Anda di halaman 1dari 20

HERBAL ANTI GANGGUAN POLA NAPAS (ASMA) DAN GANGGUAN

BERSIHAN JALAN NAFAS

Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Keperawatan Komplementer II

Disusun Oleh Kelompok 4

1. Iftah Soraya
2. Indah Oktaviani
3. Listy Mellani
4. Muhammad Dendy Firmansyah
5. Nandistya Rizky Suji Pangesti
6. Nurul Ramadanti
7. Sabrina Yuliana
8. Salsabila Cornelia
9. Siti Khodijah

Tingkat 3B Program Keahlian DIII Keperawatan

JL. Mahkota Raya 32-B, Komplek Pondok Duta I, Tugu, Cimanggis, Kota
Depok, Jawa Barat 16451

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “HERBAL
ANTI GANGGUAN POLA NAPAS (ASMA) DAN GANGGUAN BERSIHAN
JALAN NAFAS”. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Keperawatan
Komplementer II 2020 atas dukungan dan materi yang diberikan dalam penyusun
makalah ini, maka tim penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Iga Purnama
Wulan,SKp.,MM selaku dosen Keperatan Komplementer II .

Tim penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sangat di butuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini,agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Bogor, 08 Agust 2020

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar..........................................................................................................................2

Daftar isi...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................6
D. Metode Penulisan...................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................8

A. Definisi ..................................................................................................................8
B. Patofisiologi ...........................................................................................................8
C. Tanda dan gejala ....................................................................................................10
D. Pengobatan ............................................................................................................10
E. Kandungan Zat Aktif dari Herbal...........................................................................12
F. ETIOLOGI.............................................................................................................14
G. Pemanfaatan dalam Dunia Keperawatan....................................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................................18


A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran ......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang dapat
mengenai mereka yang memiliki faktor resiko. Penyakit ini mempunyai spektrum
gejala klinis yang bervariasi mulai dari ringan hanya berupa batuk, sampai berat
berupa serangan yang mengancam jiwa.v c Asma adalah gangguan inflamasi
kronis pada saluran pernafasan ditandai episode berulang mengi, sesak nafas,
sesak dada, dan batuk. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast,
eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel (National Asthma
Council, 2006). Menurut Scadding dan Godfrey dalam Oemiati et al ( 2010), asma
merupakan penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam waktu yang pendek
terhambatnya aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai
serangan batuk berulang atau mengi (bengek/weezing) dan sesak nafas biasanya
terjadi di malam hari. (Pratama, 2017)

Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia


di bawah 5 tahun (balita). Pneumonia menjadi salah satu target dalam Millenium
Development Goals (MDGs), sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian
anak. Berdasarkan data WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian anak di
dunia dan sebesar 935.000 (15%) kematian anak disebabkan oleh pneumonia,
sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia kasus
pneumonia mencapai 22.000 jiwa menduduki peringkat ke delapan sedunia
(WHO, 2014).

Mengutip data dari WHO, saat ini ada sekitar 300 juta orang yang
menderita asma di seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang

4
disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di
negara dengan ekonomi rendah-sedang. Prevalensi asma terus mengalami
peningkatan terutama di negara-negara berkembang akibat perubahan gaya hidup
dan peningkatan polusi udara. Resiko kematian akibat asma jarang terjadi, tetapi
resiko kematian meningkat seiring dengan peningkatan usia, terutama pada pasien
lanjut usia dengan 4,4 kematian per 100.000 pasien (American Lung Association,
2010). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, melaporkan prevalensi asma di
Indonesia adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar
11.179.032. Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada
anak usia 10-14 tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Diluar usia tersebut
kematian dini berkurang, namun lebih banyak memberikan efek disabilitas. Saat
ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di
seluruh dunia. (Muhammad Ikhwan Rizki, 2015).

Faktor pencetus asma menyebabkan fase sensitisasi, antibodi IgE


meningkat. Alergen akan berikatan dengan antibodi IgE dengan cara melekat pada
sel mast. Sel mast mengandung neutral triptase yang mempunyai bermacam
aktivitas proteolitik antara lain aktivasi komplemen, pemecahan fibrinogen dan
pembentukan kinin menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai
macam mediator. Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin,
leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin yang berperan pada
bronkokonstriksi. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding
bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme
otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas.
(Rengganis, 2008).

