Anda di halaman 1dari 9

JAWABAN QUIZ PENATALAKSANAAN BENCANA DAN KLB

OLEH :

DILA MARYAMI (P20620118010)

TINGKAT III A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


TASIKMALAYA

2020
1. Perbedaan pengertian wabah dan KLB
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Kejadian
wabah harus ditentukan/dideklarasikan oleh Menteri Kesehatan yang kemudian
harus diikuti oleh penanggulangan wabah sesuai dengan ketentuan yang ada dan
dilakukan secara terpadu (UU Nomor 4 Tahun 1984).

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah. Disamping penyakit menular, penyakit yang juga dapat menimbulkan KLB
adalah penyakit tidak menular dan keracunan serta keadaan tertentu yang rentan
terjadinya KLB yaitu keadaan bencana dan kedaruratan. (Permenkes No.1501 Tahun
2010).

No. Parameter Wabah KLB


1. Cakupan Terjadi pada beberapa Suatu wilayah tertentu (kabupaten/kota)

2. Pihak yang Menteri Bupati, Kadinkes Kab/Kota, Guberur,


Kadinkes
3. Jenis penyakit Penyakit menular Penyakit menular, penyakit tidak menular,
keracunan, bencana dan kedaruratan
4. Sektor Kesehatan manusia dan Kesehatan manusia
kesehatan hewan

2. Tujuan dilakukannya investigasi KLB/Wabah


Investigasi KLB/wabah yang terjadi baik pada masyarakat dilakukan untuk
mengidentifikasi cara penanggulangan penularan suatu penyakit agar penyakit
tersebut tidak meluas dan menimbulkan kematian yang lebih banyak. Menurut
Huang tahun 2004, secara umum terdapat tiga tujuan utama dalam investigasi
KLB/wabah, antara lain:
a) Mengidentifikasi agen penyebab terjadinya KLB/wabah,
b) Mencari sumber infeksi dan cara penularan berdasarkan deskripsi orang, tempat,
dan waktu, serta
c) Memformulasikan rekomendasi untuk mencegah penyebaran KLB/wabah.
d) Menemukan faktor risiko

3. Jenis penyakit yang berpotensi KLB/Wabah


Adapun jenis penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB/wabah pada manusia
telah diatur masing-masing pada Peraturan Menteri Kesehatan. Keduanya telah
menetapkan ada 17 penyakit, berikut adalah rinciannya:

Pada Manusia (Permenkes Pada Hewan (Kepmentan

Nomor 1501 Tahun 2010) Nomor 4026 Tahun 2013)


Avian Influenza (H5N1) Avian Influenza (H5N1)
Rabies Rabies
Antraks Antraks
Leptospirosis Leptosporiosis
Swine Influenza (H1N1) Swine Influenza (H1N1)
Campak Salmonellosis
Polio Bovine TB
Difteri Toxoplasmosis
DBD Brucellosis (B.abortus)
Kolera Brucellosis (B.suis)
Pes Nipah
Pertusis Para TB
Hepatitis Campylobacteriosis
Meningitis Cysticercosis
Yellow Fever Q Fever
Chikungunya BSE (ditulis kepanjangan)
Malaria RVF (ditulis kepanjangan)

Terlihat pada kedua kolom tabel , penyakit yang terletak paling atas
merupakan penyakit yang dianggap tinggi risikonya pada kedua sektor, yaitu avian
influenza H5N1 (flu burung), rabies, antraks, leptospirosis, dan swine influenza
H1N1 (flu babi).

