Anda di halaman 1dari 8

Syarah kitab Bulugh al-Maraam

Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala pencipta langit dan bumi, yang menjadikan kegelapan dan
cahaya yang terang, sementara mereka -orang-orang kafir- itu tetap melakukan pengingkaran. Nikmat Allah
tidak dapat dihitung, sehingga orang yang bertahmid pun tidak dapat menunaikan syukur secara sempurna
kepada-Nya, serta tidak ada seorang pun yang dapat mensifati keagungan-Nya; Dia-lah yang menciptakan langit
dan bumi, dan bila berkehendak maka cukuplah Dia berkata “kun”, maka jadilah.
Aku memuji dan bersyukur atas segala nikmat-Nya. Aku memohon pertolongan kepada-Nya baik saat
lapang maupun sempit. Aku bertawakkal kepada-Nya atas segala ketetapan dan ketentuan-Nya. Aku bersaksi
bahwa tiada ilah (sesembahan yang benar) selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan aku berkeyakinan bahwa
tidak ada Rabb selain Dia.
Aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah hamba-Nya. Dia adalah al-amin
(terpercaya). Dia adalah Rasul-Nya yang paripurna. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberinya keyakinan yang
mantap. Dia telah menunaikan amanah, menjelaskan risalah dengan baik. Dia telah memberikan peringatan
kepada umat, menyingkap segala yang kabur, memerangi setiap yang menjadi penghalang kebenaran. Dia telah
beribadah kepada Rabbnya hingga akhir hayat. Sehingga pantaslah bagi sayyid al-mursalin shalawat dan taslim,
kepada ahlu bait beliau yang mulia, kepada para sahabatnya yang menjadi pilihan umat, kepada isteri-isterinya
ummahat al-mu’minin yang suci, dan kepada setiap insan yang mengikuti jejak dan langkahnya hingga hari
kiamat.1
Amma ba’du,
Imam al-Khathib al-Baghdadi berkata:
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menentukan sekolompok dari umat ini sebagai
pilihan. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan petunjuk kepada mereka untuk senantiasa mentaati-Nya, tetap
istiqamah meniti jalan orang-orang yang baik (abraar) dalam mengikuti Sunnah dan atsar para sahabat.
Menghiasi hati dengan keimanan dan memudahkan lisan dalam menjelaskan hukum agamanya, serta mengikuti
Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam secara berkesinambungan, terus-menerus. Mereka pergi dan
melakukan safar meninggalkan keluarga dan negerinya, demi mengumpulkan hadits-hadits Nabi Shallallahu
'alaihi wa Sallam, menolak bid’ah, menggali khazanahnya dengan meninggalkan filsafat dan ilmu kalam. Lalu
muncullah satu kaum yang memfokuskan diri untuk belajar hadits. Mereka mencarinya dengan melakukan
perjalanan jauh dan menuliskannya, menanyakan dan menghafalnya, mengulang-ulang hafalannya dan
menyebarkannya kepada umat. Mereka ber-tafaqquh dan membuat kaidah-kaidah agama serta memfokuskan
segala tenaga untuk itu, sehingga berhasil membedakan hadits yang mursal dari yang muttasil, yang mauquf dari
yang munqati’, yang nasikh dari yang mansukh, yang muhkam dari yang mukhtalaf, yang mufassar dari yang
mujmal, yang masih berlaku dari yang tidak berlaku lagi, yang gharib dari masyhur.
Mereka mampu meninggalkan perawi yang dicela dan orang-orang lemah yang ditinggalkan,
menyingkap perawi yang tidak dikenal (majhul), yang telah diganti atau ditukar sebagai bentuk tadlis dan yang
berisi talbis, sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala tetap menjaga keaslian agama ini melalui tangan-tangan
mereka dan melindunginya dari tangan-tangan orang jahil yang jahat. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan
mereka sebagai pemimpin kebenaran pada saat terjadi perselisihan, dan menjadi penerang dalam masalah-
masalah baru yang menimpa umat. Mereka itulah para pewaris Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, serta
menjadi rujukan umat pilihan.2
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan Ahlu al-Hadits sebagai penjaga syari’at dan melalui
mereka membasmi segala bid’ah. Mereka adalah duta Allah dari kalangan makhluk-Nya, dan penghubung
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kepada umatnya, serta para mujtahid yang bersungguh-sungguh
mengokohkan agama-Nya. Cahaya mereka selalu bersinar, keutamaan mereka senantiasa hidup, madzhab
mereka dikenal dan hujjah mereka terdepan. Semua kelompok yang mengutamakan hawa nafsu akan kembali
atau menganggap baik pendapat yang dimilikinya saja, kecuali Ahlu al-Hadits, bahwa mereka menjadikan kitab
Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai bekal dan Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang suci sebagai
hujjahnya.
Ahlu al-Hadits, mereka adalah kelompok Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan hanya menisbatkan
diri kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam saja, sama sekali tidak tertarik kepada hawa nafsu, dan mereka
juga mengabaikan pendapat akal. Setiap yang diriwayatkan mereka dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa

1
Diambil dari Muqaddimah Al Khothib dalam Tarikh Al baghdadi hlm 1/3
2
lihat Shohih Ibnu Hibban hlm 1/84
Sallam selalu diterima. Mereka dipercaya sebagai penjaga agama dan syari'atnya.

