Pendahuluan
Al-‘Aqā’id an-Nasafiyah 1 adalah karya singkat Imam an-Nasaf Umar Bin Muhammad
Bin Ismail Ibn Muhammad Ibn ‘Al Ibn Luqman An-Nasaf (461-537H/1068-1142M) –dikenal
dengan Nazmudd n an-Nasaf - seorang ulama abad pertengahan berasal dari daerah Nasaf,
Turkistan, Samarkand –sekarang Uzbekistan-, seorang ahli tafsir, Faqīh, ahli Had th,
Sejarahwan, Sastrawan dan Teolog. Imam Jalal ad-D n as-Suyuti (1445–1505 M) dari Ibn
Mas’ani menyebut An-Nasaf seorang imam yang unggul dalam berbagai bidang, yang
menelurkan banyak karya dari berbagai macam cabang ilmu, karyanya mencapai seratus kitab.
Salah satu karyanya yang terkenal dalam bidang tafsir adalah; Taysīr fi At-Tafsīr Al-Muwaqīt,
Wa Al-Is’ār bi Al-Mukhtār Min Al-Asy’ār, Manzumah Al-Khilafiyāt, Tarīkh Bukhorī, Kitab An-
Najāh fi Syarh Kitab Akhbār As-Sihāh -Syarh Sahīh Bukhori-, dalam bidang Fiqh; Nazm Az-
Zami As-Sogīr Fi Fiqh al-Hanafiyah. Komentator -Syarh- ‘Aqidah Nasafiyāh yang paling
1
Buku yang di review adalah syarah dari Aqidah Nasafiyah karya Said ad-Dī at-Taftāzā ī, Syarah al-Aqidah an-
Nasafiyah, al-Maktabah al-Azhariyah li at-Tu ās, (Kairo, 2012)
2
Na a le gkap ya Mas’ud Ibn Umar Ibn Abdullah lebih dikenal dengan Said ad-Dī at-Taftāzā ī (712-793H/1312-
1390M), seo a g ahli fi h azha Syafi’I, teologia , ahli Tafsir, ahli Nahwu, Saraf, Ma’a i, Baya dan juga Mantiq
logika . Dilahi ka di dae ah Taftajān, Khurasan (sekarang Afganistan) dan hijrah ke Samarkand pa da asa Ti ūr
lang, karyanya yang terkenal; Tahzīb Al-Mantiq, Al-Matūl fi Al-Balāgāh, Irsyād Al-Hadi fi An-Nahwi, Syarh Ala Ar-
Risalah As-Samsiyah fi Al-Mantiq.
Penyebaran Doktrin Ketuhanan
Ilmu kalam dibangun menjadi sebuah cabang ilmu dan dikenalkan oleh Mu’tazilah yang
dikomandoi oleh Wāṣil ibn A ā' (w.131H/748M). Buku ini dimaksudkan untuk
mengelaborasikan dan menjawab golongan yang menentang ilmu kalam. Seperti para Filsuf dan
Mulhidīn –Ateis-. Dari dinamika permulaan Islam, melahirkan beberapa mazhab teologi yang
eksis hingga saat ini, yaitu antara Sunnah (Asy’ari, Maturidi) dan Syiah, Mu’tazilah, Khawarij
dan Zabariyah. Pada abad ke dua Hijriah mulai dilakukan kodifikasi kitab-kitab dalam bidang
akidah, Beberapa diantaranya masih bisa kita akses hingga saat ini, Seperti kitab Fiqh al-Akbar
karya Al-Imām Al-Aʿẓam Abū an fah (699–767M/ 80–148H) dan Al-ʿAqīdah a - aḥāwiyya
Salah satu titik pijak perbedaan Sunnah, Syiah dan Khawarij adalah; Syiah yang begitu
ekstrem mengagungkan Ahlu Bayt (terkadang diasosiasikan dengan Rofidī) pecinta klan
Rasulullah SAW dan sangat membenci para sahabat; terutama Khalifah Abu Bakar as-Siddiq -
Abd Allāh ibn Ab Qu āfah- (573–634M), `Umar ibn Al-Khattāb (579–644M), apalagi dengan
Mu āwiyah ibn Ab Sufyān (602–680M). Disisi lain ada Khawarij yang berbeda 180 derajat,
mereka begitu membenci Khalifah `Al ibn Ab ālib dan Ahlu al-Bayt (golongan ini terkadang
diasosiasikan dengan Nasibi). Ahlu Sunnah Wal Jama’ah hadir sebagai kubu yang moderat, yang
Mazhab Fiqh Hanafi dengan penyebaran utamanya di India, Pakistan, Afganistan dan
Turki, memiliki kedekatan dengan Mazhab Maturidi dalam teologi, yang dinisbatkan kepada
Muhammad Abu Mansur al-Maturidi (853–944 M). Sedangkan mazhab fiqh Syafi’I dan Maliki
tendensi kepada Asy’ari. Indonesia yang bermazhab fiqh Syafi’i -Abu Abdillah Muhammad ibn
Idris al-Shafi‘i- (767-820 M/150-204H) wajar tidak kenal buku ini, atau muslim di Afrika seperti
Sinegal, Maroco dan Mauritania yang bermazhab Fiqih Maliki -Mālik ibn Anas ibn Mālik al-
Asbah - (711-795M/93–179H) tidak pernah bersentuhan dengan buku standar Maturidi ini.
