Anda di halaman 1dari 16

Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat

Pertolongan pertama adalah perawatan segera yang diberikan kepada orang yang cedera
atau sakit tiba-tiba. Pertolongan pertama menyediakan bantuan sementara sampai
didapatkan perawatan medis jika diperlukan. Pertolongan pertama yang benar bisa
membuat perbedaan besar antara hidup dan mati, pemulihan yang cepat atau lambat, atau
cacat yang sementara atau permanen.

Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha


pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan
pasien dari kematian dan kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Prinsip
utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat.
Filosofi PPGD adalah “Time Saving is Living Saving” yang berarti bahwa seluruh
tindakan pada kondisi ini pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit (henti
nafas lama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian). Saat ini, pemberian PPGD dikenal
dengan Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS).

BLS merupakan tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada pasien
yang mengalami keadaan yang mengancam nyawa.

Organisme yang menyebabkan penyakit memasuki tubuh dengan I dari 4 cara:


sentuhan, penelanan, terhirup, dan pertukaran antar darah. Ketika memberi pertolongan
pertama, Anda bisa mengurangi resiko tertular atau menular penyakit dengan mengikuti
petunjuk berikut ini:

 Mengenakan sarung tangan (karet) ketika memberi pertolongan pertama.


 Jika tidak tersedia sarung tangan sekali pakai, gunakan penghalang lain,
misalnya handuk yang dilipat tebal, kantung plastik atau beberapa lapis kasa
pembalut yang tebal. Lembaran plastik yang dibungkus pada lipatan handuk
atau kasa pembalut akan meningkatkan efektivitas penghalang.
 Segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan. Apabila tidak tersedia
sarana untuk cuci tangan, gunakan tisu basah anti bakteri.

Cadangan untuk perlengkapan pertolongan pertama termasuk: kasa pembalut


yang berperekat (berbagai ukuran), penghalang mulut untuk bantuan pernapasan,
kompres dingin, cotton bud, sarung tangan sekali pakai, kompres mata, kasa pembalut
(berbagai ukuran), sendok takar, pembalut steril yang tidak melekat (berbagai ukuran),
sirup ipecac, gunting, pembalut segitiga atau penggantung lengan, plester, termometer
(digital), penekan lidah, penjepit, sarung tangan katun putih.

Untuk mengetahui keparahan korban, penolong harus mengikuti pendekatan


sistematis atau yang dikenal sebagai pengkajian korban. Pengkajian korban bertujuan
untuk:

1. Mendapatkan persetujuan/inform consent dari korban (oral consent, implied


consent, consent dari polisi atau pada keadaan darurat dapat dilakukan tanpa
ijin).
2. Mendapatkan kepercayaan dari korban.
3. Mengidentifikasi masalah korban dan menentukan kebutuhan PPGD.
4. Mendapatkan informasi tentang korban yang mungkin dapat sangat berguna
untuk pemberian layanan kedaruratan medis.

Pengkajian korban gawat secara medis dibagi menjadi 2 langkah yaitu:

1. Pemeriksaan primer, meliputi: A-B-C-(D-H) yaitu A (Airway), B (Breathing), C


(Circulation), serta D ( Disability) dan H (Hemorrhagie).
2. Pemeriksaan sekunder, meliputi:
a. Wawancara yang terdiri dari: “SAMPLE PAIN” yaitu S = Symtom (gejala
keluhan utama), A = Alergi, M = Medicine (obat-obatan), P = Pain (penyakit
terdahulu), L = Last eat (makan terakhir), E = Excidance (peristiwa yang
terjadi sebelum kedaruratan), P = Periode nyeri (berapa lama), A = Area (di
mana), I = Intensitas, N = Nulitas (apa yang menghentikannya).
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas,
suhu tubuh, berat badan).
c. Pemeriksaan tubuh secara keseluruhan dari kepala hingga kaki dan Tag
(peringatan medis dipakai seperti kalung atau gelang yang menarik perhatian
disaat terjadi keadaan darurat). Tag ini sebaiknya tidak dilepaskan dari orang
yang mengalami cidera atau sakit.