Ahlu al-Hadits merupakan pengusung dan sumber ilmu. Mereka adalah para ulama besar, para faqih,
para khatib (mubaligh), qari yang handal. Mereka hakikat al-Jumhur al A’zham (Ahlus Sunah wal-Jama’ah).
Jalan mereka adalah jalan yang lurus. Barangsiapa berupaya berbuat makar pada mereka, maka Allah
Subhanahu wa Ta'ala akan memurkainya. Barangsiapa memusuhi mereka, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala
akan merendahkannya. Orang yang menyelisihnya tidak akan merugikannya, dan beruntunglah orang yang tidak
meninggalkannya. Orang yang menjaga agamanya membutuhkan bimbingan mereka, dan kecelakaanlah bagi
orang yang memandang jahat kepada mereka. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Kuasa untuk
memenangkan mereka.3
Demikianlah para ulama ahli hadits berjuang menjaga sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam dan menyebarkannya, hingga akhirnya mereka menjadi penjaga agama dan tegaknya hujjah. Mereka
pantas mendapatkan keutamaan dan kedudukan tinggi, karena menjaga agama ini dan menyampaikan kabar
tentang al-Qur`an dan Sunnah kepada umat ini.
Mereka memberikan perhatian sangat besar kepada sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam dengan mengumpulkan, menghafal dan menuliskannya. Sehingga muncul banyak kitab berisi hadits-
hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, diantaranya berupa Muwath’aat, al-Jawaami’ dan yang lainnya.
Termasuk diantaranya adalah kitab al-Ahkaam.
KITAB-KITAB AL-AHKAAM
Menurut istilah Ahlu al-Hadits, definisi kitab al-Ahkam adalah kitab-kitab yang hanya mencakup
hadits-hadits mengenai hukum saja. Hadits-hadits tersebut diambil dari kitab-kitab rujukan hadits yang
dikeluarkan dan disusun berdasarkan bab-bab fiqh. Kitab al-Ahkam sangat banyak jumlahnya, dan diantara yang
masyhur ialah sebagai berikut.
1. Al-Ahkaam al-Kubra, karya al-Imam al-Muhadits Abu Muhammad Abdilhaq bin Abdurrahman al-Isybili.
Beliau Rahimahullah dikenal dengan nama Ibnul-Kharaath, hidup antara tahun 510-581 H. Kitab yang
terdiri dari lima jilid ini disusun oleh beliau Rahimahullah mengambil dari kitab-kitab sunnah. Di dalam
kitab ini terkumpul hadits-hadits ahkaam dan disampaikan dengan sanad.
Kitab al-Ahkaam al-Kubra ini tidak lepas dari kritik, diantara yang mengkritisi kitab ini adalah al-Hafizh
an-Naaqid Abul-Hasan Ali bin Muhammad bin al-Qath-than (wafat 628 H) melalui kitabnya, Bayanul-
Wahm wal-Ihaam al-Waqi’in fi Kitabil-Ahkaam.4
2. Al-Ahkaam al-Wustha, karya Abdilhaq al-Asybili juga, terdiri dari dua jilid, dan disebutkan dalam
khutbahnya bahwa diamnya beliau terhadap sebuah hadits menunjukkan ke-shahih-an hadits tersebut.
Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab al-Ahkaam al-Kubra dengan menghapus sanad-nya. Kitab ini
telah dicetak dalam empat jilid dengan tahqiq Shubhi as-Saamira`i dan guru saya Syaikh Hamdi
Abdulmajid as-Salafi, diterbitkan oleh Maktabah ar-Rusyd, tahun 1416 H.
Manuskrip dua kitab ini telah dijelaskan keberadaan dan tempat penyimpanannya oleh Shubhi as-Saamira`i
dan guru saya, yaitu Syaikh Hamdi Abdulmajid as-Salafi dalam muqaddimah tahqiq beliau berdua atas
kitab Ahkaam al-Wustha (lihat jilid pertama, hlm. 57, kitab al-Ahkaam al-Wustha). Kemudian Abu
Abdirrahman bin ‘Uqail azh-Zhaahiri mengeluarkan dua jilid dari kitab al-Ahkaam al-Kubra dan ash-
Shughra, dan beliau menamakannya asy-Syuruuh wa at-Ta’liqaat ‘ala Kutub al-Ahkaam, dicetak dalam
dua jilid.5
3. Al-Ahkaam ash-Shughra, karya Abdilhaq juga. Beliau Rahimaullah menyebutkan dalam khutbahnya,
bahwa pilihan terhadap hadits yang shahih sanadnya dalam kitab ini merupakan hal biasa di kalangan
kritikus hadits. Kitab yang hanya satu jilid ini di-syarah lagi oleh Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad
bin Marzuq6 (wafat tahun 781 H).
Kitab al-Ahkaam ash-Shughra dicetak dalam dua jilid dengan tahqiq Ummu Muhammad bintu Ahmad al-
Hulais dengan bimbingan Syaikh Khalid bin Ali bin Muhammad al-‘Anbari, dan diterbitkan Maktabah
Ibnu Taimiyyah, Kairo dan Maktabah al-Ilmi, Jeddah pada tahun 1413H.
Dalam kitab ini, Imam Abdulhaq al-Isybili meringkas sanad dan mencukupkan dalam takhrij haditsnya
pada satu sumber rujukan saja agar mudah dihafal. Kitab ini memiliki keistimewaan dalam penyampaian
3
lihat Syaraf Ash-hab Al Hadits karya Al Khothib al-Baghdadi hlm 8-9.
4
kitab Bayân al Wahm wa Al Ihâm telah dicetak dalam enam jilid.
5
Penulis memiliki jilid yang kedua saja.
6
Lihat tentang tiga kitab ini: ar-Risalah al-Musthatrifah karya al-Katani (178 – 179)