Mazhab Hanbāl -Ahmad bin Hanbal Abu `Abd Allah al-Shaybani (780–855M/ 164–241H)-
lebih condong kepada Tajsimiyah -Allah memiliki organ tubuh- yang sekarang menjadi pijakan
An-Nasaf menyinggung geneologi kalam, karena dalam bidang ilmu ini banyak
pembahasan, perdebatan dan pertentangan. Terminologi Ilmu kalam, Tauhid atau Aqidah sendiri
merupakan istilah baru dalam tradisi Islam, yang tidak pernah digunakan pada masa Nabi sampai
sahabat, pada masa itu belum dibutuhkan kodifikasi ilmu pengetahuan, referensi langsung
kepada al-Qur’an dan Hadits, mayoritas Sahabat memiliki pengetahuan dan Suhbah -menemani-
secara langsung dengan Nabi Muhammad SAW, segala persoalan bisa ditanyakan langsung
kepada Sang Nabi. Perbedaan tidak menjadi masalah, karena jumlah sahabat pada masa Nabi
hanya 135000 orang dan mayoritas memiliki loyalitas yang tinggi, tidak dibutuhkan ilmu
Aqidah, Fiqh, Usul Fiqh, Tafsir dan Nahwu pada saat itu.
Akidah Islam berbeda dengan Agama apapun didunia, walau dengan serumpun ibrahimi
sekalipun. Mazhab teologi Maturidi, yang menjadi konsensus ulama salaf –sebelum Abad 3
Hijriah- sebagai standar Akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah, secara aqidah memiliki kedekatan
3
Klasifikasi ini di populerkan oleh Syaikh Al-Islam ibn Taymiyyah (1263–1328 M) lahir di kota Harran dan meninggal
di Damaskus, Suriah/Syria pada usia 65 tahun, nama lengkapnya Ta ī ad-Dī A u 'l-`A ās Aḥmad ibn `Abd al-
Ḥalī i `A d as-Salā I Tay iyyah al -Ḥa ā ī
dengan mazhab Asy’ari Abū al-Hasan Al ibn Ismā' l al-Ash'ar (874–936 M), Ilmu Akidah
merupakan Ilmu qat’i berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah sahih mutawatir, kedua dalil absolut
sebagai landasan ilmu ini, had th Ahad Sahih hanya diterima bila tidak bertentangan dengan dua
yang awal. Hal ini berbeda dengan cabang ilmu lain yang bersifat Zanni.
Analisis Konten
Kitab ini diawali dengan konsep kebenaran dan ilmu pengetahuan, sekaligus
Pengetahuan berasal dari tiga sumber; yang pertama adalah panca indera manusia. Kedua adalah
Berita autentik, ada dua macam; mutawatīr4 -massif- sebagai sumber ilmu Dorūrī (dapat
mengetahui tanpa proses berpikir), berita autentik yang kedua adalah Kabar dari Rasul yang
diberi Mu’jizat, ini disebut sebagai ilmu Istidlālī (sebuah teori berdasarkan pencarian dalil).
Sumber pengetahuan ketiga adalah Akal; terbagi dalam dua kategori; Dorūrī, dan
IktisābīṭIstidlālī. Ilham tidak termasuk sebagai sumber pengetahuan secara general, walau
dimungkinkan didapatkan oleh sebagian orang, namun Ilham tidak dapat dijadikan standar.
Setelah memberi landasan epistemologi, karya ini mulai mengelaborasikan alam semesta
yang tersusun dari partikel-partikel, atom yang terkonfigurasi secara teratur, sebagai kreasi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Sifat Allah (Al-Wāhid) zat maha tunggal yang absolut unik, (Al-Qadīm)
terdahulu tanpa awal dan abadi tanpa akhir, (Al-Hay) maha Hidup, (Al-Qādir) maha kuasa, (As-
Samī’I) maha mendengar, (Al-Baṣīr) maha melihat dan (As-Syā’ī) maha berkehendak, Allah
4
Seperti kabar kota Istanbul berada di Turki, jutaan orang menyatakan hal yang sama, itu bisa dikatakan sumber
pengetahuan. Berita kaum Nasrani tentang Yesus Kristus Alaihi Salam yang disalib, ratusan juta orang
menyampaikan berita ini, atau tentang kaum Yahudi yang mengharuskan menyembah Agama Nabi Musa Alaihi
Salam, u tuk dua t a s isi assif i i I a Nasafī e e i pe ge ualia de ga e olak ya.
