Anda di halaman 1dari 117

TUGAS AKHIR (602502A)

ANALISA PENYEBAB PENERAPAN METODE FULL


OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) KURANG
OPTIMAL PADA TAHAP ON BLOCK OUTFITTING

RIZAL HIDAYATULLAH
NRP. 0217030026

DOSEN PEMBIMBING
BACHTIAR, ST., MT.
NIP. 197012041995011001

PROGRAM STUDI
DIPLOMA III TEKNIK BANGUNAN KAPAL
JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2020
(Halaman sengaja dikosongkan)

ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

ANALISA ANALISA PENYEBAB PENERAPAN METODE FULL


OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) KURANG OPTIMAL PADA
TAHAP ON BLOCK OUTFITTING

Disusun Oleh:
Rizal Hidayatullah
0217030026

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Program Studi D3 Teknik Bangunan Kapal
Jurusan Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : ….


Periode Wisuda : Nopember 2020

Menyetujui,

Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan

1. Bachtiar, ST, MT. (0004127002) (………………………………………)

2. (……….) (………………………………………)

3. (……….) (………………………………………)

Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan

1. Bachtiar, ST, MT. (0004127002) (………………………………….....)

Menyetujui Mengetahui

Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

Ruddianto, ST., MT. Ir. Hariyanto Soeroso, MT.


NIP. 196910151995011001 NIP. 196910151995011001
i
(halaman sengaja dikosongkan)

ii
No. : F.WD I. 021
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Date : 3 Nopember 2015
Rev. : 01
Page : 1 dari 1

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Rizal Hidayatullah
NRP. : 0217030026
Jurusan/Prodi : D3 - Teknik Bangunan Kapal

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :


ANALISA ANALISA PENYEBAB PENERAPAN METODE FULL
OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) KURANG OPTIMAL PADA
TAHAP ON BLOCK OUTFITTING
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Surabaya,...................................
Yang membuat pernyataan,

(Rizal Hidayatullah)
NRP. 021703002

iii
(halaman sengaja dikosongkan)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala nikmat yang telah
dilimpahkan berupa nikmat kesehatan dan ilmu yang insyaAllah bermanfaat serta
dapat berguna bagi berbangsa dan bernegara, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ANALISA ANALISA PENYEBAB
PENERAPAN METODE FULL OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS)
KURANG OPTIMAL PADA TAHAP ON BLOCK OUTFITTING ” ini
dengan baik dan tepat waktu. Penyelesaian tugas akhir ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
(Amd) dan juga merupakan salah satu kurikulum yang ada di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak
lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan, serta kerja sama yang baik dari
berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
setulus – tulusnya dan penghargaan yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA., selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Bapak Ruddianto, ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Ir. Hariyanto Soeroso, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik
Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak Denny Oktavina Radianto, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator Tugas
Akhir.
5. Bapak Bachtiar, ST, MT. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberi nasehat dalam penyelesaian tugas akhir ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang tidak
dapat saya sebutkan satu-persatu.
7. Kedua orang tua penulis yang tidak pernah berhenti memberikan semangat,
doa dan dukungannya.

v
8. Ibu Titik Setyawati Dan Bapak Kholilur Rohman yang selalu memberikan
ilmu dan pengalaman saat kegiatan OJT.
9. Teman – teman seperjuangan SB angkatan 2017 yang selalu memberikan
dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Serta Pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis semaksimal mungkin


mengerjakan sebail-baiknya. Namun penulis menyadari bahwa Tugas
Akhir ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan tugas akhir ini.

Surabaya, 24 Juni 2020

Penulis

vi
ANALISA PENYEBAB PENERAPAN METODE FULL
OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) KURANG OPTIMAL
PADA TAHAP ON BLOCK OUTFITTING

Rizal Hidayatullah

ABSTRAK

Pada salah satu galangan yang ada di Surabaya sedang melaksanakan


proses pembangunan kapal baru menggunakan metode Full Outfitting Block
System (FOBS) yang mana memiliki tiga tahap pembangunan berdasarkan tempat
pengerjaannya yaitu, on unit outfitting, on block outfitting, dan on board outfitting
yang mana pada metode ini mengutamakan pengerjaan outfittingnya pada tahap
on block outfitting yang mana outfitting dipasang saat kapal masih terbagi
menjadi beberapa block atau seksi, namun pada aktualnya banyak outfitting yang
belum terpasang saat proses assembly dan proses grand assembly sehingga
banyak outfitting yang dipasang pada tahap on board outfitting yang diketahui
persentasenya pada beberapa block yaitu, pada block DB 1 (P/S) sebesar 53,94%,
pada DB 2 (P/S) sebesar 66,89%, pada DB 3 (C) sebesar 61,54% dan pada DB 4
(C) sebesar 55,56% dari jumlah masing-masing outfitting pada setiap block
sehingga penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada salah satu
galangan disurabaya dirasa kurang optimal sehingga dilakukan proses wawancara
pada pihak terkait. Dari hasil wawancara dan analisa dapat diketahui penyebab
kurang optimalnya penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada
pembangunan kapal tersebut yaitu akibat keterlambatan material, revisi desain,
dan kekurangan sumber daya manusia dengan pengaruh paling tinggi adalah
akibat keterlambatan material dengan persentase sebesar 31,77 % pada block DB
1 (P/S), 36,74% pada block DB 2 (P/S), 33,91% pada block DB 3 (C), dan
31,25% pada block DB 4 (C) dari jumlah outfitting pada setiap block atau seksi.

Kata kunci : Full Outfitting Block System (FOBS), On Block, On Board.

vii
(HalamanSengaja Dikosongkan)

viii
ANALYSIS CAUSES THE IMPLEMENTATION OF FULL
OUTFITTING BLOCK SYSTEM (FOBS) METHOD IS LESS
OPTIMAL IN THE STAGE OUTFITTING
Rizal Hidayatullah

ABSTRACT

In one of the shipyard in Surabaya is carrying out the process of building


a new vessel using the method Full Outfitting Block System (FOBS) which has
three stages of development based on its workplaces that is, on unit Outfitting, on
Block Outfitting, and on board Outfitting which on this method prioritizes the
work of the Outfitting on an outfittings stage where the Outfitting is mounted
when the vessel is still divided into several blocks or sections, but on the actuation
many Outfitting that have not been installed during the assembly process and the
Grand assembly process so that many Outfitting are mounted on the Outfitting
stage of the on board known percentage on some blocks ie, on the DB Block 1
(P/S) of 53.94%, at DB 2 (P/S) of 66.89%, at DB 3 (C) by 61.54% and at DB 4
(C) amounting to 55.56% Of the total number of each outfitting on each block so
that the implementation of the Full Outfitting Block System (FOBS) method in one
of the shipyard is considered less optimal, so the interview process on the related
parties. From the results of interviews and analysis can be known cause of the
less optimal implementation of the Full Outfitting Block System (FOBS) method
on the ship's development is due to material delays, design revisions, and human
resources with the highest influence is the result of a material delay with a
percentage of 31.77% on DB Block 1 (P/S), 36.74% on Block DB 2 (P/S), 33.91%
in DB block 3 (C), and 31.25% in DB Block 4 (C) of Outfitting amount on each
block or section.

Keywords: Full Outfitting Block System (FOBS), On Block, On Board.

ix
x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.5. Batasan Masalah ....................................................................................... 3

BAB 2 DASAR TEORI .......................................................................................... 5

2.1. Galangan Kapal ........................................................................................ 5

2.2. Pengertian Kapal ...................................................................................... 5

2.3. Pembangunan Kapal ................................................................................. 7

2.3.1. Proses Perencanaan ........................................................................... 7

2.3.2. Proses Mouldloft ............................................................................... 7

2.3.3. Proses Sand Blasting dan Primer Coating ......................................... 7

2.3.4. Proses Keel Laying ........................................................................... 8

2.3.5. Proses Fabriaksi ................................................................................ 8


xi
2.3.6. Proses Sub Assembly ...................................................................... 10

2.3.7. Proses Assembly .............................................................................. 10

2.3.8. Proses Erection ................................................................................ 11

2.3.9. Proses Launching............................................................................. 12

2.4. Metode Pembangunan Kapal .................................................................. 12

2.4.1. Metode Konvensional .......................................................................... 12

2.4.2. Metode Hull Block Construction Methode (HBCM) ........................... 13

2.4.3. Metode Full Outfitting Block System (FOBS) .................................... 14

2.4.4. Metode Integrited Hull Outfitting and Painting ................................... 15

2.5. Metode Full Outfitting Block System (FOBS) ....................................... 15

2.5.1. On unit Outfitting ................................................................................. 16

2.5.2. On Block Outfitting .............................................................................. 17

2.5.3. On Board Outfitting ............................................................................. 18

2.5.4. Faktor penyebab kurang optimalnya metode FOBS ............................ 18

2.6. Pengadaan Material ................................................................................. 19

2.7. Tenaga Kerja ........................................................................................... 19

2.8. Produktivitas ........................................................................................... 20

2.9. Manajemen proyek ................................................................................. 21

2.10. Persentase ............................................................................................ 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 23

3.1. Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 23

3.2. Metodologi .............................................................................................. 24

3.3. Identifikasi Masalah ................................................................................ 24

3.4. Pengambilan Data ................................................................................... 24

3.5. Pengolahan Data ..................................................................................... 24

xii
3.6. Analisa .................................................................................................... 25

3.7. Kesimpulan ............................................................................................. 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 27

4.1.Data Ukuran Utama ..................................................................................... 27

4.2. Proses Pengelompokan Equipment Per Block ........................................... 28

4.2.1. Pembagian Block ................................................................................. 28

4.2.2. List Equipment Outfitting .................................................................... 29

4.3. Persentase Pemasangan Outfitting Pada tahap On Block dan On Board ... 32

4.3.1. Block DB 1 (P/S) ................................................................................. 32

4.3.2. Block DB 2 (P/S) ................................................................................. 35

4.3.3. Block DB 3 (C) .................................................................................... 40

4.3.4. Block DB 4 (C) .................................................................................... 43

4.4. Persentase Penghambat Metode FOBS Akibat Keterlambatan Material ... 44

4.4.1. Block DB 1 (P/S) ................................................................................. 45

4.4.2. Block DB 2 (P/S) ................................................................................. 48

4.4.3. Block DB 3 (C) .................................................................................... 53

4.4.4. Block DB 4 (C) .................................................................................... 57

4.5. Persentase Penghambat Metode FOBS Akibat Revisi Gambar ................. 59

4.5.1. Block DB 1 (P/S) ................................................................................. 59

4.5.2. Block DB 2 (P/S) ................................................................................. 63

4.5.3. Block DB 3 (C) .................................................................................... 68

4.5.4. Block DB 4 (C) .................................................................................... 71

4.6. Pengaruh Jumlah Manpower ...................................................................... 73

4.6.1. Block DB 1 (P/S) ................................................................................. 73

4.6.2. Block DB 2 (P/S) ................................................................................. 76

xiii
4.6.3. Block DB 3 (C) .................................................................................... 81

4.6.4. Block DB 4 (C) .................................................................................... 83

4.7. Perhitungan Persentase ............................................................................... 85

4.7.1. Perhitungan Persentase Pada Block DB 1 (P/S)................................... 86

4.7.2. Perhitungan Persentase Pada Block DB 2 (P/S)................................... 87

4.7.3. Perhitungan Persentase Pada Block DB 3 (C) ..................................... 89

4.7.4. Perhitungan Persentase Pada Block DB 4 (C) ..................................... 90

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 93

5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 93

5.2. Saran ........................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 95

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Proses Fabrikasi.................................................................................. 9
Gambar 2. 2 Proses Cutting .................................................................................... 9
Gambar 2. 3 Proses Sub-Assembly ....................................................................... 10
Gambar 2. 4 Proses Assembly. ............................................................................. 11
Gambar 2. 5 Proses Erection ................................................................................. 11
Gambar 2. 6 Metode Pembangunan Kapal Konvensional .................................... 13
Gambar 2. 7. Metode Hull Block Construction Methode (HBCM) ...................... 14
Gambar 2. 8. Pembangunan Kapal Metode FOBS ............................................... 15
Gambar 2. 9. Outfitting On Unit ........................................................................... 17
Gambar 2. 10. Outfitting On Unit ......................................................................... 17
Gambar 2. 11. Outfitting On Board ...................................................................... 18
Gambar 4. 1. General arrangement ...................................................................... 28
Gambar 4. 2. Grafik faktor penyebab (DB 1 (P/S) ............................................... 87
Gambar 4. 3. Grafik faktor penyebab (DB 2 (P/S) ............................................... 88
Gambar 4. 4. Grafik faktor penyebab (DB 3 (C)) ................................................. 90
Gambar 4. 5. Grafik faktor penyebab (DB 4 (C)) ................................................. 91

xv
(Halaman sengaja dikosongkan)

xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Kriteria analisis deskriptif persentase ................................................. 22
Tabel 4. 1. Nama Block......................................................................................... 28
Tabel 4. 2. List Outfitting Block DB 1 (P/S) ........................................................ 30
Tabel 4. 3. List Outfitting Block DB 2 (P/S) ........................................................ 30
Tabel 4. 4. List Outfitting Block DB 3 (C) ........................................................... 31
Tabel 4. 5. List Outfitting Block DB 4 (C) ........................................................... 31
Tabel 4. 6. Tahap pemasangan Outfitting Block DB 1 (P/S) ................................ 32
Tabel 4. 7. Tahap pamasnagan outfitting pipa Block DB 1 (P/S) ......................... 33
Tabel 4. 8 Tahap pemasangan Outfitting Block DB 2 (P/S) ................................. 35
Tabel 4. 9 Tahap pemasangan Outfitting pipa Block DB 2 (P/S) ......................... 36
Tabel 4. 10. Tahap Pemasangan outfitting Block DB 3 (c) .................................. 40
Tabel 4. 11. Tahap pemasangan Outfitting pipa Block DB 3 (C) ......................... 41
Tabel 4. 12. Tahap pemasangan Outfitting Block DB 4 (C) ................................. 43
Tabel 4. 13. Tahap Pemasangan Outfitting pipa Block DB 4 (C) ........................ 43
Tabel 4. 14. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 1 (P/S) .......... 45
Tabel 4. 15, Outfitting Pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 1 (P/S) .. 46
Tabel 4. 16. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 2 (P/S) .......... 49
Tabel 4. 17. Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 2 (P/S) .. 50
Tabel 4. 18. Outfitting yang mengalami keterlambatanBlock DB 3 (C) .............. 54
Tabel 4. 19. Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 3 (C) ..... 54
Tabel 4. 20. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 4 (C) ............. 57
Tabel 4. 21Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 4 (C) ....... 57
Tabel 4. 22. List gambar kerja outfitting yang mengalami revisi ......................... 59
Tabel 4. 23. List gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi ................. 60
Tabel 4. 24. List gambar kerja outfitting yang mengalami revisi ......................... 63
Tabel 4. 25. List gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi ................. 64
Tabel 4. 26. gambar kerja outfitting yang mengalami revisi ................................ 68
Tabel 4. 27.gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi ......................... 69
Tabel 4. 28. gambar kerja outfitting yang mengalami revisi ................................ 71
Tabel 4. 29. gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi ........................ 72

xvii
Tabel 4. 30. List Pipa Block DB 1 (P/S) ............................................................... 73
Tabel 4. 31. List Pipa Block DB 2 (P/S) ............................................................... 76
Tabel 4. 32. List Pipa Block DB 3 (C) .................................................................. 81
Tabel 4. 33. List Pipa Block DB 4 (C) .................................................................. 84

xviii
(Halaman sengaja dikosongkan)

xix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Full Outfitting Block System (FOBS) adalah sebuah metode produksi


kapal yang sudah mengacu pada teknologi “Advance Outfitting.” Dengan
metode ini pembangunan kapal sudah dilengkapi dengan pekerjaan outfitting
dengan tahapan, on unit, on block, dan on board sebelum disambung di
building berth. Jadi pekerjaan outfitting dapat dilakukan bersamaan dengan
pekerjaan konstruksi lambung (Hull Construction). Metode ini sudah sering
digunakan oleh galangan kapal yang berada di Negara-negara maju namun
dengan presentase pekerjaan outfitting yang diselesaikan pada saat proses
peluncuran berbeda-beda.
Keuntungan dari penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS)
adalah peningkatan produktifitas dan mempersingkat waktu dalam proses
pembangunan sebuah kapal. Peningkatan produktifitas dimungkinkan karena
efisiensi kerja on unit outfitting adalah ½ efisiensi kerja outfitting on block
dan ¼ efisiensi kerja outfitting on board (Weiers, 1985). Sehingga pada saat
ini salah satu galangan yang ada di surabaya telah memulai untuk
mengembangkan metode pembangunan kapal menggunakan metode Full
Outfitting Block System (FOBS) dengan harapan dapat menambah
produktifitas serta mempersingkat waktu dalam memproduksi sebuah kapal.
Namun meskipun telah menerapkan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) dengan keuntungan yang telah diketahui. Pasti dalam sebuah
pekerjaan mengalami sebuah faktor penghambat terutama pada masalah
penerapan pada tahapan pengerjaannya sehingga penerapan metode ini tidak
bisa terlaksana secara optimal sehingga pada realisasi tidak sesuai dengan
keuntungan yang dijabarkan diatas dikarenakan tidak memenuhi dengan
presentase tahapan yang telah diketahui presentasenya

1
Maka dengan ini peneliti ingin mengadakan analisa tentang faktor
penyebab penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) kurang
optimal terutama pada tahap on block yang dilakukan oleh salah satu
galangan yang ada di Surabaya dengan cara menganalisa presentasi tahapan
outfitting antara on block outfitting, dan on board outfitting. Sehingga dapat
mengetahui besar persentase penghambat dalam penerapan metode
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block System
terutama akibat keterlambatan material dan akibat revisi gambar kerja yang
nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan penjadwalan pekerjaan
kapal yang serupa untuk proyek yang selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang maka perumusan masalah yang akan
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengetahui presentase optimalisasi penerapan metode
Full Outfitting Block System (FOBS) ?
2. Berapa persentase penyebab metode Full Outfitting Block System (FOBS)
kurang optimal pada tahap On Block pada setiap block ?