1
hadits-hadits, dan tidak hanya mencukupkan pada hadits halal dan haram saja, bahkan beliau
Rahimahullah menambah dengan banyak bab sunnah lainnya. Pengarang disini memberikan perhatian
terhadap kata-kata yang sulit (gharib al-hadits) dan memberikan penjelasan maknanya secara ringkas.

4. Al-Umdah al-Kubra fii Ahaadits al-Ahkaam (‫األحكام‬ ‫ )العمدة الكبرى في أحاديث‬karya Taqiyuddin Abu
Muhammad Abdulghani bin Abdilwahid al-Maqdisy al-Jama’ili (wafat th. 600 H). Kitab ini tidak sama
dengan kitab ‘Umdah al-Ahkaam yang terkenal. Kitab ini dicetak dengan tahqiq Dr. Rif’at Fauzi
Abdulmuthalib, diterbitkan Maktabah al-Ma’arif di Riyaadh. Selain itu juga di-tahqiq Samir bin Amin az-
Zuhairi dan diterbitkan Daar al-Bayaan pada cetakan pertama tahun 1422 H.
5. Umdatul-Ahkaam an Sayyidil-Anaam, karya Taqiyuddin Abu Muhammad Abdulghani bin Abdilwahid al-
Maqdisy al-Jama’ili (wafat tahun 600 H).
Kitab ini merupakan salah satu kitab hadits ahkaam yang penting dan ringkas, karena seluruh hadits-
haditsnya shahih, dan mayoritas muttafaqun ‘alaihi. Ada juga yang hanya diriwayatkan al-Bukhari atau
Muslim. Beliau Rahimahullah dalam menyampaikan hadits-hadits muttfaqun ‘alaihi bersandar kepada
kitab al-Jam’u baina ash-Shahihain karya al-Humaidi Rahimahullah.
Kitab Umdah al-Ahkaam telah mengalami beberapa cetak ulang, diantaranya:
a. Cetakan Mathba’ah as-Sunnah al-Muhammadiyah, dengan tahqiq Syaikh Muhammad Haamid al-Faqi,
tahun 1371 H.
b. Cetakan Daar al-Ma’aarif, dengan tash-hih Syaikh Ahmad Muhammad Syaakir, tahun 1371 H.
c. Cetakan al-Mathba’ah as-Salafiyah, Mesir, tahun 1376 H, dengan pengawasan oleh Syaikh
Muhibuddin al-Khathib.
d. Cetakan Mathba’ah al-Manaar, Mesir, dengan perhatian dari Syaikh Muhammad Rasyid Ridha,
dimasukkan ke dalam Majmu’ah al-Hadits an-Najdiyah (tahun 1342).
e. Dicetak ulang secara terpisah oleh Daar as-Salaam.
f. Cetakan Daar al-Ma’mun lit-Turats, tahun 1405 H, dengan tahqiq Syaikh Mahmud al-Arnauth.
g. Cetakan dengan tahqiq Samiir bin Amin az-Zuhairi
h. Cetakan Daar ath-Thayyibah beberapa kali, dan cetakan ketiganya tahun 1427 H di-tahqiq oleh Nazhar
Muhammad al-Faariyaabi dengan tujuh naskah manuskrip.
Karena pentingnya kitab ini maka para ulama memberikan perhatian besar kepadanya sejak dahulu hingga
sekarang dengan mensyarah dan mengajarkan serta memberikan komentar ilmiah terhadap kitab ini.
Diantara syarah kitab ini adalah :

a. Ihkaam al-Ahkaam Syarhu Umdatul Ahkaam (‫ )إحكام األحكام شرح عمدة األحكام‬karya al-Hafizh Ibnu
Daqiqul Aid (wafat tahun 702 H) mengalami beberapa cetakan, diantaranya:
- Cetakan Daar ‘Alam al-Fikr, Mesir, dengan takhrij Thaha Sa’ad dan Mushthofa al-Hawaari dalam
dua jilid.
- Cetakan Muhammad Munir ad-Dimasyqi, Mesir, tahun 1342 H dalam dua jilid dan dipublikasikan
oleh Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut.

b. Al-‘Uddah bi Syarhi al-‘Umdah (‫ )العدة بشرح العمدة‬karya Muhammad bin Isma’il ash-Shan’ani. Kitab ini
adalah hasyiyah (pandangan ilmiah) terhadap kitab Ihkaam al-Ahkaam Syarhu Umdatul-Ahkaam. Kitab
ini dicetak al-Mathba’ah as-Salafiyah, Kairo, tahun 1379 H dalam empat jilid dengan tahqiq Syaikh
‘Ali bin Muhammad al-Hindi (wafat tahun 1419 H).

c. Al-I’laam bi Fawaa’id ‘Umdah al-Ahkaam (‫ )اإلعالم بفوائد عمدة األحكام‬karya al-Haafizh Sirajuddin Abu
Hafsh Umar bin ‘Ali bin Ahmad al-Anshaari yang dikenal dengan Ibnu Mulaqqin (wafat th. 804 H).
Kitab ini dicetak pertama kali dalam lima jilid oleh Daar al-‘Ashimah dengan tahqiq Syaikh Abdulaziz
bin Ahmad bin Muhammad al-Musyaiqih. Kemudian disempurnakan menjadi 11 jilid dengan kata
pengantar dari Syaikh Shaaih bin Fauzan Alu Fauzan dan Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid.

d. Khulashah al-Kalaam Syarhu ‘Umdah al-Ahkaam (‫ )خالصة الكالم شرح عمدة األحكام‬karya Syaikh Faishal

2
bin Abdulaziz Ali Mubaarak (wafat tahun 1376H). Kitab ini telah dicetak beberapa kali, diantaranya
cetakan kedua diterbitkan Maktabah an-Nahdhah dan al-Maktabah al-Ahliyah di Riyadh (tahun 1379H)
dan Maktabah ar-Rusyd (tahun 1412 H).

e. Aqwaal al-A`imah al-A’laam bi Syarhi Umdah al-Ahkaam (‫ األحكام‬%‫)أقوال األئمة األعالم بشرح عمدة‬, yang
juga merupakan karya Syaikh Faishal bin Abdulaziz Ali Mubaarak, dan belum diterbitkan.

f. Khulashah al-Kalaam ‘ala ‘Umdah al-Ahkaam (‫ )خالصة الكالم على عمدة األحكام‬karya Syaikh Abdullah
bin Abdurahman bin Shalih al-Basaam (wafat tahun 1423H) dicetak oleh Mathba’ah al-Fajaalah al-
Jadidah, Kairo.

g. Taisiir al-‘Alaam Syarhu ‘Umdah al-Ahkaam (‫ )تيسير العالم شرح عمدة األحكام‬karya Syaikh Abdullah bin
Abdurahman bin Shalih al-Basaam. Kitab ini pertama kali dicetak pada tahun 1380 H oleh Mathba’ah
al-Madani, Kairo dalam dua jilid, dan telah mengalami beberapa kali cetak. Terakhir dicetak dengan
lebih baik oleh Daar al-Maimaan (tahun 1426H) dalam dua jilid dan diawasi langsung oleh anak beliau
yang bernama Basaam bin Abdillah al-Basaam.

h. Ta’siis al-Ahkaam ‘ala maa Shahha ‘an Khairi al-Anaam bi Syarhi Ahaadits ‘Umdah al-Ahkaam (

‫ األحكام‬%‫ )تأسيس األحكام على ما صح عن خير األنام بشرح أحاديث عمدة‬karya Syaikh Ahmad bin Yahya an-
Najmi. Kitab ini dicetak secara sempurna sebanyak 5 jilid oleh Daar al-Minhaaj, Mesir (tahun 1427H).

i. Al-Ilmaam bi Syarhi ‘Umdah al-Ahkaam (‫ األحكام‬%‫ )اإللمام بشرح عمدة‬karya Syaikh Isma’il bin
Muhammad al-Anshari (wafat tahun 1417 H).

Syarah ini cukup ringkas dan mudah sehingga dijadikan buku pegangan pembelajaran bagi siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP), setara Madrasah Tsanawiyyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA)
di Kerajaan Saudi Arabia hingga tahun 1397H. Dicetak beberapa kali, diantaranya oleh Maktabah ar-
Riyaadh (tahun 1392H) dan Mathba’ah as-Sa’adah, Mesir (tahun 1400H).

j. Tambiih al-Afhaam Syarhu ‘Umdah al-Ahkaam min Kalaam Khairi al-Anaam ( %‫تنبيه األفهام شرح عمدة‬

‫ )األحكام من كالم خير األنام‬karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (wafat tahun 1421H).

Kitab ini menjadi buku pegangan siswa tingkat MTs dan Ma’had Ilmiyah semenjak tahun ajaran
1397/1398H, dicetak dalam 3 juz, dan terakhir digabung dalam satu jilid oleh Daar al-Bashirah, Mesir.

k. Nail al-Maraam Syarhu ‘Umdah al-Ahkaam (‫ )نيل المرام شرح عمدة األحكام‬karya Syaikh Hasan bin Ismail
an-Nuuri dan Syaikh ‘Alwi bin Abas al-Maaliki (wafat tahun 1391H). Dicetak dalam beberapa cetakan,
diantarnya oleh Mathaabi’ Syarikah asy-Syamarli, Mesir (tahun 1392H).

l. Al-‘Uddah Syarhu al-‘Umdah fii Ahaadits al-Ahkaam (‫ )العدة شرح العمدة في أحاديث األحكام‬karya
‘Alauddin Ali bin Dawud bin al-‘Athaar asy-Syaafi’i (tahun 654-724 H) dicetak dengan wakaf dari
Syaikh Nizhaam Muhammad Shalih Ya’qubi, dan diterbitkan Daar al-Basyaa`ir, Libanon (tahun
1427H).

