Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dosen pengampu : Dwi Sulistyowati

DISUSUN OLEH:
1. MAHMUDAH RISKI H
2. MAYA NILAM CAHYA
3. RIYANA DEWI LESTARI
4. SITI AMINATUN (201801017)
5. TITIN PRIHATIN (201801018)
6. ZULIDIAH ANDRIANI (201801019)

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI


TAHUN AJARAN 2019/2010
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang TEKNIK
PENGUMPULAN DATA agar mahasiswa dapat memahaminya.
Makalah ini disusun agar pembaca lebih memahami mengenai pengertian pengumpulan
data, dan teknik pengumpulan data, jenis-jenis pengumpulan .Namun, penulis menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sekiranya dapat penulis gunakan sebagai masukan untuk perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran
dan kemudahan bagi kita semua.

 Pati, 18 Mei 2020

 Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang
ditujukan pada penyediaan  informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan
sistematis penelitian harus dilakukan dengan teknik tertentu yang dikenal dengan istilah teknik
penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan  kegunaan
tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak
diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket,
wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan
salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.
Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita harus
mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu, sehingga data yang
kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu. Dan dalam
kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral
dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena instrumen penelitian merupakan
alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang
diteliti. Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu merupakan alat yang digunakan
dalam penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu penelitian guna membuktikan
kebenaran atau menyanggah suatu hipotesa-hipotesa tertentu.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Untuk
memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan
realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen. Menyusun
instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan
mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena itu,
menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam  prosedur  penelitian yang tak dapat
dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga
kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam
rangka pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat.

3
B.       Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian teknik pengumpulan data?


2.    Apa saja teknik pengumpulan data?
3.    Bagaimana pengumpulan data dan jenis-jenis pengumpulan data

C.       Tujuan Pembahasan

1.    Untuk mengetahui pengertian teknik pengumpulan data.


2.    Untuk mengetahui teknik pengumpulan data.
3.    Untuk mengetahui teknik pengumpulan data serta jenis-jeis pengumpulan data

D. Manfaat Penulisan

1. Memberi pengetahuan kepada setiap individu, mengenai pengertian pengumpulan data,


dan teknik pengumpulan data, jenis-jenis pengumpulan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teknik Pengumpulan Data


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian teknik pengumpulan data adalah
proses, cara, perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Teknik pengumpulan data
ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menghimpun data. Teknik
(cara atau metode) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,
tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi dan lainya.  Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih
perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Dalam teknik
pengumpulan data diperlukan instrumen. Instrumen adalah alat yang dipakai untuk
mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik,
dan kimia), perkakas, sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk
mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih
dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar berpendapat bahwa instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara objektif. Sementara itu, Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa
instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara
kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara
teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi
mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan
untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari uraian  beberapa pakar di atas, dapat kami ambil suatu generalisasi bahwa teknik
pengumpulan data dan instrumennya adalah teknik dan alat bantu yang digunakan dalam
sebuah research untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara kuantitatif
atau kualitatif kemudian disusun secara sistematis.
B. Teknik-teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan

5
data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga
benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat
menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan
dalam melaksanakan pengumpulan data dalam satu penelitian akan berakibat langsung
terhadap proses dan hasil suatu penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan teknik dan
instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai
dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan
melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian
pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan proses pengumpulan
data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Pengumpulan data,
dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data
lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif),
atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif).
Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi penelitian, apakah
kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data: observasi,
focus group discussion (FGD), wawancara mendalam (indent interview), dan studi kasus (case
study). Sedangkan dalam penelitian kuantitatif dikenal teknik pengumpulan data: angket
(questionnaire), wawancara, dan dokumentasi.
Beberapa teknik pengumpulan data secara umum:
1. Observasi (pengamatan)
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi. Mursall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the
researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior” melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi berpartisifasi
(participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt observastion
and covert observastion), observasi yang tak berstruktur (unstructured observation),[5] masing-
masing tipe dan jenis observasi tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek material
sumber data penelitian.

6
a. Observasi Partisipatif (participant observastion).
Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam penelitian yang tujuannya
adalah untuk mendapatkan data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan
keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok orang dilingkungan alamiah
mereka. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah tujuan dan menempatkan dirinya
sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya. Susan Stainback (1998), menyatakan
bahwa “in participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they
say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka.
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang terjadi di
lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam kategori peran
partisipan dilapangan yaitu:
1) Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota
penuh dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun dari
yang diamati, termasuk yang barang kali yang dirahasiakan.
2) Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai
pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini
sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja, sehingga tidak melebur secara fisik
maupun psikis dalam pengertian yang sesungguhnya.
3) Pengamat sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat
ikut melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati
meskipun belum sepenuhnya.
4) Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati
terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.
[8]
b. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif diantaranya adalah
untuk menemukan dan mengungkap fakta yang ada di lapangan secara alamiah (natural
setting). Konsekuensinya peneliti harus secara cermat dan bijaksana menerapkan teknik
pengumpulan data di lapangan pada nara sumber, agar benar-benar data diperolehnya bersifat
alamiah.
Oleh karena itu dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data “menyatakan terus
terang kepada sumber data (kepada masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti sedang

