Anda di halaman 1dari 11

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 1

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA DIVISI KAPAL PERANG PT. PAL


INDONESIA DENGAN METODE HOUSE OF RISK
Putri Amelia1, Iwan Vanany 2, Indarso3
1
Universitas Internasional Semen Indonesia
2
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
3
Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut
e-mail: 1putri.amelia@uisi.ac.id, 2 vanany@ie.its.ac.id, 3indarsost@gmail.com

Abstrak
PT. PAL Indonesia (Persero) adalah industri strategis yang memproduksi alat utama
sistem pertahanan Indonesia khususnya untuk matra laut. Perusahaan ini memiliki peran
penting dan strategis dalam mendukung pengembangan industri kelautan nasional. Pekerjaan
proyek denga nilai ekonomis yang tinggi sering dikerjakan. Perusahaan ini memiliki tantangan
yang besar untuk membuat kapal dengan durasi yang sesuai dari tanggal yang ditetapkan. Oleh
karena itu pada penelitian ini akan dilakukan analisa resiko-resiko yang muncul di proses
bisnisnya. Setelah diketahui risk event/kejadian-kejadian risiko operasional, selanjutnya akan
dilakukan assesment risiko, dan terakhir yaitu melakukan program mitigasi risiko pada divisi
kapal perang PT. PAL Indonesia. Model House of Risk (HOR) digunakan untuk menjawab
permasalahan yang ada. Dengan menggunakan 2 fase pengerjaan yaitu fase pertama dan
kedua. Fase pertama yaitu melakukan identifikasi risiko dan agen risiko. Selanjutnya akan
dilakukan pengukuran tingkat severity dan occurance serta perhitungan nilai aggregate risk
priority (ARP). Fase kedua yaitu penanganan risiko. Sehingga diperoleh hasil 32 kejadian risiko
dan 24 agen risiko. Berdasarkan nilai korelasi perhitungan kejadian risiko dengan agen risiko
diperoleh 7 agen risiko terpilih berdasarkan diagram Pareto 80/20 yang perlu ditindaklanjuti
oleh manajemen.

Kata kunci: House of risk, risiko, manajemen risiko, mitigasi risiko

Abstract
PT. PAL Indonesia (Persero) is a strategic industry that produces the main tool of
Indonesian defense system especially for marine dimension. This company has an important
and strategic role for supporting the development of national marine industry. Management
project with high economic value is often done. The company has great challenges in
managing, especially on the risks that arise in its business processes. Therefore, the House of
Risk (HOR) model is used to identify and measure the potential operational risks that exist in
the division of warships. There are two phases that used in this study. The first phase is
identifying many risks and risk agents. The next step is measuring the severity and occurrences
rate. Then, it will calculate the aggregate risk priority (ARP) value. The second phase is risk
management. Finally, the research results will obtain 32 risk events and 24 risk agents. Based
on correlation value of risk event incidence with risk agent, 7 selected risk agents were
obtained based on Pareto 80/20 chart which need to be followed up by management.

Keywords: House of risk, risk, risk manajement, risk mitigation

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
2

1. PENDAHULUAN

Sebagai komponen utama pertahanan negara di laut, TNI Angkatan Laut


melaksanakan pembangunan dan pengembangan kemampuan serta kekuatannya
menggunakan perencanaan berdasarkan kemampuan (capability based planning). TNI
Angkatan Laut melaksanakan pembangunan kekuatan dan kemampuannya secara
terus menerus, berkesinambungan serta menuntaskan pembangunan kekuatan TNI
Angkatan Laut untuk mencapai kekuatan pokok minimum pertahanan/MEF melalui
percepatan pengadaan alutsista baru dan pendayagunaan industri pertahanan
nasional bagi kemandirian pertahanan, melalui peningkatan pengadaan alutsista TNI
Angkatan Laut secara simultan dan meningkatkan penelitian serta pengembangan
berikut dukungan pendanaannya [1].

