Anda di halaman 1dari 32

MUKADIMAH

Buku Panduan Sekolah Kepala


Sekolah Islam (SKSI) ini memuat
tentang materi pembelajaran di
Sekolah Kepala Sekolah Islam yang
diselenggarakan oleh EduFest
School Consulting (ESC).
Semoga calon atau kepala
sekolah (Islam) yang akan mengikuti
SKSI dapat memiliki gambaran yang
utuh tentang program SKSI.

Bekasi, 05 Juni 2020


Supangat Rohani
DAFTAR ISI

1. Visi Misi ~2
2. Analisis Manajemen ~3
3. Renstra ~4
4. Rumusan Mutu (KPI) ~5
5. Program Kerja ~6
6. Rapor Guru ~7
7. Program HRD ~8
8. Pengembangan Kurikulum ~9
9. Perumusan Kelulusan ~10
10. Metode Pembelajaran ~11
11. 7 Model Penilaian ~12
12. Pelayanan Prima ~13
13. Marketing Sekolah ~14
14. Pengembangan Potensi Siswa ~15
15. Perencanaan RKAS/RAPBS ~16
16. Penanganan Sarana (RCPS) ~17
17. Penguasaan ICT ~18

1
1. VISI & MISI

Visi dan misi bagi sekolah (Islam) ibarat ruh


bagi tubuh. Tubuh mati tanpa ruh. Visi dan
misi sekolah merupakan penggerak bagi
guru, karyawan, dan semua yang terlibat
dalam sekolah (Islam) tersebut. Semakin
dipahami dan dijiwai oleh semua stakeholder,
semakin kompak dan terwujud apa yang
menjadi harapan bersama.
Merumuskan visi & misi yang
menggerakan dan tidak berubah-rubah
menjadi tantangan tersendiri bagi pimpinan
sekolah. Analisa kondisi lingkungan internal
dan eksternal serta kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki lembaga adalah langkah awal
dalam membuat visi & misi yang baik. Apakah
baiknya perumusan dicantumkan tahun
pencapaian? Mislanya, Menjadi Rujukan
Sekolah Islam di Tahun 2030.Apakah visi &
misi itu berlaku selama sekolah (Islam) itu ada
dan tidak berubah? Apakah visi harus dengan
kalimat yang pendek hanya sekitar 7 kata?
Apakah penjabaran dalam misi ada aturan
jumlahnya atau asal saja?

2
2. ANALISIS MANAJEMEN
Seorang kepala sekolah harus memiliki
ketajaman dalam menganalisa lembaganya.
Apa titik kekuatan sekolah? Fasilitas? Letak
strategis, semisal di pinggir jalan besar?
Kekompakan guru? Teamwork?
Kepala sekolah perlu tahu kelemahan
lembaganya. Semisal kurikulumnya yang
hanya mengikuti arus? Pemerintah berubah
ikut berubah? Booming tahfidz lalu ikut?
Banyaknya jumlah mata pelajaran?
Demikian juga dengan peluang yang
wajib dipahami oleh pemimpin sekolah.
Umpama, kepercayaan masyarakat dengan
terus meningkatnya jumlah siswa baru.
Profesi orangtua yang beragam. Pengurus
sekolah atau yayasan yang aktif di banyak
organisasi.
Terakhir adalah mengantisispasi
ancaman. Semisal, pemahaman kelompok
tertentu yang menganggap sekolah Islam
sebagai bentuk sektarian.
Model analisa ini dikenal dengan SWOT
(Strength, Weakness, Opportunities, dan
Threats).

3
3. RENSTRA
Sekolah Islam akan diketahui langkah
kongkrit dan arah kebijakannya manakala
pimpinan sekolah mampu mendeskripsikan
rencana strategis (RENSTRA) lembaga yang
dipimpinnya.

Renstra mengacu pada visi & misi


lembaga. Sebab renstra-lah yang
mengarahkan bagaimana mimpi lembaga
diwujudkan.