Bila diperlukan, hubungi Sistem Layanan Kedaruratan Medis (LKM) untuk


memberikan bantuan seperti regu penolong (pemadam kebakaran), polisi, layanan
ambulan (1-1-8), atau dokter pribadi. Beritahukan apa yang terjadi dengan
menyebut: (a) Jumlah korban, (b) Kesadaran korban, (c)Perkiraan usia korban, (d)
Lokasi kejadian secara lengkap, (e) Nama dan nomor telepon anda/ pelapor.

Panduan Basic Life Support (Guidelines 2010)

1. Ada pasien tidak sadar, pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien
dan penolong.
2. Periksa kesadaran pasien (bisa dengan metode AV-PU)
3. Bebaskan jalan nafas pasien (airway)
4. Segera meminta bantuan
5. Periksa jalan nafas (pasien bernafas atau tidak, bisa dengan metode look,
listen, feel)
6. Bila pasien tidak sadar dan tidak bernafas, lakukan pijat jantung (RJP) 30 kali
disela dengan 2 kali nafas buatan

Cara melakukan cek kesadaran pada pasien dengan metode AV-PU:

A (Alert) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V.

V (Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan cara berbicara keras


ditelinga (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang
atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke poin P.

P (Pain) : Cobalah beri rangsangan nyeri pada pasien, yang paling mudah
adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (dipangkal kuku),
selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada
(sternum) dan juga areal di atas mata (supra orbital).

U (Unresponsive): Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien tidak bereaksi, maka
pasien berada dalam keadaan unresponsive (tidak sadar).

1.1 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan dari kepala sampai kaki hanya perlu dilakukan, jika cedera adalah
akibat benturan yang keras. Misalnya, jatuh dari pohon atau sepeda atau terlibat
kecelakaan lalu lintas. Dalam banyak kasus, seseorang bisa menyebut lokasi masalah
dan Anda bisa mengarahkan perhatian pada area tubuh tersebut.
Ketika Anda sedang memeriksa, carilah tanda-tanda dan gejala-gejala penting
dari cedera. Tanda adalah suatu kondisi yang Anda lihat, dengar atau rasakan,
misalnya pendarahan, kesulitan bernafas atau kulit yang dingin. Gejala adalah suatu
kondisi yang seseorang rasakan dan jelaskan pada Anda, misalnya mual atau nyeri.
 Warna kulit. Pemeriksaan yang teliti pada kulit bisa mengungkapkan warna
kebiruan atau abu-abu disekeliling bibir dan hidung, yang menandakan
mengalami kesulitan pernapasan. Untuk semua jenis warna kulit, perubahan
warna paling dapat dilihat pada alas kuku atau lapisan mukosa di dalam
mulut dan kelopak mata bagian bawah. Lapisan mukosa yang sehat akan
lembab dan merah muda karena banyak mengandung pembuluh darah.
Lapisan mukosa yang tidak memiliki cukup oksigen akan tampak pucat atau
biru/abu.
 Pernapasan. Perhatikan apakah pernapasannya tampak sulit atau
menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan.
 Suhu tubuh. Anda bisa mendapatkan suhu tubuh dengan menyentuhkan
punggung tangan Anda pada pipi, dada atau perut pasien.
 Kepala. Periksa kepala untuk adanya luka yang berdarah, pembengkakan,
atau lekukan.
 Mata. Dengan lembut pisahkan kelopak mata dan lihatlah pupilnya, yaitu
pusat mata yang kecil dan gelap. Normalnya, pupil mengecil ketika
berkontak dengan cahaya. Jika pupilnya kecil sebelah, mungkin pasien
mengalami cedera kepala di bagian dalam. Pupil yang melebar bisa
mengindikasikan syok atau pendarahan di dalam. Pupil yang mengecil bisa
menunjukkan dosis obat yang berlebihan atau keracunan.
 Tulang punggung. Tanyakan apakah pasien merasa nyeri atau perasaan
kesemutan di lengan atau tungkai. Periksa sensasi, gerakan dan kekuatan di
lengan dan tungkai dengan meminta pasien menggerakkan jari tangan dan
jari kakinya, menekan tangan Anda dengan setiap kaki dan meremas jari-
jari Anda dengan setiap tangan.
 Dada. Periksa adanya sayatan, lebam, penembusan, nyeri atau posisi yang
tidak biasa dari pundak dan tulang iga.
 Perut. Dengan lembut rasakan perut pasien untuk memeriksa adanya nyeri
dan peregangan yang tidak disengaja pada otot-otot lambung.
 Lengan dan tungkai. Periksa lengan dan tungkai untuk adanya perdarahan,
perubahan bentuk dan nyeri. Bandingkan satu sisi tubuh dengan sisi lainnya.
Pasien seharusnya bisa menggerakkan dan merasakan jari-jari tangan dan
kakinya.