1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian dari tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui presentase optimalisasi penerapan metode Full Outfitting
Block System (FOBS).
2. Untuk mengetahui persentase penyebab kurang optimalnya penerapan
metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada tahap On Block
outfitting pada setiap block

2
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa peneliti, penulisan ini dapat memberikan wawasan
tentang presentase penerapan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) pada proses pembangunan kapal di Indonesia.
2. Bagi perusahaan, hasil dari penulisan ini dapat menjadi acuan dalam
evaluasi penjadwalan pada proyek kapal selanjutnya yang sejenis.

1.5. Batasan Masalah


dalam membahas permasalahan yang ada dalam penelitian itu diperlukan
batasan masalah agar dalam pembahasannya diperoleh hasil yang valid, untuk
itu batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian diambil hanya dari data beberapa block
2. Penelitian dilakukan pada proses pembangunan kapal baru
3. Penelitian dilakukan di salah satu galangan di Surabaya
4. Data penelitian dilperoleh dari pengamatan dan wawancara pada proses
produksi dan penjadwalan.
5. Penelitian didasari pada master schedule pada produksi kapal yang
dibangun disalah satu galangan di Surabaya
6. Tidak meneliti tentang anggaran biaya
7. Tidak memperhitungkan faktor cuaca
8. Penelitian hanya meneliti metode pembangunan kapal Full Outfitting
Block System (FOBS)

3
(Halaman sengaja dikosongkan)

4
BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Galangan Kapal


Galangan kapal adalah sebuah tempat diperairan yang fungsinya untuk
melakukan proses pembangunan kapal baru (New Building) dan perbaikan
kapal (Ship Repair) dan juga pemeliharaan (Maintenance). Proses
pembangunannya meliputi proses desain, penjadwalan produksi, pemasangan
gading awal, pemasangan plat kulit lambung, instalasi peralatan, pemeriksaan
akurasi, test kelayakan, hingga klasifikasi oleh Class yang ditunjuk.
Sedangkan untuk perbaikan atau pemeliharaan biasanya meliputi perbaikan
konstruksi lambung, perbaikan propeller sterntube, perawatan main engine,
dan peralatan penunjangnya (Hasbullah, 2016).
Galangan kapal merupakan tempat yang terletak ditepi pantai perairan
laut atau sungai yang berfungsi sebagai tempat untyk membangun dan
mereparasi kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa kapal pesiar (yacht), armada
militer, cruiseline, pesawat barang atau penumpang. Galangan kapal juga
dapat digunakan sebagai proses pembangunan kapal meliputi desain,
pemasangan gading awal, pemasangan plat lambung, instalasi peralatan,
pengecekan, test kelayakan, hinngga klasifikasi oleh Class yang telah
ditunjuk (Dewi, Hari S.,& Indahyanti, 2014).
Kesimpulan dari kutipan beberapa ahli diatas galangan kapal
merupakan bangunan atau tempat yang digunakan untuk membangun kapal
baru atau tempat untuk memperbaiki serta melakukan perawatan pada kapal
yang terletak di tepi laut atau sungai.

2.2. Pengertian Kapal


Didalam peraturan pemerintah No. 17 tahun 1988 tentang
penyelenggaraan dan pengusahaan pengangkutan laut, yang disebut dengan
kapal adalah alat apung dengan bentuk dan jenis apapun. Definisi ini sangat
umum dibandingkan dengan pengertian yang terdapat didalam pasal 309
5
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang menyebutkan kapal
sebagai “Alat berlayar, bagaimanapun namanya, dan apapun sifatnya.” Dari
pengertian berdasarkan KUHD ini dapat dipahami bahwa benda-benda
apapun yang dapat terapung dapat dikatakan sebagai kapal selama ia
bergerak, misalnya mesin penyedot lumpur atau mesin penyedot pasir.
(Bonaparte, 2017)
Kutipan ini adalah kutipan kedua, untuk pengertian sebuah kapal menurut
beberapa para ahli. Bahwa kapal adalah kendaraan air dengan bentuk jenis
apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angina atau ditunda,
termasuk kendaraan yang berdaya apung dinamis, kendaraan dipermukaan
air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah
(Dep.Hub,2008).
Kutipan ini adalah kutipan ketiga untuk pengertian sebuah kapal menurut
beberapa para ahli. Bahwa kapal adalah kendaraan besar pengangkut
penumpang dan barang dilaut, sungai, dan sebagainya. Meskipun sama-sama
kendaraan air, kapal berbeda dengan perahu (boat). Terkadang pula, perahu
disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang dan peraturan atau
kebiasaan setempat. Kapal juga merupakan alat transportasi paling efektif dan
efisien karena kapasitasnya dan daya angkut yang lebih banyak dibandingkan
moda transportasi darat, udara, maupun rel manapun (Saputra, Mulyanto, &
Amirudin, 2017).
Dari pernyataan diatas atau kutipan tersebut, menurut bebrapa ahli
dapat disimpulkan bahwa tentang pengertian kapal itu sendiri adalah alat
transportasi laut untuk mengangkut orang dan bebrapa jenis barang dengan
kapasitas besar sehingga pada kapal harus memenuhi persyaratan, sehingga
dapat menjamin keselamatan penumpang dan barang yang diangkutnya
selama pelayarannya dilaut. Adapun persyaratannya adalah keadaan kapal
memenuhi persyaratan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal,
dan kesejahteraan awak kapaldan kesehatan penumpang.

6
2.3. Pembangunan Kapal
Pembangunan kapal adalah suatu proses pembuatan kapal. Biasanya
dilakukan ditempat khusus, misalnya digalangan kapal. Untuk membangun
sebuah kapal dibutuhkan perencanaan yang berisi tahap-tahap pengerjaan
pembangunan sebuah kapal

2.3.1. Proses Perencanaan


Pada proses pembangunan kapal tahap awal sebelum dilakukannya
proses produksi adalah proses perencanaan. Pada proses ini dilakukan
pekerjaan merancang desain dan perhitungan tentang segala aspek mengenai
proses produksi pembangunan kapal yang mana akan menjadi acuan
dilakukannya proses produksi pembangunan kapal tersebut sehingga proses
ini termasuk proses yang sangat penting dalam pembangunan kapal dimana
dalam proses ini dapat menentukan alur dari proses awal pembangunan
hingga kapal jadi. Sehingga pada proses ini sangat diperlukan perhitungan
dan akurasi yang sangat matang agar tidak terjadi kesalahan yang bisa
berdampak pada kerugian dari sebuah proyek pembangunan kapal.

2.3.2. Proses Mouldloft


Mould loft adalah proses menterjemahkan atau mengembangkan
gambar dasar dengan skala 1:50, 1:100 atau 1:200 menjadi gambar
produksi dan rambu-rambu atau mal dalam ukuran sebenarnya (skala 1:1).
Mould loft ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan sebuah kapal, karena
dapat membuat bagian-bagian kapal yang rumit seperti bagian buritan dan
haluanDi galangan kapal fungsi Mould Loft sangat penting sekali karena
merupakan sarana yang menghubungkan antara kegiatan perencanaan dan
kegiatan produksi.

2.3.3. Proses Sand Blasting dan Primer Coating


Proses dilakukannya penembakan material blasting pada permukaan
pelat, profil, pipa, dan material lainnya untuk mendapatkan tingkat
kebersihan dan kekasaran permukaan yang sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Material plat dan profil yang masuk ke bengkel fabrikasi
7
terlebih dahulu diblasting yang bertujuan untuk menghilangkan lapisan
millscale yang terdapat pada lapisan material baja. Dalam proses blasting
digunakan dengan menggunakan material steel shoot. Yaitu besi yang
berbentuk butiran bola kecil. Setelah dilakukan proses blasting kemudian
material dilakukan pengecatan menggunakan cat dasar (Shop Primering)
agar tidak mengalami kerusakan dalam proses fabrikasi. Pengecatan dasar
juga mempunyai tujuan sebagai pelindung material dari korosi hingga kurun
tertentu.

2.3.4. Proses Keel Laying


Proses ini merupakan proses awal pembangunan kapal baru, proses ini
bersifat simbolik dari awal pembangunan kapal. Persyaratan untuk
melakukan proses ini biasanya ditentukan oleh Class atau owner kapal. Dan
ketentuan yang biasa dipakai adalah 10% gross tonnage dari DWT kapal.

2.3.5. Proses Fabriaksi


Proses fabriaksi terdiri dari proses marking, cutting, dan forming.
Sebelum proses tersebut dilakukan terlebih dahulu mengidentifikasi material
sesudah dilakukan pengecatan dasar. Memastiakn number plate sesuai
dengan daftar material yang terdapat pada class yang diikuti. Setelah selesai
diidentifikasi maka pihak klasifikasi tersebut akan menandatangani
pemeriksaan pada pelat tersebut.
1. Marking
Proses marking adalah suatu proses penandaan pada material plat
atau profil sesuai dengan gambar kerja dan pada setiap bagian yang
demarking harus diberi nama dengan jelas sesuaikan dengan kode yang
tercantum pada material list dan marking list, nama tersebut mencakup
nomor produksi kapal, nomor bock, dan posisi marking.

8
Gambar 2. 1 Proses Fabrikasi
Sumber : Dokumen Pribadi,2020
2. Cutting
Proses pemotongan pelat atau profil sesuai dengan hasil proses
marking pada pelat dan profil menggunakan alat potong berupa cnc cutting
atau plasma cutting dengan memperhatikan sudut potong, dan tebal plat
yang akan dipotong serta margin pada pelat yang akan dipotong.

Gambar 2. 2 Proses Cutting


(sumber : Dokumen Pribadi,2020)

3. Forming
Proses forming adalah proses pembentukan plat sesuai dengan
gambar kerja yang ada. Dari bentuk aslinya menjadi bentuka yang
diinginkan. Pembentukan pelat dibantu mesin roll, mesin bending, dan
mesin press.

9
2.3.6. Proses Sub Assembly
Proses sub assembly adalah proses menggabungkan beberapa
komponen-komponen kecil menjadi sebuah panel atau part-part untuk
proses assembly. Komponen-komponen tersebut masih berupa pelat
potongan lurus maupun tidak lurus, pelat yang telah dilengkungkan dan
lain-lainnya seperti bagian-bagian pipa. Seperti contoh penggabungan pelat
dengan pelat untuk dijadikan menjadi sebuah frame.

Gambar 2. 3 Proses Sub-Assembly


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2020)

2.3.7. Proses Assembly


Proses assembly adalah penggabungan antara panel-panel menjadi
sebuah block dimana panel yang telah dibuat dari hasil penggabungan
beberapa komponen dari proses fabrikasi maka akan digabungkan pada
proses assembly sehingga menjadi block yang dimana mempunyai ukuran
sesuai dengan kapasitas alat angkut serta fasilitas yang ada digalangan
gersebut.

10
Gambar 2. 4 Proses Assembly.
(Sumber : Dokumen pribadi,2020)

2.3.8. Proses Erection


Proses erection adalah proses penggabungan antar block-blok menjadi
sebuah badan kapal yang utuh. Proses ini dilakukan pada building berth atau
kolam untuk pembangunan kapal yang mana penggabungannya dimulai dari
double bottom hingga pada pada bagian superstructure dari kapal. Proses ini
adalah proses terakhir pada proses assembly yang mana menjadikan badan
kapal menjadi utuh dengan menggabungkan beberapa block yang telah
diproduksi pada saat proses assembly

Gambar 2. 5 Proses Erection


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2020)

11
2.3.9. Proses Launching
Proses ini adalah proses dimana penurunan kapal dari landasan
peluncuran kedalam air. Tahap ini dilakukan setelah badan kapal telah
terbentuk sempurna dan telah dilaksanakan tes kebocoran pada lambung
kapal

2.4. Metode Pembangunan Kapal


Dalam membangun sebuah kapal dibutuhkan sebuah metode
pembangunan kapal untuk menyelesaikan proses pembuatan kapal tersebut.
metode produksi kapal ini berekembang sesuai dengan bertambah majunya
fasilitas penunjang pembangunan kapal. Perkembangan metode ini
bertujuan untuk mempermudah dalam proses pengerjaan agar kapal dapat
diselesaikan dengan waktu yang lebih efisien. Sampai saat ini
perkembangna metode pengerjaan kapal terdiri dari empat tahapan.
Perkembangan ini berdasarkan teknologi yang digunakan dalam proses
pengerjaan lambung dan outfitting.

2.4.1. Metode Konvensional


Metode ini memusatkan pekerjaan pada masing-masing sistem
fungsional yang ada dikapal. Dengan kata lain metode ini memandang kapal
sebagai sebuah sistem. Proses pengerjaan kapal dengan metode ini berjalan
dengan sangat lamban. Karena pekerjaan dilakukan satu persatu dan
bertahap. Pertama lunas dipasang terlebih dulu, kemudian gading-gading
dipasang dikulitnya. Bila badan kapal hampir selesai dirakit pekerjaan
outfitting dimulai. Pekerjaan outfitting-nya pun dipasang sistem demi
sistem, seperti pemasangan ventilasi, sistem pipa listrik, mesin, dll.
Metode ini merupakan metode paling awal sehingga tingkat
produktifitasnya pun masih sangat rendah. Mutu pekerjaan dengan
metodeini masih sangat-sangat rendah dengan juga karena hampir seluruh
pekerjaan dilakukan secara manual pada building berth. Dengan proses
pekerjaan sangat sering terjadi. Akibatnya, penambahan jam lembur
(overtime) tidak dapat dihindari.
12
Gambar 2. 6 Metode Pembangunan Kapal Konvensional
(sumber : www.maritimworld.web.id)

2.4.2. Metode Hull Block Construction Methode (HBCM)


Metode ini dimulai dengan digunakannya teknilogi pengelasan pada
pembuatan kapal. Dengan metode ini, material kapal dibuat menjadi sebuah
seksi-sekdi seperti seksi geladak, seksi kulit dan lain-lain. Dari seksi-seksi
ini kemudian dilas membentuk sebuah block. Dari block ini kemudian
dirakit menjadi badan kapal. Pada metode pengerjaan ini, pemasangan
outfitting dikerjakan pada block maupun badan kapal. Pemasangan
outfitting ini disebut sebagai proses pre-outfitting.
Metode ini masih dikatakan sebagai metode tradisional karena design,
material definition, dan procurement masih dikerjakan sistem demi sistem.
Walaupun proses produksinya dikerjakanberdasarkan block. Karena adanya
dua aspek yang bertentangan antara perencanaan dan pengerjaannya, maka
pada perbaikan produktivitas masih sulit untuk dilakukan.

13
Gambar 2. 7. Metode Hull Block Construction Methode (HBCM)
(sumber : www.latarlembayung.wordpress.com)

2.4.3. Metode Full Outfitting Block System (FOBS)


Metode ini biasa disebut sebagai metode zone/area/stage. Perubahan
teknologi dari konvensional menjadi modern dimulai pada tahp ini. Tahapan
ini ditandai dengan lane zone construction dan zone outfitting yang
merupakan aplikasi group teknologi pada Hull Construction dan outfitting
work. Group teknologi adalah metode analitis untuk secara sistematik
menghasilkan produk dalam kelompok-kelompok yang mempunyai
kesamaan dalam perencanaan maupun proses produksinya. Kebanyakan
galangan-galangan di Eropa dan Jepang menggunakan metode ini.
Pada metode ini galangan mengelompokkan proses produksi
berdasarkan kesamaan proses produksi, sehingga pekerjaan lebih mudah dan
cepat dalam melakukan pekerjaan di workshop. Dengan metode ini maka
peningkatan produktivitas galangan dapat lebih mudah ditingkatkan. Dan
pada pekerjaan outfitting-nya dilakukan dengan metode zone outfitting. Jika
pada metode sebelumnya pekerjaan outfitting dikerjakan berdasarkan
fungsinya, maka pada tahap ini pekerjaan outfitting dikerjakan berdasarkan
region/zone. Pengerjaan outfitting pada metode ini dibagi menjadi tiga
tahap, on unit, on block, dan on board.

14
Gambar 2. 8. Pembangunan Kapal Metode FOBS
(globalmarinetechnology.blogspot.com)

2.4.4. Metode Integrited Hull Outfitting and Painting


Metode ini adalah metode pembangunan kapal yang hampir sama
dengan metode pembangunan Full Outfitting Block system (FOBS) namun
pada metode ini dikolaborasikan dengan proses pengecatan pada block-
block yang sudah jadi sebelum dilakukan proses erection yang bertempat
pada building berth. Jadi pada metode ini dirasa sangat efektif dan efisien
dalam proses pengerjaannya walaupun beberapa galangan masih enggan
menerapkannya dimana sistem manajemen pada sebuah galangan berbeda-
beda dan penerapan pada metode ini masih sulit dilakukan oleh bebrapa
galangan yang ada.

2.5. Metode Full Outfitting Block System (FOBS)


Full Outfitting Block System (FOBS) adalah metode produksi
pembangunan kapal yang sudah mengacu pada konsep kemajuan outfitting,
dengan metode ini perlengkapan outfitting pada kapal telah terpasang pada
saat masih menjadi beberapa bagian atau blok yang dapat dirakit pada tahap
on unit, on block, dan on board sebelum disambung didalam building berth.
Pada metode ini pekerjaan outfitting harus terintegrasi dengan pekerjaan
konstruksi badan kapal (Hull Construction). Pekerjaan ini diperlakukan
design engineering yang akurat dan akurasi control system yang teliti
15
Metode ini biasa disebut sebagai metode zone/area/stage. Perubahan
teknologi dari konvensional menjadi modern dimulai pada tahp ini. Tahapan
ini ditandai dengan lane zone construction dan zone outfitting yang
merupakan aplikasi group teknologi pada Hull Construction dan outfitting
work. Group teknologi adalah metode analitis untuk secara sistematik
menghasilkan produk dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan
dalam perencanaan maupun proses produksinya. Kebanyakan galangan-
galangan di Eropa dan Jepang menggunakan metode ini.
Pada metode ini galangan mengelompokkan proses produksi
berdasarkan kesamaan proses produksi, sehingga pekerjaan lebih mudah dan
cepat dalam melakukan pekerjaan di workshop. Dengan metode ini maka
peningkatan produktivitas galangan dapat lebih mudah ditingkatkan. Dan
pada pekerjaan outfitting-nya dilakukan dengan metode zone outfitting. Jika
pada metode sebelumnya pekerjaan outfitting dikerjakan berdasarkan
fungsinya, maka pada tahap ini pekerjaan outfitting dikerjakan berdasarkan
region/zone. Pengerjaan outfitting pada metode ini dibagi menjadi tiga tahap,
on unit, on block, dan on board.

2.5.1. On unit Outfitting


On unit outfitting adalah perakitan produk-produk yang terdiri dari
komponen yang dibeli ataupun yang dibuat oleh galangan sendiri, menjadi
satu unit / kesatuan. Dalam pekerjaan perakitan ini tida termasuk perakitan
akhir. Unit yang dimaksud disini terdiri dari material-material outfitting dan
tidak termasuk konstruksi kapal. Tahapan ini sebaiknya menjadi prioritas
utama karena proses perakitannya dilakukan di bengkel-bengkel produksi
yang mempunyai suasana kerja relatif paling nyaman dibandingkan dengan
kedua tahapan lain (on block dan on board). Kondisi ini akan memberi
kesempatan untuk peningkatan produktifitas. Selain itu, tahapan ini tidak
tergantung pada kemajuan pekerjaan kontruksi lambung sehingga dapat
dilakukan secara bersamaan.

16
Gambar 2. 9. Outfitting On Unit
(Dokumen Pribadi,2020).

2.5.2. On Block Outfitting


On block outfitting adalah prose instalasi komponen-komponen
outfitting atau unit-unit outfitting pada suatu rangkaian konstruksi (assembly
structural) sebelum dirakit menjadi block (semi block) atau pada blok / blok
besar (grand block). Tahapan ini merupakan prioritas lanjutan setelah on
unit outfitting. Pada tahapan ini juga sudah termasuk proses pengecatan,
kecuali pengecatan akhir dan pengecatan yang tidak boleh dilakukan karena
masih ada proses pengelasan yang harus dikerjakan.
Pekerjaan on block outfitting ini biasa dikerjakan pada suatu tempat
yang digunakan untuk perakitan konstruksi atau lokasi khusus yang
memang sudah dilengkapi dengan peralatan angkat yang memadai untuk
membalik blok-blok tersebut. lokasi pekerjaan ini biasa dilakukan di dalam
bengkel (indoor) ataupun diluar bengkel (outdoor).

Gambar 2. 10. Outfitting On Unit


(globalmarinetechnology.wordpress.com)

17
2.5.3. On Board Outfitting
Tahapan ini meliputi pemasangan perlengkapan outfitting pada kapal
saat produksi kapal pada tahap erection atau lauching sehingga pemasangan
outfitting dilakukan saat block block pada kapal sudah tersambung sehingga
pada proses ini biasanya pemasangan outfitting hanya sekitar 25% dari total
keseluruhan jumlah outfitting yang terpasang pada kapal. Sehingga proses
ini bisa dilakukan saat kapal masih berada pada building berth dan pada saat
kapal sudah masuk kedalam air yang pastinya telah dilakukan setelah proses
pengecatan lambung dan tes kebocoran pada lambung kapal.

Gambar 2. 11. Outfitting On Board


(Dokumen Pribadi,2020).

2.5.4. Faktor penyebab kurang optimalnya metode FOBS


Dalam pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block
System (FOBS) terdapat beberapa faktor penghambat, sehingga penerapan
metode tersebut dirasa kurang optimal. Dari hasil pengamatan dan
wawancara di salah satu galangan yang berada di Surabaya maka dapat
diketahui faktor yang mempengaruhi penerapan metode Full Outfitting
Block System (FOBS) adalah sebagai berikut:
1. Keterlambatan material
2. Revisi desain
3. Jumlah SDM

18
2.6. Pengadaan Material
Pengadaan material adalah segala kegiatan untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku
dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada (Subagya,
1996)
perencanaan kebutuhan material / Material Requirement Planning
(MRP) adalah suatau sistem perencanaan dan penjadawalan kebutuhan
material untuk produksi yang memerlukan beberahap tahp atau proses atau
dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi
yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan
menggunakan waktu tenggang, sehingga dapatditentukan kapan dan berapa
banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang
akan dibuat (Saputra,2004).
Pekerjaan control yang dimulai dilapangan. Barang dicek dengan surat
jalan (delivery note) baik mengenai jumlah maupun kualitasnya. Jika barang
yang dikirim dalam keadaan tidak memuaskan, maka barang akan dikirim
kembali ke tempat asalnya, dengan disertaib surat penolakandari bagian
penerimaan barang. Jika barang yang diterima sudah tepat, barang tersebut
akan dimasukkan ke gudang dan menunggu pengambilan untuk digunakan
pada proses produksi. Pada waktu yang bersamaan, catatan persediaan
barang harus diperbaharui, disesuaikan dengan keadaan terakhir untuk
menunjukkan penambahan barang yang baru tiba dalam simpanan
persediaan. Jika barang yang telah dipesan hanya digunakan persediaan,
maka akan terjadi pengurangan secara bertahap selama pemakaian pada
proses produksi sampai suatau saat catatan persediaan menunjukkan adanya
keharusan untuk memesan kembali.
2.7. Tenaga Kerja
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu Negara

19
dibedakan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong
tenaga kerja jika penduduk telah memasuki usia kerja.
Pengertian tenaga kerja menurut Sumirto Djojohadikusumo adalah semua
orang yang bersedia dan sanggup, dan golongan ini meliputi mereka yang
bekerja untuk diri sendiri, anggota keluarga, yang tidak menerima bayaran
serta serta mereka yang bekerja untuk menerima bayaran/upah/gaji (Sumitro
Djojohadikusumo, 1985:70)
Dari undang-undang yang ada seta kutipan diatas dapat disimpulkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang atau jasa dan sudah memasuki usia kerja dan
bekerja untuk diri sendiri maupun orang lain dengan tujuan agar menerima
bayaran/upah/gaji.

2.8. Produktivitas
Produktivitas merupakan hasil produk dibagi dengan masukan organisasi
(Richard, Daft, 2006)
Produktivitas merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi konsumen
(Gazper,2003).
Produktivitas adalah curahan segala kemampuan seorang pemain
sepakbola untuk menciptakan kemenangan dan kejayaan klubnya (Alex
Ferguson dalam Kevin Anthony, 2007).
Produktivitas merupakan efesiensi masukan dan efektivitas pencapaian
sasaran yang berhubungan dengan upah tenaga kerja, pengalaman, curahan
waktu kerja untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dengan yang telah
ditetapkan hingga tujuan yang ingin dicapai dapat diperoleh.
Produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan seorang tenaga kerja
untuk mengelola efisiensi input (material, mesin, metode, dan informasi)
yang ditransformasikan untuk menghasilkan efektifitas output berdasarkan
standar yang telah ditentukan.

20
Peranan produktifitas sebagai sasaran manajemen untuk keberhasilan
suatu tingkat kegiatan pada perusahaan, sedangkan pengukuran produktivitas
digunakan untuk sasaran manjemen penganalisa dan mendorong efisisiensi
produksi sehingga dapat diketahui kekurangannya serta melakukan perbaikan.

2.9. Manajemen proyek


Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek
oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. fungsi dasar manajemen
proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, dan
mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci
keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek (Chairil Nizar, 2011)
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai
tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga tidak akan terjadi
adanya tugas dan tanggung jawab yang dilakukan secara bersamaan
(overlapping). Menurut Chairil Nizar (2011) apabila fungsi-fungsi
manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan terstruktur, maka
tujuan kahir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu tepat waktu,
tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat biaya sesuai dengan biaya rencana, tidak
adanya gejolak social dengan masyarakat sekitar, dan tercapainya prosedur
K3 dengan baik.
Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan kerjasama antar
organisasi secara solid terstruktur. Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok
agar tujuan akhir proyek dapat selesai sesuai dengan schedule yang telah
direncanakan.

2.10. Persentase
Persen ialah suatu angka perbandingan rasio untuk menyatakan pecahan
dari seratus yang ditunjukkan dengan symbol %. Dengan kata lain persentase

21
ialah bagian dari keseluruhan yang dinyatakan dengan per seratus dan
pendapat lain mengatakan bahwa pengertian persentase adalah satu cara
untuk mengekspresikan sebuah angka sebagian bagian dari keseluruhan,
dimana keseluruhan tersebut ditulis dengan 100%
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif atau statistic deskriptif.
Menurut sugiono (2003:21) bahwa statistic deskriptif adalah statistic yang
berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek
yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlakub untuk umum.
Data dari hasil pnelitian ini merupakan data kuantitatif yang akan
dianalisis secara deskriptif persentase dengan langkah-langkah menurut
Ridwan (2004:71-95) sebagai berikut :
1. Menghitung nilai responden dan masing-masing aspek atau sub variable
2. Merekap nilai
3. Menghitung nilai rata rata
4. Menggitung persentase dengan rumus
DP = x 100% (2.1)

Keterangan :
DP = Deskriptif persentase (%)
n = Skor empiric (skor yang diperoleh)
N = Skor maksimal item pertanyaan
Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang
diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan
dengan tabel kriteria pada tabel 2.1.
Tabel 2. 1. Kriteria analisis deskriptif persentase
No Persentase Kriteria
1 75% - 100% Sangat Tinggi
2 50% - 75% Tinggi
3 25% - 50% Rendah
4 1% - 25% Sangat Rendah
Sumber: Ridwan, 2004

22
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Diagram Alir Penelitian


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir
ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Identifikasi Masalah Studi literatur :


Studi lapangan :  Internet
 Wawancara  Jurnal
 Pengamatan Pengambilan Data  Buku
langsung  Tugas Akhir

Pengolahan Data
Sesuai/Tidak

Analisa

Kesimpulan

Selesai

23
3.2.Metodologi
Metodologi merupakan kerangka dasar yang digunakan sebagai acuan
untukmenyelesaikan permasalahan yang akan dianalisa. Metodologi
mencakup langkah –langkah yang dulakukan untuk penulisan tugas akhir.

3.3.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan salah satu kegiatan untuk mengamati dan
mengenali sebuah permasalahan yang ada dilapangan untuk menjadi bahan
pertimbangan pada sebuah penelitian. Identifikasi masalah merupakan salah
satu proses penelitian yang boleh dikatakan paling penting diantara proses
lain.

3.4.Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dilapangan sebagai pengganti proses
percobaan. Proses ini dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan
secara langsung sesuai dengan judul tugas akhir. Adapun data yang di ambil
adalah sebagai berikut
1. Data ukuran utama kapal
2. General Arrangement
3. Block division
4. Master schedule
5. List equipment outfitting Block DB
3.5.Pengolahan Data
Data yang telah diambil dengan prose wawancara langsung dilapangan
kemudian dipadukan dengan literature yang telah didapatkan dari sumber
yang terdapat pada data peusahaan, jurnal maupun buku. Perpaduan
digunakan untuk mencari kesesuaian penanganan secara teori disbanding
dengan realisasi yang terjadi dilapangan.

24
3.6.Analisa
Pada tahapan ini dilakukan perhitungan terhadap faktor penyebab metode
Full Outfitting Block System (FOBS) kurang optimal pada tahap on block
dari hasil pengamatan. Adapun metode untuk menghintung persentase
penerapan metode pembangunan Full Outfitting Block System(FOBS) pada
tahap ountfitting on block dan outfitting on board adalah sebagai berikut :
 persentase pengerjaan pada tahap on block

= x 100 % (3.1)

 persentase pengerjaan pada tahap on board

= x 100 % (3.2)

 persentase metode Full Outfitting Block System (FOBS) secara optimal


= pengerjaan on block > pengerjaan on board (3.3)

Adapun persentase penyebab kurang optimalnya penerapan metode Full


Outfitting Block System (FOBS) dapat dihitung menggunakan metode
sebagai berikut :
a. Persentase akibat revisi desain

x 100 % (3.4)

b. Persentase akibat keterlambatan material

x 100 % (3.5)

c. Persentase akibat kekurangan SDM

x 100 % (3.6)

25
3.7.Kesimpulan
tahap ini merupakan tahap terakhir dalam sebuah penelitian. Dimana
semua tahap telah dilaksanakan untuk mengetahui hasil observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti selama melakukan OJT (On the Job Training) selama
tiga bulan di salah satu galangan yang ada di Surabaya.

26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Ukuran Utama
Pada bab ini merupakan tahap analisa dan pembahasan tentang hasil dari
perhitungan persentase optimal penerapan metode Full Outfitting Block
System (FOBS) pada pembangunan kapal Rumah Sakit setelah ditentukan
persentase penerapan dari metode tersebut maka juga akan menghitung hasil
dari persentase faktor penyebab kurang optimalnya penerapan metode Full
Outfitting Block System (FOBS) pada proses pembangunan kapal Rumah
Sakit.
Kapal Rumah Sakit merupakan kapal pendukung atau support dalam
pelaksanaan operasi militer dalam Operasi Militer Perang (OMP) dan juga
dapat difungsikan sebagai pembantu menanggulangi bencana yang mana
dalam pembangunannya dibagi menjadi 123 block yang dikerjakan
menggunakan metode pembangunan Full Outfitting Block System (FOBS).
Adapun Kapal Rumah Sakit mempunyai ukuran utama sebagai berikut :
L.O.A : 124.00 m
L.B.P : 107.45 m
B : 21.80 m
H : 11.30 m
T : 5.00 m
Vs : 18 knots

27
Gambar 4. 1. General arrangement

4.2. Proses Pengelompokan Equipment Per Block


Pada proses perhitungan penerapan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) dilakukan pembagian pada block sehingga dapat membatasi jumlah
equipment yang terdapat pada sebuah block sehingga dapat dilakukan
pengelompokan pada equipment yang dipasang pada block DB 1, DB 2, DB
3, dan DB 4.

4.2.1. Pembagian Block


Pada pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block
System (FOBS) maka kapal akan dibagi menjadi bebrapa zona dan dari zona
tersebut akan dibagi lagi menjadi beberapa block yang ukurannya di
sesuaikan dengan kapasitas alat angkat dan angkut yang dimiliki oleh
sebuah galangan. Adapun pembagian block pada kapal Rumah sakit adalah
sebagai betikut

Tabel 4. 1. Nama Block


NO NAMA BLOCK KETERANAGN
1 AP After Peak
2 APU After Peak Upper
3 ASF After Stern Frame
28
4 AS After Shell
5 ASA After Shell (Level) A
6 ATR After Troop
7 ADB After Double Bottom
8 BO Boat Deck Level
9 BR Bridge
10 BU Bulwark
11 DB Double Bottom
12 DH Deck House
13 FMT Fore Mast
14 FBB Fore Bulbous Bow
15 FP Fore Peak
16 FU Funnel
17 NV Navigation
18 RD Rudder Blade
19 RMD Ramp Door
20 SF Stern Frame
21 SK Skeg (Fix Rudder)
22 SS Side Shell
23 TR Troop

4.2.2. List Equipment Outfitting


Untuk menegetahui persentase penerapan metode Full Outfitting
Block System (FOBS) maka dibutuhkan list equipment outfitting dari
beberapa block sebagai sampel untuk sebuah penelitian dan peneliti ingin
mengambil sampel pada block Double Bottom (DB) yang ada pada Kapal
Rumah Sakit adapun beberapa equipment outfitting pada block Double
Bottom (DB) adalah sebagai berikut :

a. List Equipment Block DB 1 (P/S)


Pada setiap block mempunyai outfitting sesuai dengan bagian block
masing-masing. Dan untuk block DB 1 (P/S) outfitting yang di install
sebagaian besar berupa pipa karena pada block ini merupakan bagian
tangki sehingga outfitting pada block ini sebesar 71.76% adalah pipa dan
dibawah ini adalah daftar outfitting pada block DB 1 (P/S).

29
Tabel 4. 2. List Outfitting Block DB 1 (P/S)
BLOCK DB 1 (P/S)
NO EQUIPMENT QTY
1 MANHOLE 4
2 VERTICAL LADDER 4
3 BOTTOM PLUG 4
4 TANK MARKING 4
5 TANDA BATAS TANGKI 6
6 FO TRANSFER AND OVERFLOW PIPING SYSTEM 16
7 BILGE LINE PIPING SYSTEM 10
8 WATER BALLAST PIPING SYSTEM 24
9 FUEL OIL SERVICE PIPING SYSTEM 2
10 SOUNDING PIPE SYSTEM 8
11 AIR PIPING SYSTEM 1
12 LEVEL TRANSMITER (TGS) 2

b. List Equipment Block DB 2 (P/S)

Pada setiap block mempunyai outfitting sesuai dengan bagian


block masing-masing. Dan untuk block DB 2 (P/S) outfitting yang di
install sebagaian besar berupa pipa karena pada block ini merupakan
bagian tangki sehingga outfitting pada block ini sebesar 76.35% adalah
pipa dan dibawah ini adalah daftar outfitting pada block DB 2 (P/S).