SWT tidak menyerupai apapun, seluruh alam semesta tidak ada yang keluar dari ilmu dan
kekuasaan Allah SWT, segala sifat-Nya berdiri dengan sendirinya. Tidak menyerupai atau
seperti apapun.
Al-Qur’an, kalam Allah SWT yang Qadīm (bukan makhluk-Nya), kalam qadim termasuk
sifatNya, (At-Takwin) sang kreator sifat azali Allah ta’ala, menciptakan alam dan setiap
zat/partikel dari berbagai zat- zat, belum ada pada masa azali, melainkan kebaruan yang
berbarengan dengan adanya zat tersebut, dengan pengetahuan dan kehendakNya. (Al-Iradah)
maha berkehendak, seluruh sifat Allah Ta’ala terdahulu berdiri sendiri pada zat-Nya.
Melihat Allah SWT di akhirat merupakan keniscayaan, sesuai dengan dalil; “Ya
Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau”5 dalam ayat Ini
Nabi Musa memohon agar dapat melihat Tuhan, tidak mungkin seorang Nabi memohon hal yang
mustahil. “kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas”.6
Allah menciptakan segala amal perbuatan seluruh hamba, yang kafir dan beriman, namun
(Af’āl) perbuatan merupakan pilihan bagi hamba, konsekuensi logisnya akan diganjar atau
disiksa karena perbuatan hamba; “Barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman,
Benda (barang) Haram termasuk rizki dari Allah SWT 9 , segala yang diberikan kepada
hamba baik halal maupun haram merupakan rizkiNya. Apa yang terbaik bagi hamba, bukan
5
Al-Qur’a , Surah Al-A’rāf (7): 143 (terjemahan kementerian Agama RI )
6
Al-Qur’a , Surah Al-Baqarah (2): 55 (Terjemahan Kementerian Agama RI)
7
Al-Qur’a , Surah Al-Qiyā ah (75): 22-23 (Terjemahan Kementerian Agama RI)
8
Al-Qur’a ; Surah Al-Kahf (18): 29
9
Me u ut Mu’tazilah a a g ha a uka te asuk i zki, tidak memberikan Allah SWT kecuali yang halal.
kewajiban bagi Allah Ta’ala. Azab kubur disiapkan bagi orang kafir dan sebagian Muslim yang
ma’siat, begitu juga sebaliknya diberikan full service bagi hamba yang taat, seluruhnya dengan
pengetahuan dan kehendak-Nya. Pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nak r dan hari
kebangkitan10 juga benar adanya. Dosa besar tidak mengeluarkan seorang hamba mu’min dari
iman, dan tidak mengeluarkannya dalam kufūr 11 . Konsep Iman dalam Mazhab Maturidi selalu
Akhir dari kitab ini diakhiri dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW, dan bukti sebagai
Nabi dan Rasul terakhir. Dilanjutkan dengan Malaikat, sebagai hamba Allah SWT yang
mengerjakan segala perintahNya. Apa yang telah diturunkan kepada para Nabi dari kitab-
kitabNya adalah haq, Mi’raj Nabi Muhammad merupakan keniscayaan. Kebenaran adanya
karamah Aulia –plural dari wali-. Khulafā Ar-Rasyidīn sebagai manusia terbaik paska nabi
Apa yang disampaikan Nabi Alaihi Salam tentang tanda-tanda kiamat/hari akhir adalah
benar; dari keluarnya Dajjal, Ya’jūj wa Ma’jūj, turun kembali Nabi Isa/Yesus Alaihi Salam dari
langit, dan terbitnya matahari dari barat. Rasul dari bangsa manusia lebih utama dari Rasul
bangsa malaikat, Rasul Malaikat lebih utama dari manusia umumnya, dan manusia pada
10
Allah akan membangkitkan orang yang telah meninggal didalam kubur, mengakumulasikan balasan mereka, dan
mengembalikan arwah kepadanya.
11
Dala Khawa ij da Mu’tazilah dia ggap kelua da i Isla agi pelaku dosa esa .
12
Akidah Asy’a i meyakini bahwa iman berkurang (ketika maksiat) dan bertambah (ketika taat).