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar pada
berbagai kepulauan di seluruh Indonesia, memiliki banyak sekali produk budaya
terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Produk budaya yang berhubungan
dengan kesehatan terwujud dalam bentuk obat tradisional dan cara tradisional
yang digunakan masyarakat untuk mengatasi permasalahan mereka dibidang
kesehatan. Hal ini senada dengan Undang-undang No. 36 tahun 2009, pasal 59

5
menyatakan berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional
terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan
dan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.

Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki banyak


khasiat dalam mengatasi berbagai penyakit (Heinrich et al, 2012). Kemampuan
tanaman dalam mengatasi berbagai penyakit disebabkan adanya efek sinergisme
antar senyawa metabolit sekunder. Selain itu, senyawa metabolit sekunder
memiliki polivalent activity, sehingga memungkinkan mengatasi berbagai
penyakit (Bone & Mills, 2013). Obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat
yang ada dibeberapa daerah di Indonesia sangat beragam. Masyarakat disuatu
daerah tertentu memiliki obat tradisional yang berbeda dengan masyarakat daerah
lainnya, hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati yang terdapat dilingkungan
tempat mereka hidup serta kearifan lokal yang mereka miliki menjadi penyebab
munculnya bermacam-macam produk budaya. Berdasarkan hal tersebut, Asma
dapat di atasi dengan pengobatan non farmakologi berupa tanaman Herbal.
(Hendy Lesmana, 2009)

I. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asma dan Broncopneomonia?
2. Apa patofisiologi dari Asma dan Broncopneomonia?
3. Apa tanda dan gejala dari Asma dan Broncopneumonia?
4. Apa saja tanaman herbal untuk Asma dan Broncopmneumonia?
5. Apa saja kandungan zat aktif herbal dalam mengatasi Asma dan
Broncopneumonia?
6. Bagaimana etiologi herbal jahe merah untuk Asma dan daun Pappermint
untuk Broncopneumonia?
7. Bagaimana manfaat pengobatan herbal dalam dunia keperawatan?

J. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan membuat riset
mendalam mengenai Pengobatan Herbal pada Penyakit Gangguan Pola
Nafas (Asma) dan Gangguan Bersihan Jalan Nafas.
2. Tujuan Khusus

6
a. Mengetahui definisi Asma dan Broncopneumoni
b. Mengetahui patofisiologi Asma dan Broncopneumonia
c. Mengetahui tanda dan gejala Asma dan Broncopneumonia
d. Mengetahui tanaman herbal untuk Asma dan Broncopneumonia
e. Mengetahui jenis-jenis obat herbal untuk mengatasi Asma dan
Broncopneumoni
f. Mengetahui etiologi dari Pengobatan Herbal dengan Jahe Merah terhadap
penyakit Asma dan Broncopneumoni
g. Mengetahui bagaimana pemanfaatan obat Herbal dalam Dunia
Keperawatan

K. Metode Penulisan
Metode penulisan pada makalah ini adalah :

Metode Pustaka yaitu Metode yang dilakukan dengan mempelajari dan


mengumpulkan dari pustaka dan berhubungan dengan tema yang diambil baik
berupa buku maupun jurnal yang terkait.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
a. Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas.
Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat
hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko
tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang (Almazini, 2012). Asma adalah suatu keadaan di
mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih
sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
b. Broncopeneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru
yangdisebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing
(Hidayat, 2008). Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru
yang menggambarkanpneumonia yang mempunyai penyebaran
berbercak, teratur, dalam satu area ataulebih yang berlokasi di
dalam bronki dan meluas ke parenkim paru(Wijayaningsih, 2013).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan padaparenkim paru
dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga
padabronkioli (Ringel, 2012).