Tabel 4. 3. List Outfitting Block DB 2 (P/S)


BLOCK DB 2 (P/S)
NO EQUIPMENT QTY
1 MANHOLE 5
2 VERTICAL LADDER 6
3 BOTTOM PLUG 4
4 TANK MARKING 4
5 TANDA BATAS TANGKI 10
6 SEAT SEWAGE TREATMENT 2
7 SOUNDING PIPE SYSTEM 5
8 BILGE LINE PIPING SYSTEM 82
9 WATER BALLAST PIPING SYSTEM 21
10 SEAWATER SANITARY PIPING SYSTEM 5
11 PNEUMATIC REMOTE CONTROL VALVE (TGS) 2
12 LEVEL TRANSMITER (TGS) 2

30
c. List Equipment Block DB 3 (C)
Pada setiap block mempunyai outfitting sesuai dengan bagian
block masing-masing. Dan untuk block DB 3 (C) outfitting yang di
install sebagaian besar berupa pipa karena pada block ini merupakan
bagian tangki sehingga outfitting pada block ini sebesar 83.07%
adalah pipa dan dibawah ini adalah daftar outfitting pada block DB 3
(C).

Tabel 4. 4. List Outfitting Block DB 3 (C)


BLOCK DB 3
NO EQUIPMENT QTY
1 MANHOLE 3
2 VERTICAL LADDER 3
3 BOTTOM PLUG 1
4 TANK MARKING 1
5 TANDA BATAS TANGKI 3
6 SOUNDING PIPE SYSTEM 5
7 BILGE LINE PIPING SYSTEM 27
8 WATER BALLAST PIPING SYSTEM 14
9 SEAWATER SANITARY PIPING SYSTEM 8

d. List Equipment Block DB 4 (C)


Pada setiap block mempunyai outfitting sesuai dengan bagian
block masing-masing. Dan untuk block DB 3 (C) outfitting yang di
install sebagaian besar berupa pipa karena pada block ini merupakan
bagian tangki sehingga outfitting pada block ini sebesar 76.35%
adalah pipa dan dibawah ini adalah daftar outfitting pada block DB 4
(C)

Tabel 4. 5. List Outfitting Block DB 4 (C)


BLOCK DB 4
NO EQUIPMENT QTY
1 MANHOLE 2
2 VERTICAL LADDER 2
3 BOTTOM PLUG 1
4 TANK MARKING 1
5 TANDA BATAS TANGKI 3
6 SOUNDING PIPE SYSTEM 2

31
7 BILGE LINE PIPING SYSTEM 4
8 FIRE MAIN AND WASH PIPING SYSTEM 1
9 COMPRESSED AIR PIPING SYSTEM 1
10 SEAWATER SANITARY PIPING SYSTEM 1
4.3. Persentase Pemasangan Outfitting Pada tahap On Block dan On Board
Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi equipment outfitting pada
Block DB 1, DB 2, DB 3, dan DB 4 berdasarkan tahap pemasangannya yaitu
pada tahap On Block dan tahap On Board maka akan diperoleh persentase
penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada pembanguan
kapal Rumah Sakit terutama pada pembangunan Block Double Bottom (DB)
dengan cara mengetahui jumlah equipment yang dipasang pada tahap On
Block dan tahap On Block sehingga dapat mendapatkan hasil persentase
penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS).

4.3.1. Block DB 1 (P/S)


Pada block DB 1 (P/S) terdapat beberapa equipment yang di install pada
tahap on block maupun pada tahap on board sehingga dapat diketahui pada
tabel dibawah ini
Tabel 4. 6. Tahap pemasangan Outfitting Block DB 1 (P/S)

BLOCK DB 1 (P/S)
NO EQUIPMENT ON BLOCK ON BOARD
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 MANHOLE ×
5 VERTICAL LADDER ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 VERTICAL LADDER ×
8 VERTICAL LADDER ×
9 BOOTOM PLUG ×
10 BOOTOM PLUG ×
11 BOOTOM PLUG ×
12 BOOTOM PLUG ×
13 TANK MARKING ×
14 TANK MARKING ×
15 TANK MARKING ×
16 TANK MARKING ×
32
17 TANDA BATAS TANGKI ×
18 TANDA BATAS TANGKI ×
19 TANDA BATAS TANGKI ×
20 TANDA BATAS TANGKI ×
21 TANDA BATAS TANGKI ×
22 TANDA BATAS TANGKI ×
23 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
24 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
JUMLAH 22 2

Tabel 4. 7. Tahap pamasnagan outfitting pipa Block DB 1 (P/S)


BLOCK DB 1 (P/S)
NO EQUIPMENT PIPA ON BLOCK ON BOARD
1 4H 54-02 ×
2 4H 82-02 ×
3 BL 36-03 ×
4 BL 46-02 ×
5 BL 46-07 ×
6 WB 02-01 ×
7 WB 02-03 ×
8 WB 06-02 ×
9 WB 06-03 ×
10 WB 08-02 ×
11 4H 55-02 ×
12 4H 85-02 ×
13 WB 03-01 ×
14 WB 03-03 ×
15 WB 07-02 ×
16 WB 07-03 ×
17 WB 09-02 ×
18 4H 54-01 ×
19 4H 54-03 ×
20 4H 54-04 ×
21 4H 82-01 ×
22 4H 82-03 ×
23 4H 82-04 ×
24 BL 36-01 ×
25 BL 36-02 ×
26 BL 46-01 ×
27 BL 46-03 ×
28 BL 46-04 ×
33
29 BL 46-05 ×
30 BL 46-06 ×
31 WB 02-02 ×
32 WB 06-01 ×
33 WB 06-04 ×
34 WB 08-01 ×
35 WB 08-03 ×
36 WB 08-04 ×
37 WB 08-05 ×
38 4H 55-01 ×
39 4H 55-03 ×
40 4H 55-04 ×
41 4H 85-01 ×
42 4H 85-03 ×
43 4H 85-04 ×
44 WB 03-02 ×
45 WB 07-01 ×
46 WB 07-04 ×
47 WB 09-01 ×
48 WB 09-03 ×
49 WB 09-04 ×
50 WB 09-05 ×
51 FO 83-02 ×
52 SD 13-02 ×
53 SD 19-02 ×
54 AP 35-07 ×
55 SD 14-02 ×
56 SD 20-02 ×
57 FO 83-01 ×
58 SD 13-01 ×
59 SD 19-01 ×
60 SD 14-01 ×
61 SD 20-01 ×
JUMLAH 18 43

Dari tabel diatas dapat diketahui persentase penerapan metode Full


Outfitting Block System (FOBS) dilakukan secara optimal atau tidak maka
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

Diketahui : jumlah Outfitting = 85 pcs

34
Install pada tahap On Block = 40 pcs

Install pada tahap On Board = 45 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang di Install pada tahap


On Block menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 47,06 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang diinstal pada tahap


On board menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 52,94 %

Persentase outfitting yang di install pada tahap On Block pada Block


DB 1 (P/S) sebesar 47,06 % dari total keseluruhan outfitting yang diinstall
dan pada tahap On Board yaitu sebesar 52,94 % dari total outfitting pada
Block DB 1 (P/S) sehingga penerapan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) pada Block DB 1 kurang optimal dikarenakan persentase optimal
yaitu install outfitting pada tahap On Block lebih besar dari install outfitting
pada tahap On Board.

4.3.2. Block DB 2 (P/S)


Pada block DB 2 (P/S) terdapat bebrapa equipment yang diinstall pada
tahap on block maupun pada tahap on board sehingga dapat diketahui pada
tabel dibawah ini
Tabel 4. 8 Tahap pemasangan Outfitting Block DB 2 (P/S)
BLOCK DB 2 (P/S)
ON
NO EQUIPMENT BLOCK ON BOARD
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 MANHOLE ×
5 MANHOLE ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 VERTICAL LADDER ×

35
8 VERTICAL LADDER ×
9 VERTICAL LADDER ×
10 VERTICAL LADDER ×
11 VERTICAL LADDER ×
12 BOOTOM PLUG ×
13 BOOTOM PLUG ×
14 BOOTOM PLUG ×
15 BOOTOM PLUG ×
16 TANK MARKING ×
17 TANK MARKING ×
18 TANK MARKING ×
19 TANK MARKING ×
20 TANDA BATAS TANGKI ×
21 TANDA BATAS TANGKI ×
22 TANDA BATAS TANGKI ×
23 TANDA BATAS TANGKI ×
24 TANDA BATAS TANGKI ×
25 TANDA BATAS TANGKI ×
26 TANDA BATAS TANGKI ×
27 TANDA BATAS TANGKI ×
28 TANDA BATAS TANGKI ×
29 TANDA BATAS TANGKI ×
30 SEAT SEWAGE TREATMENT ×
31 SEAT SEWAGE TREATMENT ×
32 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
33 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
34 PNEUMATIC REMOT CONTROL VALVE ×
35 PNEUMATIC REMOT CONTROL VALVE ×
JUMLAH 31 4

Tabel 4. 9 Tahap pemasangan Outfitting pipa Block DB 2 (P/S)


BLOCK DB 2 (P/S)
NO EQUIPMENT PIPA ON BLOCK ON BOARD
1 BL 20-02 ×
2 BL 20-04 ×
3 BL 20-07 ×
4 BL 20-09 ×
5 BL 21-02 ×
6 BL 21-04 ×
7 BL 21-07 ×
8 BL 21-09 ×
36
9 BL 22-02 ×
10 BL 22-04 ×
11 BL 22-07 ×
12 BL 22-09 ×
13 BL 23-02 ×
14 BL 23-04 ×
15 BL 23-07 ×
16 BL 23-09 ×
17 BL 24-02 ×
18 BL 24-04 ×
19 BL 24-07 ×
20 BL 24-08 ×
21 WB 02-12 ×
22 BL 14-03 ×
23 BL 15-03 ×
24 BL 16-03 ×
25 BL 17-03 ×
26 BL 20-12 ×
27 BL 21-12 ×
28 BL 22-12 ×
29 BL 23-11 ×
30 BL 24-10 ×
31 BL 24-12 ×
32 WB 02-10 ×
33 WB 03-06 ×
34 WB 03-08 ×
35 WB 03-11 ×
36 BL 20-01 ×
37 BL 20-03 ×
38 BL 20-05 ×
39 BL 20-06 ×
40 BL 20-08 ×
41 BL 21-01 ×
42 BL 21-03 ×
43 BL 21-05 ×
44 BL 21-06 ×
45 BL 21-08 ×
46 BL 22-01 ×
47 BL 22-03 ×
48 BL 22-05 ×
49 BL 22-06 ×

37
50 BL 22-08 ×
51 BL 23-01 ×
52 BL 23-03 ×
53 BL 23-05 ×
54 BL 23-06 ×
55 BL 23-08 ×
56 BL 24-01 ×
57 BL 24-03 ×
58 BL 24-05 ×
59 BL 24-06 ×
60 BL 24-09 ×
61 BL 36-04 ×
62 WB 02-04 ×
63 WB 02-05 ×
64 WB 02-06 ×
65 WB 02-11 ×
66 WB 02-13 ×
67 BL 14-01 ×
68 BL 14-02 ×
69 BL 14-04 ×
70 BL 15-01 ×
71 BL 15-02 ×
72 BL 15-04 ×
73 BL 16-01 ×
74 BL 16-02 ×
75 BL 16-04 ×
76 BL 17-01 ×
77 BL 17-02 ×
78 BL 17-04 ×
79 BL 17-05 ×
80 BL 20-10 ×
81 BL 20-11 ×
82 BL 20-13 ×
83 BL 21-10 ×
84 BL 21-11 ×
85 BL 21-13 ×
86 BL 22-10 ×
87 BL 22-11 ×
88 BL 22-13 ×
89 BL 23-10 ×
90 BL 23-12 ×

38
91 BL 24-11 ×
92 WB 02-07 ×
93 WB 02-08 ×
94 WB 02-09 ×
95 WB 03-04 ×
96 WB 03-05 ×
97 WB 03-07 ×
98 WB 03-09 ×
99 WB 03-10 ×
100 WB 03-12 ×
101 SW 02-02 ×
102 WB 30-02 ×
103 SD 12-01 ×
104 SW 02-01 ×
105 BL 19-01 ×
106 SD 10-01 ×
107 SW 02-01 ×
108 WB 30-01 ×
109 SD 11-01 ×
110 SD 12-02 ×
111 SD 12-03 ×
112 SW 02-02 ×
113 SW 02-03 ×
JUMLAH 20 93

Dari tabel diatas dapat diketahui persentase penerapan metode Full


Outfitting Block System (FOBS) dilakukan secara optimal atau tidak maka
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Diketahui : jumlah Outfitting = 148 pcs

Install pada tahap On Block = 49 pcs

Install pada tahap On Board = 99 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang di Install pada


tahap On Block menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 33,11 %

39
Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang diinstal pada tahap
On Board menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 66,89 %

Persentase outfitting yang di install pada tahap on block pada Block DB


2 (P/S) sebesar 33,11 % dari total keseluruhan outfitting yang diinstall pada
tahap On Board yaitu sebesar 66,89 % dari total outfitting pada Block DB 2
(P/S) sehingga penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada
Block DB 2 (P/S) kurang optimal dikarenakan persentase optimal yaitu
install outfitting pada tahap On Board lebih besar dari install outfitting pada
tahap On Block.

4.3.3. Block DB 3 (C)


Pada block DB 3 (C) terdapat bebrapa equipment yang diinstall pada
tahap on block maupun pada tahap on board sehingga dapat diketahui pada
tabel dibawah ini
Tabel 4. 10. Tahap Pemasangan outfitting Block DB 3 (c)
BLOCK DB 3 (C)
NO EQUIPMENT ON BLOCK ON BOARD
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 VERTICAL LADDER ×
5 VERTICAL LADDER ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 BOOTOM PLUG ×
8 TANK MARKING ×
9 TANDA BATAS TANGKI ×
10 TANDA BATAS TANGKI ×
11 TANDA BATAS TANGKI ×
JUMLAH 11 0

40
Tabel 4. 11. Tahap pemasangan Outfitting pipa Block DB 3 (C)
BLOCK DB 3 (C)
NO EQUIPMENT PIPA ON BLOCK ON BOARD
1 BL 14-06 ×
2 BL 14-08 ×
3 BL 14-10 ×
4 BL 14-12 ×
5 BL 14-14 ×
6 BL 14-16 ×
7 BL 15-06 ×
8 BL 15-08 ×
9 BL 15-10 ×
10 BL 16-06 ×
11 BL 16-08 ×
12 BL 16-11 ×
13 WB 02-14 ×
14 WB 02-16 ×
15 WB 02-18 ×
16 WB 02-19 ×
17 WB 03-13 ×
18 WB 03-15 ×
19 WB 03-17 ×
20 WB 03-18 ×
21 BL 14-05 ×
22 BL 14-07 ×
23 BL 14-09 ×
24 BL 14-11 ×
25 BL 14-13 ×
26 BL 14-15 ×
27 BL 15-05 ×
28 BL 15-07 ×
29 BL 15-09 ×
30 BL 15-11 ×
31 BL 16-05 ×
32 BL 16-07 ×
33 BL 16-09 ×
34 BL 16-10 ×
35 BL 16-12 ×
36 WB 02-15 ×
37 WB 02-17 ×
38 WB 02-20 ×
39 WB 03-14 ×
40 WB 03-16 ×
41 WB 03-19 ×
42 SD 05-01 ×

41
43 SD 05-03 ×
44 SD 06-02 ×
45 SW 02-01 ×
46 SW 02-03 ×
47 SW 02-05 ×
48 SW 02-07 ×
49 SD 05-02 ×
50 SD 06-01 ×
51 SW 02-02 ×
52 SW 02-04 ×
53 SW 02-06 ×
54 SW 02-08 ×
JUMLAH 14 40

Dari tabel diatas dapat diketahui persentase penerapan metode Full


Outfitting Block System (FOBS) dilakukan secara optimal atau tidak maka
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Diketahui : jumlah Outfitting = 65 pcs

Install pada tahap On Block = 25 pcs

Install pada tahap On Board = 40 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang di Install pada


tahap On Block menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 38,46 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang diinstal pada tahap


On board menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 61,54 %

Persentase outfitting yang di install pada tahap on block pada Block DB


3 (C) sebesar 38,46 % dari total keseluruhan outfitting yang diinstall pada
tahap On Board yaitu sebesar 61,54 % dari total outfitting pada Block DB 3
(C) sehingga penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada

42
Block DB 2 (C) kurang optimal dikarenakan persentase optimal yaitu install
outfitting pada tahap On Block lebih besar dari install outfitting pada tahap
On Board.

4.3.4. Block DB 4 (C)


Pada block DB 4 (C) terdapat bebrapa equipment yang diinstall pada
tahap on block maupun pada tahap on boardsehingga dapat diketahui pada
tabel dibawah ini
Tabel 4. 12. Tahap pemasangan Outfitting Block DB 4 (C)
BLOCK DB 4 (C)
NO EQUIPMENT ON BLOCK ON BOARD
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 VERTICAL LADDER ×
4 VERTICAL LADDER ×
5 BOTTOM PLUG ×
6 TANK MARKING ×
7 TANDA BATAS TANGKI ×
8 TANDA BATAS TANGKI ×
9 TANDA BATAS TANGKI ×
JUMLAH 8 1

Tabel 4. 13. Tahap Pemasangan Outfitting pipa Block DB 4 (C)


BLOCK DB 4 (C)
NO EQUIPMENT PIPA ON BLOCK ON BOARD
1 BL 14-19 ×
2 BL 14-17 ×
3 BL 14-18 ×
4 BL 14-20 ×
5 SD 03-02 ×
6 SW 01-01 ×
7 FM 87-01 ×
8 CA 01-01 ×
9 SD 03-01 ×
JUMLAH 0 9

43
Dari tabel diatas dapat diketahui persentase penerapan metode Full
Outfitting Block System (FOBS) dilakukan secara optimal atau tidak maka
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Diketahui : jumlah Outfitting = 18 pcs

Install pada tahap On Block = 8 pcs

Install pada tahap On Board = 10pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang di Install pada


tahap On Block menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 44,44 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang diinstal pada tahap


On board menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 55,56 %

Persentase outfitting yang di install pada tahap on block pada Block DB


4 (C) sebesar 44,44 % dari total keseluruhan outfitting yang diinstall pada
tahap On Board yaitu sebesar 55,56 % dari total outfitting pada Block DB 4
(C) sehingga penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada
Block DB 4 (C) kurang optimal dikarenakan persentase optimal yaitu install
outfitting pada tahap On Block lebih besar dari install outfitting pada tahap
On Board.