Komitmen pemerintah dalam pengembangan sektor kelautan yang diwujudkan


dalam program Indonesia sebagai poros maritim dunia dan program tol laut,
berdampak langsung pada optimalisasi industri kelautan nasional, yang pada gilirannya
akan memberikan harapan baru sebagai sektor yang memberikan kontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. PT. PAL Indonesia (Persero)
sebagai salah satu industri strategis yang memproduksi alat utama sistem pertahanan
Indonesia khususnya untuk matra laut,

PT. PAL Indonesia semakin kuat setelah dikeluarkannya UU No. 16 Tahun 2012
tentang industri pertahanan, dimana BUMN strategis diberi ruang yang lebih luas.
Berdasarkan UU No. 16 [2] tersebut, PT. PAL Indonesia secara profesional mengemban
amanah sekaligus kewajiban untuk berperan aktif dalam mendukung pemenuhan
kebutuhan alutsista matra laut dan berperan sebagai pemandu utama (lead integrator)
matra laut. Sebagai perusahaan galangan kapal dengan pengalaman lebih dari tiga
dasawarsa, PT. PAL Indonesia merupakan salah satu industri perkapalan dalam negeri
yang memiliki potensi dan sebuah pekerjaan proyek dengan nilai ekonomis yang tinggi
dan strategis nasional, salah satunya Kapal Perang Republik Indonesia (KRI).

Tantangan terbesar dalam proses produksi PT. PAL Indonesia saat ini adalah
bagaimana mengelola dan mengurangi risiko yang melekat dalam setiap situasi bisnis
perusahaan khususnya divisi kapal perang. Untuk mengidentifikasi dan mengukur
potensi risiko operasional yang ada pada divisi kapal perang PT. PAL Indonesia dapat
menggunakan model House of Risk (HOR). Model ini merupakan sebuah framework
yang dikembangkan oleh Pujawan dan Geraldin [1] dengan melakukan pengembangan
metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan metode Quality Function
Deployment (QFD). Secara garis besar, tahapan dalam framework ini dibagi menjadi
dua fase yaitu fase identifikasi risiko (risk identification) dan fase penanganan risiko
(risk treatment).

Berbagai penelitian terkait dengan mitigasi resiko telah dilakukan diantaranya


Retno Utari [2], Perancangan Strategi Mitigasi Risiko Supply Chain di PT. Atlas Copco
Nusantara dengan Metode House of Risk. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi,
menganalisa dan memilih urutan risiko dan strategi mitigasi risiko supply chain yang
terkait dengan menggunakan metode House of Risk. Flora Tampubolon [3],

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 3

Pengelolaan risiko Supply Chain dengan Metode House of Risk. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi dan memitigasi risiko yang terjadi pada PT. XYZ. Ari Fendi dan Evi
Yuliawati [4], Analisa strategi mitigasi risiko pada Supply Chain PT. PAL Indonesia
(Persero). Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kejadian dan agen risiko untuk
dilakukan corrective action serta merencanakan strategi mitigasi. Dewi Kurniasari [5],
Aplikasi model House Of Risk untuk mitigasi risiko proyek pembangunan jalan tol
Gempol-Pasuruan. Tujuan penelitian untuk memperlancar pembangunan jalan tol agar
tidak mengalami keterlambatan dan memitigasi risiko yang muncul dalam
pembangunan.

2. METODE PENELITIAN

Pada tahun 2009, I. Nyoman Pujawan dan Laudine H. Geraldin mengembangkan


metode analisis risiko baru bernama House of Risk (HOR). HOR merupakan
pengembangan dari model FMEA dan QFD. FMEA merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan suatu produk atau jasa serta
melakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalisisasi
risiko kegagalan tersebut. Penggunaan pendekatan tersebut didasarkan pada alasan
bahwa metode ini dapat digunakan untuk melakukan analisis penyebab potensial
timbulnya suatu gangguan, probabilitas kemunculan serta cara penanganannya.
Sedangkan QFD merupakan suatu proses menetapkan keinginan pelanggan (apa yang
“diinginkan” pelanggan) dan menterjemahkan menjadi atribut “bagaimana” agar tiap
area fungsional dapat memahami dan melaksanakannya. Model framework pada QFD
diharapkan mampu mengendalikan agen risiko yang dianggap prioritas sehingga aksi
mitigasi risiko dapat berjalan secara efektif.

Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini secara ringkas dapat


digambarkan dalam diagram alir.

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
4

Mulai

Studi Literatur Studi Lapangan

Pengumpulan Data

- Data risk event


- Data risk agent

Pengolahan data dan Analisa


dengan

Metode House of Risk


Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

a.
Selesai

Gambar 1 Metode Penelitian

2.1 Studi Lapangan dan Studi Literatur


Studi lapangan yang diamati adalah manajemen mitigasi risiko operasional
pada divisi kapal perang PT. PAL Indonesia. Sedangkan, studi literatur dilakukan
dengan mempelajari materi yang didapat dari buku, tugas akhir, jurnal dan internet.