B. Patofisiologi

a) Asma
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus
reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu
kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan membran
yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain
itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental,

8
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap didalam jaringan paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE)
kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.

b) Broncopneumonia
Broncopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru
yangdisebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat,
2008). Suhutubuh meningkat sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang
karena demam yangsangat tinggi. Anak yang mengalami
bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea,pernafasan cepat, dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosisdisekitar hidung dan
mulut, merintih dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2009). Bakteri yang
masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui salurannapas
yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan
cairanedema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial
(Riyadi &Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi penuh dengan
cairan edema yangberisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit leukosit
sehingga kapiler alveolimenjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak
dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya
eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami
kerusakan. Perubahan tersebut akan berdampak pada pada penurunan
jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada hipoksia
dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun dan
hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan penderita
mengalami pucat sampai sianosis.

C. Tanda dan Gejala

a) Asma
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk
diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma
dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
b) Broncopneumonia
Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :

a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi


saluran pernapasan atas.

b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.

9
c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.

d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.

e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.

f. Batuk disertai sputum yang kental.

g. Nafsu makan menurun.

D. Pengobatan

a. Obat Herbal untuk Asma

Tumbuhan herbal adalah tumbuh-an atau tanaman obat yang dapat


dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional terhadap penyakit. Sejak zaman
dahulu, tumbuhan herbal berkhasiat obat sudah dimanfaatkan oleh
masyarakat Jawa. Pengobatan tradisional terhadap penyakit tersebut
menggunakan ramuan-ramuan dengan bahan dasar dari tumbuh-tumbuhan
dan segala sesuatu yang berada di alam. Sampai sekarang, hal itu banyak
diminati oleh masyarakat karena biasanya bahan-bahannya dapat
ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar (Suparmi & Wulandari,
2012).

Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan


tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah
termasuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae), satu keluarga dengan
temu-temuan yang lain seperti temu lawak, temu hitam, kunyit dan
kencur.Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-rumputan tegak
dengan ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya mencapai
120 cm. Daunnya sempit, berwarna hijau, bunganya kuning kehijauan

10
dengan bibir bunga ungu gelap, rimpangnya berwarna merah, dan akarnya
bercabang-cabang, berwarna kuning dan berserat (Arobi, 2010).

 Siapkan alat dan bahannya :


1. Pertama-tama, potong dan iris bahan-bahan resep Wedang Jahe untuk
meningkatkan daya tahan tubuh yakni jahe dan batang serai.Geprek
Jahe tersebut dan memarkan batang serai untuk bahan resep Wedang
Jahe.
2. Kedua, siapkan wadah/panci untuk merebus bahan resep Wedang Jahe
3. Ketiga, masukkan air ke dalam panci untuk merebus potongan bahan-
bahan resep Wedang Jahe nanti. Panaskan air dengan api sedang.
4. Setelah itu, masukkan potongan bahan-bahan resep Wedang Jahe
yakni jahe, serai, gula aren, dan kayu manis ke dalam air yang ada
direbus dalam panci tadi.
5. Kemudian, rebus air dan potongan bahan-bahan resep Wedang Jahe
tersebut hingga mendidih.
6. Setelah air rebusan resep Wedang Jahe tersebut mendidih, maka Sweet
Couple bisa coba untuk menambahkan madu agar memperkuat citarasa
Wedang Jahe.
7. Lalu, aduk sebentar Wedang Jahe tersebut dan matikan api dari
kompor yang digunakan untuk merebus resep Wedang Jahe tersebut.
8. Selanjutnya, saring air rebusan Wedang Jahe tadi ke dalam gelas.

b. Obat Herbal untuk Broncopneumonia

Peppermint merupakan tanaman yang sebagian besar ditanam di Eropa.


Tanaman ini telah digunakan untuk keperluan obat-obatan selama
bertahun-tahun. Pepermin terkenal ampuh meredakan sakit perut, dan
sering kali digunakan sebagai bahan utama dalam minuman hangat seperti
teh. Dengan nama ilmiah Mentha × piperita

 Siapkan alat dan bahannya :

11
1. Tanaman Mint yang sudah tua dan siap panen
2. Gunting
3. Botol bekas selai
4. Saringan
5. Minyak Sawit, Sun Flower
Oil atau lebih bagus jika menggunakan VCO (Virgin Coconut Oil).