4.4. Persentase Penghambat Metode FOBS Akibat Keterlambatan Material


Pada proses pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS) juga sering mengalami hambatan salah satu yang
menjadi penghambat utama pada saat pelaksanaan pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) yang mana

44
sangat sering terjadi karena adanya faktor negosisasi pada saat pemesanan
material yang akan digunakan dalam proses pembangunan sebuah kapal.
Adapun dalam keterlambatan material juga dapat memperpanjang waktu
pembangunan sehingga dapat mengakibatkan penambahan jam kerja dan
pada akhirnya akan menambahkan biaya tambahan untuk menambah tenaga
kerja ataupun penambahan tenaga kerja.

4.4.1. Block DB 1 (P/S)


Pada Block DB 1 (P/S) terdapat beberapa material outfitting yang
mengalami keterlambatan sehingga dapat berdampak pada sistem
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) dikarenakan keterlambatan material maka dengan terpaksa banya
Outfitting yang harus di install pada tahap On Board dibandingkan pada
tahap On Block sehingga berpengaruh pada capaian penerapan metode
Full Outfitting Block System (FOBS) pada sebuah pembangunan kapal di
sebuah galangan. Adapun beberapa Outfitting yang mengalami
keterlambatan pada Block DB 1 (P/S) adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 14. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 1 (P/S)


BLOCK DB 1 (P/S)
NO EQUIPMENT TEPAT WAKTU TERLAMBAT
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 MANHOLE ×
5 VERTICAL LADDER ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 VERTICAL LADDER ×
8 VERTICAL LADDER ×
9 BOOTOM PLUG ×
10 BOOTOM PLUG ×
11 BOOTOM PLUG ×
12 BOOTOM PLUG ×
13 TANK MARKING ×
14 TANK MARKING ×
15 TANK MARKING ×
45
16 TANK MARKING ×
17 TANDA BATAS TANGKI ×
18 TANDA BATAS TANGKI ×
19 TANDA BATAS TANGKI ×
20 TANDA BATAS TANGKI ×
21 TANDA BATAS TANGKI ×
22 TANDA BATAS TANGKI ×
23 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
24 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
JUMLAH 22 2

Tabel 4. 15, Outfitting Pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 1 (P/S)


BLOCK DB 1 (P/S)
NO EQUIPMENT PIPA TEPAT WAKTU TERLAMBAT
1 4H 54-02 ×
2 4H 82-02 ×
3 BL 36-03 ×
4 BL 46-02 ×
5 BL 46-07 ×
WB 02-01 ×
7 WB 02-03 ×
8 WB 06-02 ×
9 WB 06-03 ×
10 WB 08-02 ×
11 4H 55-02 ×
12 4H 85-02 ×
13 WB 03-01 ×
14 WB 03-03 ×
15 WB 07-02 ×
16 WB 07-03 ×
17 WB 09-02 ×
18 4H 54-01 ×
19 4H 54-03 ×
20 4H 54-04 ×
21 4H 82-01 ×
22 4H 82-03 ×
23 4H 82-04 ×
24 BL 36-01 ×
25 BL 36-02 ×
26 BL 46-01 ×
27 BL 46-03 ×
46
28 BL 46-04 ×
29 BL 46-05 ×
30 BL 46-06 ×
31 WB 02-02 ×
32 WB 06-01 ×
33 WB 06-04 ×
34 WB 08-01 ×
35 WB 08-03 ×
36 WB 08-04 ×
37 WB 08-05 ×
38 4H 55-01 ×
39 4H 55-03 ×
40 4H 55-04 ×
41 4H 85-01 ×
42 4H 85-03 ×
43 4H 85-04 ×
44 WB 03-02 ×
45 WB 07-01 ×
46 WB 07-04 ×
47 WB 09-01 ×
48 WB 09-03 ×
49 WB 09-04 ×
50 WB 09-05 ×
51 FO 83-02 ×
52 SD 13-02 ×
53 SD 19-02 ×
54 AP 35-07 ×
55 SD 14-02 ×
56 SD 20-02 ×
57 FO 83-01 ×
58 SD 13-01 ×
59 SD 19-01 ×
60 SD 14-01 ×
61 SD 20-01 ×
JUMLAH 0 61

Pada tabel diatas dapat diketahui banyak material outfitting yang


mengakami keterlambatan pada block DB 1(P/S) sehingga dapat
menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS). Adapun perhitungan yang digunakan untuk
47
menghitung persentase material yang mengalami keterlambatan adalah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Diketahui : jumlah Outfitting = 85 pcs

Outfitting yang mengalami keterlambatan = 63 pcs

Outfitting yang tidak mengalami keterlambatan = 22 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang mengalami


keterlambatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 74,12 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang tidak mengalami


keterlambatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 25,88 %

Persentase material yang mengalami keterlambatan pada block DB 1


(P/S) lebih besar dari pada jumlah material yang tidak mengalami
keterlambatan. Dengan persentase jumlah outfitting yang mengalami
keterlambatan sebesar 74,12% dari total outfitting sebanyak 148 equipment
outfitting. Sehingga pada block DB 1 (P/S) lebih banyak material yang
terlambat dibanding dengan material yang tidak terlambat.

4.4.2. Block DB 2 (P/S)


Pada Block DB 2 (P/S) terdapat beberapa material outfitting yang
mengalami keterlambatan sehingga dapat berdampak pada sistem
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) dikarenakan keterlambatan material maka dengan terpaksa banya
Outfitting yang harus di install pada tahap On Board dibandingkan pada
tahap On Block sehingga berpengaruh pada capaian penerapan metode
Full Outfitting Block System (FOBS) pada sebuah pembangunan kapal di
48
sebuah galangan. Adapun beberapa Outfitting yang mengalami
keterlambatan pada Block DB 2 (P/S) adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 16. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 2 (P/S)

BLOCK DB 2 (P/S)
NO EQUIPMENT TEPAT WAKTU TERLAMBAT
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 MANHOLE ×
5 MANHOLE ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 VERTICAL LADDER ×
8 VERTICAL LADDER ×
9 VERTICAL LADDER ×
10 VERTICAL LADDER ×
11 VERTICAL LADDER ×
12 BOOTOM PLUG ×
13 BOOTOM PLUG ×
14 BOOTOM PLUG ×
15 BOOTOM PLUG ×
16 TANK MARKING ×
17 TANK MARKING ×
18 TANK MARKING ×
19 TANK MARKING ×
20 TANDA BATAS TANGKI ×
21 TANDA BATAS TANGKI ×
22 TANDA BATAS TANGKI ×
23 TANDA BATAS TANGKI ×
24 TANDA BATAS TANGKI ×
25 TANDA BATAS TANGKI ×
26 TANDA BATAS TANGKI ×
27 TANDA BATAS TANGKI ×
28 TANDA BATAS TANGKI ×
29 TANDA BATAS TANGKI ×
30 SEAT SEWAGE TREATMENT ×
31 SEAT SEWAGE TREATMENT ×
32 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
33 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
34 PNEUMATIC REMOT CONTROL VALVE ×
49
35 PNEUMATIC REMOT CONTROL VALVE ×
JUMLAH 31 4

Tabel 4. 17. Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 2 (P/S)


BLOCK DB 2 (P/S)
NO EQUIPMENT PIPA TEPAT WAKTU TERLAMBAT
1 BL 20-02 ×
2 BL 20-04 ×
3 BL 20-07 ×
4 BL 20-09 ×
5 BL 21-02 ×
6 BL 21-04 ×
7 BL 21-07 ×
8 BL 21-09 ×
9 BL 22-02 ×
10 BL 22-04 ×
11 BL 22-07 ×
12 BL 22-09 ×
13 BL 23-02 ×
14 BL 23-04 ×
15 BL 23-07 ×
16 BL 23-09 ×
17 BL 24-02 ×
18 BL 24-04 ×
19 BL 24-07 ×
20 BL 24-08 ×
21 WB 02-12 ×
22 BL 14-03 ×
23 BL 15-03 ×
24 BL 16-03 ×
25 BL 17-03 ×
26 BL 20-12 ×
27 BL 21-12 ×
28 BL 22-12 ×
29 BL 23-11 ×
30 BL 24-10 ×
31 BL 24-12 ×
32 WB 02-10 ×
33 WB 03-06 ×
34 WB 03-08 ×
35 WB 03-11 ×
50
36 BL 20-01 ×
37 BL 20-03 ×
38 BL 20-05 ×
39 BL 20-06 ×
40 BL 20-08 ×
41 BL 21-01 ×
42 BL 21-03 ×
43 BL 21-05 ×
44 BL 21-06 ×
45 BL 21-08 ×
46 BL 22-01 ×
47 BL 22-03 ×
48 BL 22-05 ×
49 BL 22-06 ×
50 BL 22-08 ×
51 BL 23-01 ×
52 BL 23-03 ×
53 BL 23-05 ×
54 BL 23-06 ×
55 BL 23-08 ×
56 BL 24-01 ×
57 BL 24-03 ×
58 BL 24-05 ×
59 BL 24-06 ×
60 BL 24-09 ×
61 BL 36-04 ×
62 WB 02-04 ×
63 WB 02-05 ×
64 WB 02-06 ×
65 WB 02-11 ×
66 WB 02-13 ×
67 BL 14-01 ×
68 BL 14-02 ×
69 BL 14-04 ×
70 BL 15-01 ×
71 BL 15-02 ×
72 BL 15-04 ×
73 BL 16-01 ×
74 BL 16-02 ×
75 BL 16-04 ×
76 BL 17-01 ×

51
77 BL 17-02 ×
78 BL 17-04 ×
79 BL 17-05 ×
80 BL 20-10 ×
81 BL 20-11 ×
82 BL 20-13 ×
83 BL 21-10 ×
84 BL 21-11 ×
85 BL 21-13 ×
86 BL 22-10 ×
87 BL 22-11 ×
88 BL 22-13 ×
89 BL 23-10 ×
90 BL 23-12 ×
91 BL 24-11 ×
92 WB 02-07 ×
93 WB 02-08 ×
94 WB 02-09 ×
95 WB 03-04 ×
96 WB 03-05 ×
97 WB 03-07 ×
98 WB 03-09 ×
99 WB 03-10 ×
100 WB 03-12 ×
101 SW 02-02 ×
102 WB 30-02 ×
103 SD 12-01 ×
104 SW 02-01 ×
105 BL 19-01 ×
106 SD 10-01 ×
107 SW 02-01 ×
108 WB 30-01 ×
109 SD 11-01 ×
110 SD 12-02 ×
111 SD 12-03 ×
112 SW 02-02 ×
113 SW 02-03 ×
JUMLAH 0 113

Pada tabel diatas dapat diketahui banyak material outfitting yang


mengakami keterlambatan pada block DB 2 (P/S) sehingga dapat
52
menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS). Adapun perhitungan yang digunakan untuk
menghitung persentase material yang mengalami keterlambatan adalah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Diketahui : jumlah Outfitting = 148 pcs

Outfitting yang mengalami keterlambatan = 117 pcs

Outfitting yang tidak mengalami keterlambatan = 31 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang mengalami


keterlambatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 79,05 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang tidak mengalami


keterlambatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 20,95 %

Persentase material yang mengalami keterlambatan pada block DB 2


(P/S) lebih besar dari pada jumlah material yang tidak mengalami
keterlambatan. Dengan persentase jumlah outfitting yang mengalami
keterlambatan sebesar 79,05% dari total outfitting sebanyak 148 equipment
outfitting. Sehingga pada block DB 2 (P/S) lebih banyak material yang
terlambat dibanding dengan material yang tidak terlambat.

4.4.3. Block DB 3 (C)


Pada Block DB 3 (C) terdapat beberapa material outfitting yang
mengalami keterlambatan sehingga dapat berdampak pada sistem
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) dikarenakan keterlambatan material maka dengan terpaksa banya

53
Outfitting yang harus di install pada tahap On Board dibandingkan pada
tahap On Block sehingga berpengaruh pada capaian penerapan metode
Full Outfitting Block System (FOBS) pada sebuah pembangunan kapal di
sebuah galangan. Adapun beberapa Outfitting yang mengalami
keterlambatan pada Block DB 3 (C) adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 18. Outfitting yang mengalami keterlambatanBlock DB 3 (C)


`
NO EQUIPMENT TEPAT WAKTU TERLAMBAT
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 VERTICAL LADDER ×
5 VERTICAL LADDER ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 BOOTOM PLUG ×
8 TANK MARKING ×
9 TANDA BATAS TANGKI ×
10 TANDA BATAS TANGKI ×
11 TANDA BATAS TANGKI ×
JUMLAH 11 0

Tabel 4. 19. Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 3 (C)


BLOCK DB 3 (C)
NO EQUIPMENT PIPA TEPAT WAKTU TERLAMBAT
1 BL 14-06 ×
2 BL 14-08 ×
3 BL 14-10 ×
4 BL 14-12 ×
5 BL 14-14 ×
6 BL 14-16 ×
7 BL 15-06 ×
8 BL 15-08 ×
9 BL 15-10 ×
10 BL 16-06 ×
11 BL 16-08 ×
12 BL 16-11 ×
13 WB 02-14 ×
14 WB 02-16 ×
54
15 WB 02-18 ×
16 WB 02-19 ×
17 WB 03-13 ×
18 WB 03-15 ×
19 WB 03-17 ×
20 WB 03-18 ×
21 BL 14-05 ×
22 BL 14-07 ×
23 BL 14-09 ×
24 BL 14-11 ×
25 BL 14-13 ×
26 BL 14-15 ×
27 BL 15-05 ×
28 BL 15-07 ×
29 BL 15-09 ×
30 BL 15-11 ×
31 BL 16-05 ×
32 BL 16-07 ×
33 BL 16-09 ×
34 BL 16-10 ×
35 BL 16-12 ×
36 WB 02-15 ×
37 WB 02-17 ×
38 WB 02-20 ×
39 WB 03-14 ×
40 WB 03-16 ×
41 WB 03-19 ×
42 SD 05-01 ×
43 SD 05-03 ×
44 SD 06-02 ×
45 SW 02-01 ×
46 SW 02-03 ×
47 SW 02-05 ×
48 SW 02-07 ×
49 SD 05-02 ×
50 SD 06-01 ×
51 SW 02-02 ×
52 SW 02-04 ×
53 SW 02-06 ×
54 SW 02-08 ×
JUMLAH 0 54

55
Pada tabel diatas dapat diketahui banyak material outfitting yang
mengakami keterlambatan pada block DB 3 (C) sehingga dapat
menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS). Adapun perhitungan yang digunakan untuk
menghitung persentase material yang mengalami keterlambatan adalah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Diketahui : jumlah Outfitting = 65 pcs

Outfitting yang mengalami keterlambatan = 54 pcs

Outfitting yang tidak mengalami keterlambatan = 11 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang mengalami


keterlambatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 83,08 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang tidak mengalami


keterlambatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 16,92 %

Persentase material yang mengalami keterlambatan pada block DB 3


(C) lebih besar dari pada jumlah material yang tidak mengalami
keterlambatan. Dengan persentase jumlah outfitting yang mengalami
keterlambatan sebesar 83,08 % dari total outfitting sebanyak 65 equipment
outfitting. Sehingga pada block DB 3 (C) lebih banyak material yang
terlambat disbanding dengan material yang tidak terlambat.

56
4.4.4. Block DB 4 (C)
Pada Block DB 4 (C) terdapat beberapa material outfitting yang
mengalami keterlambatan sehingga dapat berdampak pada sistem
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting Block System
(FOBS) dikarenakan keterlambatan material maka dengan terpaksa banyak
Outfitting yang harus di install pada tahap On Board dibandingkan pada
tahap On Block sehingga berpengaruh pada capaian penerapan metode
Full Outfitting Block System (FOBS) pada sebuah pembangunan kapal di
sebuah galangan. Adapun beberapa Outfitting yang mengalami
keterlambatan pada Block DB 4 (C) adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 20. Outfitting yang mengalami keterlambatan Block DB 4 (C)


BLOCK DB 4 (C)
NO EQUIPMENT TEPAT WAKTU TERLAMBAT
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 VERTICAL LADDER ×
4 VERTICAL LADDER ×
5 BOTTOM PLUG ×
6 TANK MARKING ×
7 TANDA BATAS TANGKI ×
8 TANDA BATAS TANGKI ×
9 TANDA BATAS TANGKI ×
JUMLAH 9 0

Tabel 4. 21Outfitting pipa yang mengalami keterlambatan Block DB 4 (C)


BLOCK DB 4 (C)
NO EQUIPMENT PIPA TEPAT WAKTU TERLAMBAT
1 BL 14-19 ×
2 BL 14-17 ×
3 BL 14-18 ×
4 BL 14-20 ×
5 SD 03-02 ×
6 SW 01-01 ×
7 FM 87-01 ×
8 CA 01-01 ×
9 SD 03-01 ×

57
JUMLAH 0 9

Pada tabel diatas dapat diketahui banyak material outfitting yang


mengakami keterlambatan pada block DB 4 (C) sehingga dapat
menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS). Adapun perhitungan yang digunakan untuk
menghitung persentase material yang mengalami keterlambatan adalah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Diketahui : jumlah Outfitting = 18 pcs

Outfitting yang mengalami keterlambatan = 9 pcs

Outfitting yang tidak mengalami keterlambatan = 9 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang mengalami


keterlambatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 50,00 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang tidak mengalami


keterlambatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 50,00 %

Persentase material yang mengalami keterlambatan pada block DB 4


(C) sama dengan dari jumlah material yang tidak mengalami keterlambatan.
Dengan jumlah outfitting yang mengalami keterlambatan sebesar 9 pcs yaitu
semua outfitting pipa dan yang tidak mengalami keterlambatan sebanyak 9
pcs yang terdiri dari equipment outfitting. Sehingga pada block DB 4 (C)
jumlah material yang mengalami keterlambatan sebesar 50 % sehingga
sama dengan jumlah material outfitting yang tidak mengalami keterlabatan

58
4.5. Persentase Penghambat Metode FOBS Akibat Revisi Gambar
Pada metode pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS) revisi gambar juga termasuk penghambat pada
pembangunan dikarenakan adanya gambar yang mengalami revisi maka akan
memperpanjang waktu pengerjaan sehingga outfitting yang harusnya dapat
diinstall pada tahap On Blok harus diinstall pada tahap On Board karena
keterlambatan pada proses erection kapal berpengaruh terhadap erection
block-block setelahnya. Sehingga peneliti akan menghitung persentase
equipment outfitting yang mengalami revisi gambar pada sebuah block DB 1
(P/S), DB 2 (P/S), DB 3 (C), DB 4 (C). sehingga dapat diketahui persentase
yang dapat menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full
Outfitting Block System (FOBS) khususnya install pada tahap On Block
Outfitting dikarenakan masalah revisi gambar.