4. Siklus Penanggulangan Bencana


a. Tanggap darurat
Dilakukan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR)
,bantuan darurat dan pengungsian, tindakan pencarian dan penyelamatan korban,
dan lain-lain
b. Bantuan darurat
Mendirikan pos komando bantuan, berkoordinasi dengan Satuan Koordinator
Pelaksana Penanggulangan Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan
yang lain, mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan
pos koordinasi, mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian,
mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian, membantu
petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban, mencari,
mengevakuasi, dan memakamkan korban meninggal.
c. Pemulihan
Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan
yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak
hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena bencana
juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun mental.
d. Rehabilitasi
Perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya sementara atau
berjangka pendek. Tindakan ini juga bertujuan untuk membantu masyarakat.
e. Rekonstruksi
Peningkatan perbaikan yang sifatnya permanen serta membantu masyarakat untuk
mendapatkan kembali kesempatan mereka. Kegiatan rekonstruksi dilakukan
dengan program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial
dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang
lebih baik dari sebelumnya
f. Pencegahan
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
untuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana.
g. Mitigasi
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan
sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana.
h. Peringatan dini
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana.
i. Kesiapsiagaan
Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada
tahap ini alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera terjadi.
Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu memiliki
kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut.
Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari Rencana
Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan
segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi.

5. Sistem Manajemen Bencana


1) Sebelum Bencana
Merupakan warning phase, tahap persiapan/ awal dari bencana. Informasi ini
biasanya didapatkan dari badan satelit dan meteorology cuaca. Situasi ini dibagi
menjadi 2 :
 Situasi tanpa ancaman bencana
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
berdasarkan analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu tidak
menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :
a. Perencanaan penanggulangan bencana
b. Pencegahan
c. Pengurangan risiko bencana
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
f. Persyaratan analisis risiko bencana
g. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; dan
h. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
 Situasi dengan ancaman / potensi bencana
Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan , peringatan
dini dan mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana.
a. Mitigasi
Serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadaapi bencana. Bentuk mitigasi :
- Mitigasi structural ( membuat checkdam, bendungan, tanggul
sungai, dll)
- Mitigasi non- struktural ( peraturan, UU, pelatihan )
b. Peringatan dini
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana. Pemberian
peringatan dini harus :
- Menjangkau masyarakat
- Segera
- Tegas, tidak membingungkan
- Bersifat resmi
c. Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Misalnya : penyiapan sarana komunikasi, pos komando,
penyiapan lokasi evakuasi, sosialisasi peraturan/pedoman
penanggulangan bencana.
2) Selama Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi :
 Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber
daya;
 Penentuan status/ tingkat keadaan darurat bencana;
 Penyelamatan, bantuan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
 Pemenuhan kebutuhan dasar;
 Proteksi/ perlindungan terhadap kelompok rentan;
 Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital ( Recovery ).
3) Setelah Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi :
 Tahap Rehabilitasi
Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi yaitu untuk mengembalikan
kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi
normal yang lebih baik. Kegiatan- kegiatan yang dapat dilakukan meliputi:
1) Perbaikan prasarana dan sarana umum (infrastruktur);
2) Pemulihan sosial psikologis;
3) Pemulihan ekonomi, dan budaya;
4) Pemulihan dan perbaikan pelayanan kesehatan;
5) Pemulihan keamanan dan ketertiban;
6) Pemulihan lingkungan.

 Tahap Rekonstruksi
Merupakan tahap untuk membangun kembali sarana dan prasarana yang
rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh sebab itu
pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang
didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait.
1) Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
3) Pembangunan dan peningkatan kesehatan masyarakat dan fasilitas
pelayanan kesehatan;
4) Pembangkitan kembali kehidupan ekonomi masyarakat;
5) Pembangunan dan peningkatan keamanan serta penerapan rancang
bangun yang tepat;
6) Pembangunan kembali lingkungan yang memadai.

6. Karakteristik KLB
Pada situasi dugaan KLB/wabah pada manusia, terdapat kriteria yang harus dipenuhi
agar suatu daerah dapat ditetapkan status KLB/wabahnya. Pada manusia, dijelaskan
pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 Tahun 2010, kriterianya sebagai
berikut:
1) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
4) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
5) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
6) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

- https://slideplayer.info/slide/13887410/
- PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA
PENANGGULANGAN BENCANA
- https://luciafebriarlita17.wordpress.com/2018/01/06/siklus-penanggulangan-bencana/

Anda mungkin juga menyukai