(K3)
“ Rangkuman Materi K3 “
Oleh:
ANDINI EKA HERMIANTI
20181014401003
Kelas : 2A
Dosen Pengampu:
Ns. Riris Friandi, M.Kep
Akademi Keperawatan
Bina Insani Sakti Sungai Penuh
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kami berkat, rahmat, kesehatan, kesempatan dan kemauan hingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Rangkuman Materi K3”. Shalawat dan salam
tidak lupa kami kirimkan ke junjungan Nabi Muhammad SAW, Nabi yang telah
membawa kita kembali ke jalan Allah SWT hingga kita dapat menikmati indahnya dunia
sekarang ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Ns. Riris Friandi, M.Kep selaku dosen
mata kuliah Keselamatan dan Kesahatan Kerja (K3) yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Penulis
i
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang …………………………………………………………………....... 1
Rumusan Masalah ………………………………………………………………...... 5
Tujuan Penulisan ……………………………………………………………............ 5
Bab II Pembahasan
A. Resiko Bahaya Fisik Kebisingan, Pencahayaan, APD Dan Penanggulangannya . 7
B. Bahaya Fisik Dilingkungan Tempat Kerja dan Dampaknya Bagi Kesehatan ..... 14
C. Resiko Bahaya Biologi dan Kimia …………………………………................... 43
D. Norma Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja …………………….............. 49
E. Resiko Faktor Psiologis (Penyebab Stess Akibat Kerja, Manajemen Stress dan
Perbaikan) …………………………………………………………………........... 57
F. Konsep Dasar Pencegahan Kecelakaan Kerja................ ............
Bab III Penutup
Kesimpulan ………………………………………………………........................... 80
Saran ………………………………………………….............................................. 83
Daftar Pustaka …………………………………………………………….......... 84
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan modal utama dalam pengembangan usaha, sehingga
mereka harus mendapatkan perlindungan keselamatan kerja dari perusahaan. Selain itu,
untuk menunjang terciptanya suasana dan lingkungan pekerjaan yang aman dan sehat,
perusahaan harus melaksanakan beberapa program untuk mencapai tujuan
tersebut. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Bahaya tidak hanya berhenti pada satu tempat saja, bahaya akan muncul dimana
dan kapan saja. Identifikasi bahaya, pemeliharaan dan pemantauan terhadap
lingkungan/kesehatan kerja harus dilaksanakan secara terus-menerus sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi
merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk
berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila
kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak
akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para
pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja,
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan
ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
1
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang
akan dihadapi.
Pemanfaatan Ketel Uap demikian luas di Indonesia antara lain di sektor industri,
pariwisata dan pelayanan kesehatan, namun pada pemakaiannya mengandung potensi
bahaya ( high risk) apabila tidak memenuhi standar atau syarat-syarat safety yang
berlaku.
Dengan tekanan dan temperatur uap yang demikian tinggi didalam Ketel Uap,
maka berarti pada setiap pengoperasian Ketel Uap terdapat potensi bahaya yang apabila
Ketel Uap tersebut pecah akan dapat mengakibatkan kerusakan bangunan perusahaan
dan korban jiwa.
Peristiwa meledaknya suatu Ketel Uap telah terjadi beberapa kali di Indonesia,
antara lain Ketel Uap bertekanan kerja 3 Kg/Cm2 pada salah satu pabrik tahu di wilayah
Binjai - Sumatera Utara yang mengakibatkan seorang tewas ditempat dan beberapa
2
orang lainnya luka-luka serta bangunan pabrik runtuh, Ketel Uap bertekanan kerja 3
Kg/Cm2 pada salah satu Pabrik Mihuen di Deli Serdang - Sumatera Utara yang
mengakibatkan seorang pekerja luka-luka, beberapa rumah penduduk sekitarnya rusak
serta bangunan pabrik runtuh. Kedua unit Ketel Uap tersebut diatas dioperasikan
dengan tanpa memiliki Akte Izin dari Pemerintah, pekerja yang mengoperasikannya
belum terlatih terbukti belum memiliki Sertifkat operator Pesawat Uap dari Pemerintah,
yang berarti pemakaiannya tidak mematuhi Peraturan Perundang-undangan di bidang
K3 yang berlaku.
Ketel atau pesawat uap dan bejana tekan merupakan peralatan yang mempunya
resiko sangat tinggi, apabila tidak dilakukan pemeliharaan dan pemeriksaan secara
teratur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3
kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh pekerjanya. Dalam hal ini perusahaan
dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak
mengurangi kinerja karyawan tersebut.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui apa resiko dan bahaya
fisik kebisingan,pencahayaan,APD dan bagaimana penanggulangannya
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui bahaya fisik kebisingan
b. Mampu mengetahui bahay fisik pencahayaan
c. Mampu mengetahui resiko bahaya fisik APD
d. Mampu mengetahui cara penanggulangan resiko bahaya fisik
e. Mahasiswa mengetahui dan memahami bahaya fisik dilingkungan
kerja dan dampaknya terhadap kesehatan.
f. Mahsiswa memahami dan mampu menjelaskan ergonomic dan faal
kerja
4
g. Untuk mengetahui bagaimana konsep tentang resiko bahaya kimia dan
biologi
h. Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.
i. Untuk memehami mengenai jenis-jenis stres.
j. Untuk mengetahui moderator stres.
k. Agar kita menegtahui apa saja gejala stres dan dampak yang dapat
ditimbulkan oleh stres tersebut.
l. Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stres.
BAB II
PEMBAHASAN
5
A. Resiko Bahaya Fisik Kebisingan, Pencahayaan, APD Dan
Penanggulangannya.
A. Pengertian
Bahaya fisik berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari kemampuan
diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari alat-alat kerja yang
ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising yang dapat berasal dari penggunaan
alat bersuara tinggi (seperti speaker, mesin las, bahkan suara knalpot yang sudah
dimodifikasi juga termasuk dalam bahaya fisik), sehingga nantinya pekerja tersebut
berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat berasal dari benda bergetaran tinggi seperti
mesin pembolong jalan, truk-truk besar,dsb, dimana dapat berpotensi kemandulan pada
pria, rusaknya jaringan syaraf tepi, bahkan hingga lumpuh; energi listrik, radiasi ion dan
non-ion, suhu ekstrim, dan sebagainya.
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun
suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi
bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.
6
c) Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat
kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan
housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi
kecelakaan kerja.
D. Resiko Bahaya Fisik APD
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Peralatan pelindung diri disesuaikan dengan
jenis pekerjaan, lingkungan, dan tingkat risiko. Umumnya peralatan pelindung diri
mencakup alat pelindung pernapasan, pakaian pelindung, alas kaki, peralatan untuk
melindungi wajah, mata, dan tangan. Adanya tindakan pencegahan dan pemakaian alat
pelindung diri, diharapkan menjadi langkah yang efektif untuk mengendalikan
kecelakaan kerja.
7
Alat Pelindung Kepala
Safety Mask atau masker yang berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat
berada di area yang kualitas udaranya tidak baik.
Face Shield atau pelindung wajah untuk melindungi wajah dari paparan bahan
kimia, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau
pukulan benda keras dan tajam.
Apron atau celemek untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan
suhu panas.
Safety Vest atau rompi keselamatan kerja yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kontak atau kecelakaan yang bisa dialami oleh rekan kerja keluarga
pekerja konsumen.