2.2 Pengumpulan Data


Data-data yang digunakan pada manajemen mitigasi risiko yaitu:

a. Data primer meliputi identifikasi kejadian risiko yang mungkin terjadi dikumpulkan
dari interview, brainstrorming, personal report dan wawancara dari berbagai pihak
yang terkait. Data dari hasil pengumpulan digunakan untuk menentukan penilaian
terhadap risk event, risk agent, hubungan antara risk event dan risk agent dan
hubungan antara tindakan preventif (proactive action) dengan risk agent.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan kepada Kepala Departemen Divisi kapal perang,
Kepala Biro, beserta staf yang terkait.
b. Data Sekunder meliputi sejarah Perusahaan dan struktur organisasi divisi kapal
perang PT. PAL Indonesia.
2.3 Pengolahan Data dan Analisa
Pada tahapan ini terbagi menjadi 2 langkah yaitu perencanaan pelaksanaan
identifikasi masalah dan analisa risiko.

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 5

2.4 Kesimpulan dan Saran


Langkah berikutnya akan dilakukan analisa sesuai dasar teori yang sudah
dibahas dalam studi literatur. Setelah dilakukan analisis, maka dapat ditarik
kesimpulan tentang hal-hal yang terkait dengan analisa risiko dan strategi mitigasi
risiko pada divisi kapal perang PT. PAL Indonesia.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tahapan ini akan dijelaskan beberapa tahap didalam penyelesaian penelitian.
Berikut adalah tahapan-tahapannya

3.1 Identifikasi Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko

Dalam tahap ini akan dihasilkan suatu daftar kejadian risiko yang didapat dari
identifikasi sumber risiko, apa saja yang menjadi risiko (what), dimanakah risiko
tersebut muncul (where), bagaimana risiko tersebut timbul (how) dan mengapa risiko
tersebut muncul (why), sehingga risiko tersebut dapat berdampak terhadap
pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan.

Pada tahap ini, dilakukan identifikasi kejadian risiko apa saja yang mungkin
terjadi di semua area aktivitas Departemen Divisi Kapal Perang yaitu area Departemen
PPC, Departemen MO & HO, Departemen Konstruksi Kapal, Departemen Electric
Outfitting & Interior dan Departemen Dukungan Produksi. Proses identifikasi kejadian
risiko yang mungkin terjadi pada tiap-tiap Departemen dikumpulkan dari wawancara
secara langsung dan aktif dengan berbagai pihak yang terkait yang merupakan Kepala
Departemen Divisi Kapal Perang. Penetapan hasil identifikasi kejadian risiko akhirnya
memperoleh sebanyak 32 kejadian risiko.

Setelah dilakukan identifikasi kejadian resiko, langkah berikutnya yaitu


melakukan penilaian dari kejadian resiko yang ada. Penilaian dari kejadian resiko dinilai
dari skala 1 hingga 10. Skala 1 adalah dampak terhadap sasaran perusahaan dapat
diabaikan. Sedangkan skala 10 adalah resiko berdampak sungguh sangat serius terhadap
sasaran perusahaan. Nilai-nilai dari hasil wawancara disetiap departemen akan dimasukkan
kedalam tabel severity [8][9] ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Severity dari Kejadian Risiko

Departemen Kejadian Risiko Severity Kode

Production Pembengkakan JO 5 E1
Planning Control
Ketidaktersediaan data material 4 E2
(PPC)
Ketidakakuratan material penunjang 4 E3

Kesalahan permintaan pembelian 4 E4

Kapasitas menganggur 8 E5

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
6

Kekurangan budget 8 E6

Lemahnya koordinasi kerja 5 E7

Machinery Keterlambatan gambar desain 7 E8


Outfitting & Hull
Outfitting Ketidaklengkapan drawing list 3 E9

(MO & HO) Ketidaksesuaian uraian tugas 3 E10

Kesalahan pemasangan assembly member 7 E11

Kerusakan mesin 8 E12

Keterlambatan pekerjaan 7 E13

Konstruksi Kapal Kurangnya material saat pelaksanaan proyek 7 E14

Perbedaan material yang diterima 6 E15

Terlambatnya mobilitas alat angkat dan 5 E16


angkut

Adanya pencemaran lingkungan 6 E17

Pengabaian APD 7 E18

Terjadinya kecelakaan kerja 8 E19

Material rusak tidak dapat digunakan lagi 5 E20

Electric Minimnya tenaga ahli dibidangnya 6 E21


Outfitting &
Interior Keterlambatan peralatan instalasi 5 E22

Kesalahan pemasangan peralatan 5 E23

Pemborosan listrik 3 E24

Pekerjaan ditolak class 7 E25

Akses ke lokasi proyek sulit 3 E26

Dukungan Minimnya kesiapan fasilitas 5 E27


Produksi
Lemahnya 5R di lingkungan kerja 4 E28

Kesalahan prosedur peluncuran 7 E29

Ketidakjelasan jenjang karir 4 E30

Keterlambatan administrasi 3 E31

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 7

Kekurangan jumlah SDM 5 E32

Langkah berikutnya yaitu melakukan identifikasi penyebab risiko (risk agent).


