14239-Article Text-41693-2-10-20180130
14239-Article Text-41693-2-10-20180130
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi
Intertekstualitas dalam Novel Tembang Cinta Bumi Sunda Karya Aan Merdeka
Permana dengan Novel Gajah Mada Perang Bubat Karya Langit Kresna Hariadi
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
_________________________________________________________________
The phenomenon of Perang Bubat is an historical phenomenon that was happened in the 14th century, which
was in 1357 CE. Intertextuality is widely meant to a link between a text and another text. The study was
conducted by finding out the correlations of meaning between two texts or more. The purpose of the study is to
describe the expansion, conversion, and modification in TCBS novels and GMPB novel. In analyzing the data,
the study used descriptive qualitative technique. According to the results of study, it can be concluded that (1)
expansion of TCBS novel and GMPB novel included to: the love for Dyah Pitaloka Citraresmi, (2) conversion
of TCBS novel and GMPB novel included to: Gajah Mada and the conquered planning of Sunda Galuh, Prabu
Maharaja Linggabuana would not be died in Bubat, and Dyah Pitaloka Citraresmi was lost. (3) modification
of TCBS novel and GMPB novel included to: Gajah Mada and Podang Salisir, Gajah Mada and Sang Prajaka,
the messenger of Majapahit, Hayam Wuruk gave choices, tribute, the painter of Dyah Pitaloka Citraresmi, the
love for Dyah Pitaloka Citraresmi, the love from Dyah Pitaloka Citraresmi, the troops conversation, Prabu Putri
Dyah Pitaloka Citraresmi, amukti palapa, the memorandum of marriage implementation, the hunch,
welcoming the arrival of Sunda, and the spirit of fighting. From the study results above, it was known that there
are expansion, conversion, and modification in the TCBS novel and GMPB novel.
7
Dean Perdana dkk. / Jurnal Sastra Indonesia 6 (1) (2017)
8
Dean Perdana dkk. / Jurnal Sastra Indonesia 6 (1) (2017)
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, modifikasi (perubahan) yang terdapat dalam
sehingga penelitian tersebut bisa dijadikan acuan novel TCBS dan novel GMPB.
bandingan, serta tolok ukur untuk penelitian ini. Hasil analisis data dalam penelitian ini
Beberapa penelitian yang yang turut mengilhami akan disajikan dengan menggunakan metode
penelitian ini adalah Celia Helen Thompson penyajian formal dan informal. Metode
(2009), Raimondo Murgia (2013) Carrisa Jihan penyajian formal adalah perumusan dengan
Aulia Panigoro (2016), Aditya Erlangga (2013), tanda-tanda dan lambang-lambang, sedangkan
Daratullaila Nasri (2015), dan Enung Nurhayati metode penyajian informal adalah penyajian
(2011). hasil analisis dengan uraian kata-kata biasa dan
Selain kajian pustaka juga akan dengan menunjukkan intertekstual dalam novel
dipaparkan mengenai teori yang mendukung TCBS karya Aan Merdeka Permana dengan
pembahasan sebagai landasan pokok dalam novel GMPB karya Langit Kresna Hariadi.
pengkajian. Teori yang digunakan dalam skripsi
ini, yaitu (1) intertekstual yang meliputi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
perbandingan antar teks dan hubungan antar
teks, (2) hipogram yang meliputi ekspansi Penelitian terhadap novel TCBS dengan
(perluasan), konversi (pemutarbalikkan), dan novel GMPB ini menggunakan teori
modifikasi (perubahan). intertekstual. Pertama, akan dianalisis dan
Prinsip intertekstual menurut Suwardi dibahas ekspansi (perluasan) cerita dalam kedua
Endraswara (2008:142). Studi intertekstual novel tersebut. Kedua, akan dianalisis dan
memiliki prinsip antara lain: (1) sebuah teks dibahas konversi (pemutarbalikkan) cerita dalam
mengandung berbagai teks lain; (2) menganalisis kedua novel tersebut. Ketiga, akan dianalisis dan
unsur intrinsik dan ekstrinsik, (3) karya dibahas modifikasi (perubahan) cerita dalam
pengarang sebenarnya lahir tidak dalam kedua novel tersebut.