Safety Clothing atau alat pelindung tubuh untuk melindungi rekan kerja
keluarga dari hal-hal yang membahayakan saat bekerja, mengurangi resiko
terluka dan juga digunakan sebagai identitas pekerja
Safety Gloves atau sarung tangan yang berfungsi melindungi jari-jari dan tangan
dari api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan, dan goresan benda tajam.
8
Safety Belt atau sabuk pengaman yang dipakai saat menggunakan alat
transportasi serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
Kecelakaan kerja bisa terjadi pada setiap tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, mulai dari tahap penyimpanan peralatan dan material,tahap persiapan,
tahap pekerjaan struktur , tahap pekerjaan arsitektur dan tahap pekerjaan plumbing,
mekanikal dan elektrikal. Setiap risiko pada tahapan pekerjaan tersebut harus dinilai
untuk mendapatkan penanganan/pengendalian risiko secara proposional dengan
mempertimbangkan faktor biaya dan efektifitas. Untuk itu diperlukan manajemen
risiko K3 yang bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian dalam pelaksanaannya
Penilaian Risiko
Penilaian risiko yaitu proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-
prose teknis yang memiliki risko untuk meningkatkan kemungkinan dalam
mencapai sasaran biaya, kinerja/performance dan waktu penyelesaian kegiatan
9
Identifikasi risiko (Identify risk) Adalah proses peninjauan area-area dan
proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial yang akan dikelola.
Analisa risiko (Analyse risk) Adalah proses menilai risiko yang telah
teridentifikasi menggunakan matrix risiko untuk menentukan besarnya
risiko. (risk = likelihood x consequences)
Evaluasi risiko ( Evaluate the risk) Adalah proses penilaian risiko untuk
menentukan apakah risiko yang terjadi dapat diterima atau tidak dapat
diterima.
Pengendalian risiko ( Treats the risk)
Adalah proses evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan
risiko yang telah dilakukan dan sebagai dasar dalam penyusunan strategi
penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.
10
pengendalian risiko yang terjadi menurut AS/NZS 4360: 2004 adalah sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risko dapat ditentukan apakah suatu
risiko dapat diterima atau tidak. Pengendalian lebih lanjut tidak dilakukan
jika risiko dapat diterima (Generally Acceptable)
E. Pengendalian Risiko K3
11
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/
mengurangi tingkat risiko yang ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang
dapat ditolerir. Cara pengendalian risiko dilakukan melalui:
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
12
penyakit akibat kerja., Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan
dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan
kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir.
3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila
manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan
yang prima baik fisik maupun psikis.
1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.
2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki
atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan),
ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung
13
dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap.asap;
daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan
oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya :
TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan
dalam proses produksi.
4. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan
norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan
kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak
tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.
6. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang
sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta
Bahaya ini seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin bising kurang
penerangan getaranyang berlebihanradiasi dan sebagainya, Keadaan tempat kerja
yang terlalu panas mengakibatkan karyawan cepat lelahm karena kehilangan cairan
dan gamram, Bila panas dai lingkngan ini berlebihan suhu tubuh akan meningkat
yang menimbulkan gangguan keseatan, pada keadaan berat sudu tubuh sangat
tinggi yang mengakibatkan pingsan sampai kematian, keadaaan yang terlalu dingin
juga akan menyebabkan karyawan sering sakit sehingga akan menurunkan daya
tahan tubuhnya.
14
Pencahayaan penting untuk efisiensi kerja. Pencahayaan yang kurang memadai atau
menyilaukan akan melelahkan mata, kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk
dan hal ini berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya
sehingga dapat menyenabaan keseakaan, untuk pengatuarn intesitas pencahaan
telah diatur dalam peraturan mendteri perburuan no 7 tahun 1964.
a. Kebisingan
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk di tempat kerja.Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui telinga kita
merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin ketik / komputer,
mesin cetak, dan sebagainya.Namun sering bunyi-bunyi tersebut meskipun
merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang,
bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran, dan sebagainya.Bunyi
yang tidak kita inginkan atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau
kebisingan.
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang
maupun suatu populasi.
15
1. Halilintar 120 DB
5. Pluit 80 DB
7. Radio 60 DB
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi,dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut
seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu
job performance tenaga kerja.Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA)
pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara
maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di
klaim .Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
16
kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB.Oleh sebab itu para karyawan yang
bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi
dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan
pendengaran.Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan
suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi dengan
pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini dapat
menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi terhadap
orang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai
akibat lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah
keluarga juga terbiasa berbicara keras.Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan
keluarga karena dipersepsikan sebagai sikap marah.Lebih jauh kebisingan yang
terus-menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya
pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat
dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau
memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan
sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.Tetapi penggunaan
penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh pekerja karena terasa risih
adanya benda asing di telinganya.Untuk itu penyuluhan terhadap mereka agar
menyadari pentingnya tutup telinga bagi kesehatannya dan akhirnya mau
memakainya.
b. Getaran
Contoh :
17
· Radiasi ultraviolet : pengelasan.
Tujuan pencahayaan :
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala,
berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Keuntungan
pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas, mengurangi
kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi
kecelakaan kerja.
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban
kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan
kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk
menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
18
Ø Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
Ø Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti
diuraikan diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-
kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau.
Silau juga menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan
atau dicegah.
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
Ø Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
Ø Kelemahan mental
19
Ø Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya
cahaya matahari ke tempat kerja.
Ø Jendela-jendela dan lubang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan. Apabila cahaya
matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan penerangan
lampu yang cukup.
Ø Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi
32 derajat celsius).
Ø Sumber cahaya harus menghasilkan daya penerangan yang tetap dan menyebar
serta tidak berkedip-kedip.
e. Bau-Bauan
20
Disamping itu penciuman juga dapat dipengaruhi oleh kelembaban udara.Pada
kelembaban antara 40-70 % tidak mempengaruhi penciuman tetapi dibawah atau
diatas kelembaban itu dapat mempengaruhi penciuman. Pengendalian bau-bauan di
lingkungan kerja dapat dilakukan antara lain :
2. Proses menutupi yang didasarkan atas kerja antagonistis diantara zat-zat yang
berbau. Kadar zat tersebut saling menetralkan bau masing-masing. Misalnya bau
karet dapat ditutupi atau ditiadakan dengan paraffin.
4. Penambahan bau-bauan kepada udara yang berbau untuk mengubah zat yang
berbau menjadi netral (tidak berbau). Misalnya menggunakan pengharum ruangan.
21
Jantung yang sehat dalam 15 menit sesudah kerja akan bekerja normal kembali
seperti sebelumnya.
Denyut jantung masih dipengaruhi oleh keadaan cuaca kerja, reaksi psikis dan
psikologis, keadaan sakit dan lain-lain.
Salah satu keperluan utarna otot untuk pekerjaannya adalah zat asam, yang dibawa
oleh darah arteri kepada otot untuk pembakaran zat dan menghasilkan energi.Maka
dari itu, jumlah O2yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah
satu petunjuk pula dari beban kerja.Sebagaimana diketahui O2 diambil oleh kapiler
darah didalam paru-paru, kemudian masuk da1am darah balik dari paru-paru yang
kaya zat asam. Maka keadaan dari paru-pam dan alat pernafasan akan berpengaruh
pula kepada pengembalian O2 ini oleh tubuh.
Beban kerja fisiologis dapat didekati dan banyaknya O2 yang digunakan tubuh,
jumlah kalori yang dibutuhkan, denyutan jantung suhu netral dan kecepatan
penguapan lewat berkeringat.Beban kerja ini menentukan berapa lama seseorang
dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya.Makin besar beban, makin pendek
waktu seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau gangguan.