Salah satu cara menilai kemampuan


kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
adalah kemampuan mengarahkan guru dan
seluruh stakeholder untuk mewujudkan
harapan lembaga. Jika mengarahkan saja
tidak ada konsep atau gambaran, lalu
bagaimana dia bisa membimbing dan
memimpinnya?
Atas dasar itu renstra menjadi taruhan
bagi kepala sekolah untuk membuktikan
kemampuan dirinya.

4
4. RUMUSAN MUTU (KPI)
Sering para kepala sekolah tidak tahu apa
indikator kesuksesan kinerjanya? Sehingga
tidak bisa diukur; apakah berhasil atau gagal
dalam memimpin? Pertanyaan singkatnya
apa indikator kesuksesannya?
Apakah sukses itu karena siswa baru
terus bertambah? Tunggakan pembayaran
minim? Komplain dari orangtua nyaris tidak
ada? Siswa memiliki prestasi dari tingkat
kabupaten/kota, nasional hingga
internasional? Nilai ujian nasional tinggi?
Alumninya banyak diterima di sekolah favorit
atau perguruan tinggi negeri? Atau ada
kriteria yang lain lagi?
Apa yang menjadi target mutu di setiap
sekolah Islam itulah sebenarnya indikator
kesuksesan sekolah. Dalam bahasa
manajemennya dapat dirumuskan dengan
menggunakan model KPI (Key Performance
Indicator).
Bagaimana cara membuat dan
merumuskan KPI? Apa yang menjadi target
mutu di setiap sekolah Islam dapat
dirumuskan dengan baik jika menggunakan
rumusan KPI.

5
5. PROGRAM KERJA
Salah satu tantangan bagi pimpinan (kepala
sekolah) di sekolah Islam adalah bagaimana
cara membuat progam kerja yang sejalan
dengan visi dan misi lembaga, dan merujuk
kepada restra serta berdasarkan KPI yang
diberikan oleh yayasan atau pimpinan di atas
kepala sekolah.
Rujukan pembuatan program kerja
memang jelas. Namun bagaimana cara
membuat format yang mudah untuk dibaca
oleh semua pihak dan juga dijalankan oleh
team yang sedang kita pimpin?
Salah satu model yang menarik untuk
diterapkan adalah SMART (Spesific,
Measurable, Achievable, Realistic, dan
Timeline).
Lima unsur dalam pembuatan
progaram kerja ini harus dikuasai oleh kepala
sekolah. Sehingga mudah baginya untuk
menyusun program dan merealisasikannya.
Bukan sekedar impian atau angan-angan
belaka.

6
6. RAPOR GURU
Kepala sekolah sering sekali lupa tidak
merumuskan rapor untuk guru. Padahal
secara rutin para guru selalu sibuk untuk
membuat rapor untuk siswa. Begitupula
pemerintah yang setiap 4 tahun melakukan
akreditasi sekolah sebagai bentuk penilaian
atau rapor untuk sekolah.
Ada asumsi apa perlu guru dibuatkan
rapornya? Mereka yang mengajar tentu
mereka yang menilai. Benar. Guru mengajar
siswa maka guru yang menilainya. Namun,
guru adalah bagian dari team atau orang yang
kita pimpin. Sebagai kepala sekolah, tentu
kita mesti menilainya. Maka, rapor guru
diperlukan.
Apa saja indikator penilaian guru?
Bagaimana cara menilainya? Lalu setelah
mendapatkan rapor guru harus bagaimana?
Atau banyak pertanyaan lain yang muncul
dari rumusan rapor guru?

7
7. PROGRAM HRD
Dalam mengelola guru dan karyawan
seringnya pimpinan sekolah hanya
menfokuskan para rekruetmen, pelatihan
dan pemberhentian. Padahal ada 13 hal yang
perlu dilakukan yaitu:
1. Analisa jabatan;
2. Perencanaan tenaga kerja;
3. Rekrutmen;
4. Seleksi;
5. Perjanjian kerja;
6. Orientasi dan penempatan;
7. Pelatihan dan pengembangan;
8. Penilaian kinerja;
9. Penghargaan atas prestasi;
10. Kebijakan konpensasi/gaji;
11. Perencanaan karier ;
12. Kebijakan kesejahteraan; dan
13. Pemutusan hubungan kerja (PHK).