1.2 RJP (Resusitasi Jantung Paru)


Pertolongan hidup dasar terdiri atas bantuan pernapasan, RJP, dan menangani
sumbatan pada jalan napas. Pernapasan dan denyut jantung yang normal adalah
kebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup. Mereka saling berkaitan dengan erat,
jika yang satu berhenti, yang lainpun ikut berhenti.

Resusitasi Jantung-Paru atau RJP adalah perawatan yang diberikan jika fungsi-fungsi
vital dari pernapasan dan denyut jantung berhenti. Kardio mengacu pada jantung dan
pulmoner mengacu pada paru-paru.

Jika jantung berhenti, semua fungsi tubuh, termasuk pernapasan, juga berhenti. RJP
adalah sebuah teknik yang menggabungkan penekanan dada pada tulang dada, atau
sternum, dengan peniupan napas ke dalam paru-paru seseorang untuk mereproduksi kerja
jantung dan paru-paru. RJP memelihara aliran darah yang membawa oksigen ke semua
organ penting, yaitu jantung, paru-paru, dan otak.
Teknik lain, yang dikenal sebagai bantuan pernapasan, diperlukan jika hanya
pernapasan saja yang berhenti. Ketika pernapasan berhenti, jantung terus berdenyut
selama
beberapa menit. Namun, tanpa kelanjutan pasokan oksigen, jantung juga akan berhenti.
Jika
bantuan pernapasan segera diberikan setelah pernaasan berhenti, mungkin Anda bisa
mencegah berhentinya jantung. Seseorang pendamping bisa melakukan bantuan
pernapasan
atau RJP agar darah yang mengandung oksigen tetap mengalir ke alat-alat tubuh yang
penting
sampai bantuan medis darurat tiba.

1.2.1 Nafas Bantuan

Nafas bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan
frekuensi nafas pasien yang di bawah normal (frekuensi nafas orang dewasa muda adalah
12-20 kali per menit). Jika frekuensi nafas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas
bantuan di sela setiap nafas spontan sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12
kali).

1.2.2 Nafas Buatan

Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas
bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti nafas.
Diberikan dua kali secara efektif agar dada dapat mengembang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan RJP yaitu:

1. Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernafasan


2. Harus ada tenaga lain yang dapat menolong
3. Posisi penderita
Letakkan penderita dengan muka menghadap ke atas ( posisi terlentang) pada
dasar yang kokoh.Kontrol kepala dan leher ketika akan membalik penderita,
terutama bila terdapat tanda- tanda trauma, fraktur, atau luka- luka di dalam
tubuh yang terdapat memperburuk perawatan selanjutnya. Apabila penderita
mengalami trauma medulla spinalis, pertahankan kepala penderita pada posisi
netral dan gerakkan bersama badan sebagai satu bagian.
4. Membuat jalan nafas dan menjaga agar tetap terbuka
5. Upayakan agar tidak ada yang menghalangi jalan pernafasan seperti lidah,
cairan lendir, muntah yang mungkin dapat menghalangi gerakan udara
melalui faring, demikian pula ikat pinggang, BH, danan stagan harus di
longgarkan.Bagi penderita yang tenggelam, air yang masuk ke dalam
lambung dan paru harus dikeluarkan.