Hati dan otot adalah tempat penimbunan bahan bakar (gIikogen). Dalam keadaan
otot kekurangan bahan bakar, penimbunan dari hati akan dimobilisir ke otot. Usus
adalah tempat penyerapan dari bahan-bahan bakar ini.
Ginjal tidak kalah pentingnya, oleh karena merupakan alat pertukaran zat bagi
bahan-bahan terlarut.Ginjal sangat baik terutama diperlukan pada pekerjaan
dengan cuaca kerja panas.
Selain faktor beban kerja dan pera1atan di dalam tubuh, faktor waktu dan factor-
fakttor lingkungan sangat berpengaruh kepada faa1 kerja.Waktu mungkin da1am
lamanya, tetapi juga dalam periodisitasnya.lamanya bekerja tergantung dari
kemampuan seorang tenaga kerja, beban kerja dan lingkungan. Sedangkan periodisi
tas ada1ah sehubungan dengan irama-irama biologis, yaitu perubahan-perubahan
faa1 yang datang dan hilang secara bergelombang. Periodisitas demikian banyak
dipelajari da1am I/mu Kronobiologi atau Bioperiodisitas.
22
2. Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan,
hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti
"Arbeitswissenschaft" di Jerman, "Bioteknologi" di negara-negara Skandinavia;
"Human Engineering", "Human Factors Engineering" atau "Personnel Research" di
Amerika Utara. Ergonomi adalah pengetrapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia
bersama-sama dengan ilmu-ilmu tehnik dan tehnologi untuk mencapai penyesuaian
satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat
dari padanya diukur dengan efftisiensi dan kesejah teraan kerja.
23
yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban
tambahan.Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi dengan
itu produktivitas juga ditingkatkan.Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian
terutama perlu diberikan kepada kegiatan fisik.yaitu intensitas, tempo, Jam kerja
dan waktu istirahat, pengaruh keadaan lingkungan (kelembaban, suhu, gerakan
udara, kebisingan, penerangan, warna, debu dan lain-Iain). data biologis (modefikasi
makan dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas
kerja oleh karena usia) dan kekhususan-kekhususan pekerjaan (misal getaran
mekanis, kerja malam, kerja bergilir). Tambahan pula, per1u diperhatikan
keadaankeadaan setempat seperti iklim dan keadaan gizi, di daerah panas atau
pegunungan.di laut, pada ketinggian tinggi atau di bawah tanah. Di negara
berkembang, soal iklim dan gizi adalah faktor penting.
Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah gerakan dan sikap badan.yang
berpengaruh kepada pemakaian energi dan fungsi sensorimotoris. Ilmu tentang
gerakan dan sikap badan disebut biomekanika. Seorang tenaga kerja dikatakan
sesuai dengan pekerjaannya ditinjau dari sudut biomekanika, apabila sikap tubuhnya
baik, tenaga kerja dilatih dalam ketrampilan kerja dengan metoda-metoda kinetika
(gerakan-gerakan), tempat duduk adalah nikmat pegangan-pegangan mesin dan alat
mudah dicapai, serta latihan fisik dilaksanakan waktu kerja atau melalui akitivitas
oleh raga.
Bagian semakin penting dari banyak pekerjaan adalah persepsi dan penafsiran
dari tanda-tanda yang memerlukann pengambilan keputusan dan selanjutnya reaksi
Dengan ergonomi, kecepatan persepsi dan pengambilan keputusan dapat
dipermudah.tekanan mental, kelelahan, gangguan kewaspadaan, gangguan-
gangguan faal, Dan kesalahan-kesalahan dapat dicegah sehingga produktivitas
dapal dipelihara. Faktor penting dalam pendirian ada1ah ambang rasa,
kewaspadaan, pembedaan dan penafsiran.HaI ini dapat berfungsi secara baik,
apabi1a tanda-tanda diatur memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu.
Ergonomi dapat digunakan dalarn menelaah sistem manusia dan produksi yang
kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja
dan yang mana kepada mesin.
3. Ergometri
24
Ergometri adalah ilrnu untuk rnengukur kerja. Biasanya ada dua hal yang
ditentukan :
Dalam tubuh, ketika bekerja.tenaga kimia dirubah menjadi tenaga mekanik dan
panas. Untuk hal ini diperIukan O2 sebagai bahan pembakar.Maka dari itu,
banyaknya O2 yang dipakai menjadi petunjuk pemakaian tenaga. Cara menentukan
pemakaian tenaga dengan pengukuran O2 adalah disebut cara tidak langsung
sebenarnya ada usaha secara langsung dengan dasar kalorimeter, tetapi cara ini
hanya dapat dikerjakan di laboralorium yang sangat khusus. Dari pemakaian 02
jumlah kalori dihitung dengan dasar persamaan satu liler oksigen = 4,7 - 5,0
kilokal/menit.
Maka dipakailah cara evaluasi tidak langsung dari kapasitas aerobik sebagai
berikut :
Kapasitas aerobik dihitung dari usia, berat badan dan Denyutan jantung untuk
suatu kegiatan submaksimal.
25
Sebagai kegiatan bagi uji fisik adalah:Kapasitas aerobik dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Pada pekerjaan yang sifatnya mengangkat berat badan (seperti uji
naik turun bangku), tenaga yang dibutuhkan proporsionil dengan berat badan, maka
O2 yang dipakai sebaiknya dinyatakan dalam cm3/kg berat badan.Tidak demikian
halnya pada pekerjaan yang harus memindahkan bebas luar, dalam hal ini lebih baik
dinyatakan nilai absolutnya. Denyutan jantung berkurang menurut usia, hal ini
mempengaruhi penafsiran kemampuan aerobik dalam pekerjaan submaksimal dan
nilai yang ditemukan dan monogram Astrand perlu dikoreksi:
Kapasitas aerobik maksimum dari orang laki-laki berkurang secara tingkat demi
tingkat dari usia 25 - 30 tahun dan pada usia 70 tahun nilainya hanya setengah dari
yang berusia 20 tahun. Pada wanita, puncaknya ditemukan pada pubertas, tetapi
penurunan terjadi kemudian pada menopause.Kapasitas aerobic rata-rata
perkilogram berat badan wanita muda adalah 70% dari pada laki-laki muda.
Jika seseorang mulai berlatih, denyut jantungnya pada waktu istirahat dan
kegiatan submaksimal akan menurun beberapa waktu sebagai tanda habituasi.
26
Latihan yang berat dan lama menyebabkan kenaik.an kemampuan aerobik kira-
kira 10%.
4. Automasi
Terdapat empat tingkat dalam perkembangan automasi, yaitu dari kerja tangan
sampai kepada automasi penuh.Tingkat-tingkat itu adalah Salah satu alasan
automasi adalah kecilnya kekuatan manusia dibandingkan dengan sumber-sumber
27
tenaga lainnya.Selanjutnya dibuat satu daftar perbedaan antara manusia dan
mesin.Kedua-duanya dapat saling melengkapi dengan sebaik-baiknya.
MESIN MANUSIA
28
gelombang mengionisasi mengolahnya bersama-
sama, misalnya mata
sekaligus menentukan
lokasi relative, gerakan
dan warna. Baik untuk
menentukan pola,
misalnya dapat
menentukan tanda
pada kebisingan yang
besar
Manusia terbatas dalam hal kecepatan dan ketelitian.Selain itu, kecepatan kerja
yang lebih besar selalu disertai penurunan ketelitian.Dalam hal inilah automasi
memegang peranan sangat penting.