7
melakukan observasi dalam penelitian”. Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh peneliti
diketahui semuanya oleh orang yang diteliti. “Tapi dalam suatu saat peneliti tidak terus terang
atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari
merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang,
maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
c. Observasi Tak Berstruktur
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus penelitian
belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau
masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat
dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan di observasi. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang
apa yang akan diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan instrumen yang
telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Selanjutnya Spradley (1980) mengatakan dalam penelitian kualitatif memiliki tahapan
dan objek yang observasi. Tahapan observasi, yaitu; Observasi deskriftif, Observasi terfokus,
dan Observasi terseleksi. Dan objek yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan
kegiatan (aktivitas).
Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa item pokok, yaitu;
Ruang (tempat) dalam aspek fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi;
Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda yang
terdapat di tempat itu; Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian atau peristiwa,
yaitu rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu apa yang ingin
dicapai dan emosi; Perasaan yang dirasakan dan dinyatakan.
2. Questioner (Kuesioner/Angket)
Questioner disebut pula angket atau self administrated questioner adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk
diisi. Berdasarkan cara menyusun petanyaan dalam teknik questioner ini dibagi menjadi dua:
a. Kuesioner terbuka (Opene and Items)
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan tidak disediakan
jawaban pilihan sehingga responden dapat bebas/terbuka luas untuk menjawabnya sesuai
dengan pendapat/pandangan dan pengetahuannya.
Kelebihan kuesioner terbuka adalah :
1) Menyusun pertanyaan sangat mudah

8
2) Memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab dan mencurahkan isi
hati dan pemikirannya.
Kelemahan kusioner terbuka adalah :
1) Untuk peneliti sangat sulit mengolah dan mengelompokkan jawaban karena sangat
bervariasinya jawaban yang diberikan oleh responden
2) Pengolahan jawaban memakan waktu yang lama, satu dan lain hal peneliti harus
membaca satu persatu
3) Untuk peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena tulisannya sulit dibaca,
kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan oleh responden
4) Rasa malas akan timbul pada responden yangtidak mempunyai banyak waktu luang
untuk menjawab.
b. Koesioner tertutup (Closed and Items)
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan telah disediakan
jawaban pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari jawaban yang telah
disediakan.
Kelebihan kuesioner tertutup adalah :
1) Untuk peneliti, mudah mengolah jawaban yang masuk
2) Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam pengelompokkan jawaban menjadi
singkat karena dapat memanfaatkan bantuan enumerator
3) Untuk responden, mudah memilih jawaban
4) Untuk responden, dalam mengisi jawaban mmerlukan waktu singkat.
Kelemahan kuestioner tertutup adalah :
1) Untuk peneliti, dalam penyusunan pertanyaan perlu berhati-hati agar tidak ditafsirkan
lain (berarti ganda)
2) Untuk responden, kebebasan menjawab merasa dibatasi.
3. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh
pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to
exchange information and idea through question and responses, resulting in-communication
and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.

9
Menurut Mishler (1986:82), ia mengungkapkan tentang wawancara lapangan adalah
produksi bersama peneliti dan anggota. Anggota yang peserta aktif yang wawasan, perasaan,
dan kerjasama merupakan bagian penting dari proses diskusi yang mengungkapkan makna
subjektif. Kehadiran pewawancara dan dari keterlibatan bagaimana dia mendengarkan,
menghadiri, mendorong, menyela, digresses, memulai topik, dan berakhir tanggapan-
merupakan bagian integral akun responden.
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu; Wawancara
terstruktur (structured interview); Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview);
Wawancara tak berstruktur (unstructured Interview).
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam
penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
6) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
Jenis pertanyan yang dapat ditanyakan dalam wawancara adalah:
1) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah dikerjakannya atau
yang lazim dikerjakannya.
2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang sesuatu.
3) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang,
gembira,curiga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau diciumnya,
diuraikan secara deskriptif.
6) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan
sebagainya.
Beberapa aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi kekosongan terhadap
sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi pertanyaan dapat melingkupi dimensi waktu, seperti
tentang apa-apa yang dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan datang. Dan
pada intinya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus berpedoman pada arah penelitian
atau harus sesuai dengan tujuan penelitian.