Cara kerja: Gunting tangkai-tangkai daun minta yang sudah tua atau yang
siap panen, kemudian ambil daunnya dan pisahkan dari tangkainya.

1. Masukkan daun mint kedalam botol bekas selai hingga penuh, lalu isi
dengan minyak sawit atau minyak VCO atau bisa juga menggunakan Sun
Flower Oil (Minyak bunga matahari). Pada dasarnya semua jenis minyak
bisa digunakan, jadi silahkan dipilih minyak yang mudah sahabat
dapatkan.

2. Jemur daun mint dibawah sinar matahari langsung selama 10-15 hari,
dengan posisi terbalik seperti gambar, agar daun mint tersebut bisa benar-
benar terkena sinar matahari.

3. Saring Minyak daun Mint setelah 10-15 hari penjemuran. Minyak Daun
Mint siap dipergunakan.

E. Kandungan Zat Aktif dari Herbal


1. Jahe merah

Jahe merah mengandung komponen minyak menguap (volatile oil) dan


minyak tak menguap (non-volatile oil) dan pati. Minyak menguap disebut
minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma khas, sedangkan
minyak yang tak menguap disebut oleoresin merupakan komponen
pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang terdiri dari oleoresin
merupakan kandungan jahe merah yang meliputi fixed oil yang terdiri dari
zingerol, shogaol dan resin (Herlina et al dalam Arobi 2010).

2. Peppermint

12
Aromaterapi yang sering digunakan yaitu peppermint (mentha
pipperita). Peppermint digunakan untuk tujuan kesehatan selama ribuan
tahun. Bahan Aktif dalam Peppermint adalah Menthol, yang merupakan
senyawa organik yang menghasilkan sensasi dingin ketika diterapkan pada
mulut atau kulit. Menthol sebagai bahan aktif utama yang terdapat dalam
Peppermint dapat membantu melegakan hidung sehingga membuat napas
menjadi lebih mudah. Menthol dapat juga berfungsi sebagai anestesi
ringan yang bersifat sementara. Peppermint juga mengandung vitamin A
dan C serta beberapa mineral. Peppermint sering digunakan untuk
membantu mengobati flu dan menenangkan peradangan
(Koensoemardiyah, 2009).Menurut Tjitrosoepomo (2010) kandungan
penting yang terdapat pada aromaterapi peppermint adalah menthol 50%
yang berguna sebagai antiinflamasi/ pelega tenggorokan. Pendapat ini
didukung dengan hasil penelitian Edy Siswantoro (2017)tentang pengaruh
aromaterapi aromaterapi peppermint dengan inhalasi sederhana terhadap
penurunan sesak nafas pada pasien tuberculosis. Tujuan dari penelitian ini
adalah Untuk mengetahui rata-rata bersihan jalan nafas pada pasien anak
usia 1-5 tahun dengan bronkopneumonia sebelum dan sesudah diberikan
aromaterapi peppermint.

13
F. Etiologi

1. Jahe Merah untuk Asma

Para peneliti menemukan bahwa jaringan yang diberi kombinasi


ekstrak jahe merah dan isoproterenol menunjukkan respon relaksasi secara
signifikan lebih besar dibandingkan mereka yang diobati hanya dengan
isoproterenol. Secara khusus, campuran 6-shogaol menjadi yang paling
efektif.Setelah melihat efek dari ekstrak jahe merah, para peneliti melihat
mekanisme di balik efek aditif dengan berfokus pada enzim paru-paru
yang disebut phosphodiesterase4D (PDE4D), karena penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa senyawa kimia dapat menghambat
relaksasi jaringan ASM. Menggunakan metode yang disebut polarisasi
neon, tim menemukan bahwa ketiga ekstrak tersebut mampu menghambat
PDE4D. Mereka juga menemukan bahwa ekstrak 6shogaol sangat efektif
dalam melarutkan filamen aktin F-, struktur protein yang berperan dalam
penyempitan ASM. Data ini menunjukkan bahwa senyawa 6-gingerol, 8-
gingerol dan shogaol 6 ketika bersinergi dengan β-agonis dapat
menjadi suatu terapi mengurangi gejala asma. Perkembangan ekstrak jahe
merah menjadi obat yang signifikan mengobati jutaan pasien asma di
seluruh dunia (Smith dalam web RSUA, 2013 dalam Kartini & Pratama,
2017).
2. Aromaterapi Peppermint untuk BroncoPneumonia