6. Kelelahan
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan
diperbaiki performansnya seperti semula.Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa
hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
29
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-
tiba dan berat gejalanya.
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan
umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai dengan
pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar
istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain.Pengetrapan ergonomi dalam hal
pengadaan tempat duduk, meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian
pula organisasi proses produksi yang tepat Selanjutnya, usaha-usaha perlu ditujukan
kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.
30
latihan-latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk.Seleksi dan latihan dari
pekerja, lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan pent
7. Waktu Kerja
Jika diteliti suatu pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau berat,
produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama sejalan
dengan menurunnya kadar gula di dalam darah. Untuk hal ini, perlu istirahat dan
kesempatan untuk makan yang meninggikan kembali kadar bahan bakar di dalam tubuh.
Maka dari itu, istirahat setengah jam sesudah 4 jam kerja terus menerus sangat penting
artinya.
Pekerjaan berat ditandai dengan pengerahan tenaga yang besar dalam waktu
relatif lebih pendek. Otot-otot susunan kardiovaskuler, paru-paru, dan lain-lain harus
bekerja sangat berat. Maka dari itu, beban demikian tidak bias secara terus-menerus
dilakukan melainkan perlu istirahat-istirahat pendek setiap selesai suatu tugas. Inilah
yang dinamakan organisasi kerja yang baik, yaitu selalu diberikan kesempatan kepada
tubuh untuk pulih kembali setelah memikul suatu beban pekerjaan. Sebagai misal,
sesudah memikul beban 50 kg sejauh 10 meter, kepadá tenaga kerja sebaiknya diberi
kesempatan beberapa menit untuk istirahat.
Untuk rnenentukan lamanya seorang tenaga kerja bekerja dengan suatu tingkat
pengerahan tenaga, dipergunakan kenyataan, bahwa pengerahan tenaga maksimal
dengan seluruh kapasitas aerobik dapat berlangsung hanya 4 menit, pengarah tenaga
dengan 1/3 x kapasitas aerobik dapat berlangsung 480 menit, Dalam soal periode
kerja siang atau malam, sangat menarik adalah kerja bergilir, terutama kerja malam.
Sehubungan dengan kerja malam ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut Sebagai
jalan keluar dalam memecahkan persoalan kerja malam pada si~tim regu ini adalah
Tanpa perhatian yang sebaik-baiknya kerja malam hanya akan menghasilkan tingkat
produktivitas yang rendah sekali.
8. Faal Kerja
Ilmu tentang faal yang di khususkan untuk manusia yang bekerja disebut faal
kerja.Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang sebaikbaiknya
31
dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak dan susunan saraf-saraf di
pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya untuk petukaran zat yang diperlukan dan
harus dibuang masih diperlukan peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini,
jantung, paru-paru.hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan.
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan
fisik.Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas.Kekuatan ditentukan oleh jumlah
yang besar serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi.Sebelum kontraksi
(mengerut), darah diantara serat-serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya
terjepit, sehingga peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal demikian
menjadi sebab kelelahan otot.Maka dari itu, kerutan yang selalu diselingi pelemasan,
disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot.
Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja.Kerutan
dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-gerakan fleksi,
abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain.Demikian pentingnya kedua alat ini sebagai suatu
kesatuan, maka berkembanglah ilmu biomekanik,yaitu ilmu tentang gerakan otot dan
tulang, yang dengan pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya
dapat dicapai hasil kerja sebesar-besarnya.Biomekanika memberikan pengetahuan-
pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada penggunaan leher dan
kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-jari dan sebagainya.
32
adalah ukuran-ukuran, Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan
dan panjang lengan, Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan
tangan, tinggi lutut, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut telapak kaki.
33
Tumbuh-tumbuhan kadang-kadang mengandung bahan kimia yang
dapat mnimbulkan sakit bagi pekerja-pekerja pertanian,
perkebunan dan kehutanan. Contohnya pohon pulius yang dapat
menimbulkan bentul-bentul yang gatal pada kulit oleh karena
asam korniat yang terdapat pada bulu-bulunya. Binatang yang
gigitannya mengandung racun bagi pekerja-pekerja yang
digigitnya antara lain kalajengking dan ular.
34
B. Bahan-bahan Kimia Sebagai Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
d. Kabut , yaitu titik cair halus dalam udara yang terjadi dari
kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat menjadi tingkat
disperse dengan cara-cara ”splashing”, “foaming”, dll.
35
b. Bahan-bahan tidak bersifat partikel-partikel, yaitu gas-gas,
dan uap-uap.
Oleh karena termakan atas dasar salah kira, diduga bahan yang
lain. Disamping bahan-bahan mati, dapat pula mikroorganisme,
misalnya bakteri atau jamur diudara ruang kerja, demikian pula
36
bahan-bahan hidup seperti tepung sari dan debu yang berasal dari
hewan atau tumbuhan.
a. jenis persenyawaan,
b. besar molekul,
c. konsentrasi,
a. Usia.
b. Idiosyncrasi.
c. Habituasi.
37
e. Derajat kesehatan tubuh.
A. Pengertian K3 mekanik
38
K3 mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua
tindakan yang dilakukan oleh pengawas ketenaga kerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undagan terhadap obyek pengawasan k3
mekanik ditempat kerja.
B. Obyek k3 mekanik
a. Pesawat tenaga dan angkut
b. Pesawat angkat dan angkut
c. Operator mekanik
“ Ketel Uap ialah suatu Pesawat dibuat guna menghasilkan uap atau stoom yang
dipergunakandiluar pesawatnya “. Pada prinsipnya, semua Ketel Uap didalamnya
terdapat air yang dipanaskan oleh pelat dan atau pipa Ketel Uap dimana pelat dan atau
pipa tersebut dipanaskan oleh gas panas hasil pembakaran bahan bakar sehingga air
tersebut mendidih dan berubah menjadi uap ( steam ) yang tekanannya melebihi
tekanan udara atmosfer.
Steam drum
Water drum
Air heater
39
Safety valve tidak berfungsi mengakibatkan tertahannya tekana yang
berlebihan.
Sumber Bahaya dan Akibat yang Dapat Ditimbulkan oleh Bejana Tekan antara
lain sebagai berikut :
Kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan, bila
tercampur dengan udara serta sumber panas dapat menimbulkan kebakaran atau
ledakan.
Peledakan. Semua jenis gas betekanan yang tersimpan di dalam botol baja
maupun tangki gas mempunyai bahaya meledak karena ketidakmampuan kemasan
dalam menahan tekanan gas yang ada didalamnya.
40
Terkena cairan sangat dingin (Crygenic). Apabila terkena cairan yang sangat
dingin, maka cairan tersebur seketika akan menyerap panas tubuh yang terkena
sehingga mengakibatkan luka seperti terkena luka bakar dan merusak jaringan tubuh,
dan luka yang parah dapat menyebabkan kematian bila tidak mendapatkan pertolongan
segera.
DASAR HUKUM
41
Peraturan Uap tahun 1930
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
Pesawat Uap
RUANG LINGKUP
Ruang ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus dimana di dalamnya tidak
pasti untuk bekerja
Ketel uap harus ditempatkan dalam suatu ruangan atau bangunan tersendiri
yang terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya
2. Persyaratan keselamatan kerja harus dipatuhi bagi suatu bejana tekan dan
ketentuan teknis pelaksanaan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan
pengujian serta penertiban pengesahan pemakaian bejana tekan, harus
mentaati undang-undang dan pertauran yang berlaku.