10
Adapun alat-alat yang digunakan dalam kegiatan wawancara adalah :
1) Buku catatan, berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau percakapan
dengan sumber data, sekarang sudah banyak komputer-komputer kecil, notebook
yang dapat digunakan untuk mencatat hasil pembicaraan.
2) Tape recorder, berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.
Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan
boleh atau tidak.
3)  Kamera, berguna untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan
dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto-foto ini dapat meningkatkan
keabsahan dan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan
pengumpulan data.
4. Document (Dokumen)
Dokumen adalah catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan,
gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk tulisan,
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD,
DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis,
patung naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dokumen merupakan rekaman kejadian masa
lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan
dokumen-dokumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik yang
beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data statistik pengajaran.[23] Nasution
menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia (non human resources), antara lain
adalah dokumen, foto dan bahan statistik.
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala
dokumen tersebut memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan dokumen
dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
a. Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi
pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak/belum
diketahui. Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
b. Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna
karena memberi konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna
karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.

11
c. Conditional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa
kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat
dokumen tersebut.
d. Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam
hubungan dengan kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh
masyarakat, kiyai, ulama’, atau tokoh lainnya.
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya jika didukung
oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya
tulis akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibel yang
tinggi, misalnya terdapat berbagai foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat
untuk kepentingan tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.
C. Jenis-jenis pengumpulan data
Segala keterangan mengenai variabel yang diteliti disebut data. Data penelitian pada
dasarnya dikelompokan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Pada kualitatif dinyatakan
dalam bentuk kata atau kalimat. Misalnya, data dalam bentuk tingkatan : pandai, sedang,
bodoh, kaya sekali, kaya, sedang, miskin sekali. Data kuantitatif dinyatakan dalam bentuk
angka. Dalam penelitian, sering kali data kualitatif, terutama dalam bentuk tingkatan,
ditransformasikan dalam data kuantitatif dengan memberikan symbol angka secara berjenjang
pula, atau dengan menghitung frekuensi secara terpisah satu dengan yang lain. Dengan
transformasi seperti itu analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan
statistic tertentu. Dibawah ini akan dikemukakan jenis data kuantitatif, baik berasal dari
transformasi data kualitatif maupun sejak semula sudah bersifat kuantitatif.
a. Data skala nonminal
Data skala nonminal ditetapkan berdasarkan proses penggolongan mencakup penempatan
objek kedalam kategori-kategori yang mempunyai perbedaan kualitatif bukan berdasar
kuantitatif. Dalam ukuran ini, tidak ada asumsi tentang jarak maupun urutan antara kategori
dalam ukuran itu. Satu-satunya hubungan yang ada di antara kategori-kategori itu adalah
bahwa kategori-kategori yang telah ditetapkan itu mewakili “lebih” atau “kurang”-nya cirri yang
ada.
Penggolongan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan, misalnya,
merupakan contoh data skala nominal. Angka yang digunakan pada tingkat nominal ini, hanya
dipergunakan untuk mengidentifikasikan bagaimana kedudukan kategori tersebut terhadap

12
kategorinya lainnya. Angka hanyalah sekedar “label”. Sebagai contoh angka satu yang
diberikan kepada jenis kelamin perempuan tidak menunjukan bahwa kepandaian perempuan
dua kali dari laki-laki. Demikian juga angka atau nomor yang diberikan kepada para pemain
sepak bola. Dalam hal ini tidak akan dikatakan bahwa pemain dengan nomor punggung tujuh
merupakan pemain yang lebih baik dari pada pemain yang nomor empat.
Demikian pula tidak akan bahwa perbedaan kemampuan pemimpin antara nomor dua dan
empat. Angka dalam skala nominal sudah tentu tidak dapat diolah secara matematis melalui
proses penambahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Orang hanya dapat
menggunakan prosedur statistic berdasarkan data perhitungan belaka. Misalnya, melaporkan
jumlah hasil pengamatan dalam setiap kategori.
b. Data Skala Ordinal
Data skala ordinal ialah data yang disusun berdasarkan jenjang dalam atribut tertentu,
tanpa menunjukan jarak antara posisi tersebut. Angka yang ditetapkan dalam data skala ordinal
hanya menunjukan urutan posisi, tidak lebih dari itu. Baik peredaan ataupun perbandingan
antara angka-angka tersebut juga tidak ada artinya. Jika angka 1,2,3, dan seterusnya dipakai
dalam pengukuran ordinal, maka tidak ada implikasi bahwa jarak antara urutan 1 dan urutan 2
sama dengan jarak antara urutan 2 dan urutan 3, begitu seterusnya. Jarak antara anak yang
menduduki urutan 1 dengan anak yang menduduki urutan 2 isa, lebih pendek, atau lebih jauh
dari pada jarak antara anak urutan2 dan urutan 3.
Dasar untuk menafsirkan besarnya perbedaan angka-angka itu, tidak ada. Dalam lomba lari
yang tak dihitung waktunya, pertama kali, kedua, ketiga, dan seterusnya, kita tidak mengetahui
berapa perbandingan kecepatan pelari itu satu sama lain. Perbedaan antara pemenang
pertama dan kedua tidak selalu harus sama dengan perebedaan antara pemenang kedua dan
ketiga, atau ketiga dan keempat. Juga tidak dapat dikatakan, pelari kedua, dua kali lebih cepat
dari pada pelari keempat. Hitungan tambah, kurang, kali, dan bagi tidak dapat digunakan pada
data skala ordinal. Statistic yang sesuai bagi skala ordinal adalah terbatas. Karena besar jarak,
interval antara kategori-kategori tidak diketahui. Statistic, cocok untuk skala ordinal.
c. Data skala interval
Data skala interval adalah data yang memberi jarak interval yang sama dari suatu titik asal
yang tidak tetap. Data ini tidak semata-mata mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu
atribut, tetapi juga memberikan informasi tentang interval antara satu orang atau objek dengan
orang atau objek lainnya. Tetapi data lain ini tidak memberikan informasi tentang jumlah
absolute atribut yang dimiliki seseorang karena tidak memiliki titik tolak mutlak. Titik nol pada
test psikologi atau test pendidikan tidak ada patokannya. Sebagai contoh, tidak ada angka