Risk agent merupakan faktor pemicu timbulnya kejadian risiko sehingga dengan
melakukan strategi mitigasi terhadap penyebab risiko. Pada tahap ini, dilakukan
identifikasi penyebab risiko dari kejadian risiko yang telah diidentifikasi pada tahap
sebelumnya. Satu penyebab risiko dapat memunculkan satu atau lebih kejadian risiko,
atau sebaliknya, satu kejadian risiko dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab
risiko. Penyebab risiko (risk agent) yang telah teridentifikasi sebanyak 24 penyebab
risiko dari semua area departemen dengan kode masing-masing dan dapat dilihat pada
Tabel 2.

Identifikasi nilai peluang kemunculan (occurrence) suatu penyebab risiko ini


menyatakan tingkat peluang frekuensi kemunculan suatu penyebab risiko sehingga
mengakibatkan timbulnya suatu atau beberapa kejadian risiko yang menyebabkan
gangguan pada proses bisnis perusahaan dengan tingkat dampak tertentu. Dalam
mengidentifikasi nilai tingkat peluang kemunculan (occurrence), digunakan skala 1-10

Tabel 2. Nilai Occurrence dari Penyebab Risiko

Kode Penyebab Risiko (Risk Agent) Oj

A1 Kesalahan prosedur 3

A2 Rendahnya kemampuan manajerial/leadership 4

A3 Keterlambatan material 8

A4 Rendahnya dukungan consummable 7

A5 Material dipinjam 4

A6 Ketidaktaatan jadwal 6

A7 Minimnya pengawasan di lapangan 5

A8 Minimnya regenerasi 8

A9 Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas 4

A10 Kesalahan gambar desain 5

A11 Kebakaran 3

A12 Minimnya maintenance/miss operasional 4

A13 Proses persetujuan ijin kerja bertele-tele 5

A14 Kesalahan informasi JO 5

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
8

A15 Kurangnya APD 7

A16 Perubahan rencana produksi 3

A17 Pasokan listrik terhenti/listrik padam dari pemasok energi 2

A18 Minimnya ketersediaan fasilitas 7

A19 Cacat Produksi/Defect 3

A20 Adanya bencana alam (cuaca buruk, banjir) 2

A21 SDM kompeten keluar/pindah ke perusahaan lain 4

A22 Alat angkut/transporter/crane rusak 5

A23 Minimnya kompetensi 3

A24 Kurangnya order proyek 8

Nilai Korelasi Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko

Setelah dilakukan identifikasi resiko dan penyebab resiko (risk agent), pada
tahap ini akan dilakukan penilaian korelasi antara agen risiko dengan kejadian risiko
menggunakan skala nilai 0, 1, 3 dan 9.

Perhitungan Nilai Agregate Risk Potential (ARP)

Agregate Risk Potential (ARP) digunakan untuk memeringkat kejadian-kejadian


risiko. Perhitungan ARP diperoleh dengan menggunakan rumus (2.2) sebagai berikut:

Dengan nilai Oj adalah Occurance. Sedangkan Si Rid dan j adalah akumulasi


perkalian antara nilai serenity dan korelasi. Semua penyebab resiko dilakukan
penilaian ARP nya dan setelah itu di ranking agar dapat diketahui nilai penyebab resiko
mulai dari yang besar/sering terjadi hingga penyebab resiko yang jarang terjadi.

HOR fase 2 yaitu melakukan penanganan risiko (risk treatment).


Agen/penyebab risiko yang teridentifikasi memiliki nilai ARPj terbesar yang ditentukan
dengan diagram Pareto akan menjadi input data pada HOR 2 yaitu agen risiko prioritas
yang akan dilakukan aksi mitigasi. Agen-agen risiko Aj dengan nilai ARPj masing-masing
dirangking mulai dari nilai yang terbesar sampai dengan nilai yang terkecil, kemudian
dihitung nilai persentase masing-masing ARPj terhadap total ARPj dan kemudian
persentase tersebut dikumulatifkan sehingga sampai 100%.

