiknya sehingga


kemungkinan racun memasuki tubuh melalui penelanan atau kontak
dari kulit apat di cegah,

4. pencegahan timbulnya, pemonitoran dan pengendalian


bahan diudara sehingga penghirupan racun di udara dapat dicegah.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelindung antaralain;

1. karet alam

2. karet nitril

66
3. polivinil alcohol

4. polivinil chloride

5. litron

Bahan-bahan kimia dapat masuk kedalam tubuh manusia pada umumnya


melalui tiga (3) pintu yaitu:

1. Pernafasan, untuk bahan kimia diudara.

2. Pencernaan, untuk bahan kimia yang melekat pada tanggorokan dan


di telan, atau untuk bahan cair atau padat.

3. Kulit, untuk bahan-bahan cair, atau bahan-bahan diudara yang


mengendap dipermukaan kulit.

Adapun sifat-sifat bahan-bahan kimia yaitu : gas, uap, debu, kabut,


“fume”, awan, dan asap

Dari sifat-sifat diatas dapat di golong-golongkan menjadi padat,


cair, dan gas.

A. LatarBelakang

Kondisi keselamatan dan kesehatankerja (K3) perusahaan di Indonesia Secara umum


diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang
burukjauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.

Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia


internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena
mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang
rendah).Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya.
Karena itu di samping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan
peraturan atau aturan perlindungan Keselamatandan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus
bersifat manusiawi atau bermartabat.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi

67
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang
dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun
pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya
hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkat kanefisiensi danproduktivitas kerja.

B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani
korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkat kan kesehatan
dan keselamatan kerja.

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan
dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

68
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan
pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungankerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan

69
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga
kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan


kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hokum Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai


dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya


masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan,
sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya
untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat meningkatkan
sosialisasi dan kerja sama dengan mitra social guna membantu pelaksanaan pengawasan
norma K3 agar terjalan dengan baik.

Sebab-sebabKecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang
Salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupa kan nilai
tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai
seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah
tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan
kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan .

Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi
yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan
pekerja, pelindung mesin yang taksebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung
yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.

Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya di klasifikasikan seperti


latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan
pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh,
menambah daya dan lain-lain. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi
karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja.

70
Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas
maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.

1. Faktor - faktorKecelakaan

Studikasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebua hindustri
terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industry mengatakan itu sebagai
kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan harus
menggunakan data darisituasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.

Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk


seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya
sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang takterjawab ialah apakah ada
hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau
salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang
manager untuk salah satu factor kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak
membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak pabrik yang melakukan hal diatas akan
menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan
membuat pekerja malas melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka
ataupun pekerja yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah
kecelakaan dapat membuat faktor-faktorkecelakaantersendiri.

2. Masalah Kesehatan Dan KeselamatanKerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan


resultan tedari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bias dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal
dan peningkatan produktivitas. Sebalik nya bila terdapat ketidakserasian dapat
menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja
yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban
kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan
agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan
kerja, yaitu:

71
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calonpekerja) untuk mengetahui apakah calon
pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-
faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja

3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh
secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum


mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.

5. Penggunaan pakaian pelindung

6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses


pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan
dialirkan keluar.
8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
9.Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara kedalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumber daya dalam lingkungan kerja
konstruksi harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi.
Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi
keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

a) Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum


memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat
pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizidan 35% kekurangan zat besi
tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk
bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan
bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan
non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah kecelakaan
kerja.

b) Beban Kerja

72
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang
berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan
pada bioritmik (iramatubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan social bagi pekerja yang masih relative rendah, yang berdampak
pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

c) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja
dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

3. Sebab – SebabKecelakaan

Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut
keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu :

Manusia.
Manajemen ( unsurpengatur ).
Material ( bahan-bahan ).
Mesin ( peralatan ).
Medan ( tempatkerja / lingkungankerja ).
Semua unsure tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu system tersendiri.
Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsure tersebut akan menimbulkan kecelakaan /
kerugian. Berikut contoh bentuk-bentuk ketimpangan unsur 5M tersebut.:

Unsur Manusia, antara lain :


» Tidak adanya unsure keharmonisan antar tenaga kerja maupun dengan pimpinan.