Tindakan resusitasi perlu dihentikan bilamana tindakan RJP efektif telah


berlangsung 30 menit tetapi kriteria- kriteria berikut masih dijumpai yaitu:

1) Ketidaksadaran menetap
2) Tidak timbul pernafasan spontan
3) Denyut nadi tidak teraba
4) Pupil berdilatasi dan menetap
5) Atau denyut nadi karotis telah teraba.

Penghentian resusitasi dilakukan mengingat pernafasan yang telah terhenti selama


30 menit biasanya menunjukkan kematian serebral, atau pasien sudah menunjukkan
tanda- tanda kematian (kaku mayat) sehingga resusitasi selanjutnya dipandang tidak
berguna lagi.faktor lain yang mungkin dapat merupakan keputusan untuk menghentikan
RJP adalah kondisi penolong yang telah lelah dan sudah tidak kuat lagi ;bantuan sudah
datang, atau perjanjian tertulis dengan pasien dan keluarganya untuk tidak melakukan
resusitas.

1.2.3 Pijat Jantung

Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa”jantung untuk memompa darah ke


seluruh
tubuh. Pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis tidak teraba. Pijat
jantung
umumnya dikombinasi dengan nafas buatan.

Prosedur pijat jantung:


1) Posisikan diri di samping pasien
2) Posisikan tangan tepat di tengah dada
3) Posisikan tangan tegak lurus korban
4) Tekan dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip
joint)
5) Tekan dada kira-kira 4-5 cm
6) Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal
7) Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan
menghitung dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: satu dua tiga empat
SATU satu dua tiga empat DUA satu dua tiga empat TIGA satu dua tiga empat
EMPAT satu dua tiga empat LIMA satu dua tiga empat ENAM
8) Prinsip pijat jantung:
a. Push deep
b. Push hard
c. Push fast
d. Maximum recoil (berikan jantung waktu relaksasi)
e. Minimum interruption (pada saat prosedur ini penolong tidak boleh
diinterupsi)

1.2.4 Prosedur Standar RJP

1. Bebaskan/ longgarkan pakaian korban di daerah dada (buka kancing baju bagian
atas agar dada terlihat),

2. Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yag mendekati kepala
sejajar dengan bahu pasien,

3. Cek apakah ada tanda- tanda berikut :


a) Luka- luka dari bagian bahu ke atas (supra clavicula)
b) Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (terjatuh dari sepeda motor),
c) Berdasarkan saksi pasien mengalami cidera di tulang belakang bagian leher,
tanda- tanda tersebut adalah tanda- tanda kemungkinan terjadinya cidera pada
tulang belakang bagian leher/cervical. Cidera pada bagian ini sangat berbahaya
karena di sini terdapat syaraf- syaraf yang mengatur fungsi vital manusia ( nafas
dan denyut jantung),
d) Jika tidak ada tanda- tanda tersebut maka lakukanlah pernafasan dari mulut ke
mulut,
e) Jika tanda- tanda tersebut, maka beralih ke bagian atas, jepit kepala pasien
dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak lagi (imobilitas) dan
lakukanlah Jaw Thrust. Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cidera
lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

4. Sambil melakukan (1) dan (2) di atas, kemudian dilakukan pemeriksaan kondisi
Airway (jalan napas) dan Breathing (pernafasan) pasien. Metode pengecekan
nafas menggunakan metode Look, Listen, dan Feel;

a) Look :
Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernafas), apakah gerakan tersebut
simetris/tidak.
b) Listen:
Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas
tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian).