13
kecerdasan nol; tidak ada suatu cara pun dalam test kecerdasan baku yang dapat dipakai untuk
menetapkan bahwa seseorang mempunyai tingkat kecerdasan nol. Kalau ada tiga orang
mahasiswa memperoleh skor 15, 30, dan 45 dalam ujian statistic, tidak dapat dikatakan ahwa
mahasiswa yang memperoleh skor 30 mempunyai pengetahuan statistic dua kali lipat dari
mahasiswa yang mendapat nilai 15. Untuk memahami hal itu, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Andai kata dosen statistic tersebut menambah lima belas soal yang sangat mudah, dan ketiga
skor itu kini berubah menjadi 30, 45, dan 60. Kemudian dibuat perbandingan skor pada skala
interval ini, maka akan terjadi kekeliruan laporan bahwa mahasiswa yang memperoleh niali 60
mempunyai pengetahuan statistic dua kali lipat dari pada mahasiswa yang memperoleh nilai 30.
Dalam perbandingan sebelumnya dianggap bahwa mahasiswa yang bersangkutan mempunyai
pengetahuan statistic tiga kali lipat dari pada mahasiswa yang lainnya itu. Meskipun demikian,
data skala interval merupakan nilai kuantitatif yang paling banyak digunakan, karena ia memiliki
jarak yang sama antara dua nilai yang terdekat. Disamping itu, sebagian besar teknik
perhitungan statistic dikembangkan dengan menggunakan data ini.
d. Data Sakal Ration
Data sakala ratio adalah skala yang memiliki titik nol sejati, sehingga bilamana suatu
gejala dinyatakan nol berarti gejala itu sama sekali tidak ada. Disamping itu, data ini mempunyai
jarak dalam bentuk satuan yang sama, sehingga gejala-gejala dimaksudkan dapat dinyatakan,
dan dibandingkan secara pasti. Misalnya, seseorang dapat memberi arti bahwa berat barang 4
kg adalah dua kali lipat berat dan barang yang beratnya 2 kg. demikian pula jarak 4 cm adalah
setengah dari jarak 8 cm dan seterusnya.

14
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk menghimpun data. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam sebuah
penelitian untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara kuantitatif atau
kualitatif kemudian disusun secara sistematis. Teknik-teknik pengumpulan data antara lain; a)
Interview, b) Dokumen, c) Observasi, d) Kuesioner/angket.

Jenis- jenis pengumpulan data


1. Data skala nonminal
2. Data skala ordinal
3. Data skala interval
4. Data skala rotation

B. Saran

Materi teknik pengumpulan data ini sangat berguna bagi mahasiswa dalam melakukan
penelitian. Namun, pada pengaplikasiannya dalam penelitian, peneliti harus memperhatikan
cara-cara dan teknik apa yang akan digunakan dalam penelitiannya, karena pemilihan teknik
yang tepat dalam penelitian akan menentukan hasil dari penelitian tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hadjar,  Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Raja


Grafindo Persada.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Tekniklogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009.
Sugiyono, Teknik Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2012.
Pengumpulan Data Penelitian http://www.konsistensi.com/2013/04/13.html. (29 September
2015).
Langkah-langkah Sebelum, Selama dan Setelah Wawancara
https://liwunfamily.wordpress.com/2014/09/01/5- (29 September 2015).

16

Anda mungkin juga menyukai