Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN YANG MENGALAMI PERILAKU


KEKERASAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa
II dengan dosen pembimbing Ns.Stephanus Prihastos,S.Kep

Disusun oleh :

Heni Lestari (30120118018)


Lassita Delis Tampe (30120118025)
Laurensius Aditya Yoga (30120118026)
Muhammad Paris Alfarizi (30120118034)
Nabilla Jillanieta Effriza (30120118035)
Yohana Hesti Oktania Meliani (30120118018)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
Jalan Parahyangan kav.8 Blok B/1 Kota Baru Parahyangan
2020
i
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan yang mengalami Perilaku Kekerasan”
ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II dengan dosen pembimbing
Ns.Stephanus Prihastos,S.Kep
Kami pun mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah membantu dalam memberikan materi. Khususnya kepada dosen pembimbing
Ns.Stephanus Prihastos,S.Kep yang telah memberikan saran dan kritik yang
membangun sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Karna keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami, semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Padalarang,September 2020

i
ii

DAFTAR ISI

BAB I........................................................................................................................1
A. Pendahuluan................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian perilaku kekerasan..................................................................3
B. Rentan respon perilaku kekerasan ...........................................................3
C. Tanda dan gejala perilaku kekerasan.......................................................4
D. Etiologi.........................................................................................................5
E. Pohon masalah............................................................................................9
F. Asuhan keperawatan..................................................................................9
BAB III....................................................................................................................29
PENUTUP...............................................................................................................29
A. Kesimpulan..................................................................................................29
B. Saran............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

A. PENDAHULUAN
Menurut Word Healt Organization ( Who dalam kusumawati, 2011,)
kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya. Kesehtaan jiwa menurut undang-undang no 3 tahun 1966
adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan itu selaras dengan
keadaan orang lain. Maka kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan
memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang
lain.
Menurut Ameican NursesAassocitions ( ANA dalam yosep, 2009),
keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada. Pengertian menurut ANA tersebut lebih
memfokuskan pada spesifikasi bidang ilmu keperawatan jiwa ( area kusus ).
Di indonesia peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup banyak
diperkirakan jumlah penderita sebanyak 2-3% dapat dilihat dari berbagai
aspek misalnya keadaan ekonomi yang rendah , konflik yang sering terjadi,
bencana dimana-mana.
Perilaku kekerasan adalah salah satu keadaan dimana klien mengalami
perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang
lain dan barang-barang (maramis dalam yosep, 2009). Sedangkan dari kasus
kadardaruratan psikiatrik, data yang paling banyak ditemukan adalah bunuh
diri dan perilaku kekerasan ( yosep, 2009).

1
2

B. TUJUAN
a. Mengetahui pengertian perilaku kekerasan
b. Mengetahui rentang respon perilaku kekerasan
c. Mengetahui tanda dan gejala perilaku kekerasan
d. Mengetahui etiologi perilaku kekerasan
e. Mengetahui pohon masalah perikau kekerasan
f. Mengetahui asuhan keperawatan perilaku kekerasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku kekerasan


Resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang pernah atau
mempunyai riwayat melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri
sendiri atau orang lain atau lingkungan baik secara fisik/emosional/seksual
dan verbal (Keliat, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan ekspresi kekuatan fisik dengan menyerang
diri sendiri atau orang lain, serta pemaksaan keinginan seseorang kepada
orang lain (Townsend, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa perilaku kekerasan merupakan bentuk kekerasan dan pemaksaan secara
fisik maupun verbal yang ditujukan kepada diri sendiri maupun orang lain.
Perilaku kekerasan muncul karena adanya dorongan alami atau timbul sebagai
bentuk mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan tindakan konstruktif
atau destruktif yang secara langsung ditujukan pada diri sendiri atau orang
lain. Perilaku kekerasan biasanya berupa kekerasan secara fisik atau
kekerasan secara verbal. Perilaku kekerasan biasanya timbul untuk menutupi
kekurangan seseorang, misalnya rendahnya percaya diri (Townsend, 2009)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadan diaman seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayahkan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Kusmawati dan Hartono, 2010).

B. Rentang Respon Perilaku Kekerasan

3
4

Menurut Yosep, I, (2016) Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya


ingin menyampaikan pesan bahwa dia “Tidak setuju, tersinggung, merasa
tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan”. Rentang respon
kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon
sangat tidak normal (maladaptif).
Respon adaptif Respon maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan :
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.
Pasif : Respon lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol

C. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Tanda gejala yang ada adalah ada ide melukai, merencanakan tindakan
kekerasan, mengancam, penyalahgunaan obat, depresi berat, marah, sikap
bermusuhan/panik, bicara ketus, mengucapkan kata-kata kotor, serta adanya
riwayat perilaku kekerasan (Keliat, 2010).
Tanda dan Gejala perilaku kekerasan yaitu :
1. Fisik
Mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengantup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif
5

4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme
6. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragua-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

D. Etiologi
Faktor Predesposisi terdapat uraian sebagai berikut:
1. Faktor psikologis
- Terdapat asumsi bahwa seorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan yang memotivasi perilaku
kekerasan
- Bedasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan
- Rasa frustasi
- Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
- Teori psikonalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan
dapat memeberi kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra
diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekeraasan merupakan
6

pengungkapan secara terbuka terhadap ketidakberdayaannya dan


rendahnya haraga diri perilaku tindak kekerasan
2. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosiaonalnya
secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan
terori bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan repons-respons yang
lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi. Dan
semakin sering mendaptkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat
diterima dan tidak dapat diterima. Kontrol masyarakat yang rendah dan
kecendrungan menerima perilaku kekerasan secara penyelesaian masalah
dalam masyarakat merupakan faktor predesposisi terjadinya perilaku
kekerasan.
3. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian
stimulus elektris rungan pada hipotalamus (system limbik) ternayata
menimbulkan perilaku agresif, diamana jika terjadi kerusakan fungsi
limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional)
dan lobus temporal (untuk interprestasi indera penciuman dan memori)
akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi dan hendak
menyerang objek yang ada disekitanya. Selain itu berdasarkan teori
biologi, ada beberapa hal yang dapat meperngaruhi sesorang melakukan
perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut :
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistrm neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat implus
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
kutipan Ade Hermawan (2011) menyatahkan bahwa berbagai
7

neurotransmitter (epineprin, norepineprin, dopamine, asetikolin dan


serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan mengahambat implus
agresif. Peningkatan hormon androgen dan norefineprin serta penurunan
serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebropinal merupakan
faktor predesposisi penting yang menyebabkan timbulnya perilaku
agresif pada sesorang.
c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XXY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana).
d. Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (epilepsy lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
4. Faktor presipitasi
Secara umum seorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury sacara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
- Kelemahan fisik : keputusan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif dan amsa lalu yang tidak menyenangkan
- Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lingkungan
3. Lingkungan : panas, padat dan bising
Menururt Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan anatara lain sebagai
berikut:
1. Kesulitan kondisi ekonomi
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
8

3. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan


ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai seorang yang
dewasa
4. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkhol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada sat menghadapi rasa frustasi
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan atau perubahan tahap
perkembangan keluarga
5. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga
dapat membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme koping yang kontruktif dalam mengekpresikan
kemarahanya, mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme
pertahanan ego seperti displancement, sublimasi, proyeksi represif, denial dan
reaksi formasi Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara
lain :
1. Menyerang atau Menghindar
Pada saat ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epineprinyang menyebabkan tekanna
darah meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluarana urin dan saliva
meningkat, tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang
cepat.
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan indivisu dalam mengekpresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara terbaik, individu dapat mengekpresikan rasa marahnya
tanpa meyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis dan dengan
perilaku tersebut individu dapat mengembangkan diri
3. Membrontak
9

Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku


untuk menarik perhatian orang lain
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukkan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.

E. Pohon masalah

RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI

PERILAKU KEKERASAN

GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH

KOPING INDUVIDU TIDAK EFEKTIF KOPING KELUARGA


TIDAK EFEKTIF

Pohon Masalah
di kutip dari (Azizah, et al. 2016)
F ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien mendiskusikan faktor resiko yang dihadapi
dalam pelayanan kesehatan.Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara
dengan klien, pengamatan langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu dikaji
meliputi:
Faktor Predisposisi (Yusuf, 2015):
1. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
2. Psikologis
10

Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari peningkatan


frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi berkepanjangan.
3. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai
berikut.
a. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosiserta
perilaku seperti makan, agresif, dan respon seksual.Selain itu,mengatur system
informasi dan memori.
b. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpanan memori dan melakukan
interprestasi pendengaran.
c. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta pengelolaan
emosi dan alasan berpikir.
d. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin
(5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
4. Perilaku (behavioral)
- Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar mengakibatkan
kegagalan kemampuan dalam berespons positif tehadap frustasi
- Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri (self
esteem) individu.
- Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child abuse)
atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi penggunaan
kekerasan sebagai koping.
5. Sosial kultural
- Norma
11

Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini mendefinisikan


ekspresi perilaku kekerasan yang diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang
kontrol sosial yang sangat ketat (strict) dapat menghambat ekspresi marah yang
sehat dan menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif lainnya.
- Budaya
Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat.
Faktor Prespitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut (Yusuf, 2015):
1. Internal
a. Kelemahan
b. Rasa percaya menurun
c. Takut sakit
d. Hilang kontrol
2. Eksternal
a. Penganiayaan fisik
b. Kehilangan orang yang dicintai
c. Kritik
2. ANALISA DATA
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien. kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah
data tentang perubahan-perubahan atau repon klien terhadap kesehatan danmasalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan.Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang
masalah masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.Tujuan
pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan
12

klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien,menilai keadaan


kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-
langkah berikutnya.Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan objektif.
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias
ditentukan oleh perawat, mencakup:

1. Persepsi
2. Perasaan
3. ide klien terhadap status kesehatan lainnya

Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat
diperoleh menggunakan:panca indera (lihat, dengar, cium,sentuh/ raba) selama
pemeriksaan fisik.Misalnya frekuensi nadi, pernafasan,tekanan darah, berat badan
dan tingkat kesadaran (Yusuf Ah, 2015):

1. Data Subjektif
- Klien mengatakan seperti semua orang memusuhinya dan
inginmenyakitinya
- Klien mengatakan tidak aman di ruangannya
- Klien mengatakan dengan marah-marah dan merusak atau menyakitiorang
lain ia merasa puas
- Klien mengatakan tidak nyaman dengan apa yang ia alami, karenasesaat
setelah marah-marah ia menyesal dan menjadi semakin takutdengan orang
yang ingin mendekatinya

2. Data Objektif
- Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang
barangsendiri
- Ekspresi wajah tegang
13

- Klien tampak tidak nyaman


- Marah-marah tanpa sebab dan terkadang menangis
- Menyakiti orang lain
- Konsentrasi rendah

3. RUMUSAN MASALAH
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang
selamapengkajian.Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasi ada
atauresiko terjadi masalah.Saat mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
perawatmenyusun strategi keperwatan untuk mengurangi atau mencegah
bahayaberhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi
(Potter &Perry, 2006).Dan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada, dapat
dirumuskan pohonmasalah sebagai berikut:
Resiko Perilaku Kekerasan
Definisi : Kondisi dimana klien merasa tidak aman dan nyaman serta klien
memiliki persepsi bahwa setiap rangsangan yang datang merupakan
suatuancaman.
Perilaku Kekerasan(Effect)

Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Care Problem)

Curiga pada orang lain, khawatir orang lain menyakiti dirinya (Causa)

4. PERENCANAAN
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan
mengawalilangkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan
14

hasildiperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai


tujuantersebut.Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan
kliendan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat
kesehatanlainnya, menelaah literature yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan
mencatatinformasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien
danpenatalaksaan klinik (Potter & Perry, 2005).

Perencanaa Keperawatan
Dx:Gangguan rasa nyaman
NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural
Kriteria Hasil:
1. Tingkat agitasi
2. Tingkat kecemasan
3. Kepuasan Klien: Lingkungan Fisik
4. Tingkat Kelelahan
5. Tingkat rasa takut
6. Nyeri: Efek yang Menggsnggu
7. Tingkat Nyeri
8. Tidur
9. Tingkat Stres
10. Kontrol Gejala
11. Perfusi Jaringan

Rencana Tindakan Rasional


Rencana Tindakan Rasional 1. Gunakan pendekatan yang
NIC (Nursing Intervention tenang dan meyakinkan
15

Clasification): 2. Kurangi stimuli yang


1. Pengurangan kecemasan menciptakan perasaan takut
2. Teknik Menenangkan maupun cemas
3. Perekatan Budaya 3. Tingkatkan diskusi terbuka
4 Manajemen Demensia terkait persamaan dan
5.ManajemenDemensia:Memandikan perbedaan budaya
6. Manajemen Lingkungan:kenyamanan 4. Sediakan lingkungan fisik
7. Pemberian Obat dan rutinitas sehari-hari yang
8. Manajemen Nyeri konsisten
9. Pengaturan Posisi 5. Pastikan privasi dan
10. Terapi Relaksasi keamanan saat membuka
11. Peningkatan Keamanan baju dan memandikan
12. Peningkatan Efikasi diri 6. Manipulasi lingkungan klien
13. Bantuan modifikasi diri untuk mendapatkan
14. Dukungan spiritual kenyamanan yang optimal
15. Peningkatan system dukungan 7. Pertahankan prinsip 6 benar
Manajemen Tambahan: obat
16. Dukungan kelompok 8. Lakukan pengkajian nyeri
meliputi: lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas,
dan factor pencetus
9. Menempatkan klien pada
posisi yang nyaman
10. Penggunaan teknik-teknik
relaksasi seperti: meditasi,
tarik napas dalam
11. Menyediakan lingkungan
yang tidak mengancam
12. Berikan informasi mengenai
16

perilaku yang ingin


dilakukan klien
13. Bantu klien mengidentifikasi
tujuan spesifik untuk berubah
14. Mendorong klien untuk
mengikuti kegiatan ibadah
dan berdoa
15. Anjurkan klien untuk
berpartisipasi dalam kegiatan
sosial dan masyarakat
16. Anjurkan klien mengikuti
TAK
17

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

I. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 26 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kisaran
Tanggal Masuk RS : 12 Maret 2016
No. Register : 03.30.28
Ruangan kamar : Dolok Martimbang
Tanggal pengkajian : 24 Mei 2016
Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid
2. Keluhan Utama
Klien sering tiba-tiba ingin merusak barang, memukul orang.Klien
mudahmarah dan tersinggung bila diajak berbicara.Klien merasa tidak
nyamandiruangannya karena klien menganggap orang yang tidak dikenalnya
adalah orang jahat.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Provocative/palliative
Klien sering melamun dan tidak mau melakukan apa-apa, lebih suka menyendiri.
Tiba-tiba ingin mengamuksaat diajak berbicara oleh orangdisekitarnya dan klien
mengatakan dengan menyendiri atau mengamuk, keadaanakan menjadi lebih baik
danklien merasa puas.
b. Quantity/quality
18

Klien mengatakan tidak suka di ruangannya karena klien merasa bahwaada yang
mengancam dirinya sehingga klien merasa tidakaman dan nyaman olehkarena itu
juga klientampak lebih senang menyendiri.
c. Severity
Klien merasa cemas, takut dengan orang-orang dilingkungansekitarnya.sehingga
klien merasa tidak aman dan nyaman.
d. Time
Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut selama 1 tahunterakhir ini.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama 1 tahun terakhir ini danklien baru
pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, klien sebelumnya tidakpernah dirawat
ataupun dioperasi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa sepertiklien, begitu
juga dengan saudara kandung klien tidak memiliki riwayat gangguanjiwa dan juga
keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan anggotakeluarga tidak ada
yang meninggal.
6. Riwayat Keadaan Psikososial
Klien mengatakan ia kesal, marah karena merasa sudah di asingkan oleh
keluarga karena penyakitnya.Klien tidak merasakan ada yang kurang dari
dirinya,klien paling menyukai bentuk tubuhnya yaitu hidungnya karena ia merasa
hidungnya mancung, klien ingin cepat sembuh dan ingin pulang ke rumah tetapi
klien merasa jengkel, kesal karena sudah dianggap sakit jiwa oleh seluruh
keluarganya apalagi klien hanyalah seorang anak laki-laki yang tidak memiliki
pekerjaan dan hanya tamatan SMP, klien juga merasa orang-orang disekitarnya
terlihat memusuhinya dan mengancam dirinya sehingga klien merasa tidak aman
dan nyaman. Saat diajak berkomunikasi klien tampak tegang dan menjawab
dengan suara tinggi.Sesaat setelah marah-marah klien tampak menyesal dan
mengatakan menjadi takut dengan orang yang mendekatinya.
19

Klien menganggap ibunya adalah orang yang paling berarti, hubungan


keluarga klien kurang harmonis karena klien sering berkelahi dengan ayah dan
abangnya dan selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasi
dengan orang lain juga kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri dan
kurang percaya dengan orang lain, klien menganggap orang lain adalah ancaman
karena kurangnya sosialisasi antar klien dengan teman-teman di
ruangan,menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Dan klien merasa
semua orang memusuhinya.Klien menganut keyakinan Agama Kristen tetapi
selama klien dirumah sakit klien jarang mengikuti ibadah.
7. Status Mental
Klien sadar penuh (compos mentis), klien berperilaku curiga melihat
orang lain, klien kurang memperhatikan penampilannya, karena ia rasa tidak
terlalu penting. Saat wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien
berbicara cepat, pandangan tajam dan menjawab pertanyaan dengan singkat-
singkat dengan suara agak tinggi dan klien kurang konsentrasi, klien mengatakan
sering ingin marah terhadap orang-orang disekitarnya karena klien merasa bahwa
orang-orang terlihat memusuhinya sehingga ia rasa mengancam dirinya. Proses
pikir klien terganggu terlihat dari apa saja yang dikatakannya tentang orang-orang
yang ada di sekitarnya, klien terus berpikir bahwa semua orang adalah orang jahat
dan mengancam dirinya.
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien Compos mentis, suhu tubuh T: 36,5˚C, Tekanan
dara(TD): 110/90 mmhg, nadi (RR): 80x/I, pernafasan (HR): 23x/i, tinggi
badan:160cm, berat badan: 63kg.Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal
dengan kulit kepala kotor dan bau, wajah klien tampak merah dan tegang, klien
memiliki 2 mata dengan posisi simetris, dan tidak ada kelainan, pandangan klien
tajam ketika klien marah, hidung klien simetris dengan dua lubang hidung dan
tidak ada cuping hidung, bentuk telinga klien simetris kiri dan kanan, tetapi klien
sesekali mendengar suara-suara yang menyuruhnya melakukan kekerasan, mulut
klien kurang bersih, bibir menghitam karena rokok, gigi merapat, gigi kuning dan
20

kotor, klien dapat membedakan rasa asam dan manis, rahang klien terlihat
mengatup ketika rasa marah muncul, tidak dilakukan pemeriksaan pada leher, kulit
klien warna coklat dan sedikit kotor, akral klien hangat dan turgor kembali normal,
kulit disekitar mata terdapat lingkaran hitam, klien terlihat mengepalkan tangannya
ketika rasa marah muncul, suka melempar dan memukul, klien sering gelisah dan
berjalan mondar-mandir di ruangan.
9. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Klien makan 3kali sehari, nafsu makan klien kuat, tidak ada riwayat
alergi maupun mual muntah.Saat makan klien tampak memisahkan diri baik saat
sarapan, makan siang maupun makan sore.Klien saat makan lahap, 1 porsi makan
habis dengan nasi + lauk + sayur, tidak ada masalah saat makan dan minum.
Tubuh klien terlihat kurang bersih tetapi klien rajin mandi, gigi dan mulut terlihat
kotor, kuku kaki dan tangan panjang.Aktivitas mandi, makan, eliminasi,ganti
pakaian dilakukan secara mandiri tetapi masih berantakan, klien kurang mau
beraktivitas dengan orang lain karena selalu curiga dan selalu ingin marah dengan
teman lain yang mendekatinya dan juga klien tidak mau ikut kebaktian yang
diadakan di rumah sakit.
Klien BAB 2 kali sehari, karakter feses normal, tidak ada
perdarahan,terakhir BAB dipagi hari, tidak diare dan tidak pernah menggunakan
laksatif.Klien kurang lebih 4 kali sehari BAK, tidak menggunakan kateter, tidak
nyeri, tidak menggunakan diuretic dan tidak ada masalah saat BAK.Mekanisme
koping klien maladaptif. Klien mengatakan apabila ada masalah maka ia akan
menyendiri, memikirkan sendiri masalahnya, klien jarang membicarakan
masalahnya dengan orang lain.
21

II. ANALISIS DATA


N DATA MASALAH KEPERAWATAN
O
1 DS: Resiko Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan mudah
marah dan sering emosi
hingga ingin merusak
barang-barang, memukul
orang.
DO:
1. Marah-marah tanpa
sebab
2. Gelisah dan tidak
nyaman
3. Terlihat sering
mengepalkan tangan
4. Merusak barang-barang
2 DS: Gangguan Rasa Nyaman
Klien mengatakan merasa cemas,
bahwa ada yang mengancam
dirinya di dalam
DO:
1. Klien menyendiri
2. Klien tidak suka jika ada yang
mendekat kepadanya
3. Klien khawatir oranglain
menyakitinya dirinya
22

III. Rumusan Masalah


a. Masalah Keperawatan:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Rasa Nyaman
b. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
Resiko Perilaku Kekerasan
IV. Perencanaan Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
Perencanaa Keperawatan
Dx: Perilaku kekerasan
Tujuan dan kriteria hasil:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang dilakukannya
4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasannya
5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, verbal, dan
dengan terapi obat.

Rencana Tindakan Rasional


1.Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari klien merupakan
2. Bantu klien mengidentifikasi hal yang mutlak serta akan
penyebab perilaku kekerasan. memudahkan dalam melakukan dalam
3. Klien dapat mengidentifikasi pendekatan dan tindakan keperawatan
tandatanda kepada klien.
perilaku kekerasan 2. Berikan klien kesempatan
4. Diskusikan bersama klien perilaku mengungkapkan perasaan kesalnya
kekerasan apa yang dilakukan saat untuk mengurangi setress dan penyebab
marah perasaan kesal diketahui
5.Diskusikan akibat perilaku 3. Menarik kesimpulan bersama klien
23

kekerasannya supaya klien mengetahui secara garis


6. Bantu klien untuk mengontrolperilaku besar tanda-tanda marah atau kesal.
kekerasan dengan cara fisik,verbal, dan 4. Klien mengetahui perilaku kekerasan
minum obat yang biasa dilakukan dan dapat
membantu klien menemukan cara yang
dapat menyelesaikan masalah
5. Dengan mengetahui akibat perilaku
kekerasan diharapkan klien dapat
merubah perilaku kekerasannya
6. Mengajarkan kepada klien cara
mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik, verbal , maupun spiritual.
7. Latih klien minum obat secara teratur
dengan prinsip 5 benar (benar nama,
pasien, obat, waktu,dan dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat).

Gangguan Rasa Nyaman


Perencanaa Keperawatan
Dx:Gangguan rasa nyaman
NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural
Kriteria Hasil:
1. Tingkat kecemasan
2. Kepuasan klien: lingkungan fisik
3. Tingkat rasa takut
24

4. Tingkat rasa stress

Rencana Tindakan Rasional


NIC (Nursing Intervention 1. Gunakan pendekatan yang tenang
Clasification): dan
1. Pengurangan kecemasan Meyakinkan
2. Manajemen lingkungan: 2. Manipulasi lingkungan klien untuk
kenyamanan mendapatkan kenyamananyang
3. Pemberian obat optimal
4. Dukungan spiritual 3. Pertahankan prinsip 6 benar obat
5. Peningkatan sistem 4. Mendorong klien untuk mengikuti
dukungan kegiatan ibadah dan berdoa
6. Dukungan kelompok 5. Anjurkan klien untuk
berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan
masyarakat
6. Anjurkan klien mengikuti TAK

V. Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal
Selasa, 24 Perilaku 1.Membina S:
Mei 2016 Kekerasan hubungan 1. Klien mau
saling percaya berjabat tangan
09.00 wib dengan dan berinteraksi
SP 1 menggunakan salam 2. Klien mengatakan
terapeutik, berjabat marah dan kesal
tangan, menjelaskan jika diganggu,
tujuan interaksi, dan 3. Klien
25

membuat kontrak mengatakan jika


topik, waktu, dan dia mulai marah
tempat setiap kali jantungnya
bertemu klien. berdetak kencang,
2. Mendiskusikan tangan mengepal,
tentang penyebab muka merah
marah, kesal yang 4. Klien mengatakan
dialami klien kalau sudah
3. Mengidentifikasi marah akan
tanda-tanda perilaku melempar
kekerasan barangbarang,
4. Mengkaji berkelahi
perilaku 5. Klien mengatakan
kekerasan apa yang orang-orang
dilakukan saat disekitarnya
marah menjadi takut
5. Mengkaji akibat 6. Klien
perilaku kekerasan mengorientasikan
klien kembali cara tarik
6. Membantu klien nafas dalam dan
mengontrol perilaku memukul kasur
kekerasan secara dan bantal.
fisik. O:
7.Menganjurkan - Klien tampak
klien gelisah
memasukan ke - Tangan
dalam jadwal mengepal
kegiatan harian - Klien tidak
mau berjabat
tangan
26

A:
Klien masih cepat
marah (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan
Selasa, 24 Perilaku 1.Membina S:
Mei 2016 Kekerasan hubungan 1. Klien masih ingat
saling percaya kepada perawat
11.00 wib SP 2 2.Menanyakan dan klien mampu
kembali mengorientasikan
kepada klien kembali cara tarik
bagaimana cara napas dalam.
mengontrol perilaku 2. Klien mengatakan
kekerasan secara malas minum
fisik obat.
3.Melatih klien O:
minumobat secara - Klien tampak
teraturdengan tenang
prinsip 6 - Klien mau
benar(benar klien, berjabat
obat,dosis, cara, tangan
waktu A:
dankontinuitas) Klien malas minum
4.Menganjurkan obat (+)
klien P:
memasukan ke Intervensi
dalam dilanjutkan
jadwal kegiatan
harian
27

Rabu, 25 Perilaku 1.Membina S:


Mei 2016 Kekerasan hubungan 1. Klien
saling percaya mengatakan
10.00 wib SP 3 2.Menanyakan senang perawat
kembali berbincangbincang
kepada klien prinsip dengannya lagi
6 benar minum obat 2. Klien
3. Mengajarkan mengorientasikan
klien cara meminta,
cara menolak dan
mengungkapkan mengungkapkan
rasa marah secara perasaan dengan
verbal baik
4.Menganjurkan 3. Klien
klien mengatakan tidak
memasukan ke ingin mengikuti
dalam ibadah
jadwal kegiatan O:
harian - Mimik wajah
klien baik
- Klien ingin
beribadah
A:
Klien tidak ingin
beribadah (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan

Tindakan Keperawatan
28

SP 1-5 (Strategi Pelaksanaan) Resiko Perilaku Kekerasan


A. SP 1 Klien : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan
nafas dalam)
Contoh Fase Kerja : “Apa yang menyebabkan tuan marah?”
Apakah sebelumnya pernah marah? 
Samakah dengan yang sekarang?
“Menurut tuan adakah cara lain yang lebih baik selain
marah-marah? Maukah belajar mengungkapkan marah
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah,
hari ini kita belajar satu cara dulu, kalau tanda- marah itu
sudah di rasakan tuan berdiri lalu tarik nafas dari hidung,
tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari
mulut seperti mengeluarkan kemarahan, cobalagi dan
lakukan sebanyak 3 kali.
B. SP 2 Klien : Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik ke dua (evluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal) menyusun
jadwal kegiatan harian cara ke dua.
Contoh Fase Kerja : “Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, selain nafas dalam tuan dapat memukul
kasur dan bantal. Sekarang mari kita latihan memukul
bantal dan kasur mari ke kamar bapak. Jadi kalau nanti bapak kesal
atau marah, bapak langsung ke kamar dan lampiaskan marah tersebut
dengan memukul bantal dan kasur.”
C. SP 3 Klien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
social/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku
kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal) menolak dengan
29

baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik, susun


jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
Contoh Fase Kerja : Sekarang kita latihan cara bicara bapak baik untuk
mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan
melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal,
dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya :
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara
yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata
kasar.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh
dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan"
maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada
perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak
dapat mengatakan"Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu”
D. SP 4 Klien : Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
fsik dan sosial/verbal) latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan
ibadah/ berdoa.
Contoh Fase Kerja : “Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan. Nah,
kalau sedang marah coba langsung duduk dan langsung
tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan
agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat. Bapak bisa melakukan sholat secara
teratur untuk meredakan kemarahan.”
E. SP 5 Klien : Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat, bantu
pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar (benar pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun  jadwal
minum obat secara teratur.
Contoh Fase Kerja : Bapak sudah dapat obat dari dokter ? Berapa macam obat
yang bapak minum? warnanya apa saja? Jam berapa
bapak minum?
Obatnya ada 3 macam pak, yang warnanya oranye namanya
CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya
THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah  jambu
ini namanya HPL rasa marah berkurang. Semuanya ini
30

harus di minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan


jam 7 malam.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan
marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan/ kebutuhan yang
tidak terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu
31

bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat


membahayakan diri sendiri orang lain dan lingkungan.

B. Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu “ RESIKO
PERILAKU KEKERASAN”. Agar tindakan serta penanganan masalah ini
dapat tercapai sesuai dengan keinginan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/
8773/132500049.pdf%3Fsequence%3D1%26isAllowed%3Dy&ved=2ahUKEwiEzq-
LjfLrAhULXisKHcXjBj4QFjALegQIChAB&usg=AOvVaw2Exr9EZp1hJ3qgzOrt3p
ZG&cshid=1600411616820
https://www.google.com/url?q=http://repository.stikeshangtuahsby-
library.ac.id/44/1/kti%2520jiwa%2520rpk%2520anita%2520rosa%2520elvita
32

%2520152.0003.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjX9KeIgfLrAhXaXCsKHUatCus4FBA
WMAB6BAgDEAE&usg=AOvVaw0uBKQmI2Sz6jBs39klLM_A.
https://www.academia.edu/28333218/STRATEGI_PELAKSANAAN_RISIKO_PERI
LAKU_KEKERASAN

Anda mungkin juga menyukai