Anda di halaman 1dari 3

NAMA: DYAH AYU APRILYANTI

NIM: P17210193094

PRODI: D3 KEPERAWATAN MALANG

ETIKA KEPERAWATAN

TUGAS PERAWAT SEBAGAI ADVOKAT

KASUS

Ibu Jonah, 50 tahun, datang dengan keluhan nyeri saat BAK. Ibu Jonah mengeluhkan bila
BAK hanya sedikit-sedikit dan itupun terasa panas di perkemihan. Keluhan BAK di malam
hari   meningkat (lebih dari 5 kali) serta sering kali celana dalamnya basah tanpa sadar bahwa
beliau telah BAK. Hal ini sangat menggangu aktifitas beliau dan membuat tidak nyaman.

Dari kasus diatas, ada beberapa tindakan yang harus kita lakukan.

1. Ibu Jonah mengeluhkan nyeri saat BAK, tindakan yang harus kita lakukan aldalah
mengkaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri 1 – 10. Untuk pembagiannya
sebagai berikut.
1. Tingkat nyeri 1 – 3 berarti nyeri dalam keadaan ringan,
2. Tingkat 4 – 6 berarti nyeri dalam keadaan sedang,
3. Tingkat 7 – 10 berarti nyeri dalam keadaan berat,
4. Tingkat 10 berarti nyeri dalam keadaan sangat berat sekali.

1. Ibu Jonah mengeluhkan bila BAK hanya sedikit-sedikit dan terasa panas di
perkemihan, tindakan yang harus kita lakukan adalah :
1. Dengan BAK yang sedikit-sedikit maka kita harus memasangi kateter, tetapi
sebelumnya kita harus melakukan inform concent untuk advocacy kepada
pihak keluargank klien dan tenaga kesehatan itu sendiri.
2. Bila BAK, terasa panas di perkemihan, berarti itu adanya tanda-tanda infeksi,
maka kita harus memberi terapi antibiotika kepada pasien. Adapun tanda-
tanda infeksi itu antara lain rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa
sakit), dan tumor (pembengkakan).

1. Keluhan BAK di malam hari meningkat (lebih dari 5 kali) serta sering kali celana
dalamnya basah tanpa sadar bahwa beliau telah BAK, tindakan yang harus kita
lakukan adalah :
1. Dengan BAK di malam hari meningkat (lebih dari 5 kali), maka itu bisa terjadi
gejala Diabetes Millitus, dimana tanda-tanda diabetes secara umum adalah :

–          Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

–          Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)


–          Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

–          Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

–          Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

–          Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

–          Cepat lelah dan lemah setiap waktu

–          Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

–          Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

–          Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level
126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8
jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara
random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai
level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.

Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu
dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang
diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin
turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

1. Ibu Jonah sering kali celana dalamnya basah tanpa sadar bahwa beliau telah BAK,
berarti ibu Jonah terkena Inkontinensia Urin yaitu pengeluaran urin tanpa disadari
dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan dan sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar urin hanya
beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai
inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses). Ini merupakan salah satu keluhan
utama terutama pada penderita lanjut usia.

Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih
bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan
kemampuan/keinginan ke toilet. Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi.
Jika terjadi infeksi saluran kemih, maka tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila
vaginitis atau uretritis atrofi penyebabnya, maka dilakukan tertapi estrogen topical. Terapi
perilaku harus dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi. Dan, bila terjadi impaksi
feses, maka harus dihilangkan misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan
yang adekuat, atau jika perlu penggunaan laksatif.
Inkontinensia Urine juga bisa terjadi karena produksi urin berlebih karena berbagai sebab.
Misalnya gangguan metabolik, seperti diabetes melitus, yang harus terus dipantau. Sebab lain
adalah asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan
yang bersifat diuretika seperti kafein.

Gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin meningkat dan
harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Gangguan kemampuan ke toilet bisa disebabkan
oleh penyakit kronik, trauma, atau gangguan mobilitas. Untuk mengatasinya penderita harus
diupayakan ke toilet secara teratur atau menggunakan substitusi toilet. Apabila penyebabnya
adalah masalah psikologis, maka hal itu harus disingkirkan dengan terapi non farmakologik
atau farmakologik yang tepat. Pasien lansia, kerap mengonsumsi obat-obatan tertentu karena
penyakit yang dideritanya. Nah, obat-obatan ini bisa sebagai ‘biang keladi’ mengompol pada
orang-orang tua. Jika kondisi ini yang terjadi, maka penghentian atau penggantian obat jika
memungkinkan, penurunan dosis atau modifikasi jadwal pemberian obat. Golongan obat
yang berkontribusi pada IU, yaitu diuretika, antikolinergik, analgesik, narkotik, antagonis
adrenergic alfa, agonic adrenergic alfa, ACE inhibitor, dan kalsium antagonik.
PATOFISIOLOGI

Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:

–          Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau
bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah saluran kencing.

–          Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih.

–          Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak
dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.

Dalam masalah ini kita dapat melakukan pemasangan pempres kepada pasien, karena BAK
yang tidak disadari, tetapi sebelumnya harus kita berikan penkes kepada pasien serta
keluarganya mengenai bagaimana cara pemasangan serta penggunaan pempres ketika pasien
beraktivitas.

Dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh perawat seperti langkah-langkah diatas,
semoga itu akan dapat mengurangi sekaligus memulihkan keadaan pasien sehingga pasien
merasa aktifitasnya tidak terggangu lagi dan beliau merasa nyaman kembali .

Anda mungkin juga menyukai