kekosongan budaya, sehingga pengaruh karya
lain sangat dimungkinkan. Ekspansi Novel TCBS Karya Aan Merdeka
Permana dengan Novel GMPB Karya Langit
METODE PENELITIAN Kresna Hariadi Permana
Ekspansi, yaitu perluasan pengembangan
karya. Ekspansi itu tak sekedar repetisi, tetapi
Sasaran atau objek yang dikaji dalam
termasuk perubahan gramatikal dan perubahan
penelitian ini adalah intertektual dalam novel
jenis kata. Dari sebuah cerita, kita sengaja
TCBS karya Aan Merdeka Permana dengan
menambahkan beberapa bagian di sana-sini,
novel GMPB karya Langit Kresna Hariadi. Lebih
namun masih dengan ide dasar, setting dan tokoh
rinci penelitian ini difokuskan pada bentuk
yang sama
hipogram yang berupa ekspansi (perluasan),
konversi (pemutarbalikkan), dan modifikasi
Perasaan Cinta untuk Dyah Pitaloka Citraresmi
(perubahan) yang terdapat dalam novel TCBS
dan novel GMPB. Pendekatan yang digunakan Orang yang memendam rasa kepada
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif seseorang akan menunjukkan sebuah tanda-
deskriptif. tanda tertentu yang bisa dilihat dengan terjadinya
Data yang dijadikan objek penelitian perubahan pada tingkah lakunya. Kesamaan
adalah bagian-bagian teks novel TCBS karya Aan pada kedua novel tersebut diceritakan hadirnya
Merdeka Permana dengan novel GMPB karya tokoh yang mencintai Dyah Pitaloka Citraresmi.
Langit Kresna Hariadi yang memperlihatkan Pada novel TCBS adanya perluasan penyebutan
bentuk-bentuk intertekstual. Pengumpulan data tokoh yang memiliki perasaan cinta kepada Dyah
dalam penelitian ini dianalisis dengan cara Pitaloka Citraresmi.
mencari bentuk hipogram yang berupa ekspansi
(perluasan), konversi (pemutarbalikkan), dan
9
Dean Perdana dkk. / Jurnal Sastra Indonesia 6 (1) (2017)
Konversi Novel TCBS Karya Aan Merdeka Namun pada novel TCBS Dyah Pitaloka
Permana ke dalam Novel Gajah Mada Perang menghilang pada saat akan dibawa secara paksa
Bubat Karya Langit Kresna Hariadi oleh prajurit Majapahit.
Konversi yaitu pemutarbalikan hipogram
atau matriknya. Konversi berarti benar-benar Modifikasi Novel TCBS Karya Aan Merdeka
mengubah cerita 180 derajat Permana dengan Novel GMPB Karya Langit
Kresna Hariadi
Gajah Mada dan Rencana Taklukkan Sunda Galuh Modifikasi, adalah perubahan tataran
Gajah Mada adalah tokoh yang linguistik, manipulasi urutan kata dan kalimat.
berpengaruh pada zaman Majapahit. Gajah Dapat saja pengarang hanya pengganti nama
Mada juga terkenal dengan Sumpah Palapa yang tokoh, padahal tema dan jalan ceritanya sama.
tercatat di dalam kitab Pararaton (Kitab Raja- Jadi, modifikasi yakni manipulasi kata dan
raja). Ia menyatakan tidak akan memakan buah kalimat atau manipulasi tokoh dan plot cerita.