8
8. PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Ada anggapan kepala sekolah di sekolah
Islam sangat jarang melakukan pengem-
bangan kurikulum, padahal inilah jantung
sekolah. Pengembangan kurikulum dapat
dimulai dari hal sederhana -sekolah Islam
pasti memiliki kurikulum plus dibanding
sekolah negeri- misalnya penambahan mata
pelajaran Alquran, Aqidah dan lain-lain.
Kepala sekolah harus memprogram dan
menjelaskan apa isi pembelajaran kurikulum
plus berdasarkan pada visi & misi lembaga.

Sementara pengembangan kurikulum


yang lebih komplek adalah
mengembangakan intra-kurikulum, co-
kurikulum dan ekstra kurikulum. Tiga model
kurikulum ini harus dikuasai oleh kepala
sekolah serta mengembangkannya. Sebagai
contoh, pada kurikulum nasional dalam
pengenalan benda pasti ada tiga yaitu; padat,
cair dan gas; dipastikan tidak dikenalkan
benda gaib.
9
9. PERUMUSAN KELULUSAN

Merumuskan kelulusan atau profil siswa yang


lulus dari sekolah merupakan hal penting
yang ditunggu oleh para orangtua. Sebab
para orangtua berharap dapat memprediksi
kualitas produk pendidikan yang diberikan
oleh sekolah. Sebagai kepala sekolah, ia
diminta menjabarkan profil lulusan sekolah.
Sebagai contoh, salah satu yang sedang
booming adalah jumlah juz Alquran yang telah
dihafal. Misalnya, lulus dari SD Islam
Alhikmah mampu menghafal Alquran 3 juz
dan mutkin. Beberapa pertanyaan muncul,
apakah sekolah kita hanya mengajarkan
Alquran? Bagaimana cara merumuskan yang
lain seperti akademik, non akademik, ekskul,
nilai rata-rata ujian nasinal (jika masih ada).
Lalu bagaimana dengan jaminan berapa
persen alumni diterima di sekolah lanjutan
yang diinginkan?

10
10. METODE PEMBELAJARAN
Kepala sekolah harus memahami bagiamana
cara siswa belajar yang diwujudkan pada
model guru mengajar. Terkadang, pimpinan
sekolah hanya meminta kepada guru untuk
menggunakan metode pembelajaran yang
menyenangkan dan beragam. Sayangnya,
manakala guru menanyakan model seperti
apa, kepala sekolah terbatas mengatakan
menggunakan active learning atau multiple
intelegences. Lalu bagaimana tehniknya?
Biasanya, kepala sekolah hanya minta
gurunya belajar sendiri.

Ada banyak macam metode


pembelajaran, misalnya Empowering Method,
Cooperative Learning, Multiple Intelligences,
Scientific Method, Quantum Learning,
Andragogy Method, Mastery Learning, Popular
Education, Active Learning, Contextual
Learning & Teaching, dan Quantum Teaching.

11
11. MODEL PENILAIAN
Ragam metode penilaian untuk siswa juga
perlu dikuasai oleh kepala sekolah. Sebab
salah satu tugas pimpinan sekolah adalah
membimbing guru dalam menilai siswanya.
Pada kenyataannya metode penilaian
ini tidak hanya bermanfaat untuk siswa,
namun juga digunakan untuk menilai team
yang berada di bawah kepemimpinan kepala
sekolah.
Dalam praktiknya penilain biasanya
terfokus pada model tes tertulis, misalnya
ulangan harian, PTS (Penilaian Tengah
Semester) dan PAS/PAT (Penilaian Akhir
Semester/ Penilaian Akhir Tahun). Padahal
masih banyak model lainnya, semisal
penilaian karakter, portofolio, proyek,
observasi, wawancara, produk, dan lain-lain.

