Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MAGANG KERUMAHSAKITAN DARING

22 JUNI – 18 JULI 2020

Studi Kasus: Intermittent Gastroesophageal Intussuception pada


Kucing dengan Idiopathic Megaesophagus (Martinez et al. 2001)

Disusun oleh:

Kelompok C
PPDH Periode 1/Semester 2 Tahun 2019/2020

Anata Amalia Amran, SKH B94191025


Khonsa’, SKH B94191030
Ratyan Tri Widowati, SKH B94191036
Meisi Nuriski, SKH B94191040
Nursa Rima Putri, SKH B94191076

Dosen Pembimbing:

Drh R. Harry Soehartono, MAppSc, PhD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MAGANG KERUMAHSAKITAN DARING
22 JUNI – 18 JULI 2020

Studi Kasus: Intermittent Gastroesophageal Intussuception pada


Kucing dengan Idiopathic Megaesophagus (Martinez et al. 2001)

Disusun oleh:

Kelompok C
PPDH Periode 1/Semester 2 Tahun 2019/2020

Anata Amalia Amran, SKH B94191025


Khonsa’, SKH B94191030
Ratyan Tri Widowati, SKH B94191036
Meisi Nuriski, SKH B94191040
Nursa Rima Putri, SKH B94191076

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Dosen Koordinator


Magang Kerumahsakitan Magang Kerumahsakitan

Drh R. Harry Soehartono, MAppSc, PhD Dr Drh Anita Esfandiari, MSi


NIP 19600923 198601 1 001 NIP 19621214 198903 2 001

Mengetahui,

Wakil Dekan
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet


NIP 19630810 198803 1 004

Tanggal Pengesahan:
PENDAHULUAN

Gastroesophageal Intussusception (GEI) merupakan kondisi invaginasi


lambung, khususnya kardia, ke dalam saluran esofagus. Kasus GEI dapat
menurunkan performa hewan, food intake, dan penyerapan pakan sehingga hewan
kehilangan berat badan. Kasus GEI pada kucing bersifat kronis dan dapat
dirangsang oleh kebiasaan kucing untuk mengeluarkan benda asing seperti
hairball dari dalam saluran pencernaan. Kasus GEI juga dapat menyebabkan
dyspnoe. Hewan yang mengalami GEI sering dilaporkan mengalami kematian
atau dilakukan prosedur eutanasi penyakit yang sudah parah. Berdasarkan
tingginya kerugian akibat kasus GEI, maka diperlukan pemahaman lebih lanjut
mengenai diagnosa, diferensial diagnosa, prognosa, dan terapi kasus GEI pada
kucing.
Laporan ini disusun untuk mempelajari kasus GEI pada kucing domestic
short hair (DSH) yang meliputi anamnesa, kausa, patogenesa, gejala klinis,
diferensial diagnosa, diagnostika penunjang, diagnosa, prognosa, dan terapi.

TINJAUAN KASUS

Anamnesa

Kucing DSH betina dewasa (status reproduksi tidak diketahui) datang ke


klinik karena terdapat bilateral nasal disharge kronis dan lesio keropeng pada
telinga. Riwayat kesehatan lain tidak diketahui, karena kucing baru diadopsi 5
bulan yang lalu. Kucing mengalami lesu dan memuntahkan mukus secara
berulang.

Kausa

Kasus GEI yang dibahas terjadi akibat efek sekunder dari megaesofagus.
Megaesofagus merupakan kondisi dilatasi menyeluruh pada esofagus disertai
penurunan bahkan hilangnya peristaltik esofagus. Menurut Martinez et al. (2001),
kemungkinan penyebab megaesofagus pada kucing antara lain disfungsi saraf
otonom, disfungi pilorus, dan esofagitis berat. Pada kasus ini, terdapa esofagitis
derajat ringan dan tidak ditemukan adanya disfungsi saraf otonom, sehingga
penyebab megaesofagus belum diketahui secara pasti. Menurut Torad dan Hassan
(2015), kasus GEI biasanya terjadi pada kucing dengan riwayat gangguan
esofagus. Komplikasi hipomotilitas esofagus serta megaesofagus dapat
menyebabkan terjadinya GEI. Kasus GEI akibat megaesofagus juga pernah
dilaporkan oleh Gowen et al. (1999).

