Anda di halaman 1dari 8

Etika Profesi Diri

Menggali Potensi Kecerdasan1: IQ, PQ, EQ, SQ, dan


Konsep Multiple Intelligent

Disusun oleh:
Nama: Lucy Marcellia
NIM: 201750133

Dosen Pembimbing:
Pak Surahman Pujianto, S.Psi., M.M.

Trisakti School of Management


Jurusan Akuntansi
Jakarta
2020
Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap
dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan
adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang
untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut
kemampuan fikiran. 1 Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari
bahasa Latin “intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to
organize, to relate, to bind together).2 Bagi para ahli yang meneliti, istilah inteligensi
memberikan bermacam-macam arti. Menurut mereka, kecerdasan merupakan sebuah konsep
yang bisa diamati tetapi menjadi hal yang paling sulit untuk didefinisikan. Hal ini terjadi
karena inteligensi tergantung pada konteks atau lingkungannya.
Sebenarnya para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari
rumusan yang komprehensif tentang kecerdasan. Dalam rentang waktu dan sejarah panjang,
mereka kini merumuskan secara umum kecerdasan menjadi tiga macam, IQ, EQ, dan SQ.
Mengapa para ahli membagi kecerdasan menjadi tiga macam?
Pada perkembangan sebelumnya manusia pernah sangat mengagungkan kemampuan
otak dan daya nalar (IQ). Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona, sementara
potensi diri yang lain dimarginalkan (dikesampingkan). Pola pikir dan cara pandang yang
demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap, perilaku
dan pola hidup sangat kontras dan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas
secara akademik, tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Fenomena tersebut
telah menyadarkan para pakar, bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan otak dan daya pikir semata, ada yang salah dalam pola pembangunan sumber
daya manusia (SDM) selama ini, yakni terlalu mengedepankan IQ, dengan mengabaikan EQ
dan SQ.
Terdapat beberapa dimensi kecerdasan manusia:

Kecerdasan Otak/Kecerdasan Intelektual (IQ)

IQ atau Intellegence Quotient merupakan daya nalar dan logika seseorang yang
berupa kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru, menganalisis, dan lain-lain.
IQ digunakan untuk memetakan kemampuan kognitif dan kesiapan seseorang untuk
mempelajari sesuatu, walaupun bukan merupakan satu-satunya kecerdasan yang dapat
memastikan apakah seseorang dapat sukses dimasa depan atau tidak. IQ secara fakta
genetis cenderung bersifat menetap dan tidak dapat dipelajari.

Kecerdasan Emosional (EQ)

EQ atau Emotional Quotient itu tumbuh, dipupuk, dan dipelajari melalui proses
belajar dan direspons melalui pengalaman-pengalaman-pengalaman hidup sejak
seseorang lahir hingga ia meninggal.
Kecerdasan Fisik (PQ)

Kecerdasan fisik adalah masalah yang menyangkut kekuatan dan kebugaran otot
sekaligus kekuatan dan kebugaran otak dan mental. Orang yang seimbang fisik dan
mentalnya memiliki tubuh yang ideal serta otak yang cerdas. Kecerdasan fisik atau
PQ (Physical Quotient) juga dianggap sebagai dasar dari elemen IQ dan EQ.

Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan spiritual atau SQ (Spiritual Quotien) adalah kecerdasan manusia yang


paling tinggi. Pokok dari SQ adalah:

 Kemampuan seseorang untuk menghayati keberadaan tuhan atas segala apa


yang ada dalam diri kita.
 Kemampuan memahami hakikat diri secara utuh.
 Kemampuan untuk memahami hakikat dibalik realitas.
 Kemampuan memberi makna terhadap pengalaman hidup.
 Kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
 Kemampuan memaknai bahwa kehadiran kita entah profesi atau status kita
mampu membuat orang lain merasa dihargai dan mempunyai penghargaan

Hubungan Kecerdasan dengan Kesuksesan individu


Sering kali orang menghubung hubungkan hubungan antara kecerdasan dan
kesuksesan, anggapan yang selama ini berkembang bahwa makin tinggi tingkat kecerdasan
seseorang maka makin tinggi peluang seseorang untuk sukses. Sukses disini tidak harus
berarti kaya, tetapi penting dan berpengaruh. Ada pendapat sesorang yang menurut saya
menarik tentang definisi sukses. Menurutnya sukses adalah tingginya bargaining position kita
dihadapan orang lain.  Kita lebih banyak menentukan bukan ditentukan. Kembali ke
kecerdasan dan kesuksesan. Beberapa penelitian  telah dilakukan untuk meneliti sejauh mana
pengaruh kecerdasan dan kesuksesan. Hal yang paling fenomenal adalah apa yang dilakukan
oleh Professor Lewis Terman dari Stanford University. Penelitian ini di danai oleh
Commonweath Bank dengan melibatkan 1400 an anak dengan IQ antara 140- 200 yang
disebut Termites. Penelitian ini dikenal dengan “Genetic Studies of Genius”.Lewis Terman
beranggapan bahwa IQ yang tinggi harusnya membuat seseorang lebih mudah menjalani
hidupnya. Dia meramalkan bahwa Termites akan menjadi para ilmuan penerima Nobel,
kepala pemerintahan, seniman hebat, dan lainnya yang hebat-hebat. Terman mengikuti hidup
para Termites ini: melihat nilai sekolahnya, kehidupan pribadinya, pernikahannya, dan
karirnya. Ketika sudah dewasa dan berkarir Terman mencatat Cuma ada beberapa yang
dianggap benar benar sukses, jauh sekali dari anggapan awal. Mereka cenderung mendapat
pendapatan yang bagus, tapi tidak seperti anggapan awal. Banyak diantaranya dainggap gagal
oleh Terman. Dan tidak satupun yang meraih hadiah nobel. Uniknya ada 2 orang dari peraih
nobel yaitu William Shockley dan Luis Alvarez adalah orang orang yang dulu ditolak untuk
masuk ke dalam klub Termites nya, hal ini dikarenakan bahwa IQ yang dimilikinya tidak
cukup tinggi.

Malcom Gladwell dalam bukunya Outliers membuat satu analogi yang masuk akal
tentang hubungan antara kecerdasan dan kesuksesan. Analaoginya adalah sebagai berikut
untuk menjadi seorang pemain Bola Basket yang baik anda harus mempunyai paling tidak
tinggi 180 Cm. Anda tidak bisa berharap menjadi pemain basket yang baik dengan tinggi
hanya 165 Cm. Akan tetapi apabila sudah mencapai tinggi tertentu, tinggi badan menjadi
tidak penting lagi, karena banyak factor yang akan menentukan kesuksesan seseorang. Sebut
saja Yao Ming bertinggi 229 Cm tapi  dia tidak lebih hebat dari Michael Jordan dengan tinggi
badan 196 Cm. Begitu juga dengan IQ, untuk menjadi sukses dibutuhkan tingkat IQ tertentu,
akan tetapi apabila tingkatan itu terlampaui peningkatan IQ menjadi tidak penting lagi.

Definisi Multiple Intelligent


Multiple intelligence adalah kecerdasan ganda yang dapat dimaknai sebagai kemampuan
seseorang untuk menyelesaikan suatu masalah. Kecerdasan itu meliputi daya pikir dan
perkembangan kognitif. Ada 4 perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget
yaitu:

sensorimotor pada anak usia 0-2 tahun.

praoperasioanal pada anak usia 2-7 tahun,

operasioanal konkret pada anak usia 7-12 tahun,

dan operasinal formal pada anak usia >12 tahun.

Tokoh dalam kecerdasan ganda ini dipelopori oleh Prof. Dr. Howard Gardner seorang
psikologi dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard AS. Hal ini dikenalkan melalui karya
Gardner yang berjudul Frame of mind. Pada awalnya multiple intelligence yang dicetuskan
hanya 8 jenis kecerdasan, tetapi seiring berkembangnya waktu dan pengetahuan multiple
intelligence ini menjadi 9 kecerdasan, yaitu:

Inteligensi linguistik (linguistic intelligence)

Artinya kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan
maupun tertulis. Lingustik tertulis dapat dicontohkan dalam kemahiran mengarang
puisi, cerpan dan lain-lain. Sedangkan lingustik lisan berupa kemahiran bercerita dan
mendongeng.