Masih banyak lagi syarah kitab ‘Umdah ini yang masih dalam bentuk naskah manuskrip.

6. Ihkaam al-Ahkaam ash-Shaadirah min baini Syafatai Sayyid al-Anaam, karya Syamsuddin Abu Umamah
Muhammad bin ‘Ali bin Abdilwahid an-Naqaasy al-Maghribi al-Mishri (tahun 720-763H).
Kitab ini ditahqiq oleh Dr. Rif’at Fauzi Abdulmuthalib dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1409H
oleh Maktabah al-Khaanji, Kairo.

3
7. Al-Ahkaam al-Kubra, karya Majduddin Abdussalam bin Abdullah bin Abu al-Qaasim bin Abdillah bin
Taimiyyah al-Harani (wafat tahun 653 H). Al-Hafizh Ibnu Rajab dalam kitab Dzail Thabaqaat al-
Hanabilah menyatakan: “Kitab tersebut terdiri dari beberapa jilid”.

8. Al-Muntaqa min Akhbaari Musthafa (‫المصطفى‬ ‫)المنتقى من أخبار‬, kitab ini juga merupakan karya Majduddin
Abul Barakaat Abdussalam bin Abdillah bin Abu al-Qaasim bin Abdillah bin Taimiyyah.
Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab al-Ahkaam al-Kubra, sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu
Rajab dalam biografi al-Majdi Ibnu Taimiyah dalam kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah, dan telah
dicetak. Kitab ini berisi 5.029 hadits yang menjadi sumber dasar hukum-hukum fikih, dan disusun sesuai
tertib bab-bab pembahasan fikih, dengan mencantumkan ulama yang mengeluarkannya tanpa menjelaskan
derajat hukum hadits tersebut.
Banyak ulama telah men-syarah kitab ini, misalnya:
- Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abdul Hadi al-Maqdisi (wafat tahun 744H).
- Al-Allamah Sirajuddin Umar bin Ali bin al-Mulaqqin (wafat tahun 804 H), tetapi tidak sampai tuntas.
- Abul-Abbas Ahmad bin Muhsin al-Qadhi al-Hanbali (wafat tahun 771 H), juga tidak sampai selesai.
- Al-Qadhi Muhammad bin Ali asy-Syaukani (wafat tahun 1255 H). Syarah beliau diberi nama Nailul-
Authar Syarhu Muntaqal-Akhbaar.
Dalam syarah-nya ini, Imam Syaukani banyak mengambil metoda dan meringkas penjelasannya dari
kitab Fathul-Baari Syarhu Shahih al-Bukhari dalam masalah Fiqhiyyah. Dalam meringkas takhrij
hadits juga cukup bagus dan baik. Pertama kali kitab Nailul-Authar ini dicetak oleh al-Mathba’ah al-
Faaruuqiyah, New Delhi, India (tahun 1296H). Kemudian kitab ini ditahqiq oleh Thaariq bin
‘Audhullah bin Muhammad dari dua naskah manuskrip dan dicetak menjadi tiga jilid oleh penerbit
Daar Ibnu al-Jauzi (tahun 1423H).
Kitab Nailul-Authar ini juga telah dijadikan sebagai sumber penelitian oleh Dr. Muhammad Umar
Bazamul terkait penulisnya, yaitu Al-Qadhi Muhammad bin Ali asy-Syaukani serta usaha dan jasa-
jasanya dalam permasalahan hadits-hadits ahkaam. Melalui penelitiannya ini, Dr. Muhammad Umar
Bazamul berhasil mendapatkan gelas Master dalam Syariat Islamiyah dari Universitas Ummu al-
Quraa`, Mekkah, dan disertasi penelitiannya ini kemudian dicetak pada tahun 1424H oleh Daar al-
Basyaa`ir, Beirut.
Ketertarikan terhadap kitab Nailul-Authar juga nampak dari Syaikh Faishal bin Mubaarak yang telah
melakukan ringkasan terhadap kitab ini dan diberi judul Bustaan al-Akhbaar Mukhtashar Nail al-
Authaar. Demikian juga Syaikh Khalid al-‘Ak juga meringkasnya, dan diterbitkan Daar al-Hikmah
pada tahun 1409 H. Sedangkan Syaikh Muhammad bin Raasyid juga telah menyusun hadits-hadits Nail
al-Authaar dengan nama Tanwiir Uli al-Abshaar bi Tartîb Ahaadits Nail al-Authaar, dan diterbitkan
Daar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut (tahun 1413H).
- Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin men-syarah juz pertama kitab al-Muntaqa, yaitu sampai
dengan masalah Jaami’ Ad’iya` Manshushun ‘alaiha fii ash-Shalat, dan telah dicetak pada tahun
1426H oleh Daar al-Muhaddits.
- Syaikh Abdulaziz bin Abdillah bin Baaz men-syarah jilid pertama kitab al-Muntaqa, dan direkam
dalam kaset.
9. Al-Ilmam fii Bayani Adillatil-Ahkaam, karya al-Izz bin Abdussalam (wafat tahun 660H). Kitab ini di-
tahqiq oleh Dr. Ali bin Muhammad Syarif, Universitas Muhammad bin Saud al-Islamiyah pada tahun
1404H.7
10. Al-Ilmam fii Ma’rifat Ahaaditsil-Ahkaam, karya Taqiyuddin Abil-Fattah Muhammad bin Ali bin Wahb.
Beliau masyhur dengan sebutan Ibnu Daqiqul-Aid (wafat tahun 702H). Kitab ini telah di-tahqiq Syaikh Dr.
Sa’ad bin ‘Abdillah al-Humaid, dan telah terbit dalam empat jilid besar, dengan rincian jilid pertama 618
halaman, jilid kedua 571 halaman, jilid ketiga 599 halaman, dan jilid keempat 380 halaman, dengan indeks
dan referensi. Diterbitkan oleh Daar at-Tahqiiq, Riyadh, KSA.
11. Al-Ilmam fii Ahaaditsil-Ahkaam, karya Taqiyuddin Abil-Fattah Muhammad bin Ali bin Wahb al-Mishri al-
Qusyairi. Kitab ini sudah sudah dicetak. Haajie Khalifah mengomentari penulisnya, ia berkata, “Dia
(masyhur dengan sebutan Ibnu Daqiqul-Aid) telah mengumpulkan matan hadits-hadits yang terkait dengan
hukum tanpa sanad, kemudian men-syarah-nya dengan baik dan memberi nama al-Ilmam … Ada yang
7
Lihat lagi al-muharrir karya Ibnu adil Hadi: 1/ 64 dari muqaddimah Muhaqqiq