12
12. PELAYANAN PRIMA

Memberikan pelayanan yang terbaik dari


sekolah untuk semua stakeholder khususnya
siswa dan orang tua adalah hal yang harus
menjadi perhatian serius dari seorang kepala
sekolah. Bagaimana seharusnya satpam
berprilaku saat menyambut siswa dan orang
tua? OB dalam menjaga kebersihan? Guru
saat mengajar dan mendidik? Manajemen
sekolah terutama penggunaan dana BOS
yang melibatkan komite, transparan dan bisa
dipertangungjawabkan?

Pelayanan Prima ini memang identik


dengan dunia perbankan. Coba kita amati
bagaimana cara pelayanan di salah satu bank
yang rutin dikunjungi? Bagaimana cara
pelayananannya? Kita akan merasakan upaya
prima yang dilakukan oleh seluruh karyawan
bank. Sekolah harusnya mampu untuk
melakukan hal yang sama. Sebab sekolah
adalah miniatur masyarakat terdidik.

13
13. MARKETING SEKOLAH

Bagi sekolah Islam, posisi marketing memiliki


peran yang sangat penting. Kesuksesan
PPDB atau marketing sekolah merupakan
awal dari keberhasilan lembaga. Semakin
banyak jumlah siswa, semakin besar ladang
dakwah dan potensi finansial yang dimiliki
sekolah.

Namun yang menjadi persoalan adalah


bagaimana cara mendapatkan siswa yang
banyak atau minimal sesuai dengan target?
Pimpinan sekolah harus mampu mencapai
target. Biasanya, diukur dari dua model yaitu;
(1) peningkatan 10% dari jumlah siswa baru
sebelumnya (kelas 1 sekarang), atau (2)
peningkatan 10% dari jumlah siswa yang akan
meninggalkan sekolah (kelas 6 sekarang).
Lalu bagaimana strategi untuk mendapatkan
target tersebut? Strategi menghadirkan
calon orangtua ke sekolah, meyakinkannya,
membeli formulir dan melakukan booking fee
hingga melunasinya.

14
14. POTENSI SISWA

Banyak kepala sekolah yang tidak menyadari


potensi besar yang dimiliki siswa. Ajang masa
pengenalan lingkungan sekolah (MPLS)
sering hanya difokuskan pada bagaimana
siswa mengenal sekolahnya bukan
kebalikannya. Yaitu bagaimana cara sekolah
mengenal potensi siswa didiknya yang akan
menjalani pendidikan di sekolah tersebut.
Semakin dini mengenal potensi yang dimiliki
siswa, semakin baik untuk mengapai prestasi
yang juga akan dinikmati oleh sekolah
sendiri. Strategi mengenal potensi siswa
sedini mungkin menjadi tantangan bagi para
kepala sekolah. Karena dengan mengenal
dan memahaminya, maka sekolah akan
segera melalukan bimbingan agar potensi
tersebut maksimal.

Bagaimana menemukan, membimbing


dan memaksimalkan potensi siswa inilah
tantangannya.

15
15. PERENCANAAN
RKAS/RAPBS
Hampir semua kepala sekolah memang
memberi perhatian maksimal akan hal RKAS
(Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah)
atau RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah). Namun bagaimana
cara membuatnya ideal? Bagaimana cara
melakukan penggalangan dana (fundraising)
dari semua potensi yang dimiliki sekolah.

Dalam banyak kasus, kepala sekolah


biasanya hanya konsentrasi pada belanja
sekolah yang selalu di bawah harapan. Apa
yang diinginkan tidak sebanding dengan
kondisi keuangan yang ada. Dalam bahasa
sederhana uang tidak cukup.

Lalu bagaimana cara kepala sekolah


membuat program fundraising dan
merumuskan belanja sekolah? Inilah yang
menjadi konsentrasi pada diskusi
perencanaan RKAS/RAPBS.