Patogenesa

Kasus GEI dapat terjadi pada hewan yang mengalami megaesofagus


idiopatik (Martinez et al. 2001). Spinchter gastroesofagus tidak berfungsi dengan
baik sehingga asam lambung maupun isi lambung dapat mengalir kembali ke
esofagus serta menimbulkan rasa mual dan mengiritasi lapisan esofagus. Muntah
yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan invaginasi bagian kardia
lambung ke dalam esofagus sehingga terjadi obstruksi esofagus, regurgitasi
berkelanjutan, dan kehilangan cairan tubuh dengan cepat. Kasus GEI terdiri atas
dua jenis, yaitu berulang dan persisten. Kasus berulang ditandai dengan adanya
regurgitasi atau muntah kronis. Prognosis untuk jenis kasus ini baik ketika
dilakukan tindakan operasi. Sementara itu, kasus persisten terjadi pada kondisi
akut yang ditandai dengan obstruksi esofagus dan kesulitan bernapas. Prognosis
untuk kasus persisten ini biasanya buruk (Cornell dan Selcer 2002).

Gejala Klinis

Seekor kucing betina ras domestic shorthair terlihat waspada dan responsif,
suhu 37˚C, denyut nadi 200 kali per menit, dan frekuensi napas 40 kali per menit.
Kucing pada kasus ini mengalami takikardia yang ditandai dengan pulsus
melebihi rentang normal (110-130 kali per menit). Gejala klinis yang terlihat yaitu
lemas, muntah disertai eksudat kataral hingga eksudat hemoragi, anoreksia,
penurunan bobot badan, dehidrasi, dan depresi. Kondisi muntah pada kucing ini
sudah berlangsung kronis. Kematian dapat terjadi dalam waktu 1–3 hari jika
kondisinya tidak segera ditangani.
Temuan lain berupa bilateral nasal discharge dengan eksudat mukopurulen
dan adanya suara dengkur/ngorok mengindikasikan adanya pneumonia aspirasi.
Pneumonia aspirasi terjadi karena esofagus mengalami pembesaran dan menekan
parenkim paru-paru. Selain itu, pembesaran esofagus juga menyebabkan
penyempitan pada laring sehingga terdapat suara ngorok/dengkur saat hewan
bernapas. Temuan klinis tersebut masih sulit untuk menentukan diagnosa yang
pasti, sehingga perlu dilakukan diagnosa penunjang.

Diferensial Diagnosa

Diferensial diagnosa untuk kasus gastroesophageal intussusception antara


lain hernia hiatal paraesofagus, benda asing dan massa di daerah mediastinum
atau paru-paru (McGill et al. 2009).

Diagnostika Penunjang

Diagnostika penunjang yang dilakukan untuk kasus GEI yaitu radiografi


toraks dan esofagogastroskopi. Pada kasus yang dibahas, radiografi toraks
menunjukkan esofagus yang membesar dan berisi udara sehingga mendesak posisi
jantung ke ventral toraks (Gambar 1). Menurut Javier et al. (2016), hasil
radiografi toraks (standar pandang lateral) pada kasus GEI menunjukkan adanya
massa berukuran besar dengan opasitas seperti campuran jaringan lunak dan gas
pada bagian caudodorsal rongga toraks atau craniodorsal diafragma. Massa
tersebut menyebabkan trakea dan jantung terdesak ke arah cranioventral rongga
toraks (Gambar 2).
Esofagogastroskopi yang dilakukan menunjukkan adanya esofagitis dan
dilatasi esofagus, serta ditemukan massa jaringan lunak pada lumen esofagus.
Proses identifikasi menunjukkan adanya lipatan rugae lambung pada massa
tersebut (Gambar 3). Hasil tersebut sesuai dengan laporan Javier et al. (2016)
yang mengatakan bahwa pada esofagogastroskopi dapat ditemukan dilatasi bagian
caudal esofagus. Selain itu, terdapat akumulasi cairan serta massa jaringan lunak
dalam lumen esofagus. Apabila hasil identifikasi massa tersebut menunjukkan
adanya lipatan rugae lambung, maka dapat dipastikan pasien mengalami GEI
(Hasiri et al. 2013).

Gambar 1 Gambaran radiografi toraks kucing yang mengalami GEI berupa massa
radioopaque pada caudodorsal rongga toraks (panah hitam) (Martinez
et al. 2001)

Gambar 2 Gambaran radiografi toraks kucing yang mengalami GEI berupa massa
massa dengan opasitas seperti campuran jaringan lunak dan gas (panah
putih) yang mendesak jantung ke arah cranioventral (Hasiri et al. 2013)

Gambar 3 Hasil esofagoskopi menunjukkan adanya massa jaringan lunak pada


lumen esofagus yang memiliki lipatan rugae seperti mukosa lambung
(Martinez et al. 2001)
Diagnosa

Peneguhan diagnosa didasarkan pada temuan klinis dan pemeriksaan


penunjang. Hasil radiografi toraks menunjukkan bahwa pasien mengalami kondisi
megaesofagus dengan dugaan GEI. Hasil esofagoskopi menunjukkan adanya
massa jaringan lunak pada lumen esofagus yang memiliki lipatan rugae lambung
pada mukosanya. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, pasien didiagnosa
mengalami megaesofagus dan GEI (Martinez et al. 2001).

Prognosa

Prognosa kasus GEI yaitu dubius. Tingkat mortalitas akibat GEI cukup
tinggi karena pemilik tidak dapat mengenali gejala penyakit sejak awal. Kondisi
pasien akan memburuk dengan cepat jika tidak segera diberikan penanganan. Pada
kasus yang dibahas, pasien menjalani proses pembedahan dan dapat sembuh
dengan baik (Martinez et al. 2001).

Terapi

Terapi yang paling tepat yaitu tindakan operasi yang dilakukan setelah
kondisi pasien stabil. Tindakan operasi gastropexy dilakukan pada sisi kiri
abdomen. Post operasi diberikan antibiotik peroral berupa berupa
amoxicillin/clavulanic acid (2.8 mg/kgBB), cimetidine (10 mg/kgBB), dan
perubahan diet dengan pakan basah rendah lemak. Pada 4 minggu pasca operasi
kondisi hewan memburuk sehingga dilakukan pemasangan tabung percutaneous
gastrotomy (PEG) agar hewan tetap mendapatkan nutrisi. Pada 2 minggu pasca
pemasangan PEG ditemukan pneumonia aspirasi sehingga diberikan cefadroxil
(22 mg/kg BB, PO, selama 2 minggu).

SIMPULAN

Kasus GEI memerlukan tindakan operasi gastropexy permanen apabila


terapi obat-obatan tidak menunjukkan prognosa yang baik. Tindakan gastropexy
permanen perlu dilakukan karena adanya kemungkinan besar hewan yang telah
mengalami GEI akan mengalami GEI kembali. Kasus GEI memiliki tingkat
mortalitas tinggi sehingga memerlukan penanganan yang cepat baik berupa terapi
suportif maupun operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Cornell KK, Selcer BA. 2002. Diagnosis and treatment of intessusceptions in


dogs. Comp. Cont. Edu. Pract. Vet. 24(1):110-127.
Gowen FG, Stoldt HS, Rosato FE. 1999. Five risk factors identify patients with
gasteroesophageal intussusception. Arch. Surg. 134(1):1394-1397.
Hasiri MA, Tabrizi AS, Khafi MSA. 2013. Gastroesophageal intussusception in a
domestic short-hair cat. Iranian Journal of Veterinary Research. 14(4):358-
361.
Javier D, Cesar AP, Antonio BM, Alejandro QI. 2016. Intermittent
gastroesophageal intussusception in a kitten resolved with a percutaneous
gastropexy. Acta Veterinaria-Beograd. 66(3):413-421.
Martínez NI, Cook W, Troy GC, Waldron D. 2001. Intermittent gastroesophageal
intussusception in a cat with idiopathic megaesophagus. J Am Anim Hosp
Assoc. 37:234–237.
McGill SE, Lenard ZM, See AM, Irwin PJ. 2009. Nonsurgical treatment of
gasteroesophageal intussusception in a puppy. J. Am. Anim. Hosp. Assoc.
45(1): 185-190.
Torad FA, Hassan EA. 2015. Gastroesophageal intussusception in a 50-day-old
German shepherd dog. Top Companion Anim Med. 30(1):22-24.
LAMPIRAN

Diferensial
Anamnesa Gejala Klinis Penunjang Diagnosa Diagnosa Prognosa Terapi
Diagnosa
Kucing DSH betina Takikardia Hernia hiatal Radiografi toraks Gastroesophagea Dubius Operasi gastropexy
dewasa (status (200x/menit), paraesofagus, menunjukkan esofagus l intussuception pada sisi kiri
reproduksi tidak bilateral nasal adanya benda yang membesar dan (GEI) abdomen.
diketahui), terdapat discharge, asing dan massa di berisi udara sehingga Post operasi diberikan
bilateral nasal lemas, BB daerah mendesak posisi antibiotik peroral
disharge kronis dan turun, mediastinum atau jantung ke ventral berupa berupa
lesio keropeng pada dehidrasi, dan paru-paru toraks. amoxicillin/clavulanic
telinga. Riwayat depresi acid (2.8 mg/kgBB),
kesehatan lain tidak Esofagogastroskopi cimetidine
diketahui, karena menunjukkan adanya (10 mg/kgBB), dan
kucing baru diadopsi esofagitis, dilatasi pakan basah rendah
5 bulan yang lalu. esofagus, dan invaginasi lemak.
Kucing lesu dan mukosa lambung ke
memuntahkan mukus dalam bagian kaudal
secara berulang. esofagus.

Anda mungkin juga menyukai