4.5.1. Block DB 1 (P/S)


Pada Block DB 1 (P/S) terdapat beberapa gambar yang mengalami
revisi gambar sehingga dapat berdampak pada sistem pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) dikarenakan
revisi gambar yang mana dapat menghambat pembangunan sehingga
terjadi keterlambatan produksi sehingga pada equipment yang seharusnya
dapat di install pda thap On Block bisa terhambat karena terjadi revisi pada
gambar kerja yang mana sebagai acuan dalam pengerjaan instaal
equipment outfitting dan menjadikan persentase pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) kurang
optimal pada thap On Block. Adapun beberapa gambar kerja pada
outfitting yang mengalami revisi gambar adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 22. List gambar kerja outfitting yang mengalami revisi
BLOCK DB 1 (P/S)
NO EQUIPMENT REV ACC
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 MANHOLE ×

59
5 VERTICAL LADDER ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 VERTICAL LADDER ×
8 VERTICAL LADDER ×
9 BOOTOM PLUG ×
10 BOOTOM PLUG ×
11 BOOTOM PLUG ×
12 BOOTOM PLUG ×
13 TANK MARKING ×
14 TANK MARKING ×
15 TANK MARKING ×
16 TANK MARKING ×
17 TANDA BATAS TANGKI ×
18 TANDA BATAS TANGKI ×
19 TANDA BATAS TANGKI ×
20 TANDA BATAS TANGKI ×
21 TANDA BATAS TANGKI ×
22 TANDA BATAS TANGKI ×
23 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
24 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
JUMLAH 6 18

Tabel 4. 23. List gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi
BLOCK DB 1 (P/S)
NO EQUIPMENT PIPA REV ACC
1 4H 54-02 ×
2 4H 82-02 ×
3 BL 36-03 ×
4 BL 46-02 ×
5 BL 46-07 ×
6 WB 02-01 ×
7 WB 02-03 ×
8 WB 06-02 ×
9 WB 06-03 ×
10 WB 08-02 ×
11 4H 55-02 ×
12 4H 85-02 ×
13 WB 03-01 ×
14 WB 03-03 ×
15 WB 07-02 ×
16 WB 07-03 ×
60
17 WB 09-02 ×
18 4H 54-01 ×
19 4H 54-03 ×
20 4H 54-04 ×
21 4H 82-01 ×
22 4H 82-03 ×
23 4H 82-04 ×
24 BL 36-01 ×
25 BL 36-02 ×
26 BL 46-01 ×
27 BL 46-03 ×
28 BL 46-04 ×
29 BL 46-05 ×
30 BL 46-06 ×
31 WB 02-02 ×
32 WB 06-01 ×
33 WB 06-04 ×
34 WB 08-01 ×
35 WB 08-03 ×
36 WB 08-04 ×
37 WB 08-05 ×
38 4H 55-01 ×
39 4H 55-03 ×
40 4H 55-04 ×
41 4H 85-01 ×
42 4H 85-03 ×
43 4H 85-04 ×
44 WB 03-02 ×
45 WB 07-01 ×
46 WB 07-04 ×
47 WB 09-01 ×
48 WB 09-03 ×
49 WB 09-04 ×
50 WB 09-05 ×
51 FO 83-02 ×
52 SD 13-02 ×
53 SD 19-02 ×
54 AP 35-07 ×
55 SD 14-02 ×
56 SD 20-02 ×
57 FO 83-01 ×

61
58 SD 13-01 ×
59 SD 19-01 ×
60 SD 14-01 ×
61 SD 20-01 ×
JUMLAH 11 50

Pada tabel diatas dapat diketahui banyak gambar kerja pada outfitting
yang mengalami revisi desain pada block DB 1 (P/S) sehingga dapat
menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS). Adapun perhitungan yang digunakan untuk
menghitung persentase gambar kerja yang mengalami revisi desain adalah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Diketahui : jumlah Outfitting = 85 pcs

Outfitting yang mengalami revisi desain = 17 pcs

Outfitting yang tidak mengalami revisi desain = 68 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang mengalami revisi


gambar dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 20,00 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang tidak mengalami


revisi desain dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 80,00 %

Persentase outfitting yang mengalami revisi desain pada block DB


1(P/S) sebanyak 17 pcs outfitting dari jumlah outfitting pada Block DB 1
(P/S) sebanyak 85 pcs jadi persentase outfitting yang mengalami revisi
desain sebesar 20% pada Block DB 1 (P/S)

62
4.5.2. Block DB 2 (P/S)
Pada Block DB 2 (P/S) terdapat beberapa gambar yang mengalami
revisi gambar sehingga dapat berdampak pada sistem pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) dikarenakan
revisi gambar yang mana dapat menghambat pembangunan sehingga
terjadi keterlambatan produksi sehingga pada equipment yang seharusnya
dapat di install pda thap On Block bisa terhambat karena terjadi revisi pada
gambar kerja yang mana sebagai acuan dalam pengerjaan instaal
equipment outfitting dan menjadikan persentase pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) kurang
optimal pada thap On Block. Adapun beberapa gambar kerja pada
outfitting yang mengalami revisi gambar adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 24. List gambar kerja outfitting yang mengalami revisi

BLOCK DB 2 (P/S)
NO EQUIPMENT REV ACC
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 MANHOLE ×
5 MANHOLE ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 VERTICAL LADDER ×
8 VERTICAL LADDER ×
9 VERTICAL LADDER ×
10 VERTICAL LADDER ×
11 VERTICAL LADDER ×
12 BOOTOM PLUG ×
13 BOOTOM PLUG ×
14 BOOTOM PLUG ×
15 BOOTOM PLUG ×
16 TANK MARKING ×
17 TANK MARKING ×
18 TANK MARKING ×
19 TANK MARKING ×
20 TANDA BATAS TANGKI ×
21 TANDA BATAS TANGKI ×
22 TANDA BATAS TANGKI ×
63
23 TANDA BATAS TANGKI ×
24 TANDA BATAS TANGKI ×
25 TANDA BATAS TANGKI ×
26 TANDA BATAS TANGKI ×
27 TANDA BATAS TANGKI ×
28 TANDA BATAS TANGKI ×
29 TANDA BATAS TANGKI ×
30 SEAT SEWAGE TREATMENT ×
31 SEAT SEWAGE TREATMENT ×
32 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
33 LEVEL TRANSMITTER (TGS) ×
34 PNEUMATIC REMOT CONTROL VALVE ×
35 PNEUMATIC REMOT CONTROL VALVE ×
JUMLAH 9 26

Tabel 4. 25. List gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi
BLOCK DB 2 (P/S)
NO EQUIPMENT PIPA REV ACC
1 BL 20-02 ×
2 BL 20-04 ×
3 BL 20-07 ×
4 BL 20-09 ×
5 BL 21-02 ×
6 BL 21-04 ×
7 BL 21-07 ×
8 BL 21-09 ×
9 BL 22-02 ×
10 BL 22-04 ×
11 BL 22-07 ×
12 BL 22-09 ×
13 BL 23-02 ×
14 BL 23-04 ×
15 BL 23-07 ×
16 BL 23-09 ×
17 BL 24-02 ×
18 BL 24-04 ×
19 BL 24-07 ×
20 BL 24-08 ×
21 WB 02-12 ×
22 BL 14-03 ×
23 BL 15-03 ×
64
24 BL 16-03 ×
25 BL 17-03 ×
26 BL 20-12 ×
27 BL 21-12 ×
28 BL 22-12 ×
29 BL 23-11 ×
30 BL 24-10 ×
31 BL 24-12 ×
32 WB 02-10 ×
33 WB 03-06 ×
34 WB 03-08 ×
35 WB 03-11 ×
36 BL 20-01 ×
37 BL 20-03 ×
38 BL 20-05 ×
39 BL 20-06 ×
40 BL 20-08 ×
41 BL 21-01 ×
42 BL 21-03 ×
43 BL 21-05 ×
44 BL 21-06 ×
45 BL 21-08 ×
46 BL 22-01 ×
47 BL 22-03 ×
48 BL 22-05 ×
49 BL 22-06 ×
50 BL 22-08 ×
51 BL 23-01 ×
52 BL 23-03 ×
53 BL 23-05 ×
54 BL 23-06 ×
55 BL 23-08 ×
56 BL 24-01 ×
57 BL 24-03 ×
58 BL 24-05 ×
59 BL 24-06 ×
60 BL 24-09 ×
61 BL 36-04 ×
62 WB 02-04 ×
63 WB 02-05 ×
64 WB 02-06 ×

65
65 WB 02-11 ×
66 WB 02-13 ×
67 BL 14-01 ×
68 BL 14-02 ×
69 BL 14-04 ×
70 BL 15-01 ×
71 BL 15-02 ×
72 BL 15-04 ×
73 BL 16-01 ×
74 BL 16-02 ×
75 BL 16-04 ×
76 BL 17-01 ×
77 BL 17-02 ×
78 BL 17-04 ×
79 BL 17-05 ×
80 BL 20-10 ×
81 BL 20-11 ×
82 BL 20-13 ×
83 BL 21-10 ×
84 BL 21-11 ×
85 BL 21-13 ×
86 BL 22-10 ×
87 BL 22-11 ×
88 BL 22-13 ×
89 BL 23-10 ×
90 BL 23-12 ×
91 BL 24-11 ×
92 WB 02-07 ×
93 WB 02-08 ×
94 WB 02-09 ×
95 WB 03-04 ×
96 WB 03-05 ×
97 WB 03-07 ×
98 WB 03-09 ×
99 WB 03-10 ×
100 WB 03-12 ×
101 SW 02-02 ×
102 WB 30-02 ×
103 SD 12-01 ×
104 SW 02-01 ×
105 BL 19-01 ×

66
106 SD 10-01 ×
107 SW 02-01 ×
108 WB 30-01 ×
109 SD 11-01 ×
110 SD 12-02 ×
111 SD 12-03 ×
112 SW 02-02 ×
113 SW 02-03 ×
JUMLAH 13 100

Pada tabel diatas dapat diketahui banyak gambar kerja pada outfitting
yang mengalami revisi desain pada block DB 2 (P/S) sehingga dapat
menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS). Adapun perhitungan yang digunakan untuk
menghitung persentase gambar kerja yang mengalami revisi desain adalah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Diketahui : jumlah Outfitting = 148 pcs

Outfitting yang mengalami revisi desain = 22 pcs

Outfitting yang tidak mengalami revisi desain = 126 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang mengalami revisi


gambar dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 14,86 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang tidak mengalami


revisi desain dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 85,14 %

Persentase outfitting yang mengalami revisi desain pada block DB 2


(P/S) sebanyak 22 pcs outfitting dari jumlah outfitting pada Block DB 2

67
(P/S) sebanyak 148 pcs jadi persentase outfitting yang mengalami revisi
desain sebesar 14,86% pada Block DB 2 (P/S)

4.5.3. Block DB 3 (C)


Pada Block DB 3 (C) terdapat beberapa gambar yang mengalami
revisi gambar sehingga dapat berdampak pada sistem pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) dikarenakan
revisi gambar yang mana dapat menghambat pembangunan sehingga
terjadi keterlambatan produksi sehingga pada equipment yang seharusnya
dapat di install pda thap On Block bisa terhambat karena terjadi revisi pada
gambar kerja yang mana sebagai acuan dalam pengerjaan instaal
equipment outfitting dan menjadikan persentase pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) kurang
optimal pada thap On Block. Adapun beberapa gambar kerja pada
outfitting yang mengalami revisi gambar adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 26. gambar kerja outfitting yang mengalami revisi
BLOCK DB 3 (C)
NO EQUIPMENT REV ACC
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 MANHOLE ×
4 VERTICAL LADDER ×
5 VERTICAL LADDER ×
6 VERTICAL LADDER ×
7 BOOTOM PLUG ×
8 TANK MARKING ×
9 TANDA BATAS TANGKI ×
10 TANDA BATAS TANGKI ×
11 TANDA BATAS TANGKI ×
JUMLAH 3 8

68
Tabel 4. 27.gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi
BLOCK DB 3 (C)
NO EQUIPMENT PIPA REV ACC
1 BL 14-06 ×
2 BL 14-08 ×
3 BL 14-10 ×
4 BL 14-12 ×
5 BL 14-14 ×
6 BL 14-16 ×
7 BL 15-06 ×
8 BL 15-08 ×
9 BL 15-10 ×
10 BL 16-06 ×
11 BL 16-08 ×
12 BL 16-11 ×
13 WB 02-14 ×
14 WB 02-16 ×
15 WB 02-18 ×
16 WB 02-19 ×
17 WB 03-13 ×
18 WB 03-15 ×
19 WB 03-17 ×
20 WB 03-18 ×
21 BL 14-05 ×
22 BL 14-07 ×
23 BL 14-09 ×
24 BL 14-11 ×
25 BL 14-13 ×
26 BL 14-15 ×
27 BL 15-05 ×
28 BL 15-07 ×
29 BL 15-09 ×
30 BL 15-11 ×
31 BL 16-05 ×
32 BL 16-07 ×
33 BL 16-09 ×
34 BL 16-10 ×
35 BL 16-12 ×
36 WB 02-15 ×
37 WB 02-17 ×
38 WB 02-20 ×

69
39 WB 03-14 ×
40 WB 03-16 ×
41 WB 03-19 ×
42 SD 05-01 ×
43 SD 05-03 ×
44 SD 06-02 ×
45 SW 02-01 ×
46 SW 02-03 ×
47 SW 02-05 ×
48 SW 02-07 ×
49 SD 05-02 ×
50 SD 06-01 ×
51 SW 02-02 ×
52 SW 02-04 ×
53 SW 02-06 ×
54 SW 02-08 ×
JUMLAH 13 41

Pada tabel diatas dapat diketahui banyak gambar kerja pada outfitting
yang mengalami revisi desain pada block DB 3 (C) sehingga dapat
menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS). Adapun perhitungan yang digunakan untuk
menghitung persentase gambar kerja yang mengalami revisi desain adalah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Diketahui : jumlah Outfitting = 65 pcs

Outfitting yang mengalami revisi desain = 16 pcs

Outfitting yang tidak mengalami revisi desain = 49 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang mengalami revisi


gambar dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 24,62 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang tidak mengalami


revisi desain dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

70
= x 100 %

= x 100 % = 75,38 %

Persentase outfitting yang mengalami revisi desain pada block DB 3


(C) sebanyak 16 pcs outfitting dari jumlah outfitting pada Block DB 3 (C)
sebanyak 65 pcs jadi persentase outfitting yang mengalami revisi desain
sebesar 24,62% pada Block DB 3 (C)

4.5.4. Block DB 4 (C)


Pada Block DB 4 (C) terdapat beberapa gambar yang mengalami
revisi gambar sehingga dapat berdampak pada sistem pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) dikarenakan
revisi gambar yang mana dapat menghambat pembangunan sehingga
terjadi keterlambatan produksi sehingga pada equipment yang seharusnya
dapat di install pda thap On Block bisa terhambat karena terjadi revisi pada
gambar kerja yang mana sebagai acuan dalam pengerjaan install
equipment outfitting dan menjadikan persentase pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) kurang
optimal pada thap On Block. Adapun beberapa gambar kerja pada
outfitting yang mengalami revisi gambar adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 28. gambar kerja outfitting yang mengalami revisi
BLOCK DB 4 (C)
NO EQUIPMENT REV ACC
1 MANHOLE ×
2 MANHOLE ×
3 VERTICAL LADDER ×
4 VERTICAL LADDER ×
5 BOTTOM PLUG ×
6 TANK MARKING ×
7 TANDA BATAS TANGKI ×
8 TANDA BATAS TANGKI ×
9 TANDA BATAS TANGKI ×
JUMLAH 2 7

71
Tabel 4. 29. gambar kerja outfitting pipa yang mengalami revisi
BLOCK DB 4 (C)
NO EQUIPMENT PIPA REV ACC
1 BL 14-19 ×
2 BL 14-17 ×
3 BL 14-18 ×
4 BL 14-20 ×
5 SD 03-02 ×
6 SW 01-01 ×
7 FM 87-01 ×
8 CA 01-01 ×
9 SD 03-01 ×
JUMLAH 5 4

Pada tabel diatas dapat diketahui banyak gambar kerja pada outfitting
yang mengalami revisi desain pada block DB 4 (C) sehingga dapat
menghambat pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfitting
Block System (FOBS). Adapun perhitungan yang digunakan untuk
menghitung persentase gambar kerja yang mengalami revisi desain adalah
menggunakan rumus sebagi berikut :
Diketahui : jumlah Outfitting = 18 pcs

Outfitting yang mengalami revisi desain = 7 pcs

Outfitting yang tidak mengalami revisi desain = 11 pcs

Maka untuk mengetahui persentase Outfitting yang mengalami revisi


gambar dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 38,89 %

Dan untuk mengetahui persentase Outfitting yang tidak mengalami


revisi desain dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

= x 100 %

= x 100 % = 61,11 %

72
Persentase outfitting yang mengalami revisi desain pada block DB 4
(C) sebanyak 7 pcs outfitting dari jumlah outfitting pada Block DB 4 (C)
sebanyak 18 pcs jadi persentase outfitting yang mengalami revisi desain
sebesar 38,89% pada Block DB 3 (C)

4.6. Pengaruh Jumlah Manpower


Pada penerapan pembangunan kapal menggunakan metode Full
Outfitting Block System (FOBS) juga dapat terhambat akibat kekurangan
sumber daya manusia pada pekerjaan install outfitting terutama pada
pekerjaan install outfitting pipa yang ada pada Block DB 1 (P/S), DB 2 (P/S),
DB 3 (C), dan DB 4 (C) sehingga pekerjaan install outfitting tidak terlaksana
pada tahap on block secara maksimal dan tidak sesuai dengan penjadwalan
yang direncanakan.