16
16. PENANGANAN SARANA
(RCPS)
Sarana merupakan hal yang sering
dikeluhkan oleh guru, siswa dan sering sekali
oleh orang tua. Bahkan kepala sekolah juga
tidak jarang mengkomplain akan sarana di
sekolahnya sendiri. Karena bisa dipastikan
kebutuhan akan fasilitas yang baik selalu
terbentur dengan kemampuan anggaran
yang dimiliki sekolah. Program RCSP (Root
Cause & Problem Solving) ini dibutuhkan agar
kepala sekolah mampu mengelola sarana dan
memberikan skala prioritas. Dalam model
RCPS ini semua stakeholder dilibatkan untuk
memantau kondisi saran sekolah. Sebab
semakin banyak yang terlibat akan semakin
maksimal. Laporan dari semua pihak akan
kondisi sarana sekolah akan dijadikan data
penting bagi kepala sekolah. Namun dalam
mengolah data tersebut, kepala sekolah
cukup dibantu oleh beberapa orang saja yang
mengerti kondisi sarana. Demikian juga
dalam eksekusinya.

17
17. PENGUASAAN ICT

Penguasaan IT menjadi keharusan bagi para


kepala sekolah. Apalagi jika dihubungkan
dengan kondisi pandemik Covid-19 saat ini.
Di mana tidak ada satu sekolah pun yang
tidak memaksimalkan peran IT dalam
pembelajaran dan semua kegiatan sekolah.
Penguasaan ICT disini tidak terbatas sekedar
aplikasi Word, Excel, Power Point dan
lainnya. Namun juga video conference, seperti
Zoom, Googlemeet dan Microsoft Team.
Bagi kepala sekolah yang memberikan
perhatian lebih akan hal ini, maka akan
dirasakan besar manfaatnya oleh para
orangtua dan anak didik. Sebaliknya, jika
pimpinan sekolah cuwek, tidak serius,
dipastikan muncul banyak masalah. Dalam
kasus pandemic Covid-19 ini, bila siswa tidak
mendapatkan pelayanan ICT yang baik, akan
muncul masalah tunggakan pembayaran,
atau permintaan pengembalian dana dan
seterusnya.

18
LAMPIRAN
untuk Siapa?
SKSI hanya cocok untuk lelaki atau
perempuan yang termasuk:

kepala sekolah (Islam) TK/RA, SD/MI,


SMP/MTs, SMA/MA/SMK, calon
kepala sekolah, (calon) pimpinan
lembaga pendidikan (Islam), guru
dan calon guru.
Kapan?
SKSI akan diselenggarakan dalam
rentang Agustus - Desember 2020
(sebanyak 22 pertemuan; 17 daring
dan 5 tatap muka).

Model pembelajaran SKSI dua


bentuk:
1. Kelas Daring (KD). Tayang setiap
Sabtu pukul 15:30 - 17:30 WIB.
Gratis.
2. Kelas Tatap Muka (KTM) setiap
Ahad terakhir dari setiap bulan
mulai pukul 08:00 - 17:00 (biaya
Rp 125.000 per pertemuan sudah
termasuk snack dan makan
siang).KTM merupakan
praktikum dan pendalaman dari
KD.
Di mana?
Kelas Daring disaksikan di

OfficialEduFestId

Kelas Tatap Muka bertempat di


Fasilitator
Kegaitan SKSI akan dibimbing oleh
fasilitator atau narasumber dari
kalangan praktisi dan konsultan
pendidikan berpengalaman yang
bergelar doktoral dan/atau para kepala
sekolah yang juga berpengalaman
memimpin sekolah islam.
Pengalaman memimpin sekolah
Islam dan kemampuan konseptual
tentang manajemen pendidikan Islam
yang dimiliki para fasilitator akan
memudahkan mereka dalam
membimbing peserta dalam
memimpin sekolah.
Para fasilitator tidak hanya
mendampingi secara daring (dalam
jaringan -online) namun juga secara
during (di luar jaringan - offline).
Sehingga hasil dari Sekolah Kepala
Sekolah Islam ini akan maksimal
dirasakan oleh peserta, bi’iznillâh.
Silakan bergabung
bersama WAG SKSI

WAG Muslim

WAG Muslimah
Pendaftaran
(Khusus bagi yang berencana
mengikuti Kelas Tatap Muka)
SERTIFIKAT
Sertifikat dapat diberikan setelah
peserta tuntas mengikuti SKSI dan
dinyatakan LULUS dalam Sidang
Panel yang diselenggarakan oleh
ESC secara khusus.

Anda mungkin juga menyukai