Jenis- jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

a) Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan


jalan nafas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukan
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut
(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk
chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah
ke bawah.Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban
(misal : gigi palsu dll ).Pindahkan benda tersebut.

b) Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
disebabkan oleh cairan (misal : darah), maka lakukanlah cross- finger, lalu
lakukan finger- sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut
dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan- cairan).

c) Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena


pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan
manuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara nafas tidak
terdengar karena ada hambatan total pada jalan nafas, maka dapat dilakukan :

1) Black Blow, sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan


telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung.Catatan:
Black-blow tidak dilakukan untuk dewasa karena dikawatirkan menjadi
sumbatan lengkap/penuh.

2) Heilmich Manuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu


menarik tangan ke arah belakang atas,
3) Chest Trust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti posisi memeluk dari belakang dengan orang
coba berdiri kemudian mendorong tangan ke arah dalam atas.

c) Feel: Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari korban

5) Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernafasan
pasien itu dalam 1 menit (pernafasan normal adalah 12-20 kali per menit)

6) Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan
Look, Listen, dan Feel

7) Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, berikan nafas bantuan

8) Jika pasien mengalami henti nafas, berikan nafas buatan

9) Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi a. Karotis yang
terletak di leher ( cek dengan 2 jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan
jari ke samping, jangan sampai terhambat oleh otot leher (sterno-cleido-mastoideus),
rasakan denyut nadi karotis selama 10 detik

10) Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah pijat jantung, di ikuti dengan nafas
buatan,
ulangi sampai 6 kali siklus pijat jantung nafas buatan, yang diakhiri dengan pijat
jantung.

11) Cek lagi nadi karotis (dengan metode di atas) selama 10 detik, jika teraba lakukan
Look, Listen, Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 10; atau dihentikan (lihat
syarat RJP dihentikan)

12) Setelah berhasil mengamankan kondisi di atas periksalah tanda-tanda shock pada
pasien .
a. Denyut nadi > 100 kali per menit
b. Telapak tangan basah, dingin dan pucat
c. Capillary Refill Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara
menekan ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksaan selama 5 detik, lalu
lepaskan, cek berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah
lagi

13) Jika pasien Shock lakukan Shock Position pada pasien,, yaitu dengan mengangkat
kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke
jantung. Pertahankan posisi Shock sampai bantuan datang atau tanda tanda Shock
berkurang

14) Jika ada perdarahan pasien, hentikan perdarahan dengan cara menekan atau
membebat luka ( Membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan
yang dibebat mati )

15) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look,Listen
dan Feel Karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

1.3 Perlindungan Diri Bagi Penolong

1. Pastikan tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien
2. Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah penularan penyakit
3. Selalu memperhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama
adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dengan kondisi tidak fit, justru
akan membahayakan penolong sendiri
PEMBAHASAN

2.1 Pembebasan Jalan Nafas

Manekin yang diletakkan dengan posisi kepala netral/sejajar lantai, dilakukan


pengangkatan dagu dengan menggunakan dua jari untuk mengangkat tulang dagu (bagian
dagu yang keras) ke atas dan menggunakan tangan yang lain untuk menarik kepala ke
belakang (menggunakan metode head tilt dan jaw thrust). Ini dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas. Penggunaan metode jaw thrust dianggap lebih aman
dibandingkan metode head tilt karena gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya
cidera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien. Setelah itu lakukan upaya
pembukaan mulut dengan metode cross finger (menggunakan dua jari, yaitu ibu jari dan
jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang ke atas,
telunjuk menekan rahang bawah ke bawah. Lihat bila ada benda yang menyangkut) dan
lakukan simulasi untuk mengeluarkan setiap benda asing yang terdapat dalam mulut
penderita dan dengan menggunakan metode finger- sweep (sesuai namanya,
menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari
cairan- cairan) bila zat yang mengganggu berupa cairan. Jika dilakukan pada korban
tidak sadar dan jalan nafas tertutup, maka dapat dilakukan dengan memiringkan kepala
ke samping, agar sumbatan dapat lebih mudah dikeluarkan.