Aromaterapi merupakan salah satu terapi non farmakologi atau


komplementer untuk mengatasi bersihan jalan nafas. Aromaterapi
merupakan tindakan terapautik dengan menggunakan minyak esensial
yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi
sehingga menjadi lebih baik. Ketika esensial dihirup, maka molekul akan
masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem limbik adalah daerah
yang mempengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait
dengan adrenal, kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang

14
mengatur denyut jantung, tekanan darah, stress memori, keseimbangan
hormon, dan pernafasan. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan
dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia
berupa perasaan senang, rileks, tenang atau terangsang. Melalui
penghirupan, sebagian molekul akan masuk ke dalam paru-paru. Molekul
aromatik akan diserap oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan, baik
pada bronkus maupun pada cabang halusnya (bronkioli). Pada saat terjadi
pertukaran gas di dalam alveoli, molekul tersebut akan diangkut oleh
sirkulasi darah di dalam paru-paru. Pernafasan yang dalam akan
meningkatkan jumlah bahan aromatik ke dalam tubuh (Koensoemardiyah,
2009).

G. Pemanfaatan dalam Dunia Keperawatan


1. Manfaat Jahe

Manfaat jahe merah baru saja diproklamirkan pada Konferensi


Internasional American Thoracic Society 2013 di Philadelphia. Dalam
pertemuan ini dinyatakan bahwa jahe merah atau akar pedas pedas dapat
membantu penderita asma bernapas lebih mudah.Dalam studi tersebut,
peneliti menyelidiki apakah komponen jahe merah bisa meningkatkan efek
beta-agonis. Obat asma yang disebut beta-agonis (β-agonis) bekerja
dengan relaksasi otot polos (ASM) jaringan di saluran napas.Elizabeth
Townsend, doktor di Universitas Columbia Departemen Anestesiologi
menyatakan bahwa dalam penelitian tersebut, komponen jahe merah dapat
bekerja secara sinergis dengan β-agonis untuk merelaksasi jaringan
otot di saluran nafas atau yag disebut ASM.Dalam studi tersebut, para
peneliti mengambil sampel ASM untuk neurotransmitter asetilkolin. Tim
kemudian menggabungkan isoproterenol β-agonis dengan tiga
ekstrak jahe merah terpisah: 6gingerol, 8-gingerol atau 6-shogaol (Kartini
& Pratama, 2017).

15
Penelitian yang dilakukan oleh Kartini & Pratama, 2017 yang
berjudul POTENSI EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI
ALAMI KEJADIANASMA PADA ATLET menyebutkan bahwa
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kandungan ekstrak jahe merah dapat membantu penderita asma
bernafas lebih mudah, karena kandungan ekstrak jahe merah dapat
meningkatkan efek beta-agonis yang bekerja dengan relaksasi otot polos
(ASM) sehingga dapat menjadi terapi alami yang baik untuk mengurangi
gejala asma.

2. Manfaat Peppermint

Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan


minyak esensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan
psikologi sehingga menjadi lebih baik. Setiap minyak esensial memiliki
efek farmakologis yang unik seperti antibakteri, anti virus, diuretic,
vasodilator, penenang dan meransang adrenal. Ketika minyak esensial
dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan meransang sistem limbik di
otak. Sistim limbik adalah daerah yang mempengaruhi emosi dan memori
serta secara langsung terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis,
hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut jantung, tekanan
darah, stress, memori, keseimbangan hormone dan pernafasan (Runiari,
2010).Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Siswantoro (2015)
tentang pengaruh aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana
terhadap penurunan sesak nafas pada pasien tuberculosis paru dimana
setelah diberikan aroma terapi daun mint dengan inhalasi sederhana pada
kelompok eksperimen responden terlihat pernafasannya tidak tersengal-
sengal, karena aroma menthol yang terdapat pada daun mint memiliki anti
inflamasi, sehingga nantinya akan membuka saluran pernafasan.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan, sehingga

