Anda di halaman 1dari 2

Persatuan Antar umat Manusia

Gerakan oikumene Protestan semakin mendapat bentuknya yang kongkrit dalam kerja
sama dengan Gereja-gereja Protestan. Gerakan oikumene itu sendiri merupakan karya
Allah memperbaiki jubah Yesus yang tersobek-sobek akibat perpecahan Gereja, dan itu
Allah lakukan melalui kuasa Rob Kudus. Atas dorongan dan karya Roh Kudus, Allah
membangun persekutuan umat beriman dalam kasih persaudaraan. Itulah sebabnya
tujuan gerakan oikumene adalah membangun persekutuan yang di dalamnya hidup dan
berkembang kasih persaudaraan Kristen. Meskipun usaha membangun persaudaraan
Kristen merupakan usaha Trinitas (Allah-Putera-Roh Kudus), namun perwujudan
kongkrit harus berkembang dan disempurnakan terus-menerus.
Oleh karena itu, tindakan-tindakan kongkrit serta sikap praktis harus segera ditunjukkan,
terutama kemauan untuk berkomunikasi satu-sama lain, melakukan tindakan-tindakan
kasih, serta keinginan untuk menghindari segala prasangka negatif. Persaudaraan di
antara umat manusia tidak selayaknya dikaitkan dengan agama masing-masing. Setiap
manusia memiliki kodrat transenden yang sama, berawal dan berakhir pada titik yang
satu dan sama. Sehingga semua perbedaan yang kasat mata sepertinya tidaklah tampak
demikian di hadapan Allah. Oleh karena itu, segala bentuk perbuatan diskriminatif yang
disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang kasat mata, sama sekali tidak sesuai
dengan kehendak Allah.
Tantangan untuk hidup dalam persaudaraan dengan semua orang memang bukan hal
mudah, jangankan dengan orang-orang yang beragama lain, hidup dalam persaudaraan
dengan sesama umat Kristen yang berbeda Gereja saja sulit untuk dijalani dengan tulus
hati.
Berbicara tentang persaudaraan Kristen tidak bisa dilepaskan dari konteks oikumene,
sebab tujuan gerakan oikumene adalah membangun persekutuan umat Kristen dalam
kasih persaudaraan. Di sini umat Kristen sebaiknya lebih berhati-hati dalam
merenungkan apa yang tersirat dan i oikumene itu, dalam arti ajaran dan juga oikumene
spiritual (dalam satu Roh). Namun, apapun juga bentuk dan arah oikumene, ada hal-hal
yang tidak boleh diabaikan, terutama unsur "hati nurani" tetap merupakan prinsip
utama yang memungkinkan relasi persaudaraan Kristen yang sehat dan harmonis
terbangun. Kesatuan Kristen pertama-tama bukanlah persatuan karena keseragaman
tetapi persatuan dalam roh. Melalui Roh Kudus Yesus memanggil dan menghimpun
umat beriman untuk mengambil bagian dalam misteri kasih-Nya dan menikmati
kehidupan sejati yang disediakan Allah. Roh itu tinggal di hati umat beriman, memenuhi
dan membimbing gereja menuju persekutuan sempurna dalam Kristus.
Roh itu adalah Roh Allah sendiri, sehingga dengan tinggal di hati umat beriman maka
Allah tidaklah berada jauh. Melalui baptisan, Roh Kudus dicurahkan dalam hati setiap
orang Kristen, yang mengubah hakikat rohani dalam dirinya dan i manusia lama menjadi
manusia baru dalam Kristus. Hidup danbertumbuh dalam Roh berarti memiliki hati yang
terbuka untuk hidup dalam kasih persaudaraan yang oikumenis. Roh itu juga yang
membakar hati setiap orang beriman untuk tetap hidup dan bersemangat dalam karya
pewartaan kehidupan Kristus di dunia. Hidup dalam persaudaraan Kristen berarti hidup
dalam Roh yang menghidupkan. Sehingga setiap gereja mesti mengajak umatnya untuk
berserah hati kepada kehadiran Roh Kudus yang membaharui dan mempersatukan
Gereja, serta membimbing kepada kehidupan sejati yang dijanjikan-Nya.Hanya dalam
keterarahan kepada karya ilahi itu kehidupan Kristen menjadi berbuah. Sehingga
persaudaraan Kristen bukan hanya karena alasan iman yang satu, yakni iman akan
Kristus, namun lebih kongkrit dan i itu. Gereja hidup dalam kasih, suka cita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan dan kesetiaan, kelemah-lembutan dan
penguasaan din i satu sama lain.
Dengan dorongan dan karya Roh Kudus, setiap orang beriman diajak untuk hidup lebih
berdasarkan persekutuan dan persaudaraan yang mengatasi perbedaan-perbedaan
yang ada dalam kenyataan hidup ; seperti perbedaan sosial ekonomi, perbedaan posisi
dalam hidup, perbedaan budaya serta perbedaan kepribadian yang cenderung
memecah-belah. Sehingga menjadi orang Kristen berarti memiliki tujuan yang sama,
yaitu membangun persaudaraan anak-anak Allah dimana setiap karunia Roh dan
kekayaan hidup dipakai untuk pelayanan satu sama lain. Ajakan bangkit dari kejatuhan
dan perpecahan gereja melalui pertobatan batin yang mendalam merupakan ajakan
Allah sendiri untuk umatNya masuk dalam "hidup baru", yakni hidup dalam persekutuan
dalam Kristus. Pertobatan menuju "hidup baru" adalah hidup dalam jiwa yang baru,
penyangkalan din i serta kemurahan hati, dan sikap penuh persaudaraan terhadap
sesama manusia. Pertobatan menuju "hidup baru", yakni hidup secara pantas dengan
selalu bersikap rendah hati dan lemah lembut, serta saling membantu dalam cinta kasih
dengan saudara-saudari seiman dalam Kristus.
Bukankah persaudaraan merupakan inti panggilan gereja membangun kesatuanKristen
sebab merupakan tanda yang merujuk pada asal-usul ilahi pewartaan Kristiani dan
membuka hat kepada iman? Oleh karena itu, efektivitas hidup rohani tergantung dan i
mutu pertobatan batin. Semakin setiap anggota gereja masuk dalam pertobatan batin
yang tulus, semakin besarlah karunia rahmat yang mendorong dia untuk membangun
persaudaraan Kristiani yang sejati.

Anda mungkin juga menyukai