Tujuandan Manfaat:
Pelatihan Ahli K3 Boiler bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan dalam tehnik pengoperasian pesawat uap secara aman, benar dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang Kesehatan Keselamatan
Kerja ( K3) yang berlaku.
42
Penujian uap dari ketel uap sangat penting karena Tugas setiap
ketel uap untuk memberikan jumlah yang benar uap berkualitas tinggi:
aman, efisien, dan pada tekanan yang benar.
Oleh karena itu uap yang dihasilkan harus benar-benar sempurna
dan aman.
Uap yang dihasilkan oleh panas dari pembakaran bahan bakar
dalam tungku, atau dengan limbah panas dari proses. Panas ditransfer ke
air di shell boiler, yang kemudian menguap untuk menghasilkan uap di
bawah tekanan.
Sebuah wilayah tertentu permukaan air diperlukan dalam boiler
yang untuk melepaskan uap. Sebuah ketinggian tertentu juga harus
diperbolehkan di atas level kerja normal, untuk memungkinkan tingkat air
naik dengan meningkatnya beban, tapi masih memungkinkan luas yang
cukup untuk melepaskan uap tanpa akumulasi air terjadi.
Dalam boiler shell horisontal, tingkat air meningkat dengan
meningkatnya beban (karena adanya lebih banyak uap yang berada di
bawah permukaan air di boiler). Seperti tidak demikian, luas permukaan
air (area pelepasan uap) akan berkurang karena, sebagai tingkat air di atas
garis tengah boiler, sisi shell mengandung menyatu.
Boilermaker akan telah merancang boiler untuk memastikan bahwa
daerah tingkat air normal (NWL) adalah sedemikian rupa sehingga uap
akan dirilis pada kecepatan dapat diterima. Desainnya juga akan
memungkinkan ketinggian minimum tertentu uap off-take di atas NWL
tersebut.
Jelas, karena uap yang dihasilkan, air di boiler menguap, dan boiler
harus menerima pasokan air untuk mempertahankan tingkat. Karena
faktor-faktor yang diuraikan di atas, air harus dipertahankan pada tingkat
yang benar.
Keselamatan juga sangat penting. Jika boiler beroperasi kurang air,
kerusakan parah bisa terjadi dan ada akhirnya risiko ledakan.
43
Dalam hal pengadaan
Bagi Pengusaha yang akan membeli Ketel Uap yang akan dipakai di
perusahaannya, pilihlah Ketel Uap yang pembuatannya memenuhi prosedur yang
berlaku. Sebagai contoh, misalkan akan membeli Ketel Uap pipa api ( Fire Tube Boiler )
baru buatan dalam negeri, maka sangat perlu diperhatikan, apakah Boiler tersebut
memiliki dokumen meliputi ; 1) Gambar konstruksi, 2) Gambar detail sambungan, 3)
Sertifikat bahan, 4) Perhitungan kekuatan konstruksi, 5) Surat keterangan hasil
Radiography Test dan atau Ultrasonic Test sambungan las dan 6) Laporan pengawasan
pembuatan pesawat uap yang ditandatangani engineer perusahaan pembuat boiler yang
bersangkutan dan Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap.
44
Kemenakertrans R.I. Untuk Ketel Uap berkapasitas 10 Ton/jam atau
lebih, pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifikat operator
Pesawat Uap kelas I, sedangkan untuk Boiler berkapasitas kurang dari 10
Ton/jam , pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifkikat operator
Pesawat Uap kelas II.
d. Ketel Uap yang sedang operasi tidak boleh ditinggalkan oleh
operator yang bertugas melayaninya. Artinya Ketel Uap yang sedang
beroperasi harus selalu ada operator Pesawat Uap yang melayani di
ruang Ketel Uap yang bersangkutan.
e. Setelah beroperasi beberapa lama, maka pemakai wajib
memeriksakan Ketel Uapnya secara berkala kepada AK3 spesialis
Pesawat Uap dari PJK3 yang memiliki SKP dari Dirjen Pembinaan
Pengawasan Kemenakertrans R.I atau kepada Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap. Untuk Ketel uap yang dipakai di
kapal laut perusahaan pelayaran pemeriksaan berkalanya minimal sekal
tiap tahun, untuk Ketel Uap yang dipakai di darat pemeriksaan
berkalanya minimal sekali tiap 2 tahun, untuk Ketel Lokomotif
pemeriksaan berkalanya minimal sekali tiap 3 tahun.
f. Untuk melakukan perbaikan, penggantian atau perobahan
kostruksi dan atau perlengkapan Ketel Uap, pemakai wajib melaporkan
terlebih dahulu ke Dinas Tenaga Kerja setempat, sehingga pemeriksaan
khusus dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pemakai
memperoleh petunjuk-petunjuk antara lain teknik pengerjaannya, standar
bahan, pengelasan dan sebagainya yang harus dipenuhi.
g. Agar kerak ketel ( scale ) yang terjadi di dalam Ketel Uap tidak
semakin tebal dan keras yang dapat mengakibatkan over heating
( pemanasan lebih ), maka sebaiknya Ketel Uap secara teratur dilakukan
cleaning dengan cara manual, mekanis maupun chemis oleh orang yang
ahlinya. Jika di dalam Ketel Uap bebas scale maka akan berdampak
positip terhadap efisienci dan life time Ketel Uap yang bersangkutan.
45
E. Resiko Faktor Psiologis (Penyebab Stess Akibat Kerja,
Manajemen Stress Dan Perbaikan)
A. PENGERTIAN STRESS DAN STRESS KERJA
Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting
diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya
stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis,
peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain itu,
sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang
dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah
dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama,
perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan alam masalah tidur.
Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan
kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati,
1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang
terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon
adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan ekstcrnai,
situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi
pekerjaan
46
B. JENIS-JENIS STRESS
1) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang
tinggi.
2) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, dan kematian.
Pada gambar di bawah ini menampilkan sebuah model instruksi dari sebuah stress
yang berkaitan dengan pekerjaan. Model tersebut menunjukkan bahwa empat jenis
stressor mengarah pada stress yang dirasakan, yang pada gilirannya, memunculkan
berbagai hasil. Model tersebut juga menggolongkan beberapa perbedaan individual
yang memoderatkan hubungan stressor-stres-hasil.
stresso Hasil
r
Tingkat Individual Psikologis/yang berkaitan
dengan sikap
Tuntutan pekerjaan
Konflik peran Kepuasan kerja
Abiguitas peran Komitmen
Pengendalian organisasional
lingkungan yang Keterlibatan
dirasakan dengan pekerjaan
Hubungan dengan Kepercayaan diri
supervisor Stres Kepenatan
Kelebihan beban, yang Emosi
kekurangan bebab, dan dirasaka Depresi
kemonotonan kerja
Perbedaan Keperilakuan
Tingkat Kelompok
Individual Ketidakhadiran
Perilaku manajerial
Tingkat perputaran
Kurangnya Keturun
pegawai
kekompakan an, usia,
Kinerja
Konflik di dalam kemampua
Kecelakaan
kelompok n pribadi,
Penyalahgunaan
Perbedaan status 47 jeis
substansi
kelamin,
Tingkat Organisasional diet,
dukungan
Kebudayaan social, Kognitif
Ekstraorganisasional Tingkat Kelompok
Keluarga Sistem kardiovaskuler
Ekonomi Sistem kekebalan
Waktu yang berubah Sistem muskuloskeletal
Polusi suara, panas, Sistem gastrointestinal
kepadatan, dan udara
Stresor
1) Tingkat Individual
Stressor tingkat individual adalah stressor yang berkaitan secara langsung dengan
tugastugas kerja seseorang. Contoh stressor yang paling umumadalah tuntutan
pekerjaan, kelebihan beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran, kerepotan sehari-
hari, pengendalian yang dirasakan atas peristiwa yang muncul dalam lingkungan kerja,
dan karakteristik pekerjaan.Para manajer dapat membantu mengurangi stressor ini
dengan memberikan arahan dan dukungan dan secara adil mengalokasikan penugasan
pekerjaan di dalam unit kerja. Akhirnya, keamanan kerja adalah stressor tingkat
individual yang penting untuk dikelola karena berkaitan dengan meningkatnya kepuasan
kerja, komitmen organisasi, dan kinerja, dan hal ini sedang mengalami penurunan.
2) Tingkat Kelompok
menunjukkan kekurangpedulian
48
memberikan arahan yang tidak memadai
3) Tingkat Organisasi
Sebagai tambahan atas beberapa jenis stresor ini, sebagian orang juga fobia terhadap
teknoligi. Akhirnya, desain kantor dan lingkungan umum kantor merupakan stresor
tingkat organisasional yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa penerangan yang
buruk, suara yang bising, penempatan perabot yang tidak tepat, dan suatu lingkungan
kotor atau bau akan menciptakan stres.
4) Ekstraorganisasional
49
Hasil
Para ahli teori menyatakan bahwa stres memiliki konsekuensi atau hasil psikologis
yang berkaitan dengan sikap, keprilakuan, kognitif, dan kesehatan fisik. Sebuah badan
penelitian yang besar mendukung dampak negatif dari stres yang dirasakan pada banyak
aspek kehidupan kita. Stres berkaitan secara negatif dengan kepuasan kerja, komitmen
organisasional, emosi positif, dan kinerja yang berhubungan secara positif dengan
tingkat perputaran yang disebabkan oleh kepenatan.
Perbedaan Individual
Orang tidak mengalami tingkat stres yang sama atau menunjukkan hasil yang serupa
untuk suatu jenis stresor tertentu. Sebagai contoh, jenis stresor yang dialami di tempat
kerja bervariasi menurut pekerjaan dan jenis kelamin. Stresor untuk pengendalian yang
rendah adalah lebih tinggi pada pekerjaan klerikal tingkat rendah daripada pekerjaan
profesional, dan konflik antar pribadi merupakan suatu sumber stres yang lebih besar
bagi kaum wanita daripada kaum pria. Pengendalian yang dirasakan juga merupakan
suatu moderator yang signifikan dari proses stres. Orang merasakan tingkat stres yang
lebih rendah dan mengalami konsekuensi yang lebih mendukung pada saat mereka
percaya bahwa mereka dapat mengendalikan stresor yang mempengaruhi kehidupan
mereka.
Akhirnya, ciri kepribadian kekerasan atau sisinme yang kronis juga memoderatkan
stres. Penelitian menunjukan bahwa orang yang secara terus-menerus marah, ingin
tahu, tidak mudah percaya akan memiliki kemungkin dua kali lipat lebih besar untuk
mengalami penutupan ateri koroner. Walaupun para peneliti telah mampu
mengidentifikasi beberapa moderator yang penting, masih terdapat suatu jurang yang
lebar dalam mengidentifikasi perbedaan individual yang relevan.
50
Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan menampilkan
gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu : Physiological, Psychological dan Behavior.
a) Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor
yaitu:
Faktor Lingkungan.
51
membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan
diri dengan itu.
4. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang
semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa
penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang
Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.
b) Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan
untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas,
beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi
beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya. Yaitu:
52
c) Faktor Individu
F. MODERATOR STRESS
Stressor membangkitkan berbagai respons yang berbeda dari orang yang berbeda.
Beberapa orang lebih mampu menghadapi suatu stressor daripada orang lain. Dilain
pihak, orang lain rentan terhadap stress, ini berarti mereka tidak mampu beradaptasi
dengan stressor. Suatu moderator adalah suatu kondisi, prilaku, atau karakteristik yang
mempengaruhi hubungan antara dua vaariabel. Efeknya mungkin akan memperkuat
atau memperlemah bubungan. Banyak kondisi, prilaku dan karekteristik mungkin
bertindak sebagai moderator stress, termasuk variable-variabel seperti usia, jenis
kelamin dan tingkat ketabahan. Tipe-tipe moderator antara lain (1) kepribadian, (2)
prilaku tipe A (3) dukungan sosial, (4) penanggulangan.
1. Kepribadian
53
kewalahan dengan stress dan lebih cepat pulih. Exstroversion juga lebih cenderung
mengalami keadaan emosional positif karena mereka banyak mendapat dukungan saat
tertekan. Agreeableness lebih cenderung untuk bersifat antagonis, tidak simaptik dan
bahkan kasar terhadap orang lain dan kemungkinan stress berasala dariorang lain.
Consientiousness merupakan dimensi Big Fife yang secara konsisten berhubungan
dengan kinerja dan keberhasilan pekerjaan dan lebih cenderung tidak mengalami stress
berkenaan dengan aspek ini dalam pekerjaan mereka. Openness to experience akan
lebih siap untuk berhadapan dengan stressor yang dihubungkan dengan perubahan
karena mereka lebih mungkin untuk memndang perubahan sebagai suatu tantangan
dan bukan ancaman.
2. Prilaku tipe A
Definisi prilaku tipe A menurut Meyer Friedman dan Ray Rosenman
Prilaku tipe A adalah suatu kompleks tindakan emosi yang dapat diamati
dalam setiap orang yang terlibat secara agresif dalam suatu perjuang yang teru
menerus dan tak henti-henti untuk mencapai hal yang lebih lagi dalam waktu yang
lebih singkat dan lebih singkat lagi dan jika perlu, melawan usaha yang
berkebalikan dari orang atau hal lain.
Adapun karakteristik tipe A antara lain
1) Secara kronik berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin hal
dalam priode waktu yang sangat singkat
a. Agresif, ambisius, kompetititp, dan penuh energy
b. Berbicara dengan meledak-ledak, mendorong orang lain untuk
menyelesaikan apa yans mereka katakan.
c. Tidak sabar, tidak suka menunggu dan menganggap menunggu
sebagai membuang waktu yang berharga.
d. Sibuk denga tenggat waktu dan berorientesi pada pekerjaan
e. Selalu berjuang dengan orang, hal, dan pristiwa.
54
1. Menerima umpan balik positif atau negative
2. Menerima pelecehan atau kritik verbal
3. Tugas yang memerlukan mental kebalikan dengan pekerjaan fisik.
3. Dukungan sosial
Dukungan social dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau
informasi yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal dengan
individu atau kelompok. Dukungan social bisa berbentuk dukungan emosi
(mengekspresikan kekhawatiran, mengindikasikan kepercayaan, meningkatkan
haraga diri, mendengarkan ), dukungan penilaian (menyediakan umpan balik dan
apirmasi), atau dukungan informasi (memberikan nasihat, memberikan saran,
menyediakan pengarahan). 0rang yang dapat berperan sebagai sumber dari
dukungan social di tempat kerja dapat mencakup supervisor, rekan kerja, baeahan,
dan konsumen atau orang-orang di luar tempat kerja yang di kenal oleh karyawan.
Sember dukungan di luar ruang lingkup pekerjaan dapat mencakup anggota
keluarga, teman ,dan lain-lain. Ada empat jenis dukungan social :
1) Dukungan penghargaan, memberikan informasi bahwa seseorang di
terima dan di hargai terlepas dari berbagai persoalan atau ketidakcukupan
apapun.
2) Dukungan informasional, memberikan bantuan dalam mendevinisikan,
memahami, dan menanggulangi persoalan.
3) Persahabatan social, menghabiskan waktu dengan orang lain dalam
kesenangan dan aktivitas rekreasi.
4) Dukungan instrumental, memberikan bantuan keuangan, sumber daya
materiil, atau pelayanan yang di butuhkan.
4. Penanggulangan
Penanggulangan adalah proses mengelola permintaan (eksternal atau
internal ) yang di nilai sebagai beban atau melebihi sumber daya seseorang.
Karena penanggulangan yang efektif maka mampu membantu mengurangi
pengaruh stressor dan stress. Proses penanggulangan memiliki tiga komponen
utama : (1) factor situasional dan pribadi, (2) penilaian kognitif atas stressor , dan
(3) stretegi penanggulangan.
55
Faktor situasional dan pribadi
Faktor situasional adalah ciri-ciri lingkungan yang memengaruhi orang
yang menginterpretasikan stressor. Contohnya : ambiguitas dari suatu situasi
seperti berjalan di sebuah jalan yang gelap.
Faktor pribadi adalah ciri kepribadian dan sumber daya pribadi yang
memengaruhi penilaian atas stressor. Contoh : karena lelah atau sakit dapat
mengganggu interpretasi atas stressor, seorang individu yang sangat lelah
mungkin akan menilai pertanyaan yang sangat polos sebagai suatu ancaman
atau tantangan.
Penilaian kongnitif atas stressor
Penilaian kongnitif mencerminkan persepsi keseluruhan seorang individu
atau evaluasi atas sebuah situasi atau stressor. Penilaian kongnitif
mengakibatkan suatu penggolongan situasi atau stressor sebagai
membahayakann mengancam, atau menantang. Bahaya (termasuk kerugian)
menggambarkan kerusakan yang telah terjadi, ancaman melibatkan potensi
untuk bahaya dan tantangan, berarti potensi untuk Keuntungan yang
signifikan dibawah ketidakbiasaan yang sulit. Penanggulangan dengan
bahaya biasanya berlanjut dengan tidak melakukan atau pengintrepretasian
ulang sesuatu yang muncul dimasa lalu karena kerusakan telah terjadi.
Strategi penanggulangan
Strategi penanggulangan dicirikan dengan prilaku dan pengenalan khusus
yang digunakan untuk menanggulangi suatu situasi. Orang menggunakan
suatu kombinasi dari tiga pendekatan untuk menanggulangi steresor dan
steres. Pertama, disebut sebagai strategi pengendalian, terdiri atas
penggunaan prilakudan pengenalan untuk menghadapi atau memecahkan
persoalan secara langsung. Suatu strategi pengendalian cenderung bersifat
mengambil yanggung jawab. Berlawanan dengan menangani persoalan
menagani persoalan secara langsung stategi melarikan diri berusaha untuk
menghindari persoalan. Stratesi manajemen gejala terdiri atas penggunaan
metode-metode seperti relaksasi, meditasi, pengobatan, atau latihan untuk
mengatur gejala stres yang berkaitan dengan pekerjaan.
56
G. GEJALA-GEJALA DAN DAMPAK STRESS
GEJALA-GEJALA
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa
kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:
1. Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil
penelitian mengenai stres pekerjaan :
2. Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kardiovaskular
Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan
noradrenalin)
Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
yang kronis (chronic fatigue syndrome)
57
Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
Gangguan pada kulit
Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
Gangguan tidur
Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena
kanker
3. Gejala perilaku
58
g. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).
Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja
saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat
tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan
sebagainya.Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat
konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu
terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta
mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan.
H. PENGENDALIAN STRESS
a. Manajemen Stres dan Teknik Pengurangan Stres
59
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan,
sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini
bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk
memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum
masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan
penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang
mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait
dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya
dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena
kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai
seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
1. Pendekatan Individual
60
yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih
prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk
mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan
sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan
sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi
dirinya.
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur
organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu
dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi
tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
61
mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah satu keunggulan
tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah bahwa
tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan
biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan
keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum
mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang
pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang
penuh dengan kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran
dari pikiran yang berorientasi secara eksternal.
Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada
suatu sikap yang pasif.
Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai
mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk ke
tingkat pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber dari pemikiran. Tidak
semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah
besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stress.
4. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam
manajemen stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons
seseorang terhadap stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran.
Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi,
keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan
label ini menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari
manajemen stress berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang
62
tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan
yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebuh banyak kendali atas
reaksi mereka terhadap stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di kemukakan
oleh Alex:
Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka disebabkan
tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara mengerjakannya. Alex
memberikan contoh seorang wartawan yang produktif di waktu malam akan merasa
tertekan jika memaksakan diri menulis di waktu siang hari. Untuk mengatasinya,
sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari
menyelesaikan tulisan. Untuk bekerja secara lebih efisien. Anda juga harus trampil
menentukan prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu Anda mengatur
strategi.
“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang sepele,”
demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at Work” (1999). Kesalahan
juga akan membuat perhatian Anda menurun sehingga mudah melakukan kesalahan.
Dalam keadaan demikian, Alex menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu
kerja akan sama manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan
mushola kantor (tentu saja di luar waktu shalat) atau mobil Anda untuk tidur. Jangan
63
lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia, meja kerja
Anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting, tingkatkan energi segera jika sudah merasa
terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang, menurut Anthony akan meningkatkan
mood dan rasa humor sehingga memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja.
Anthony menganjurkan agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai
tertidur nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah ketika bangun.
Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan atau
ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang tampaknya
sepele tersebut karena dapat mempengaruhi performa kerja sekaligus kesehatan Anda.
Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan kerja secara besar-besaran, ada baiknya
Anda memulainya dari meja Anda. Dalam feng shui, seni tata ruang dari Tiongkok,
tempat kerja yang teratur menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja,
terutama maja, dari tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas Anda dalam map
dan dalam kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan mengubah
letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan Anda. Jika
memungkinkan pindahkan meja sehingga Anda dapat bekerja dengan cahaya alami dari
luar (matahari).
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan dan
minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak mengandung vitamin
B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian. Kurangi makanan berlemak dan
perbanyak makan buah dan sayur.
Berolah raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan
badan tapi juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas paru-
paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar oksigen
tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh tubuh Anda akan
berpikir lebih jenuh.
7) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika Anda merasa
kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya melalui buku-buku atau
latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-kota. Jika Anda mempunyai minat
terhadap komputer, kembangkan minat Anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat
Anda menjadi karyawan yang lebih berharga.
Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu. Liburan
sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau santai bukan berarti
64
membuang waktu. Selain mmeberikan energi tambahan yang akan membuat Anda lebih
kreatif, berlibur bersama akan mempererat hubungan Anda dengan keluarga.
65
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahaya fisik berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari kemampuan
diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari alat-alat kerja yang
ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising yang dapat berasal dari penggunaan
alat bersuara tinggi (seperti speaker, mesin las, bahkan suara knalpot yang sudah
dimodifikasi juga termasuk dalam bahaya fisik), sehingga nantinya pekerja tersebut
berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat berasal dari benda bergetaran tinggi seperti
mesin pembolong jalan, truk-truk besar,dsb, dimana dapat berpotensi kemandulan pada
pria, rusaknya jaringan syaraf tepi, bahkan hingga lumpuh; energi listrik, radiasi ion dan
non-ion, suhu ekstrim, dan sebagainya.
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas
program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
2. imunisasi,
1. karet alam
2. karet nitril
66
3. polivinil alcohol
4. polivinil chloride
5. litron
A. LatarBelakang
67
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang
dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun
pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya
hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkat kanefisiensi danproduktivitas kerja.
B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani
korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkat kan kesehatan
dan keselamatan kerja.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan
dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
68
BAB II
PEMBAHASAN
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan
pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungankerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
69
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga
kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.
Sebab-sebabKecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang
Salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupa kan nilai
tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai
seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah
tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan
kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan .
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi
yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan
pekerja, pelindung mesin yang taksebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung
yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
70
Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas
maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.
1. Faktor - faktorKecelakaan
Studikasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebua hindustri
terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industry mengatakan itu sebagai
kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan harus
menggunakan data darisituasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban
kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan
agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan
kerja, yaitu:
71
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calonpekerja) untuk mengetahui apakah calon
pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-
faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh
secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumber daya dalam lingkungan kerja
konstruksi harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi.
Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi
keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.
a) Kapasitas Kerja
b) Beban Kerja
72
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang
berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan
pada bioritmik (iramatubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan social bagi pekerja yang masih relative rendah, yang berdampak
pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja
dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
3. Sebab – SebabKecelakaan
Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut
keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu :
Manusia.
Manajemen ( unsurpengatur ).
Material ( bahan-bahan ).
Mesin ( peralatan ).
Medan ( tempatkerja / lingkungankerja ).
Semua unsure tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu system tersendiri.
Ketimpangan pada salah satu atau lebih unsure tersebut akan menimbulkan kecelakaan /
kerugian. Berikut contoh bentuk-bentuk ketimpangan unsur 5M tersebut.:
» Kurangnya motivasi.
73
Unsur Manajemen, antara lain :
» Kurang pengawasan.
» Kesalahan perencanaan.
4. Pencegah Kecelakaan
Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam
unsur 5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu :
Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan
pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada ketiga
unsure kelompok tersebut, yaitu :
74
Pendekatanterhadapkelemahanpadaperangkatkeras, antara lain :
Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang,
mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,
penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat
sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.
Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian
lingkungan.
Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang
75
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar;
sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb.,
dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya
mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan
pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta
lingkungannya.
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang
menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah
mengalami kecelakaan kerja. Menengok kenegara-negaramaju, penanganan kesehatan
pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau Negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang kesehatan dan
keselamatan kerja.
Di Negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan
banyak buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang
telah diterbitkan. Di era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di Negara
maju. Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kita pun harus mengikuti standar
76
internasional agar industry kita tetap dapat ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai
alas an tersebut rumah sakit pekerja merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari
segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi perkembangan ilmu, bagi tenaga
kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk menghadapi persaingan
global.
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan
menjadi pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-kasus
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industry akan berdiri
rumah sakit pekerja sehingga hamper semua pekerja mempunyai akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah
sakit pekerja sebagai pusat rujukan nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus
didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi.
Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit pekerja dapat diperbaiki
kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama berdiri nya rumah sakit tersebut
harus kita kritisi bersama.
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi.
Salah satu upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di
perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah yang berlaku. Penyelenggaraan
P3K untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud
harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.
77
78
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari semua materi,untuk menjaga keselamat dalam
oprasional ketel uap, perlu diadakan perawatan yang semestinya dan di adakan
pengujian pengujian yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa ketel uap yang
akan digunakan bisa berjalan dengan normal dan aman.
Dan semua ketel uap sebelum dipakai atau dikeluarkan dari meker, wajib
memiliki sertifikat yang telah di tentukan. dari dilaksanakanya pengujian tekan dari ketel
uap adalah bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam tehnik
pengoperasian pesawat uap secara aman, benar dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dibidang Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3) yang berlaku.
Dan tujuan agar Semua persyaratan yang sudah ditetapkan dalam undang-
undang dan peraturan harus ditaati, mulai dari tahapan perencanaan, pengoperasian
dan pengujian/pemeriksaan.
Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam
kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari emapt hal yaitu tingkat individu,
tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut
dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana
individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat
ditentukan bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut.
Stress yang terjadi dapat berupa stress positif maupun negartif dimana stress itu
akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stress-stres
yang dialami pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode
sehingga diperlukannya suatu manajemen stress dalam pekerjaan suatu perusahaan.
Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi stress yang mereka
alami.
Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang
serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih
dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam
bekerja.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi yang
membaca. Selayaknya seorang mahasiswa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan,maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah lebih baik di kemudian hari.
79
Daftar Pustaka
https://anakkatiga.blogspot.com/2018/03/jenis-jenis-bahaya-hazard-dalam-k3.html
http://nusantaratraisser.co.id/responsiveweb/blog/2018/11/29/jenis-bahaya-dalam-k3/
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/99095-ID-
manajemen-risiko-kesehatan-dan-
keselamatan.pdf&ved=2ahUKEwiYz5CNkqToAhWglbcAHQuUCpAQFjABegQIBRAB&usg=
AOvVaw3h1A9ZL3RqehnxlmnHT1-C
Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja.Cetakan ke-9.CV Haj i
Hasagung. Jakarta.
http://silviasigit.blogspot.com/2010/10/1-lingkungan-kerja-fisik-dan-non-fisik.html
http://id.shvoong.com/business-management/management/2134354-lingkungan-kerja-
fisik/
http://masteran.blogspot.com/2009/05/lingkungan-fisik-kerja.html
http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/
http://mia.staff.uns.ac.id/2011/07/11/tempat-kerja-potensi-bahaya/
http://mily.wordpress.com/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3/
http://akhlisnurse.blogspot.com/2012/01/bahaya-kimia.html
http://diklatwasnaker73.blogspot.com/2013/04/pemakaian-ketel-uap-secara-
aman.html
80
http://infotrainingcigma.wordpress.com/tag/pesawat-uap-bejana-tekan/
http://jamaengineering.wordpress.com/2013/04/24/pressure-vessel/
http://stip52.blogspot.com/2013_06_01_archive.html
http://dodiiee.blogspot.com/2013/03/penerapan-k3-bidang-pesawat-uap-bejana.html
http://akbarmachfud.blogspot.com/2013/09/k3-dibidang-las-dan-bejana-ledak.html
Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organisasi, Perilaku,
Struktur, proses. Jakarta: Binarupa Aksara, 1996
Gibson, James L. John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr., Organization Behavior,
Structure, Processes. USA: Richard D. Irwin, 1994.
Phillip L. Rice, Stress and Health, California: Brooks/ Cole Publishing Company, 1999
Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2005.
Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung
1990. Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia. [s.]:Direktorat Bina Peran
Masyarakat Depkes RT.
http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/1822345-usaha-usaha-
pencegahan-terjadinya-kecelakaan/#ixzz2Mrp983wB
81
82