Anda di halaman 1dari 5

Laporan Farmakologi 2

Hari/Tanggal : Rabu/ 9 Mei 2018


Jam : 14.30-17.00
Dosen : Dr. drh. Min Rahminiwati, MS Ph.D

MUSCLE RELAXANT

Oleh :

Kelompok 5

Ridwan Syahril B04150113


Meisi Nuriskii B04150127
Novita Nurhamidah B04150130
Feliciana Henru B04150134
Ayu Khoirunnisa B04150138

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PENDAHULUAN

Latar belakang
Sediaan muscle relaxant atau pelumpuh otot adalah sediaan yang digunakan untuk
melemaskan otot rangka atau untuk melumpuhkan otot. Biasanya sediaan tersebut digunakan
untuk operasi atau memasukkan suatu alat ke dalam tubuh (Mangku 2010). Pada penggunaan
sediaan ini dapat menimbulkan efek yang serupa dengan sediaan depressan sistem saraf
pusat, yaitu aktivitas motorik menurun, laju pernapasan menurun, hilangnya refleks spinal,
paralisis kaki, dan hilangnya daya cengkraman, dan sebagainya.
Golongan sediaan muscle relaxant adalah neuromuscular blocker dan spasmolytic.
Neuromuscular blocker terdiri dari depolarizing yang bekerja membuka kanal ion Na
beberapa menit kemudian menutup kembali dan non-depolarizing yang bekerja tanpa
membuka kanal ion Na untuk melepas Ca. Efek obat dapat dihentikan dengan meningkatkan
konsentrasi asetilkolin dengan kolinesterase inhibitor. Selain neuromuscular blocker,
spasmolytic adalah salah satu obat golongan muscle relaxant yang bekerja untuk mengurangi
tonus otot yang berlebihan sehingga dapat mengurangi nyeri dan memperbaiki mobilitas
dengan cara bekerja pada central dan perifer. Contoh sediaan tersebut ialah diazepam,
baclofen, dantrolene, dan sebagainya.

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan mengetahui daya kerja beberapa sediaan muscle relaxant.

TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN

Obat pelumpuh otot dibagi dua kelas yaitu pelumpuh otot depolarisasi dan non-
depolarisasi. Obat pelumpuh otot depolarisasi sangat menyerupai asetilkolin, sehingga ia bisa
berikatan dengan reseptor asetilkolin dan membangkitkan potensial aksi otot akan tetapi tidak
dimetabolisme oleh asetilkolinesterase, sehingga konsentrasinya tidak menurun dengan cepat
yang mengakibatkan perpanjangan depolarisasi di motor-end plate. Perpanjangan
depolarisasi ini menyebabkan relaksasi otot karena pembukaan kanal natrium bawah
tergantung waktu, Setelah eksitasi awal dan pembukaan, pintu bawah kanal natrium ini akan
tertutup dan tidak bisa membuka sampai repolarisasi motor-end plate. Motor end-plate tidak
dapat repolarisasi selama obat pelumpuh otot depolarisasi berikatan dengan reseptor
asetilkolin; Hal ini disebut dengan phase I block. Setelah beberapa lama depolarisasi end
plate yang memanjang akan menyebabkan perubahan ionik dan konformasi pada reseptor
asetilkolin yang mengakibatkan phase II block, yang secara klinis menyerupai obat pelumpuh
otot nondepolarisasi.
Obat pelumpuh otot nondepolarisasi berikatan dengan reseptor asetilkolin tetapi tidak
mampu untuk menginduksi pembukaan kanal ion. Asetilkolin dicegah untuk berikatan
dengan reseptornya, maka potensial end-plate tidak terbentuk. Obat pelumpuh otot
nondepolarisasi tidak dimetabolisme baik oleh asetilkolinesterase maupun
pseudokolinesterase. Pembalikan dari blockade obat pelumpuh otot nondepolarisasi
tergantung pada redistribusinya, metabolisme, ekskresi oleh tubuh dan administrasi agen
pembalik lainnya (kolinesteraseinhibitor).
Farelax merupakan neuromuscular blocking agent yang sangat selektif dan kompetitif
(non-depolarising) dengan lama kerja sedang. Non-depolarising agent bekerja antagonis
terhadap neurotransmitter asetilkolin melalui ikatan reseptor site pada motor-end-plate.
Atracurium dapat digunakan pada berbagai tindakan bedah dan untuk memfasilitasi ventilasi
terkendali. Atracurium tidak mempunyai efek langsung terhadap tekanan intraocular, dan
karena itu dapat digunakan pada bedah opthalmik. Terminasi kerja blokade neuromuscular
atracurium tidak tergantung pada metabolisme ataupun ekskresi hati atau ginjal. Oleh karena
itu, lama kerjanya tidak dipengaruhi oleh gangguan fungsi ginjal, hati, ataupun peredaran
darah. Atracurium mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman Leontice
Leontopeltalum. Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam darah, tidak bergantung
pada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang.
Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmiter
penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pascasinaps, dimana glisin juga bertindak
sebagai transmiter penghambat pascasinaps yang terletak pada pusat yanng lebih tinggi di
SSP. (Louisa dan Dewoto, 2007). Obat ini merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang
yang khas yaitu aspontan, tetanis, dan simetris.
Striknin mudah diserap dari saluran cerna dan tempat suntikan, kemudian akan segera
meninggalkan sirkulasi masuk ke medulla spinalis dan mulai bekerja dengan mengantagonis
kerja neurotransmitter glisin sehingga terjadi hipereksitasi neuron. Hal ini menyebabkan
bertambahnya tonus otot rangka sehingga terjadi konvulsi atau kejang. Terjadinya konvulsi
tersebut menyebabkan terjadinya gangguan sistem kardiovaskular. Jantung kemudian
mengalami gangguan dalam melangsungkan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh
tubuh dan menyebabkan kematian pada tikus (Muthahar et al. 2017).
Pada praktikum dilakukan pemeriksaan Physical Examination pada tikus seperti
pemeriksaan frekuensi napas, frekuensi jantung dan tonus otot kemudian tikus disuntik
farelax dengan dosis 1 ml/200 gr secara intramuscular (IM). Kemudian ditunggu selama 20
menit dan dilakukan Physical Examination kembali. Dapat terlihat bahwa beberapa saat
setelah pemberian sediaan ini, tonus otot pada tikus mulai berkurang dan melemah. Setelah
itu, tikus disuntik dengan striknin dengan dosis 75 mg/kg. Tikus dibiarkan selama 10 menit,
kemudian kembali dilakukan pemeriksaan. Hasil yang didapatkan yaitu tonus otot semakin
melemah serta frekuensi denyut jantung dan napas yang semakin rendah. Kemudian tikus
disuntik kembali menggunakan striknin dan pada menit ke 15 tikus pun akhirnya mengalami
konvulsi yang bersifat khas yaitu aspontan, tetanis, dan simetris dan akhirnya mati.

SIMPULAN
Farelax merupakan neuromuscular blocking agent yang sangat selektif dan kompetitif
(non-depolarising) dengan lama kerja sedang. Striknin merupakan konvulsan kuat dengan
sifat kejang yang khas yaitu aspontan, tetanis, dan simetris. Terjadinya konvulsi tersebut
menyebabkan terjadinya gangguan sistem kardiovaskular. Jantung kemudian mengalami
gangguan dalam melangsungkan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan
menyebabkan kematian pada tikus

DAFTAR PUSTAKA

Louisa M & Dewoto HR . 2007. Perangsangan Susunan Saraf Pusat . Dalam : Farmakologi
dan Terapi, edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta, hal. 247-248
Mangku. 2010. Buku Ajar Ilmu Anastesi dan Reanimasi. Jakarta (ID) : PT. Indeks
Muthahar YF, Fitrianingsih SP, Mulqie L. 2017. Uji Aktivitas Antikonvulsan Ekstrak Etanol
Herba Inggu (Ruta angustifolia) terhadap Mencit yang Diinduksi Striknin. Farmasi.
Vol. 3 (2) : 606-611.

Anda mungkin juga menyukai