Inteligensi matematis-logis (logical -mathematical intelligence)


Artinya kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika. Anak
yang memiliki kecerdasan matematis logis biasanya mampu mengenal dan mengamati
konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat, mampu mengamati objek dan
mengerti fungsi dari objek tersebut dan pandai dalam memecahkan masalah yang
menuntut pemikran logis.

Inteligensi ruang (spatial intelligence)

Yaitu kemampuan unutk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan juga mengenal
bantuk dan benda secara tepat. Anak yang mempunyai kecerdasan spatial ini biasanya
senang mencoret-coret, menggambar, melukis, dan lain-lain.

Inteligensi kinestetik-badani (bodily- kinesthetic intelligence)

Yaitu kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak tubuh untuk mengekspresikan
gagasan dan perasaan. Anak yang mempunyai kecerdasan kinestetik ini biasanya
memiliki control pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam
bergerak, dan menyukai pengalaman belajar nyata yang menggunakan fisik, senang
menari, olahraga dan mengerti hidup sehat, suka menyentuh, memegang dan bermain
dengan apa yang sedang dipelajari dan suka belajar yang suka terlibat secara langsung.

Inteligensi musikal (musical intelligence)

Yaitu kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-


bentuk musik dan suara, peka terhadapa ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan
memainkan alat musik. Anak yang memiliki kecerdasan musical biasanya menyukai
banyak alat music dan selalu tertarik untuk memainkan alat music, senang bernyanyi dan
lain-lain.

Inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence)

Yaitu kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhada perasaan, intense, motivasi,
watak, temperamen orang lain. Anak yang memiliki kecerdasana interpersonal umumnya
biasanya mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran
dan perasaan dan mampu bekerja mandiri dan mengembangkan konsep diri secara baik.

Inteligensi intrapersonal (intrapersonal intelligence)

Yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan
untuk bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan
keseimbangan diri, kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan. Anak yang memiliki
kecerdasan intrapersonal biasanya memiliki hubungan baik dengan orang lain, pandai
menjalikn hubungan sosial, memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan
berkomunikasi dengan baik dan juga mampu menyesuaikan diri dengan kelompok yang
berbeda.
Inteligensi lingkungan /naturalis (naturalist intelligence)

Yaitu kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik,menikmati


alam,mengenal tanaman dan binatang dengan baik. Anak yang memiliki kecerdasan
naturalis biasanya suka mengamati, menegnali, berinteraksi, dan peduli dengan objek
alam, tanaman atau hewan dan juga gemar melakukan aktifitas outdoor seperti jalan-
jalan.

Inteligensi eksistensial (existential intelligence)

Yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kepekaan dan kemampuan seseorang untuk
menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia. Anak yang
memiliki intelegensi eksistensial biasanya memiliki kesadaran tinggi dalam menjalankan
kewajiban terhadap Tuhan dan memiliki upaya untuk menjadi lebih baik.

Optimalisasi Potensi Kecerdasan Dalam Dunia Kerja


Kecerdasan emosional kini semakin dicari dalam dunia kerja. Manajemen human
resources (HR) tidak lagi hanya M kecerdasan teknis kandidat, namun juga
mempertimbangkan kecerdasan emosional para kandidat pekerja dengan serius. Untuk
seorang pencari kerja atau pekerja pun kebutuhan untuk kecerdasan emosional ini kadang
melebihi kebutuhan untuk kecerdasan yang biasa dinilai dengan intelligence quotient (IQ).
Hal ini dikarenakan banyak orang setuju bahwa dengan IQ seseorang dapat menggapai
pekerjaan yang ia inginkan, namun dengan EQ lah jenjang karir dapat ditingkatkan.

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan kecerdasan emosional? Kecerdasan


emosional, atau emotional intelligence yang biasa diukur oleh emotional quotient (EQ),
adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk memahami dan mengatur emosi dalam
dirinya sendiri. Kabar gembiranya, kecerdasan emosional dapat dipelajari oleh semua orang
dan dapat dikembangkan seiring waktu.

Apa saja komponen kecerdasan emosional?


Dalam bukunya yang dipublikasi pada tahun 1995 dan 1998, "Emotional Intelligence:
Why It Can Matter More than IQ" dan "Working with Emotional Intelligence", Daniel
Goleman mengategorikan kecerdasan emosional menjadi lima komponen, yaitu kesadaran
diri (self-awareness), kemampuan mengekspresikan diri (self-regulation), motivasi, empati,
serta keterampilan interpersonal (people skills).

Self- awareness atau kesadaran diri berbicara mengenai kesadaran seseorang akan


dirinya sendiri, termasuk kelebihan dan kekurangan dirinya. Seseorang yang memiliki
kesadaran diri yang tinggi paham bagaimana hal-hal tersebut dapat berdampak pada
orang lain. Umumnya, orang dengan kesadaran diri yang baik juga dapat mengatasi
kritik dari orang lain dengan baik.

Self- regulation atau kemampuan mengekspresikan diri berbicara mengenai


kemampuan seseorang untuk mengatur kapan dan bagaimana ia mengekspresikan
perasaannya. Orang dengan kemampuan mengekspresikan diri yang baik umumnya
dapat menyalurkan emosinya dengan cara yang dewasa dan terlatih dalam menahan
emosi tersebut jika perlu.

Motivasi tidak hanya berbicara mengenai keinginan seseorang untuk mencapai


sesuatu, tapi juga berbicara tentang kegigihan orang tersebut. Orang dengan
kecerdasan emosional yang baik dapat memotivasi dirinya sendiri, tangguh, dan juga
tetap optimis bahkan ketika sedang menghadapi kekecewaan atau kegagalan. Orang
yang memiliki motivasi yang tinggi juga biasa digerakkan oleh keinginan diri sendiri
dan bukan sekadar oleh iming-iming jabatan ataupun uang.

Empati berbicara mengenai kemampuan seseorang untuk merasakan dan mengerti


emosi orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi biasa memiliki
empati yang tinggi juga. Nah, dalam dunia kerja, orang dengan empati yang tinggi
dapat mengerti kekhawatiran sesamanya dengan lebih baik dan juga memberikan
pelayanan yang lebih apik.

Keterampilan interpersonal atau people skills berbicara mengenai kemampuan


seseorang membangun interaksi dan kepercayaan dengan orang lain dalam sebuah
tim. Dengan keterampilan interpersonal yang mumpuni, orang-orang pun dapat
berelasi dan mengerjakan tugasnya dengan lebih baik, terutama karena sekarang
semua serba bergantung pada komunikasi yang baik.

Pentingnya kecerdasan emosional


Walaupun keputusan-keputusan yang diambil orang pastinya memiliki pertimbangan
rasional, setiap keputusan juga akan dipengaruhi oleh emosi masing-masing individu. Nah,
tentunya hal tersebut membuat interaksi antara satu orang dengan yang lain lebih kompleks.
Semakin beragam latar belakang tiap pekerja, semakin kompleks pula interaksi yang ada.
Karena itulah semakin berguna juga kecerdasan emosional dalam tempat kerja.Dengan
kecerdasan emosional yang tinggi, orang-orang dapat menyelaraskan dan menyesuaikan diri
dengan lebih baik dalam tim. Selain mampu memahami satu sama lain mengenai apa yang
dibutuhkan, dengan kecerdasan emosional, orang-orang juga dapat menanggapi,
mengevaluasi, dan mencari solusi untuk berbagai macam hal dengan lebih baik. Karena
itulah, bisa dibilang kecerdasan emosional di tempat kerja akan mempermudah segalanya.
Kecerdasan emosional tidak dapat dibangun dalam sehari. Kita perlu mengembangkannya
sedikit demi sedikit sambil melatihnya dengan gigih. Satu hal yang pasti, Anda perlu
mengembangkan pemahaman emosi diri Anda sendiri terlebih dahulu sebelum mencari tahu
cara mengatur emosi Anda. Nah setelah Anda dapat mengatur emosi Anda dengan lebih baik
barulah Anda bisa mengembangkan komponen-komponen kecerdasan emosional lainnya.
Selamat mencoba!

Anda mungkin juga menyukai