» Kurang pengetahuan / keterampilan.

» ketidakmampuan fisik / mental.

» Kurangnya motivasi.

73
Unsur Manajemen, antara lain :
» Kurang pengawasan.

» Struktur organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat.

» Kesalahan prosedur operasi.

» Kesalahan pembinaan pekerja.

Unsur Material, antara lain :


» Adanya bahan beracun / mudah terbakar.

» Adanya bahan yang mengandung korosif.

UnsurMesin, antara lain :


» Cacat pada waktu proses pembuatan.

» Kerusakan karena pengolahan.

» Kesalahan perencanaan.

Unsur Medan, antara lain :


» Penerangan tidak tepat ( silau atau gelap ).

» Ventilasi buruk dan house keeping yang jelek.

4. Pencegah Kecelakaan

Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam
unsur 5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu :

Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan
pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada ketiga
unsure kelompok tersebut, yaitu :

Pendekatan terhadap kelemahan pada unsure manusia, antara lain :


Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian
antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan
dengan pekerjaannya.
Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai
dengan keperluan perusahaan.
Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.
Pengawasan dan disiplin yang wajar.

74
Pendekatanterhadapkelemahanpadaperangkatkeras, antara lain :
Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang,
mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,
penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat
sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.
Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian
lingkungan.
Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh


level manajemen, antara lain :
Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.
Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung
jawab.
Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi
sistem/prosedur kerja yang benar.
Pembuatan system pengendalian bahaya.
Perencanaan system pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja
yang terpadu.
Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
Pembuatan system pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.
B. TinjauanTentang Tenaga Kesehatan

1. Pengertian Tenaga Kesehatan

Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian


Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan mengatur upaya pelayanan
kesehatan yang dapat dijangkau rakyatnya. Masyarakat, dari semua lapisan, memiliki hak
dan kesempatan yang sama untuk mendapat pelayanan kesehatan.

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang

75
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar;
sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb.,
dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya
mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan
pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta
lingkungannya.

Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus pelaksana


pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang
sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal.
Kebijakan tentang pendayagunaan tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan
kebijakan sektor lain, seperti: kebijakan sector pendidikan, kebijakan sector
ketenagakerjaan, sector keuangan dan peraturan kepegawaian. Kebijakan sector
kesehatan yang berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain:
kebijakan tentang arah dan strategi pembangunan kesehatan, kebijakan tentang pelayanan
kesehatan, kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, dan kebijakan
tentang pembiayaan kesehatan. Selain dari pada itu, beberapa factor makro yang
berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan, yaitu: desentralisasi, globalisasi,
menguatnya komersialisasi pelayanan kesehatan, teknologi kesehatan dan informasi. Oleh
karenaitu, kebijakan pendaya gunaan tenaga kesehatan harus memperhatikan semua
faktor di atas.

2. Jenis Tenaga Kesehatan

C. Peran Tenaga KesehatanDalamMenangani Korban KecelakaanKerja

Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang
menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah
mengalami kecelakaan kerja. Menengok kenegara-negaramaju, penanganan kesehatan
pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau Negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan
keselamatan kerja.

Di Negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan
banyak buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang
telah diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di Negara
maju. Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kita pun harus mengikuti standar

76
internasional agar industry kita tetap dapat ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai
alas an tersebut rumah sakit pekerja merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari
segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga
kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk menghadapi persaingan
global.

Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan
menjadi pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-kasus
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industry akan berdiri
rumah sakit pekerja sehingga hamper semua pekerja mempunyai akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah
sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus
didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi.
Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit pekerja dapat diperbaiki
kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama berdiri nya rumah sakit tersebut
harus kita kritisi bersama.

Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi.
Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di
perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan
P3K untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud
harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.

Yang menjadidasarpengadaan P3K di tempatkerjaadalah UU No. 1 Tahun 1970


tentangkeselamatankerja; kewajibanmanajemendalampemberian P3K, UU No.13 Tahun
2000 tentangketenagakerjaan, PeraturanMentri Tenaga KerjadanTransmigrasi
No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan
Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

77
78
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat di ambil dari semua materi,untuk menjaga keselamat dalam
oprasional ketel uap, perlu diadakan perawatan yang semestinya dan di adakan
pengujian pengujian yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa ketel uap yang
akan digunakan bisa berjalan dengan normal dan aman.