palapa sebelum berhasil menyatukan Nusantara, Jadi ada bagian yang kita ubah sesuai dengan
termasuk Sunda Galuh. Pada novel GMPB, kemauan kita, namun tak mengubah keseluruhan
diceritakan Gajah Mada mempunyai rencana cerita seperti dalam konversi tadi
untuk menaklukkan Sunda Galuh dan
menjadikan Dyah Pitaloka Citraresmi menjadi Gajah Mada dan Podang Salisir
putri persembahan tanda pengakuan kebesaran Novel GMPB menceritakan Hayam
Majapahit dan mengakibatkan perang di Bubat Wuruk hendak mencari seorang istri, dan
terjadi, namun pada novel TCBS, Gajah Mada Majapahit mengutus para juru lukisnya ke semua
tidak tahu apa pun tentang perang di Bubat. penjuru Nusantara untuk melukis putri-putri dari
berbagai kerajaan yang kelak akan dipilihnya
Prabu Maharaja Linggabuana Tidak Gugur di untuk menjadi permaisuri, termasuk Sunda
Bubat Galuh. Tokoh yang menjadi utusan yang diminta
Prabu Maharaja Linggabuana dinobatkan untuk melukis Dyah Pitaloka Citraresmi adalah
menjadi Raja Sunda Galuh pada tahun 1350 Podang Salisir, dan terjadi perubahan tokoh yang
Masehi, tujuh tahun sebelum terjadinya Perang terlihat pada novel TCBS yang diminta untuk
Bubat. Diceritakan pada naskah-naskah melukis Dyah Pitaloka Citraresmi adalah Gajah
terdahulu seperti naskah kuno yang bernama Mada.
Kidung Sunda atau Kidung Sundayana bahwa
Prabu Maharaja Linggabuana gugur di Bubat. Gajah Mada dan Sang Prajaka
Novel GMPB menceritakan ketika perang Bubat Novel GMPB menghadirkan tokoh yang
terjadi, Prabu Maharaja Linggabuana gugur, memiliki banyak bakat dan ketertarikan kepada
sedangkan pada novel TCBS terlihat ada bentuk seni, dan tokoh tersebut adalah Sang
pemutarbalikkan pada fakta tersebut. Prabu Prajaka. Adanya perubahan tokoh yang terlihat
Maharaja Linggabuana tidak gugur di Bubat, pada novel TCBS, tokoh yang memiliki banyak
bahkan sempat melarikan diri ke arah Barat bakat dan ketertarikan kepada bentuk seni adalah
beserta prajurit-prajurit yang tersisa. Gajah Mada.
10
Dean Perdana dkk. / Jurnal Sastra Indonesia 6 (1) (2017)
Dyah Pitaloka Citraresmi adalah Patih karya Langit Kresna Hariadi, tokoh yang melukis
Maduratna, sedangkan pada novel TCBS terlihat Dyah Pitaloka Citraresmi adalah Saniscara.
ada perubahan, tokoh yang menjadi utusan dari Namun pada novel TCBS karya Aan Merdeka
Majaphit untuk meminang Dyah Pitaloka Permana, tokoh yang melukis Dyah Pitaloka
Citraresmi adalah Gajah Mada. Citraresmi adalah Pemuda Ramada.
11
Dean Perdana dkk. / Jurnal Sastra Indonesia 6 (1) (2017)
Pitaloka Citraresmi menjadi Raja Sunda Galuh Hayam Wuruk. Sedangkan pada novel TCBS,
berikutnya setelah Prabu Maharaja Linggabuana. tokoh yang merasakan firasat tidak baik adalah
Keputusan tersebut dikarenakan Prabu Maharaja Rakean Rangga, dan Pandan Kasih.
Linggabuana memiliki alasan tersendiri, yaitu
Sunda Galuh tidak ingin berperang dengan Sambutan Kedatangan Sunda
Majapahit, serta tak ingin Sunda Galuh terjajah Pada novel GMPB menceritakan
karena Sumpah Palapa yang pernah diucapkan rombongan Sunda datang di Bubat namun tidak
oleh Gajah Mada. Sedangkan pada novel TCBS ada sambutan apa pun, namun pada novel TCBS
yang menjadi Raja Sunda masih Prabu Maharaja diceritakan ada sambutan ketika rombongan
Linggabuana Sunda datang di Bubat.
12
Dean Perdana dkk. / Jurnal Sastra Indonesia 6 (1) (2017)
13