4
menyebutnya, beliau tidak pernah menulis kitab hadits sejenis yang lebih bagus dari kitab ini karena
manfaat dan cara pengambilan hukumnya, namun ia tidak menyelesaikan kitab ini. Kemudian al-Baqa’i
dalam Haasyiah kitab Alfiah-nya menyebutkan, bahwa ia telah menyempurnakan kitab tersebut, tetapi
tidak didapatkan kitab ini setelah wafatnya kecuali sedikit. Seandainya saja ada, niscaya orang tidak perlu
lagi syarah-syarah yang lain".8
Kitab ini telah di-tahqiq dan di-takhrij haditsnya oleh Hushain bin Isma’il al-Jamal, diterbitkan Daar al-
Mi’raaj, Riyadh. Cetakan pertamanya tahun 1414H terbit dalam dua jilid.
Diantara ulama yang men-syarah kitab ini adalah:
- Penulis sendiri, yaitu Ibnu Daqiqul-Aid, sebagaimana telah disampaikan oleh Imam al-Haafizh adz-
Dzahabi. Adapun Syaikhul-Islam menyatakan, tidak ada seorang pun yang berbuat seperti beliau, tidak
juga adh-Dhiya`, dan tidak pula kakekku, Abu al-Barakaat.
Syarah Ibnu Daqiqul-Aid ini di-tahqiq seperenamnya oleh Syaikh Abdulaziz bin Muhammad as-Sa’iid
sebagai disertasi S2 (Magister) pada jurusan as-Sunnah wa ‘Ulumuha Universitas Imam Muhammad
bin Su’ud, KSA. Syarah-nya tersebut telah diterbitkan Daar Athlas, Riyadh pada tahun 1418H dalam
dua jilid. Jilid pertama 464 halaman dan jilid kedua 360 diluar indeks isi dan referensi. Dan hadits yang
di-syarah dalam dua jilid ini hanya berjumlah tujuh hadits saja.
- Al-Hafizh Syamsuddin Muhammad bin Nashiriddin ad-Damsyiqi (wafat tahun 842H).
- Al-Qaadhi Yusuf bin Hasan al-Hamwi (wafat tahun 809H).
Kitab ini telah diringkas oleh al-Haafizh Qathbuddin Abdulkarim bin Munayyir al Halabi (tahun 664-
735H) dengan judul al-Ihtimaam bi Talkhish kitab al-Ilmaam, diterbitkan Mu`assasah al-Kutub ats-
Tsaqafah, Bairut, tahun 1410H.
12. Al-Muharrar fii Ahaaditsil-Ahkaam, karya al-Hafizh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Qudaamah
al-Maqdisi, dikenal dengan Ibnu Abdil-Hadi (wafat tahun 744H). Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab
al-Ilmam, karya Ibnu Daqiqul-Aid.
Syaikh Abdulmanaan Abdullathif al-Madani, seorang peneliti di Markas Bin Baaz untuk penelitian Islam
(Markaz al-‘Alamah bin Baaz lid-Dirasaat al-Islamiyah) di Jami’ah Ibnu Taimiyyah di India telah
berbicara tentang karakteristik dan manhaj penulis kitab ini dalam Muqadimah beliau dalam tahqiq kitab
ini. Kitab ini dicetak markaz dan diterbitkan Daar ad-Daa’i, pada Rabi’ al-Awwal 1422H dalam dua jilid,
dan dibawah pengawasan Dr. Muhammad Luqmaan as-Salafi.
Jumlah halamannya mencakup 920 dengan 1.320 hadits. Keistimewaan cetakan ini, yaitu adanya
keterangan faidah (manfaat/pelajaran) dan pandangan secara ilmiah terhadap hadits-hadits tersebut yang
diambil pen-tahqiq dari kitab-kitab syarah hadits yang terkenal seperti, al-Minhaaj (Syarah Shahih
Muslim) karya Imam an-Nawawi, al-Ikmaal karya al-Aabi, Fathu al-Baari, ‘Aunul-Ma’bud, Tuhfat al-
Ahwadzi, Subul as-Salam dan Taudhih al-Ahkam, serta kitab lainnya dari karya-karya para ulama. Beliau
namakan komentar-komentarnya ini dengan ‘Aun al-Mughits fii Syarhi al-Muharrar fii al-Hadits.
Kitab al-Muharrar, sebelumnya juga telah diterbitkan dalam beberapa cetakan diantaranya:
a. Cetakan dengan tahqiq Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Muzaini al-Maaliki.
b. Cetakan Syaikh Dr. Yusuf Abdurrahman al-Mar’asyli dan Muhammad Saliim Samaarah serta Jamaal
Hamdi adz-Dzahabi, dan dicetak Daar al-Ma’rifah, Libanon tahun 1421 H dalam satu jilid tebal dengan
jumlah 848 halaman beserta indeksnya.
c. Cetakan Syaikh Saliim bin ‘Iid al-Hilaali dicetak tahun 1425H oleh Daar Ibnu Hazm, Libanon dalam
tiga jilid, dan di-tahqiq dengan membandingkan lima manuskrip.
13. Dalaail al-Ahkam, karya Bahauddin Ibnu Syadaad (wafat tahun 632H).
14. Taqribul-Asaanid wa Tartibul-Masaanid, karya Zainuddin Abul-Fadhal Abdurrahim bin Husain al-Iraqi
(wafat tahun 806H). Kitab ini sudah dicetak. Beliau Rahimahullah juga men-syarah dalam kitabnya,
Tharhul-Tatsrib fii Syarhit-Taqrib namun beliau wafat sebelum bisa menyelesaikannya. Kemudian anak
beliau yang bernama Waliyyul al-Din Ahmad bin Abdurrahim al-Iraqi (wafat tahun 862H)
menyempurnakannya.