4.6.1. Block DB 1 (P/S)


Pada pekerjaan install outfitting pipa pada Block DB 1 (P/S) di salah
satu galangan disurabaya menggunakan 3 orang pekerja yang terdiri dari 1
welder dan 2 fitter. Menurut hasil wawancara pada pihak terkait bahwa
pekerjaan install pipa pada Block DB 1 (P/S) memerlukan 1 hari untuk
menginstall 1 pcs pipa dengan ukuran diameter 250 mm dan 3 pcs pipa
untuk pipa dengan ukuran diameter dibawah 250 mm. adapun list material
pipa pada Block DB 1 (P/S) adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 30. List Pipa Block DB 1 (P/S)
PIPA BLOCK DB 1
NO REV BLOCK NO. GAMBAR DN SYSTEM
1 0 DB1 4P16001 80 4H
2 0 DB1 4P16001 80 4H
3 0 DB1 4P16001 100 BL
4 0 DB1 4P16001 100 BL
5 0 DB1 4P16001 100 BL
6 0 DB1 4P16001 250 WB
7 0 DB1 4P16001 250 WB
8 0 DB1 4P16001 150 WB
9 0 DB1 4P16001 150 WB

73
10 0 DB1 4P16001 250 WB
11 0 DB1 4P16001 80 4H
12 0 DB1 4P16001 80 4H
13 0 DB1 4P16001 250 WB
14 0 DB1 4P16001 250 WB
15 0 DB1 4P16001 150 WB
16 0 DB1 4P16001 150 WB
17 0 DB1 4P16001 250 WB
18 0 DB1 4P16001 80 4H
19 0 DB1 4P16001 80 4H
20 0 DB1 4P16001 80 4H
21 0 DB1 4P16001 80 4H
22 0 DB1 4P16001 80 4H
23 0 DB1 4P16001 80 4H
24 0 DB1 4P16001 100 BL
25 0 DB1 4P16001 100 BL
26 0 DB1 4P16001 100 BL
27 0 DB1 4P16001 100 BL
28 0 DB1 4P16001 100 BL
29 0 DB1 4P16001 100 BL
30 0 DB1 4P16001 100 BL
31 0 DB1 4P16001 250 WB
32 0 DB1 4P16001 150 WB
33 0 DB1 4P16001 150 WB
34 0 DB1 4P16001 250 WB
35 0 DB1 4P16001 250 WB
36 0 DB1 4P16001 250 WB
37 0 DB1 4P16001 250 WB
38 0 DB1 4P16001 80 4H
39 0 DB1 4P16001 80 4H
40 0 DB1 4P16001 80 4H
41 0 DB1 4P16001 80 4H
42 0 DB1 4P16001 80 4H
43 0 DB1 4P16001 80 4H
44 0 DB1 4P16001 250 WB
45 0 DB1 4P16001 150 WB
46 0 DB1 4P16001 150 WB
47 0 DB1 4P16001 250 WB
48 0 DB1 4P16001 250 WB
49 0 DB1 4P16001 250 WB
50 0 DB1 4P16001 250 WB

74
51 R.1 DB1 4K16001 250 FO
52 R.1 DB1 4K16001 40 SD
53 R.1 DB1 4K16001 65 SD
54 R.1 DB1 4K16001 100 AP
55 R.1 DB1 4K16001 40 SD
56 R.1 DB1 4K16001 65 SD
57 R.1 DB1 4P16001 250 FO
58 R.1 DB1 4P16001 40 SD
59 R.1 DB1 4P16001 65 SD
60 R.1 DB1 4P16001 40 SD
61 R.1 DB1 4P16001 65 SD

Berdasarkan tabel list material pipa pada Block DB 1 (P/S) maka dapat
diketahui jumlah pipa dengan ukuran diameter 250 mm sebanyak 18 pcs dan
ukuran pipa dengan ukuran diameter dibawah 250 mm sebanyak 43 pcs dan
durasi pengerjaan install pipa menurut penjadwalan pekerjaan install pipa
pada block DB 1 (P/S) membutuhkan waktu 24 hari untuk menyelesaikan
pekerjaan install pipa. Maka dapat dihitung kebutuhan manpower untuk
pekerjaan install pipa pada Block DB 1 (P/S).
Diketahui : Jumlah pipa 250 mm = 18 pcs
Jumlah pipa < 250 mm = 43 pcs
Jumlah pekerja = 3 (1 welder dan 2 fitter)
Durasi pengerjaan = 24 hari
Maka target pekerjaan / hari = jumlah pipa / durasi waktu (hari)
= 61/24
= 2,54 pcs
= 3 pcs/hari
Berdasarkan hasil wawancara pada pihak terkait diketahui produktifitas
pekerja install pipa dengan komposisi 1 welder dan 2 fitter dapat menginstall
pipa sebanyak 1 pcs pipa/hari untuk pipa dengan ukuran diameter 250 mm
dan 3 pcs pipa/hari untuk pipa dengan ukuran < 250 mm. Maka untuk
menginstall pipa pada Block DB 1 (P/S) membutuhkan waktu yang dapat
diketahui dengan rumus dibawah ini :
Durasi install pipa 250 mm = jumlah pipa Ø 250 mm / produktifitas
75
= 18 / 1
= 18 hari
Durasi install pipa <250 mm = jumlah pipa Ø <250 / produktifitas
= 43/3
= 14,34 hari
= 15 hari
Total waktu pengerjaan = 18 + 15
= 33 hari
Dari perhitungan diatas jika dikerjakan sesuai durasi pekerjaan install
pipa yaitu 24 hari maka outfitting yang terinstall pada tahap On Block
sebanyak 18 pcs pipa dengan diameter 250 mm dan 18 pcs pipa dengan
ukuran < 250 mm sehingga total pipa yang dapat diinstall pada tahap On
Block sebanyak 36 pcs dan yang diinstall pada tahap On Board sebanyak 25
pcs sedangkan untuk outfitting yang lain sebanyak 24 pcs diinstall sesuai
dengan jadwal yang direncanakan sehingga dapat diinstall pada tahap On
Block. Sehingga persentase outfitting yang diinstall pada tahap On Board
karena kekurangan jumlah manpower sebesar 29.41 % dari jumlah total
outfitting pada Block DB 1 (P/S).

4.6.2. Block DB 2 (P/S)


Pada pekerjaan install outfitting pipa pada Block DB 2 (P/S) di salah
satu galangan disurabaya menggunakan 3 orang pekerja yang terdiri dari 1
welder dan 2 fitter. Menurut hasil wawancara pada pihak terkait bahwa
pekerjaan install pipa pada Block DB 2 (P/S) memerlukan 1 hari untuk
menginstall 1 pcs pipa dengan ukuran diameter 250 mm dan 3 pcs pipa
untuk pipa dengan ukuran diameter dibawah 250 mm. adapun list material
pipa pada Block DB 2 (P/S) adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 31. List Pipa Block DB 2 (P/S)
PIPA BLOCK DB 2
NO REV BLOCK NO. GAMBAR DN SYSTEM
1 0 DB2 4K16001 65 BL
2 0 DB2 4K16001 65 BL
3 0 DB2 4K16001 65 BL

76
4 0 DB2 4K16001 65 BL
5 0 DB2 4K16001 65 BL
6 0 DB2 4K16001 65 BL
7 0 DB2 4K16001 65 BL
8 0 DB2 4K16001 65 BL
9 0 DB2 4K16001 65 BL
10 0 DB2 4K16001 65 BL
11 0 DB2 4K16001 65 BL
12 0 DB2 4K16001 65 BL
13 0 DB2 4K16001 65 BL
14 0 DB2 4K16001 65 BL
15 0 DB2 4K16001 65 BL
16 0 DB2 4K16001 65 BL
17 0 DB2 4K16001 65 BL
18 0 DB2 4K16001 65 BL
19 0 DB2 4K16001 65 BL
20 0 DB2 4K16001 65 BL
21 0 DB2 4K16001 250 WB
22 0 DB2 4K16001 65 BL
23 0 DB2 4K16001 65 BL
24 0 DB2 4K16001 65 BL
25 0 DB2 4K16001 65 BL
26 0 DB2 4K16001 65 BL
27 0 DB2 4K16001 65 BL
28 0 DB2 4K16001 65 BL
29 0 DB2 4K16001 65 BL
30 0 DB2 4K16001 65 BL
31 0 DB2 4K16001 65 BL
32 0 DB2 4K16001 250 WB
33 0 DB2 4K16001 250 WB
34 0 DB2 4K16001 250 WB
35 0 DB2 4K16001 250 WB
36 0 DB2 4P16001 65 BL
37 0 DB2 4P16001 65 BL
38 0 DB2 4P16001 65 BL
39 0 DB2 4P16001 65 BL
40 0 DB2 4P16001 65 BL
41 0 DB2 4P16001 65 BL
42 0 DB2 4P16001 65 BL
43 0 DB2 4P16001 65 BL
44 0 DB2 4P16001 65 BL

77
45 0 DB2 4P16001 65 BL
46 0 DB2 4P16001 65 BL
47 0 DB2 4P16001 65 BL
48 0 DB2 4P16001 65 BL
49 0 DB2 4P16001 65 BL
50 0 DB2 4P16001 65 BL
51 0 DB2 4P16001 65 BL
52 0 DB2 4P16001 65 BL
53 0 DB2 4P16001 65 BL
54 0 DB2 4P16001 65 BL
55 0 DB2 4P16001 65 BL
56 0 DB2 4P16001 65 BL
57 0 DB2 4P16001 65 BL
58 0 DB2 4P16001 65 BL
59 0 DB2 4P16001 65 BL
60 0 DB2 4P16001 65 BL
61 0 DB2 4P16001 100 BL
62 0 DB2 4P16001 250 WB
63 0 DB2 4P16001 250 WB
64 0 DB2 4P16001 250 WB
65 0 DB2 4P16001 250 WB
66 0 DB2 4P16001 250 WB
67 0 DB2 4P16001 65 BL
68 0 DB2 4P16001 65 BL
69 0 DB2 4P16001 65 BL
70 0 DB2 4P16001 65 BL
71 0 DB2 4P16001 65 BL
72 0 DB2 4P16001 65 BL
73 0 DB2 4P16001 65 BL
74 0 DB2 4P16001 65 BL
75 0 DB2 4P16001 65 BL
76 0 DB2 4P16001 65 BL
77 0 DB2 4P16001 65 BL
78 0 DB2 4P16001 65 BL
79 0 DB2 4P16001 65 BL
80 0 DB2 4P16001 65 BL
81 0 DB2 4P16001 65 BL
82 0 DB2 4P16001 65 BL
83 0 DB2 4P16001 65 BL
84 0 DB2 4P16001 65 BL
85 0 DB2 4P16001 65 BL

78
86 0 DB2 4P16001 65 BL
87 0 DB2 4P16001 65 BL
88 0 DB2 4P16001 65 BL
89 0 DB2 4P16001 65 BL
90 0 DB2 4P16001 65 BL
91 0 DB2 4P16001 65 BL
92 0 DB2 4P16001 250 WB
93 0 DB2 4P16001 250 WB
94 0 DB2 4P16001 250 WB
95 0 DB2 4P16001 250 WB
96 0 DB2 4P16001 250 WB
97 0 DB2 4P16001 250 WB
98 0 DB2 4P16001 250 WB
99 0 DB2 4P16001 250 WB
100 0 DB2 4P16001 250 WB
101 R.1 DB2 4K16001 65 SW
102 R.1 DB2 4K16001 250 WB
103 R.1 DB2 4K16001 40 SD
104 R.1 DB2 4K16001 65 SW
105 R.1 DB2 4P16001 65 BL
106 R.1 DB2 4P16001 40 SD
107 R.1 DB2 4P16001 65 SW
108 R.1 DB2 4P16001 250 WB
109 R.1 DB2 4P16001 40 SD
110 R.1 DB2 4P16001 40 SD
111 R.1 DB2 4P16001 40 SD
112 R.1 DB2 4P16001 65 SW
113 R.1 DB2 4P16001 65 SW

Berdasarkan tabel list material pipa pada Block DB 2 (P/S) maka dapat
diketahui jumlah pipa dengan ukuran diameter 250 mm sebanyak 20 pcs dan
ukuran pipa dengan ukuran diameter dibawah 250 mm sebanyak 93 pcs dan
durasi pengerjaan install pipa menurut penjadwalan pekerjaan install pipa
pada block DB 2 (P/S) membutuhkan waktu 38 hari untuk menyelesaikan
pekerjaan install pipa. Maka dapat dihitung kebutuhan manpower untuk
pekerjaan install pipa pada Block DB 2 (P/S).
Diketahui : Jumlah pipa 250 mm = 20 pcs
Jumlah pipa < 250 mm = 93 pcs

79
Jumlah pekerja = 3 (1 welder dan 2 fitter)
Durasi pengerjaan = 38 hari
Maka target pekerjaan / hari = jumlah pipa / durasi waktu (hari)
= 113/38
= 2,97 pcs
= 3 pcs/hari
Berdasarkan hasil wawancara pada pihak terkait diketahui produktifitas
pekerja install pipa dengan komposisi 1 welder dan 2 fitter dapat
menginstall pipa sebanyak 1 pcs pipa/hari untuk pipa dengan ukuran
diameter 250 mm dan 3 pcs pipa/hari untuk pipa dengan ukuran < 250 mm.
Maka untuk menginstall pipa pada Block DB 1 (P/S) membutuhkan waktu
yang dapat diketahui dengan rumus dibawah ini :
Durasi install pipa 250 mm = jumlah pipa Ø 250 mm / produktifitas
= 20 / 1
= 20 hari
Durasi install pipa <250 mm = jumlah pipa Ø <250 / produktifitas
= 93/3
= 31 hari
Total waktu pengerjaan = 20 + 31
= 51 hari
Dari perhitungan diatas jika dikerjakan sesuai durasi pekerjaan install
pipa yaitu 38 hari maka outfitting yang terinstall pada tahap On Block
sebanyak 20 pcs pipa dengan diameter 250 mm dan 54 pcs pipa dengan
ukuran < 250 mm sehingga total pipa yang dapat diinstall pada tahap On
Block sebanyak 74 pcs dan yang diinstall pada tahap On Board sebanyak 39
pcs sedangkan untuk outfitting yang lain sebanyak 35 pcs diinstall sesuai
dengan jadwal yang direncanakan sehingga dapat diinstall pada tahap On
Block. Sehingga persentase outfitting yang diinstall pada tahap On Board
karena kekurangan jumlah manpower sebesar 50.00 % dari jumlah total
outfitting pada Block DB 1 (P/S).

80
4.6.3. Block DB 3 (C)
Pada pekerjaan install outfitting pipa pada Block DB 3 (C) di salah satu
galangan disurabaya menggunakan 3 orang pekerja yang terdiri dari 1
welder dan 2 fitter. Menurut hasil wawancara pada pihak terkait bahwa
pekerjaan install pipa pada Block DB 3 (C) memerlukan 1 hari untuk
menginstall 1 pcs pipa dengan ukuran diameter 250 mm dan 3 pcs pipa
untuk pipa dengan ukuran diameter dibawah 250 mm. adapun list material
pipa pada Block DB 3 (C) adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 32. List Pipa Block DB 3 (C)
PIPA BLOCK DB 3
NO REV BLOCK NO. GAMBAR DN SYSTEM
1 0 DB3 4K16001 65 BL
2 0 DB3 4K16001 65 BL
3 0 DB3 4K16001 65 BL
4 0 DB3 4K16001 65 BL
5 0 DB3 4K16001 65 BL
6 0 DB3 4K16001 65 BL
7 0 DB3 4K16001 65 BL
8 0 DB3 4K16001 65 BL
9 0 DB3 4K16001 65 BL
10 0 DB3 4K16001 65 BL
11 0 DB3 4K16001 65 BL
12 0 DB3 4K16001 65 BL
13 0 DB3 4K16001 250 WB
14 0 DB3 4K16001 250 WB
15 0 DB3 4K16001 250 WB
16 0 DB3 4K16001 250 WB
17 0 DB3 4K16001 250 WB
18 0 DB3 4K16001 250 WB
19 0 DB3 4K16001 250 WB
20 0 DB3 4K16001 250 WB
21 0 DB3 4P16001 65 BL
22 0 DB3 4P16001 65 BL
23 0 DB3 4P16001 65 BL
24 0 DB3 4P16001 65 BL
25 0 DB3 4P16001 65 BL
26 0 DB3 4P16001 65 BL
27 0 DB3 4P16001 65 BL
28 0 DB3 4P16001 65 BL
81
29 0 DB3 4P16001 65 BL
30 0 DB3 4P16001 65 BL
31 0 DB3 4P16001 65 BL
32 0 DB3 4P16001 65 BL
33 0 DB3 4P16001 65 BL
34 0 DB3 4P16001 65 BL
35 0 DB3 4P16001 65 BL
36 0 DB3 4P16001 250 WB
37 0 DB3 4P16001 250 WB
38 0 DB3 4P16001 250 WB
39 0 DB3 4P16001 250 WB
40 0 DB3 4P16001 250 WB
41 0 DB3 4P16001 250 WB
42 R.1 DB3 4K16001 40 SD
43 R.1 DB3 4K16001 40 SD
44 R.1 DB3 4K16001 40 SD
45 R.1 DB3 4K16001 65 SW
46 R.1 DB3 4K16001 65 SW
47 R.1 DB3 4K16001 65 SW
48 R.1 DB3 4K16001 65 SW
49 R.1 DB3 4P16001 40 SD
50 R.1 DB3 4P16001 40 SD
51 R.1 DB3 4P16001 65 SW
52 R.1 DB3 4P16001 65 SW
53 R.1 DB3 4P16001 65 SW
54 R.1 DB3 4P16001 65 SW
Berdasarkan tabel list material pipa pada Block DB 3 (C) maka dapat
diketahui jumlah pipa dengan ukuran diameter 250 mm sebanyak 14 pcs dan
ukuran pipa dengan ukuran diameter dibawah 250 mm sebanyak 40 pcs dan
durasi pengerjaan install pipa menurut penjadwalan pekerjaan install pipa
pada block DB 3 (C) membutuhkan waktu 17 hari untuk menyelesaikan
pekerjaan install pipa. Maka dapat dihitung kebutuhan manpower untuk
pekerjaan install pipa pada Block DB 3 (C).
Diketahui : Jumlah pipa 250 mm = 14 pcs
Jumlah pipa < 250 mm = 40 pcs
Jumlah pekerja = 3 (1 welder dan 2 fitter)
Durasi pengerjaan = 17 hari
Maka target pekerjaan / hari = jumlah pipa / durasi waktu (hari)
82
= 54/18
= 3 pcs/hari
Berdasarkan hasil wawancara pada pihak terkait diketahui produktifitas
pekerja install pipa dengan komposisi 1 welder dan 2 fitter dapat menginstall
pipa sebanyak 1 pcs pipa/hari untuk pipa dengan ukuran diameter 250 mm
dan 3 pcs pipa/hari untuk pipa dengan ukuran < 250 mm. Maka untuk
menginstall pipa pada Block DB 3 (C) membutuhkan waktu yang dapat
diketahui dengan rumus dibawah ini :
Durasi install pipa 250 mm = jumlah pipa Ø 250 mm / produktifitas
= 14 / 1
= 14 hari
Durasi install pipa <250 mm = jumlah pipa Ø <250 / produktifitas
= 40/3
= 13,34 hari
= 14 hari
Total waktu pengerjaan = 14 + 14
= 28 hari
Dari perhitungan diatas jika dikerjakan sesuai durasi pekerjaan install
pipa yaitu 18 hari maka outfitting yang terinstall pada tahap On Block
sebanyak 14 pcs pipa dengan diameter 250 mm dan 12 pcs pipa dengan
ukuran < 250 mm sehingga total pipa yang dapat diinstall pada tahap On
Block sebanyak 26 pcs dan yang diinstall pada tahap On Board sebanyak 28
pcs sedangkan untuk outfitting yang lain sebanyak 11 pcs diinstall sesuai
dengan jadwal yang direncanakan sehingga dapat diinstall pada tahap On
Block. Sehingga persentase outfitting yang diinstall pada tahap On Board
karena kekurangan jumlah manpower sebesar 43.07 % dari jumlah total
outfitting pada Block DB 3 (C).

4.6.4. Block DB 4 (C)


Pada pekerjaan install outfitting pipa pada Block DB 4 (C) di salah satu
galangan disurabaya menggunakan 3 orang pekerja yang terdiri dari 1
welder dan 2 fitter. Menurut hasil wawancara pada pihak terkait bahwa
83
pekerjaan install pipa pada Block DB 4 (C) memerlukan 1 hari untuk
menginstall 1 pcs pipa dengan ukuran diameter 250 mm dan 3 pcs pipa
untuk pipa dengan ukuran diameter dibawah 250 mm. adapun list material
pipa pada Block DB 4 (C) adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 33. List Pipa Block DB 4 (C)
PIPA BLOCK DB 4
NO REV BLOCK NO. GAMBAR DN SYSTEM
1 0 DB4 4K16001 65 BL
2 0 DB4 4P16001 65 BL
3 0 DB4 4P16001 65 BL
4 0 DB4 4P16001 65 BL
5 R.1 DB4 4K16001 40 SD
6 R.1 DB4 4K16001 65 SW
7 R.1 DB4 4K16001 100 FM
8 R.1 DB4 4P16001 15 CA
9 R.1 DB4 4P16001 40 SD

Berdasarkan tabel list material pipa pada Block DB 3 (C) maka dapat
diketahui jumlah pipa dengan ukuran diameter 250 mm sebanyak 0 pcs dan
ukuran pipa dengan ukuran diameter dibawah 250 mm sebanyak 9 pcs dan
durasi pengerjaan install pipa menurut penjadwalan pekerjaan install pipa
pada block DB 4 (C) membutuhkan waktu 12 hari untuk menyelesaikan
pekerjaan install pipa. Maka dapat dihitung kebutuhan manpower untuk
pekerjaan install pipa pada Block DB 3 (C).
Diketahui : Jumlah pipa < 250 mm = 9 pcs
Jumlah pekerja = 3 (1 welder dan 2 fitter)
Durasi pengerjaan = 12 hari
Maka target pekerjaan / hari = jumlah pipa / durasi waktu (hari)
= 9/12
= 0,6
= 1 pcs/hari
Berdasarkan hasil wawancara pada pihak terkait diketahui produktifitas
pekerja install pipa dengan komposisi 1 welder dan 2 fitter dapat menginstall
pipa sebanyak 1 pcs pipa/hari untuk pipa dengan ukuran diameter 250 mm

84
dan 3 pcs pipa/hari untuk pipa dengan ukuran < 250 mm. Maka untuk
menginstall pipa pada Block DB 4 (C) membutuhkan waktu yang dapat
diketahui dengan rumus dibawah ini :
Durasi install pipa <250 mm = jumlah pipa Ø <250 / produktifitas
= 9/3
= 3 hari
Total waktu pengerjaan =3
= 3 hari
Dari perhitungan diatas jika dikerjakan sesuai durasi pekerjaan install
pipa yaitu 12 hari maka outfitting yang terinstall pada tahap On Block
sebanyak 9 pcs pipa dan outfitting yang lain dengan jumlah 9 pcs dapat
dikerjakan sesuai dengan jadwal perencanaan sehingga semua outfitting
pada block DB 4 (C) dapat diinstall pada tahap On Block dan jumlah
pekerja sudah cukup untuk pekerjaan install outfitting pada Block DB 4 (C)
sehingga semua outfitting dapat terinstall dengan tepat waktu.
4.7. Perhitungan Persentase
Setelah semua penyebab telah diketahui persentasenya maka akan
dihitung persentase keseluruhan penyebab kurang optimalnya penerapan
metode pembangunan kapal Full Outfitting Block System (FOBS) pada tahap
On Block pada Block DB 1 (P/S), DB 2 (P/S), Block 3 (C), dan Block 4 (C)
maka dapat diketahui persentase penyebabnya per block menggunakan rumus
sebagai berikut :
Diketahui :
A = persentase keterlambatan material
B = persentase revisi gambar kerja
C = persentase outfitting on board karena kekurangan manpower
D = persentase outfitting yang diinstall pada tahap On Board
Rumus :
Persentase akibat keterlambatan material = xD (4.1)

Persentase akibat revisi gambar = xD (4.2)

85
Persentase akibat kekurangan manpower = xD (4.3)

Dari rumus diatas dapat digunakan untuk mengetahui persentase


penyebab kurang optimalnya penerapan metode pembangunan kapal
menggunakan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada tahap On
Block pada setiap Block yang diteliti.

4.7.1. Perhitungan Persentase Pada Block DB 1 (P/S)


Untuk mengetahui persentasi penyebab penerapan metode
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfiting Block System
(FOBS) pada tahap On Block pada Block DB 1 (P/S) maka dapat diketahui
persentase setiap penyebabnya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
Diketahui : A = 74,12
B = 20,00
C = 29,41
D = 52,94
Perhitungan :
a. Persentase akibat keterlambatan material = xD

= x 52,94 %

= 31,77 %
b. Persentase akibat revisi gambar = xD

= x 52,94 %

= 8,57 %
c. Persentase akibat kekurangan manpower = xD

= x 52,94 %

= 12,60 %
Dari hasil perhitungan persentase penyebab kurang optimalnya
penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada block DB 1
(P/S) maka dapat dilihat pada grafik persentase pada gambar 4.2.

86
BLOCK DB 1 (P/S)
Keterlambatan Material Revisi Desain Kekurangan SDM

35.00% 31.77%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00% 12.60%
8.57%
10.00%
5.00%
0.00%
1
Keterlambatan Material 31.77%
Revisi Desain 8.57%
Kekurangan SDM 12.60%

Gambar 4. 2. Grafik faktor penyebab (DB 1 (P/S)

Dari hasil perhitungan yang dapat dilihat pada gambar 4.2. Pengaruh
paling besar dari penyebab kurang optimalnya penerapan metode
pembangunan kapal Full Outfitting Block System (FOBS) pada block DB 1
(P/S) adalah akibat keterlambatan material dengan persentase sebesar 31,77
% dari total material yang di install pada tahap On Board sebesar 52,94%.

4.7.2. Perhitungan Persentase Pada Block DB 2 (P/S)


Untuk mengetahui persentasi penyebab penerapan metode
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfiting Block System
(FOBS) pada tahap On Block pada Block DB 2 (P/S) maka dapat diketahui
persentase setiap penyebabnya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
Diketahui : A = 79,05
B = 14,86
C = 50,00
D = 66,89
Perhitungan :

87
a. Persentase akibat keterlambatan material = xD

= x 66,89 %

= 36,74 %
b. Persentase akibat revisi gambar = xD

= x 66,89 %

= 6,90 %
c. Persentase akibat kekurangan manpower = xD

= x 66,89 %

= 23,24 %
Dari hasil perhitungan persentase penyebab kurang optimalnya
penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada block DB
2(P/S) maka dapat dilihat pada grafik persentase pada gambar 4.3.

BLOCK DB 2 (P/S)
Keterlambatan Material Revisi Desain Kekurangan SDM

40.00% 36.74%
35.00%
30.00% 23.24%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00% 6.90%
5.00%
0.00%
1
Keterlambatan Material 36.74%
Revisi Desain 6.90%
Kekurangan SDM 23.24%

Gambar 4. 3. Grafik faktor penyebab (DB 2 (P/S)

Dari perhitungan diatas pengaruh paling besar dari penyebab kurang


optimalnya penerapan metode pembangunan kapal Full Outfitting Block
System (FOBS) pada Block DB 2 (P/S) adalah akibat keterlambatan material

88
dengan persentase sebesar 36,74 % dari total material yang diinstall pada
tahap On Board sebesar 66,89%.

4.7.3. Perhitungan Persentase Pada Block DB 3 (C)


Untuk mengetahui persentasi penyebab penerapan metode
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfiting Block System
(FOBS) pada tahap On Block pada Block DB 3 (C) maka dapat diketahui
persentase setiap penyebabnya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :

Diketahui : A = 83,08
B = 24,62
C = 43,07
D = 61,54
Perhitungan :
a. Persentase akibat keterlambatan material = xD

= x 61,54 %

= 33,91 %
b. Persentase akibat revisi gambar = xD

= x 61,54 %

= 10,04 %
c. Persentase akibat kekurangan manpower = xD

= x 61,54 %

= 17,57 %
Dari hasil perhitungan persentase penyebab kurang optimalnya
penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada block DB 3(C)
maka dapat dilihat pada grafik persentase pada gambar 4.4.

89
BLOCK DB 3 (C)
Keterlambatan Material Revisi Desain Kekurangan SDM

40.00% 33.91%
35.00%
30.00%
25.00%
17.57%
20.00%
15.00% 10.04%
10.00%
5.00%
0.00%
1
Keterlambatan Material 33.91%
Revisi Desain 10.04%
Kekurangan SDM 17.57%

Gambar 4. 4. Grafik faktor penyebab (DB 3 (C))

Dari perhitungan diatas pengaruh paling besar dari penyebab kurang


optimalnya penerapan metode pembangunan kapal Full Outfitting Block
System (FOBS) pada Block DB 2 (P/S) adalah akibat keterlambatan material
dengan persentase sebesar 33,91 % dari total material yang diinstall pada
tahap On Board sebesar 61,54%.

4.7.4. Perhitungan Persentase Pada Block DB 4 (C)


Untuk mengetahui persentasi penyebab penerapan metode
pembangunan kapal menggunakan metode Full Outfiting Block System
(FOBS) pada tahap On Block pada Block DB 3 (C) maka dapat diketahui
persentase setiap penyebabnya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut :
Diketahui : A = 50,00
B = 38,89
D = 55,56
Perhitungan :

a. Persentase akibat keterlambatan material = xD

= x 55,56 %

= 31,25 %

90
b. Persentase akibat revisi gambar = xD

= x 55,56 %

= 24,30 %
Dari hasil perhitungan persentase penyebab kurang optimalnya
penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada block DB 4(C)
maka dapat dilihat pada grafik persentase pada gambar 4.5.

BLOCK DB 4 (C)
Keterlambatan Material Revisi Desain

35.00% 31.25%
30.00%
24.30%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
1
Keterlambatan Material 31.25%
Revisi Desain 24.30%

Gambar 4. 5. Grafik faktor penyebab (DB 4 (C))

Dari perhitungan diatas pengaruh paling besar dari penyebab kurang


optimalnya penerapan metode pembangunan kapal Full Outfitting Block
System (FOBS) pada Block DB 4 (C) adalah akibat keterlambatan material
dengan persentase sebesar 31,25 % dari total material yang diinstall pada
tahap On Board sebesar 55,56%. Dan pada Block DB 4 (C) tidak ada
pengaruh dari kekurangan manpower.

91
(halaman sengaja dikosongkan)

92
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya, sehingga dapat
disimpulkan sesuai dengan peerumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Persentase penerapan metode pembangunan kapal menggunakan metode
Full Outfitting Block System (FOBS) pada pembangunan kapal rumah
sakit pada salah satu galangan di Surabaya kurang optimal pada tahap On
Block karena persentase install pada tahap On Blok lebih sedikit dibanding
dengan persentase install pada tahap On Board pada Block DB 1 (P/S)
sebesar 53,94 % outfitting yang diinstall pada tahap On Board, pada Block
DB 2 (P/S) sebesar 66,89 % outfitting yang diinstall pada tahap On Board,
pada Block DB 3 (C) sebesar 61,54 % outfitting yang diinstall pada tahap
On Board, dan pada Block DB 4 (C) sebesar 55,56 % outfitting yang di
install pada tahap On Board.
2. Penyebab kurang optimalnya penerapan metode Full Outfitting Block
System (FOBS) disebabkan oleh keterlambatan material, revisi gambar
kerja, dan kekurangan manpower dengan persentase
a. Block DB 1 (P/S)
Persentase penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS)
kurang optimal pada block DB 1 (P/S) akibat keterlambatan material
sebesar 31,77%, akibat revisi gambar kerja sebesar 8,57 % dan akibat
kekurangan manpower sebesar 12,60%
b. Block DB 2 (P/S)
Persentase penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS)
kurang optimal pada block DB 2 (P/S) akibat keterlambatan material
sebesar 36,74%, akibat revisi gambar kerja sebesar 6,90 % dan akibat
kekurangan manpower sebesar 23,24%
c. Block DB 3 (C)
Persentase penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS)
kurang optimal pada block DB 3 (C) akibat keterlambatan material
93
sebesar 33,91%, akibat revisi gambar kerja sebesar 10,04 % dan akibat
kekurangan manpower sebesar 17,57%
d. Block DB 4 (C)
Persentase penerapan metode Full Outfitting Block System (FOBS)
kurang optimal pada block DB 4 (C) akibat keterlambatan material
sebesar 31,25%, akibat revisi gambar kerja sebesar 24,30 %.
5.2. Saran
Dari penulisan tugas akhir analisa penyebab kurang optimalnya penerapan
metode Full Outfitting Block System (FOBS) pada tahap on block outfitting
hanya meneliti tentang persentase penyebab kurang optimalnya penerapan
metode tersebut berdasarkan tahap pengerjaannya saja, dan untuk selanjutnya
dapat dilakukan perhitungan keterlambatan dan penjadwalan ulang dari
persentase faktor penyebab yang sudah diketahui.

94
DAFTAR PUSTAKA

awan. (2013, Agustus 19). proses produksi kapal dan pembuatannya. Retrieved
from cyberships.wordpress.com:
http://www.google.com/amp/s/cyberships.wordpress.com/2013/08/19/pros
es-produksi-kapal-dan-kegiatannya/amp/
Baniaji, D. (2009). analisi produktivitas tenaga kerja terhadap hasil produksi
mebel pada UD. jepara asli surakarta. Tugas Akhir, 22.
Hadi, S. (2002). Tinjauan teknis dan ekonomis penggunaan metode Full Outfitting
Block System (FOBS) pada produksi pembangunan kapal OHBC
M142/143 di PT. PAL Indonesia. Tugas Akhir.
Jatmiko, S. (2008). Kajian teknis penggunaan metode full outfitting block system
(FOBS) pada produksi pembangunan kapal Box Shape Block Carrier
(BSBS) M229/230 kapasitas 50.000 DWT di PT. PAL Indonesia. jurnal
ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan 5, 15-23.
Kurniawan, R. (2015). Studi keterlambatan proyek pembangunan kapal kargo
dengan metode bow tie analysis. Tugas akhir - MO 141326, 13.
Pendidikan, D. (20014). cara menghitung persen pengertian dan rumus.
Retrieved from dosenpendidikan.co.id: http://www.dosenpendidikan.co.id
Ridwan. (2004). belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti
pemula. Bandung: Alfabeta.
Sukanto jatmiko, D. C. (n.d.). kapal.
Swasono, R. H. (1997). metode evaluasi prosentase implementasi Full Outfitting
Block System (FOBS). Tugas Akhir.

95

Anda mungkin juga menyukai