Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KMB 1

“ASUHAN KEPERAWATAN TYPHOID”

DOSEN PENGAMPU:

MASHUDI,S.Kep.,Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

ANGGIE MINARN BR.BUTAR-BUTAR (PO71200190030)


BEBY TRI PRATIWI (PO71200190028)
M.OKTARIANSYAH (PO71200190034)
SHERLIN SEPTIA DEPI (PO71200190036)
PITA FEBRIAZCMI RAHMAD N (PO712001900626)
RIKA MARDIANTI (PO71200190032)

TINGKAT: II B DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah KMB 1 dengan judul “ASKEP TYPHOID

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pebimbing mata kuliah KMB 1 yang telah membimbing dalam menyusun makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jambi, 09 Agustus 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................2

2.1 Pengertian Typus Abdominalis........................................................................................2


2.2 Etiologi.............................................................................................................................2
2.3 Manifestasi Klinik............................................................................................................2
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................................4

3.1 Pengkajian........................................................................................................................4
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................4
3.3 Intervensi..........................................................................................................................5
3.4 Implementasi....................................................................................................................8
3.5 Evaluasi ............................................................................................................................8
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................9
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................9
4.2 Saran.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung
meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik
dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak
menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau
sallmonela paratypi A, B dan C. Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu
melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada
minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk
pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi
saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman
menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.

Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam,
sakit kepala dan ketidak enakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai
gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Typus Abdominalis?
2. Apa yang menyebabkan Typus Abdominalis?
3. Bagaimana tubuh manusia bisa terkena Typus Abdominalis?
4. Bagaimana contoh Askep Typhoid?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Typus Abdominalis.
2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan Typus Abdominalis.
3. Untuk mengetahui bagaimana tubuh manusia bisa terkena Typus Abdominalis.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Typus Abdominalis

Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada
aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa atau Salmonella paratyphi A, B
dan C, selain ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Dalam masyarakat
penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut
Typhoid fever atau Thypus abdominalis karena berhubungan dengan usus di dalam perut
(Widoyono, 2002).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan
kesadaran (Sudoyo, 2009).

2.2 Etiologi

Penyakit tipes (Thypus abdominalis) merupakan penyakit yang ditularkan melalui


makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa, (food and water borne
disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus menandakan bahwa dia mengkonsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai suatu
spesies, termasuk dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma
proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus Salmonella.
Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri
dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen V1 (hyalin, protein
membrane). Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen
tersebut (Zulkhoni, 2011).

2.3 Manifestasi Klinik

Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis yang timbul
sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penakit

2
yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klnis penyakit ini
ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu :
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam
hari (Widodo Joko, 2006).

2.4 Patofisiologi

Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu
Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Yang paling menojol yaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya menuju
lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi lolos masuk
ke usus halus bagian distal (usus bisa terjadi iritasi) dan mengeluarkan endotoksin sehingga
menyebabkan darah mengandung bakteri (bakterimia) primer, selanjutnya melalui aliran darah
dan jaringan limpoid plaque menuju limfa dan hati. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan
menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan demikian akan meningkat.sehingga beresiko
kekurangan cairan tubuh.Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau
antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-angsur
sembuh (Zulkoni.2011)

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari proses
keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga didapatkan informasi
yang tepat. Ada beberapa faktor yang harus diperhatiakn antara lain:
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh
salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan,
jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor
predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah penulisan klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas tentang masalah kesehatan/ proses keperawatan yang actual dan potensial (Doengos,
dkk.:2000).
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :
a.       Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah
b.      Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah
c.       Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
d.      Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
e.       Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
f.       Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau
informasi yang tidak adekuat.

4
3.3 Perencanaan
Menurut Carperito dan Moyet, (2007 : 83) perencanaan dalam proses keperawatan adalah
metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu menentukan prioritas,
merumuskan tujuan dan membuat intervensi keperawatan.
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada
klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut:
Diagnosa. 1
Resiko tinggi gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tanda-
tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan
peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada
waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi
lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam
pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.

Diagnosa. 2
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil
Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus
normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir
tidak pucat.

5
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah
baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien
makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi
lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgesik seperti (ranitidine).

Diagnosa 3
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi
komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres
dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan
keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.

Diagnosa 4
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteria hasil
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien
seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang

6
yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin
sesuai indikasi.

Diagnosa 5
Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi purulen/drainase serta
febris.
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor
tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.

Diagnosa 6
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi
yang tidak adekuat
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil
Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta
dalam pengobatan.
Intervensinya
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan
kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila
ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih
berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa
yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

7
3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kategori dan prilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan
yang diperlukan untuk mencaspai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
Potter dan Perry (1999) pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan, membantu atau
mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan keputuana atau pendapat tentang Carpenito dan Moyet (2007)
sedangkan menurut Rubenfeld dan Scheffer (1999). Evaluasi adalah tindakan memeriksa setiap
aktivitas dan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai.
Adapun tipe-tipe evaluasi yang harus perawat lakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien
meliputi :
evaluasi masalah kolaboratip yaitu mengumpulkan data yang telah dipilih,
membandingkan data untuk mencapai data normal. Menilai data yang di dapat dengan nilai
normal. Evaluasi diagnosis keperawatan dan peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari
status perencanaan keperawatan dan hasil yang di dapat.
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan
gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan
terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang
penyakitnya.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Typhoid yaitu penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella
thypi dan Salmonella para typhi A,B,C. Penyebab terjadinya typhoid yaitu karena adanya
infeksi bakteri Salmonella typh, Salmonella paratyphi A, B, dan C.
Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan bakteri
Salmonella typhi kepada orang lain. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
Salmonella.
Typhoid dapat dicegah dan dihindari penularannya yaitu dengan cara meningkatkan
hygiene sanitasi makanan dan lingkungan, vaksinasi, meminum air yang telah dimasak, dan
menggunakan penyepit, sendok, atau garpu bersih untuk mengambil makanan. Dengan hal-
hal tersebut, kita akan mengurangi jumlah insiden typhoid yang seharusnya hal-hal tersebut
merupakan kewajiban sehari-hari dan bukan hanya diterapkan saat sedang musim wabah.

4.2 Saran

Dari uraian makalah yang telah disajikan diatas, agar terhindar dari typhoid, sebaiknya
selalu menjaga kebersih lingkungan dan makanan yang dikonsumsi harus bersih. Sebagai
tenaga kesehatan, kita sebaiknya memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada
anak-anak supaya menjaga kebersihan, baik kebersihan lingkungan, makanan, air minum,
dan kebersihan diri sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC


Nafiah, Farihatun. 2018. Kenali Demam Tifoid dan Mekanismenya. Yogyakarta: Budi Utama
https://www.academia.edu/10434909/Tifus_Abdominalis
https://www.sehatq.com/penyakit/demam-tifoid
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1005/4/4.Chapter2.pdf
http://ekkyraharia.blogspot.com/2013/03/asuhan-keperawatan-dengan-thypoid-fever.html

10

Anda mungkin juga menyukai