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 9

Gambar 2 Diagram Pareto ARPj dari Semua Agen Risiko

Dari hasil diagram Pareto dengan menggunakan prinsip 80/20 dapat diketahui
agen risiko terpilih yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan aksi
mitigasi risiko adalah keterlambatan material (A3), rendahnya dukungan
consummable (A4), kurangnya order proyek (A24), minimnya ketersediaan fasilitas
(A18), minimnya regenerasi (A8), kurangnya APD (A15)dan SDM kompeten
keluar/pindah ke perusahaan lain (A21). Dari agen risiko terpilih maka didapatkan 14
aksi mitigasi risiko yang bertujuan untuk mengurangi probabilitas kemunculan agen
risiko terpilih secara berurutan adalah sebagai berikut: Cek stock level dan
management material, meningkatkan sarana dan prasarana, menginventarisir
kelengkapan peralatan kerja, rekrutmen terhadap calon tenaga kerja muda,
melaksanakan komitmen bersama, memperbaiki sistem kinerja proses pengadaan
material, meningkatkan kualitas produksi, safety patrol melakukan evaluasi proses
terhadap pengadaan APD, manajemen karir yang lebih baik, memberikan pengetahuan
dan skill, melakukan analisa lapangan di warehouse secara kontinyu, menyusun
program peningkatan hubungan dengan supplier, re-layout bengkel dan upgrade mesin
serta utilisasi dan pengembangan fungsi bengkel palletizing.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil identifikasi kejadian risiko operasional atau HOR 1 didapatkan


32 kejadian risiko, dimana 7 kejadian risiko pada departemen PPC, 6 kejadian risiko
pada departemen (MO & HO), 7 kejadian risiko pada departemen konstruksi kapal, 6
kejadian risiko pada departemen Electric Outfitting & Interior dan 6 kejadian risiko
pada departemen dukungan produksi. Sedangkan jumlah penyebab resikonya
teridentifikasi 24 risk agent.

Hasil dari HOR 2 yaitu melakukan mitigasi resiko. Berdasarkan hasil perhitungan
ARP diketahui bahwa 7 risk agent / penyebab resikoyang perlu diperhatikan yaitu
keterlambatan material, rendahnya dukungan consummable, kurangnya order proyek,
minimnya ketersediaan fasilitas, minimnya regenerasi, kurangnya APD dan SDM

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)
10

kompeten keluar/pindah ke perusahaan lain. Dari agen risiko terpilih maka didapatkan
14 aksi mitigasi risiko.

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu untuk lebih efektif lagi dengan
melibatkan tenaga ahli sesuai bidang proyek yang dilakukan ataupun pejabat pada
perusahaan yang berkompeten terhadap pelaksanaan proyek.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. PAL Indonesia didalam melakukan
pengumpulan data pada penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

[1] Mabesal, 2015, Kebijakan Perencanaan TNI Angkatan Laut, Jakarta: Markas Besar
TNI Angkatan Laut
[2] Kemenkumham. (2012). "Undang-Undang No. 16 Tentang Industri Pertahanan".
Jakarta: Republik Indonesia
[3] Pujawan, I. N., & Geraldin, L. H, 2009, House of risk: a model for proactive supply
chain risk management, Business Process Management Journal , Vol. 15 No.6, pp.
953-967.
[4] Utari, R, 2015, Perancangan Strategi Mitigasi Risiko Supply Chain di PT. Atlas Copco
Nusantara dengan Metode House of Risk, Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS Surabaya .

[5] Tampubolon, F. ,2013, Pengelolaan Risiko Supply Chain dengan Metode House of
Risk, Jurnal Teknik Industri, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa , Vol. 1 No. 3, pp.
222-226.

[6] Fendi, A., & Yuliawati, E, 2012, Analisis Strategi Mitigasi Risiko pada Supply Chain
PT. PAL Indonesia (Persero, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan
Teknologi (SNAST) Periode III.

[7] Kurniasari, D, 2010, Aplikasi Model House of Risk (HOR) untuk mitigasi risiko proyek
pembangunan jalan tol Gempol-Pasuruan, Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XI, Program Studi MMT-Institut Teknologi Sepuluh Nopember .

[8] Kaprang, D. (2016). "Petunjuk Organisasi Divisi Kapal Perang No. 234002".
Surabaya: PT. PAL Indonesia (Persero).

[9] PAL. (2006). "Pedoman Sistem Manajemen PAL". Surabaya: PT. PAL Indonesia

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 – 6839
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 11

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1(2017) ISSN: 2460 –
6839

Anda mungkin juga menyukai