Dan semua ketel uap sebelum dipakai atau dikeluarkan dari meker, wajib
memiliki sertifikat yang telah di tentukan. dari dilaksanakanya pengujian tekan dari ketel
uap adalah bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam tehnik
pengoperasian pesawat uap secara aman, benar dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dibidang Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3) yang berlaku.

Dan tujuan agar Semua persyaratan yang sudah ditetapkan dalam undang-
undang dan peraturan harus ditaati, mulai dari tahapan perencanaan, pengoperasian
dan pengujian/pemeriksaan.

Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam
kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari emapt hal yaitu tingkat individu,
tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut
dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana
individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat
ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut.

Stress yang terjadi dapat berupa stress positif maupun negartif dimana stress itu
akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stress-stres
yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode
sehingga diperlukannya suatu manajemen stress dalam pekerjaan suatu perusahaan.
Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi stress yang mereka
alami.

Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang
serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih
dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam
bekerja.

3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi yang
membaca. Selayaknya seorang mahasiswa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan,maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah lebih baik di kemudian hari.

79
Daftar Pustaka

https://anakkatiga.blogspot.com/2018/03/jenis-jenis-bahaya-hazard-dalam-k3.html

http://nusantaratraisser.co.id/responsiveweb/blog/2018/11/29/jenis-bahaya-dalam-k3/

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/99095-ID-
manajemen-risiko-kesehatan-dan-
keselamatan.pdf&ved=2ahUKEwiYz5CNkqToAhWglbcAHQuUCpAQFjABegQIBRAB&usg=
AOvVaw3h1A9ZL3RqehnxlmnHT1-C

Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.PT Pustaka


Binaman Presindo. Jakarta.

Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja.Cetakan ke-9.CV Haj i
Hasagung. Jakarta.

http://silviasigit.blogspot.com/2010/10/1-lingkungan-kerja-fisik-dan-non-fisik.html

http://id.shvoong.com/business-management/management/2134354-lingkungan-kerja-
fisik/

http://masteran.blogspot.com/2009/05/lingkungan-fisik-kerja.html

http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/

http://mia.staff.uns.ac.id/2011/07/11/tempat-kerja-potensi-bahaya/

http://mily.wordpress.com/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3/

http://akhlisnurse.blogspot.com/2012/01/bahaya-kimia.html

Suma’mur. (1984). “ Higene Perusahaan dan Keselamtan Kerja”. Jakarta


: Gunung Agung.

Suma’mur. (1989). “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”.


Jakarata : CV Haji Masaagung.

Cahyono, A. B. (2004). “Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri”.


Yogyakarta : UGM Press.

http://diklatwasnaker73.blogspot.com/2013/04/pemakaian-ketel-uap-secara-
aman.html

80
http://infotrainingcigma.wordpress.com/tag/pesawat-uap-bejana-tekan/

http://jamaengineering.wordpress.com/2013/04/24/pressure-vessel/

http://stip52.blogspot.com/2013_06_01_archive.html

http://dodiiee.blogspot.com/2013/03/penerapan-k3-bidang-pesawat-uap-bejana.html

http://akbarmachfud.blogspot.com/2013/09/k3-dibidang-las-dan-bejana-ledak.html

Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organisasi, Perilaku,
Struktur, proses. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996

Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organization Behavior,
Structure, Processes. USA: Richard D. Irwin, 1994.

Lulus Margiati, Stress Kerja: Latar Belakang Dan Alternatif Pemecahannya,Jurnal


Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, 1999

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Perusahaan, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2004

Phillip L. Rice, Stress and Health, California: Brooks/ Cole Publishing Company, 1999

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2005.

Indonesia. Undang-UndangNomor 1 Tahun 1970 tentang KeselamatanKerja.

Indonesia. Undang-UndangNomor 3 Tahun 1992 tentangJaminan Sosial Tenaga Kerja.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi, Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan


kesehatankerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

1990. Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia. [s.]:Direktorat Bina Peran
Masyarakat Depkes RT.

http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/1822345-usaha-usaha-
pencegahan-terjadinya-kecelakaan/#ixzz2Mrp983wB

81
82

Anda mungkin juga menyukai