15. Fathu al-Alaam bii Syarhi al-I’laam bi Ahaadits al-Ahkaam (‫األحكام‬ ‫)فتح العالم بشرح اإلعالم بأحاديث‬, karya
Syaikh Islam Abu Yahya Zakariya al-Anshaari (wafat tahun 925H). Kitab ini berisi 619 hadits dicetak
8
Haajie Kholifah: Kasyful Zhunun: (1 / 158)

5
dalam satu jilid setebal 768 halaman berikut indeksnya, diterbitkan Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Libanon,
dan di-tahqiq Syaikh Ali Muhammad Mu’awwad dan Syaikh ‘Aadil-Ahmad Abdulmaqsud.
16. ‘Uquud al-Jawaahir al-Muniifah fii Adillati Madzhab al-Imam Abi Hanifah mimmaa Waafaqa fiihi al-
Aimmah as-Sittah auw Ahadihim ( ‫عقود الجواهر المنيفة في أدلة مذهب اإلمام أبي حنيفة مما وافق فيه األئمة الستة أو‬
‫)أحدهم‬, karya al-Imam as-Sayyid Muhammad Murtadha az-Zabidi (1145-1205H). Kitab ini dicetak dalam
dua juz dengan tahqiq as-Sayyid Abdullah Hasyim al-Yamaani al-Madani, diterbitkan Mathba’ah asy-
Syabkasyi, al-Azhar Mesir pada tahun 1382 H. Kitab ini juga di-tahqiq oleh Syaikh Wahbi Sulaiman
Ghaawaji al-Albani, dan diterbitkan Muassasah ar-Risaalah tahun 1406 H dalam dua juz.

17. Majmu’ al-Hadits ‘ala Abwaab al-Fiqh (‫الفقه‬ ‫ على أبواب‬%‫)مجموع الحديث‬, karya Syaikh Muhammad bin
Abdulwahab (1115-1206 H). Kitab ini berisi 4.600 hadits selain kitab al-Faraa`idh dan kitab al-Itqi. Kitab
Majmu' ini dicetak oleh Jami’ah al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyah dalam empat jilid, dan
dimasukkan ke dalam Majmu’ah Mu`allafaat al-Imâm Muhammad bin Abdulwahab dengan tahqiq Dr.
Mahmud Muhammad ath-Thahaan dan Dr. Khalil Mulaa Ibrahim Khaathir.

18. Fathu al-Ghafaar al-Jaami’ li Ahkaami Sunnati Nabiyina al-Mukhtaar ( ‫فتح الغفار الجامع ألحكام سنة‬
‫)نبيناالمختار‬, karya al-Qaadhi al-Hasan bin Ahmad ar-Rubaa’i (1200-1276H). Kitab ini berisi 6.529 hadits
dan dicetak oleh Daar ‘Aalam al-Fawaa`id, Makkah (tahun 1427H) dengan takhrij oleh sejumlah pelajar di
bawah arahan Syaikh Ali bin Muhammad al-‘Imraan.

19. Atsaar as-Sunan ma’a at-Ta’liq al-Hasan wa Ta’liq at-Ta’liq (‫التعليق‬ ‫)آثار السنن مع التعليق الحسن وتعليق‬, karya
Syaikh Muhammad Ali an-Naimawi (wafat tahun 1322H). Kitab ini berisi 1.114 hadits yang menjadi induk
dalil dalam fikih madzhab Hanafi dan di-tahqiq oleh Maulana Faidh Ahmad, diterbitkan Maktabah al-
Imdaadiyah.

20. Anjah al-Maa’ii fii al-Jam’i baina Shifatai as-Saami’ wa al-Waa’ii ( ‫أنجح المساعي في الجمع بين صفتي السامع‬
‫)والواعي‬, karya Syaikh Falih bin Muhammad azh-Zhahiri al-Madani (wafat tahun 1238H). Kitab ini dicetak
beberapa kali, diantaranya tahun 1391M sebagai cetakan kedua dengan tahqiq as-Sayyid Abdullah
Haasyim al-Yamaani, kemudian di-ta’liiq dan di-takhrij oleh Ibrahim bin Abdillah al-Haazimi. Beliau
menamakan takhrij-nya ini dengan Ifadat al-Qaari bi Takhrij Ahaadits Anjah al-Masaa’i, diterbitkan Daar
asy-Syariif, Riyaadh, tahun 1414H.

21. Ushul al-Ahkaam (‫)أصول األحكام‬, karya Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qaasim al-Hambali an-
Najdi (1312H-1392H). Kitab ini di-syarah oleh penulisnya sendiri dalam kitab al-Ihkaam Syarh Ushul al-
Ahkaam yang dicetak dalam 4 jilid, dan cetakan ketiganya tahun 1406H.

22. Shafwah al-Ahkaam min Nail al-Authaar wa Subulussalam (‫وسبل السالم‬ ‫)صفوة األحكام من نيل األوطار‬, karya
Dr. Qahthaan Abdurrahman ad-Duuri, diterbitkan al-Furqaan lin-Nasyr, Yordania, cetakan pertaman tahun
1419H.

23. Al-Muntakhab min Adillati asy-Syari’at (‫الشريعة‬ ‫)المنتخب من أدلة‬, karya Syaikh Ahmad bin Abdirrahman bin
Muhammad bin Qaasim, dicetak oleh al-Mathaabi’ al-Ahliyah lil-Ofset, Riyaadh, cetakan pertama tahun
1405H.

24. Ahaadits al-Ahkaam (‫األحكام‬ ‫)أحاديث‬, karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim Aalu Syaikh. Kitab ini terdiri
dari 100 hadits yang dipilih oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Mufti KSA. Hal ini disampaikan oleh
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Qaasim dalam muqaddimah Fatawa asy-Syaikh Muhammad bin
Ibrahim Aalu Syaikh.

25. Bulughul-Maram min Ahaditsul-Ahkam (‫األحكام‬ ‫) بلوغ المرام من أدلة‬, karya al-Hafizh Abil-Fadhl
Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhamamd al-Kinaani. Beliau dikenal dengan Ibnu Hajar al-Asqalani
(wafat tahun 852H). Beliau telah mengumpulkan hadits-hadits yang dijadikan oleh para fuqaha sebagai
tempat pengambilan hukum-hukum fiqh dengan memberikan penjelasannya sesudah para imam yang
meriwayatkan hadits tersebut, berikut darajat haditsnya shahih atau dha’if. Kitab ini tersusun sangat
sistematis berdasarkan bab-bab fiqh, kemudian pada bagian akhir buku ini dimasukkan juga pembagian
yang lain tentang hadits adab, akhlak, dzikr dan doa, sehingga jumlah hadits di dalamnya mencapai sekitar
1.596 hadits.

6
Beliau menyampaikan dalam Muqaddimah kitabnya ini sebagai berikut:
"Kitab ini merupakan ringkasan yang mencakup pokok dalil-dalil dari hadits-hadits yang berkenaan
dengan hukum-hukum syar’i. Aku pilihkan secara teliti agar orang yang menghafalnya menjadi menonjol
diantara sejawatnya, dan dapat membantu para pelajar pemula, serta para mujtahid tidak akan merasa
cukup dengannya...".
Demikianlah beberapa kitab hadits al-Ahkaam yang dapat dipaparkan, dan sungguh sesuatu yang
sangat sulit -kalau tidak dikatakan mustahil- untuk menjelaskan dan menyebutkan kitab-kitab al-Ahkaam
seluruhnya. Mudah-mudahan yang sedikit ini bermanfaat, memberikan ilustrasi tentang usaha-usaha dan jasa
yang telah dilakukan oleh para ulama dalam menunjukkan kepedulian, kecintaan dan menyebarkan sunnah-
sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kepada ummat.
Wa billahit-taufiq.

Anda mungkin juga menyukai