16
pada kelompok eksperimen mengalami penurunan nilai skala sesak nafas
sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami penurunan nilai skala
sesak nafas.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran pernafasan ditandai
episode berulang mengi, sesak nafas, sesak dada, dan batuk. Berbagai sel
inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil
dan sel epitel (National Asthma Council, 2006). Peppermint merupakan tanaman
yang sebagian besar ditanam di Eropa. Tanaman ini telah digunakan untuk
keperluan obat-obatan selama bertahun-tahun.

Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang


menggambarkanpneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur,
dalam satu area ataulebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim
paru(Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan
padaparenkim paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga
padabronkioli (Ringel, 2012)

Tumbuhan herbal adalah tumbuh-an atau tanaman obat yang dapat


dimanfaatkan untuk pengobatan tradi-sional terhadap penyakit. Sejak zaman
dahulu, tumbuhan herbal berkhasiat obat sudah dimanfaatkan oleh masyarakat
Jawa.

Jahe merah (Zingiber offcinale Linn. Var. rubrum) merupakan tanaman obat
berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah termasuk dalam suku
temu-temuan (zingiberaceae), satu keluarga dengan temu-temuan yang lain seperti
temu lawak, temu hitam, kunyit dan kencur.Tanaman jahe merah suatu tanaman
rumput-rumputan tegak dengan ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang
tingginya mencapai 120 cm.

Penelitian yang dilakukan oleh Kartini & Pratama, 2017 menyebutkan bahwa
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kandungan ekstrak jahe merah dapat membantu penderita asma bernafas lebih
mudah, karena kandungan ekstrak jahe merah dapat meningkatkan efek beta-

18
agonis yang bekerja dengan relaksasi otot polos (ASM) sehingga dapat menjadi
terapi alami yang baik untuk mengurangi gejala asma.

Berdasarkan hasil analisis data dilakukan pada penelitian ini tentang pengaruh
aromaterapi peppermint terhadap masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien anak usia 1-5 tahun dengan bronkopneumonia.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka aromaterapi peppermint dapat dijadikan
terapi non farmakologi untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas pada pasien anak dengan bronkopneumonia

B. Saran
Dengan adanya tersusunnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis. Dalam penulisan ini kami penulis sadar bahwa masih
banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arobi, I. 2010. Pengaruh Ektsrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc) Terhadap
Perubahan Pelebaran Alveolus Paru-paru Tikus (Rattus norvegicus) Yang
Terpapar Alletthrin. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim. Malang.

Hendy Lesmana, A. P. (2009). PENGOBATAN TRADISIONAL PADA


MASYARAKAT TIDUNG KOTA TARAKAN: STUDY KUALITATIF
KEARIFAN LOKAL BIDANG KESEHATAN. Jurnal Ners Vol.4 No.1 ,
9-18.

Muhammad Ikhwan Rizki, L. C. (2015). Tanaman dengan Aktivitas Anti-Asma.


Jurnal Pharmascience .

Pratama, P. R. (2017). POTENSI EKSTRAK JAHE MERAH SEBAGAI TERAPI


ALAMI KEJADIAN ASMA PADA ATLET.

Rengganis, I. (2008). Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah


Kedokteran Indonesia , 58(11):444-451.

Suparmi, & Wulandari, A. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional Asli
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Yessy Susanty Sabri, Y. C. (2014). Penggunaan Asthma Control Test (ACT)


secara Mandiri oleh Pasien untuk Mendeteksi Perubahan Tingkat Kontrol
Asmanya. Jurnal Kesehatan Andalas .

Amelia, Sherly., Oktorina, Ola & Astuti, Niko.(2018).Aromaterapi Peppermint


Terhadap Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Anak Dengan Bronkopneumonia. REALinNursing Journal(RNJ)Research
of Education and Art Link in Nursing Journal. 1(2) : 77-83

20

Anda mungkin juga menyukai