2.2 Call for Help

Melakukan simulasi meminta bantuan untuk pertolongan lebih lanjut.

2.3 Periksa pernafasan dengan melakukan simulasi menggunakan metode Look,


Listen and Feel.

Look (melihat pergerakan dada (gerakan bernafas) apakah


gerakan tersebut simetris atau tidak), listen (mendengar suara nafas. Dengarkan
apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang
abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian) dan feel (merasakan
hembusan nafas dengan pipi) selama tidak lebih dari 5 detik.
Jenis- jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :

 Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan


jalan nafas bagian atas oleh benda padat. Jika terdengar suara ini maka lakukan
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut dan
pindahkan benda tersebut.

 Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
disebabkan oleh cairan (misal : darah), maka lakukanlah cross- finger, lalu
lakukan finger- sweep.

 Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena


pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan
manuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.
Apabila tidak ada pergerakan dada dan terjadi henti nafas, langsung lakukan
pijat jantung.

2.4 Pemberian pijat jantung dan nafas buatan

Pemberian pijat jantung adalah usaha untuk "memaksa" jantung memompakan


darah ke seluruh tubuh. Pijat jantung dilakukan dengan posisi badan tegak lurus di atas
dada manekin dengan siku lengan lurus, telapak tangan tepat ditengah-tengah dada
(center of the chest) dan telapak tangan sebelahnya berada di atasnya, menekan daerah
sternum sedalam 2 inch/5 cm. Dada manekin ditekan menggunakan tenaga yang
diperoleh dari sendi panggul (hip joint) dengan kecepatan 100xpermenit sebanyak 30 kali
di sela dengan nafas buatan 2 kali tiupan. Pijat jantung dikatakan benar dan berhasil bila
lampu indicator hijau pada skill guide menyala, apabila tekanan berlebihan maka lampu
indikator orange akan menyala, apabila posisi tangan kurang benar dan tekanan terlalu
cepat maka lampu indikator merah akan menyala. Nafas buatan adalah cara melakukan
nafas buatan yang sama dengan nafas bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien
yang mengalami henti nafas. Untuk memberikan nafas buatan, dipastikan jalan nafas
terbuka, dengan mengangkat dagu manekin dan jaringan menutup lubang hidung. Kasa
steril dipasang diatas rongga mulut manekin sebelum melakukan nafas buatan dengan
metode mouth to mouth. Nafas buatan dianggap berhasil jika lampu indikator hijau
menyala. Apabila udara masuk terlalu banyak, lampu indikator orange akan menyala.

2.5 Melakukan pemeriksaan nadi karotis. Trakea dan jakun ditemukan dan
dipalpasi.
KESIMPULAN

Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPDG) adalah serangkaian usaha pertama
yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien
dari kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Pemberian PPGD
dikenal dengan Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS), yang meliputi
pembukaan jalan nafas, pemberian nafas bantuan ataupun nafas buatan, serta Resusitasi
Jantung Paru (RJP). Kita sebagai mahasiswa memerlukan pengetahuan tentang BLS. Hal
ini dikarenakan salah satu ruang lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan
darurat (basic emergency care), yang terdiri dari BLS (Basic Life Support). Dengan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam BLS, diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien, utamanya saat pasien berada dalam kondisi gawat
darurat.
DAFTAR PUSTAKA

Sloane, Ethel.2004.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta:EGC


Guyton, Arthur C dan John E. Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.
11.Jakarta:EGC
Suhartini, dkk.2014.Modul Kegawatdaruratan Medik Dental dan Indra Rasa
Kulit.Jember:Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai