Anda di halaman 1dari 10

ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI INTERNAL & EKSTERNAL PADA

WANITA
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Maternitas
yang dibina oleh Ibu Dra. GM Sindarti, M.Kes

Oleh
Dyah Ayu Aprilyanti
P17210193094

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
AGUSTUS 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang


terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu
selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih
mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk memantau
perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan
dan kesediaan menghadapi komplikasi. Asuhan pasca keguguran untuk penatalaksaan
gawat darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah
satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi
yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk
menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas,
pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut
derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu
hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada
akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak
kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan
persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan,
membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi
komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses
persalinan.

B. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini, sebagai berikut :
1. Mendukung ibu, pasangan dan keluarga selama persalinan dan periodenya.
2. Member reaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan keluarga.
3. Mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi dengan tepat.
4. Mengantisipasi masalah potensial.
5. Menjelaskan secara umum mengenai faktor yang mempengaruhi persalinan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami dalam siklus reproduksi wanita,
proses tersebut berupa pengalaman yang menyenangkan dan kadangkala tidak
menyenangkan seperti nyeri, proses persalinan identik dengan nyeri yang akan
dijalani. Merupakan rangkaian peristiwa mulai dari kenceng–kenceng teratur
sampaidikeluarkanya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban)
dari uterus kedunia luar melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuanatau dengan
kekuatan sendiri.Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 –42 minggu) lahir spontanmelalui vagina dengan letak
belakang kepala/ ubun –ubun kecil(presentasi kepala)yang berlangsung 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin, tanpa memakai alat bantu serta tidak
melukai ibumaupun bayi (kecuali episiotomi)(Anggraenidkk, 2012).Persalinan Kala I
adalah kala pembukaanyang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan tidak begitu kuat sehingga ibu dapat
berjalan jalan. Memasuki tahap inpartu apabila timbul his dan ibu mengeluarkan
lendir bercampur darah. Proses pembukaan dan penipisan serviks ini, terbagi menjadi
2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan
fase aktif (7 jam) dari pembukaan 3 cm sampai pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif
dibagi 3 fase, yaitu fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi, dimana
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Kontraksi menjadi lebih kuatdan lebih sering pada
fase aktif. Keadaan 2tersebut dapat dijumpai pada primigravida maupun multigravida.
Pada primigravidaostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga
serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri eksternum membuka.Kala
I berlangsung sekitar 13-14 jam untuk primigravida dan 8-10 jam untuk multigravida.
Pertama tama ibu sedang dalam persalinan merasakan kontraksi (his) yang ringan atau
jarang, semakin lama semakin berat. Kontraksi terjadi sekitar 30-60 detik dan datang
setiap lima sampai 20 menit(Aprilia dkk, 2010).Dalam buku Ilmu Kebidanan menurut
Prawirohardjo (2009), his sesudah kehamilan 36 minggu lebih meningkat sampai
persalinan mulai, yakni permulaan kala I, frekuensi (jumlah his dalam waktu tertentu),
dan amplitudo (tiap tekanan kontraksi) his meningkat. Amplitudo uterus meningkat
terus sampai 60 mmHg pada akhir kala I dan frekuensi his menjadi 2 sampai 4
kontraksi tiap 10 menit. His menyebabkan pembukaan dan penipisan disamping
tekanan air ketuban pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang
makin masuk kerongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan
kepada serviks sehingga pembukaan menjadi lengkap. Kontraksi teratur minimal 3
kali dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik.Rasa nyeri pada
persalinan adalah manifestasi fisiologis dari adanya kontraksi (pemendekan) otot
rahim, sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas
yang berbeda pada masing masing individu. KozierB, Erb G, Berman A, Snider
SJ(2011) menjelaskan nyeri persalinan bersifat unik, karena nyeri persalinan berbeda
dengan nyeri lainnya, yaitu nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang
normal sedangkan nyeri yang lain mengikuti kondisi patologis. Peristiwa fisiologis
pada saat persalinan terkadang dapat menimbulkan trauma pada ibu karena nyeri yang
dialaminya. Beberapa ibu bahkan ada yang trauma untuk hamil dan melahirkan lagi
karena takut akan mengalami nyeri yang sama. Bagi ibu yang pernah melahirkan,
nyeri persalinan merupakan nyeri yang paling menyakitkanapalagi bagi ibu-ibu
PATOFISIOLOGI

1. Kala satu (kala pembukaan)


Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau dikenal
dengan “his” yang teratur dan meningkat (baik frekuensi maupun kekuatannya)
hingga serviks berdilatasi hingga 10 cm (pembukaan lengkap) atau kala pembukaan
berlangsung dari mulai adanya pembukaan sampai pembukaan lengkap. Pada
permulaan kala satu, his yang timbul tidak begitu kuat sehingga ibu masih koperatif
dan masih dapat berjalan-jalan. Kala satu persalinan dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase laten
1) Pembukaan servik 0 cm (awal) sampai 5 cm (akhir).
2) Kontraksi tidak teratur dan kemajuan dari teratur menjadi ringan ke sedang,
durasi 5 sampai 30 menit terpisah, 30 sampai 45 detik.
3) Pembukaan dan penipisan servik sebagian.
4) Pecahnya membrane/ketuban secara spontan (SROM) atau pecahnya
membran/ketuban buatan (AROM).
5) Ibu banyak berbicara dan bersemangat.
b. Fase aktif : Tahap 1 berakhir 8 sampai 20 jam (primigravida) atau 2 sampai 14
jam (multigravida/multipara) setelah mencapai fase ini.
1) Pembukaan servik 4 cm (awal) sampai 7 cm (akhir)
2) Kontraksi tidak teratur, sedang menjadi kuat, durasi 3 sampai 5 menit
terpisah, 40 sampai 70 detik.
3) Servik membuka 7 cm dengan penipisan servik yang cepat.
4) Dimulainya penurunan janin.
5) Ibu menjadi sangat cemas dan gelisah seiring dengan kontraksi yang
intensif; perasaan ketidaberdayaan mungkin dilaporkan.
c. Fase transisi : Berakhir saat pembukaan lengkap pada 10 cm
6) Pembukaan serviks 8 sampai 10 cm.
7) Kontraksi teratur, kuat menjadi sangat kuat, durasi 2 sampai 3 menit
terpisah, 45 sampai 90 detik.
8) Ibu lelah, marah, gelisah dan merasa tidak berdaya dan tidak mampu
menangani persalinan (ini adalah fase tersulit dalam persalinan).
9) Mual dan muntah dan sensasi kebutuhan untuk memiliki gerakan usus
mungkin terjadi.
10) Desakan untuk mengejan terjadi.
11) Blood show/pengeluaran lendir darah meningkat seiring dengan
pengeluaran air ketuban.
2. Kala dua (pengeluaran bayi)
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala dua disebut juga dengan kala pengeluaran
bayi. Tanda dan gejala kala dua adalah:
a. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Pada kala dua persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan teratur.
Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap dengan diikuti
keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan untuk meneran akan
mendorong bayi keluar. Kala dua berlangsung hingga 2 jam pada primipara dan 1
jam pada multipara.

Pada kala dua, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ke ruang
panggul sehingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan pada rektum sehingga
ibu merasa seperti mau buang air besar yang ditandai dengan anus membuka. Saat
adanya his bagian terendah janin akan semakin terdorong keluar sehingga kepala
mulai terlihat, vulva membuka dan perineum menonjol.

3. Kala tiga (pelepasan uri)


Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah kala dua persalinan, kontraksi uterus
berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan
plasenta pada lapisan Nitabuch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta
sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda:
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
1) Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di bawah pusat.
2) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berubah bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi fundus uteri
menjadi di atas pusat.
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan plasenta
secara Duncan/dari pinggir).

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah retensio


plasenta, plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir. Pada kasus retensio
plasenta, tindakan manuak plasenta hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan
terdapat perdarahan.

4. Kala empat (pemantauan)


Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu. Pada kala paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada 2 jam pertama
postpartum. Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah
perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa
plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi
dan mencegah perdarahan pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:
a. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.
b. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
c. Jika utrus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
yang sesuai.

Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan amplitudo
sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval
pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui
kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran
darah postpartum. Kekuatan his dapat diperkuat dengan memberi obat uterotonika.
Kontraksi ikutan saat menyusui bayi sering dirasakan oleh ibu postpartum, karena
pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin sangat
penting yang berfungsi:
a. Merangsang otot polos yang terdapat disekitar alveolus kelenjar mamae,
sehingg ASI dapat dikeluarkan.
b. Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi uteri.
c. Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi perdarahan
postpartum.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36039929/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KALA_I_II_III
_DAN_IV

http://asuhankeperawatandankasus.blogspot.com/2012/11/intra-natal.html

Anda mungkin juga menyukai