Anda di halaman 1dari 2

Tabel 1 Hasil aspirasi cairan usus

Larutan Volume awal (ml) Volume akhir (ml)


Aquades 0,25 0,05
NaCl 0,9% 0,25 0,08
NaCl 3% 0,25 0,05
MgSO4 4,7% 0,25 0,08
MgSO4 27% 0,25 0,1

Aquades yang diberikan ke dalam usus melalui syringe termasuk larutan hipotonis
(Karczmar 2001). Air atau aquades dapat diabsorbsi dengan mudah oleh lumen usus,
sehingga tidak dapat digunakan sebagai laksansia Ketika larutan hipotonis (aquades)
dimasukkan ke dalam lumen usus, maka aquades tersebut akan diabsorpsi ke luar usus hingga
tercapai suatu keseimbangan konsentrasi di dalam maupun diluar usus. Oleh karena itu,
volume aquades akhir berkurang dari 0.25 ml menjadi 0.05 ml.
Natrium klorida (NaCl) 0.9% dan Magnesium sulfat (MgSO4) 4.7% termasuk larutan
isotonis (Karczmar 2001). NaCl 0.9% yang diberikan ke dalam lumen usus tidak
menimbulkan absorpsi maupun penarikan air ke dalam lumen karena konsentrasi di luar dan
di dalam sudah seimbang. Oleh karena itu, volume akhir larutan tidak terjadi perubahan yang
berarti dari volume awal (Ganiswara & Sulistia 1995). Usus yang diinjeksi dengan NaCl 0,95
mengalami penurunan volume yaitu dari 0.25 ml menjadi 0.08 ml. Begitu pula halnya dengan
MgSO4 4.7%, volume akhir larutan menjadi 0.08 ml.
Larutan hipertonis pada praktikum ini adalah MgSO4 27% dan NaCl 3% (Karczmar
2001). Apabila larutan hipertonis berada pada lumen usus dalam jumlah tertentu maka cairan
akan bergerak dari epitel usus ke lumen usus. Pergerakan cairan ini akan membuat feses yang
padat akan menjadi encer sehingga defekasi menjadi mudah (Ganiswara & Sulistia 1995).
Hasil pengamatan menunjukkan adanya perubahan volume setelah dua larutan hipertonis
tersebut dimasukkan ke lumen usus. Larutan MgSO4 mengalami perubahan volume dari 0,25
ml menjadi 01 ml sedangkan larutan NaCl mengalami perubahan volume 0,25 menjadi 0,05.
Hasil tidak sesuai dengan literatur. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena adanya
kerusakan epitel usus, perbedaan status fisiologis dengan hewan pada umumnya dan terjadi
perpindahan cairan ke segmen lain karena ikatan tiap segmen tidak erat.
MgSO4 merupakan obat laktansia garam yang terdiri dari kation yang tidak bisa
diserap (Magnesium) dan anion yang tidak bisa diserap pula (Sulfat), yang bekerja
membentuk massa, juga menghasilkan stimulus pada aktivitas peristaltik sehingga bekerja
cepat untuk mendorong garam tersebut. Tetapi meskipun begitu konsentrasi cairan obat ini
bisa mengiritasi perut dan menstimulus terjadinya muntah. Obat ini bekerja sangat cepat,
biasanya selama tiga sampai empat jam dan yang perlu diingat adalah karena begitu
banyaknya cairan yang hilang melalui usus, akan mengakibatkan terjadinya dehidrasi
(Daldiyono 2000).

KESIMPULAN

Aquades yang diberikan ke dalam usus merupakan larutan hipotonis, sedangkan


Natrium klorida (NaCl) 0.9% dan Magnesium sulfat (MgSO4) 4.7% merupakan larutan
isotonis. Adapun NaCl 3% merupakan larutan hipertonis dan MgSO4 27% selain merupakan
larutan hipertonis juga merupakan laktansia garam.

Daldiyono. 2000. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta(ID): Infomedika

Ganiswara, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta (ID): Gaya Baru.

Karczmar T. 2001. Experimental Pharmacodynamics. USA: Burgess Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai