Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan dan terjadi
perdarahan juga. Cidera kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan
kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial tertama
motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas (Brain, 2009).
4. Pathway ( bagan)
Terlampir
d. Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial.
Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai
pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-
ujung saraf yang rusak.
e. Avulsi
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,
tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain
intak kulit pada kranial terlepas setelah cedera (Mansjoer, 2010).
6. Manifestasi Klinis
Gejala – gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.
1) Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)
a. Kebingungan saat kejadian dan kebingungan terus menetap setelah cedera.
b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku.
Gejala – gejala ini dapat menetap selma beberapa hari, beberapa minggu atau
lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
2) Cedera kepala sedang, Diane C (2002)
a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebingungan atau
bahkan koma.
b. Gangguan kesadaran, abnormalitas pupil, awitan tiba – tiba defisit neurologik,
perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik,
kejang otot, sakit kepla, vertigo dan gangguan pergerakan.
3) Cedera kepala berat, Diane C (2002)
a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah
terjadinya penurunan kesehatan.
b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera terbuka,
fraktur tengkorak, dan penurunan neurologik.
c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukkan fraktur.
d. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Konvensional radiografi (X-ray)
Pada cedera kepala ringan, Xray tengkorak jarang menunjukkan temuan yang
signofikan, sedangkan pada cedera kepala berat tidak adanya kelainan pada x-ray
tengkorak tidak menyingkirkan cedera intrakranial utama.
X-ray tengkorak dapat dilakukan bila CT scan tidak ada (State of Colorado
Department of Labor and Employment, 2006)
Indikasi pemeriksaan x-ray pada cedera kepala, diantaranya :
a) Kehilangan kesadaran, amnesia.
b) Nyeri kepala menetap
c) Tanda neurologis menetap
d) Cedera SCALP
e) Dugaan cedera penetrating
f) Cairan serebrospinal dari darah ataupun telinga
g) Deformintas tengkorak tampak atau teraba.
h) Kesulitan penilaian (dalam pengaruh alkohol, obat, epilepsi atau anak – anak)
i) gCS 12 dengan riwayat trauma multipel yang langsung dan keras.
Foto polos berguna untuk penilaian triase. Fraktur mempengaruhi tindakan :
a) karena ada kemungkinan perdarahann , perlu CT
b) fraktur terbuka termasuk kemungkinan kejang, terutama bila laserasi durameter.
c) Fraktur menunjukan sisi operasi pada pasien dengan pemburukan cepat karena
perdarahan ekstradural.
Indikasi pemeriksaan CT scan pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut:
1. Bila secara klinis didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat.
2. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak.
3. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.
4. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan
kesadaran.
5. Sakit kepala yang hebat.
6. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan
otak
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI mampu menunjukkan lesi di substantia alba dan batang otak yang sering luput
pada pemeriksaan CT scan.
d. Analisa gas darah
Mendeteksi bentilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan
TIK.
e. Elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan TIK.
8. Therapy/Tindakan Penanganan
a. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai
dengan berat ringannya trauma.
b. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
c. Pemberian analgetik.