Anda di halaman 1dari 13

2020

Ringkasan Terjemahan
Kitab Ar- Raddu Ala
Man 'Ittaba'a Ghairil
Madzhaib Al-bar'ah - Lil
Imam Ibnu Rajab Al-
Hanbali

PENULIS : SYAIKH AL-IMAM IBNU RAJAB AL-HANBALY


Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Penulis : Syaikh Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaly

Alih Bahasa : Fahti Fauzi

Editor : Hasbi Majdi

1
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali
( Judul Asli : Arraddu ‘ala man ‘ittaba’a ghairi madzhaib al-arba’ah – cetakan markaz murobbi - markaz
murobbi – taqdim syaikh shalih ibn abdirrahman al-husaini )

Kitab ini ditulis oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali dimana nama lengkap beliau adalah Abdurahman
ibn Syihab al Din Ahmad ibn Rajab ibn Abd al Rahman ibn Hasan ibn Muhammad ibn Abi al Barakat
Mas’ud al Hafidz Zain al Din Abu al Faraj al Baghdadiy al Dimasyqiy al Hanbaliy. Ia lahir di kota
Baghdad pada bulan Rabiul Awal tahun 736 H dan wafat pada bulan Rajab Tahun 795 H. Kitab ini
beliau tulis untuk membantah sebagian orang yang mencela umat islam yang bermadzab dengan
madzhab imam yang empat yaitu Madzhab Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyyah dan Hanabilah yang
mereka menuduh bahwa bermadzhab adalah sebuah kebid'ahan dan termasuk ta'ashub yang tercela
Kitab ini beliau tulis untuk membantah sebagian orang yang mencela umat islam yang bermadzab
dengan madzhab imam yang empat yaitu Madzhab Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyyah dan Hanabilah
yang mereka menuduh bahwa bermadzhab adalah sebuah kebid'ahan dan termasuk ta'ashub yang
tercela.

Beliau -rahimahullah- mengawali kitab ini dengan memuji kepada Allah dan bershalawat kepada Nabi
Muhammad sebagaimana kebiasaan para Ulama salaf dalam menulis kitab-kitabnya.

Kemudian beliau berkata "Bahwasanya ada sebagaian golongan manusia yang mengingkari saudaranya
umat islam yang lain dan mencelanya ketika menisbatkab dirinya untuk mengikuti madzhab dari
madzhab-madzhab Imam Mujatahid seperti madzhab Imam Ahmad bin Hanbal"

Kemudian Imam Ibnu Rajab melanjutkan perkataannya "Bahwasannya tidak diragukan lagi bahwa
Allah subhanahu wa ta'ala menjaga Agama ini yang dengannya Allah tidak pernah menjaga Agama-
agama sebelumnya sebagaimana penjagaan Allah terhadap agama ini"

Sebagaimana firman-Nya :

‫إنا نحن نزلنا الذكر و إنا له لحافظون‬

Artinya : Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-quran dan sesungguhnya Kami yang menjaganya
( Qs Al-Hajr : 9 )

2
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Allah lah yang menjaga Agama ini dari tambahan-tambahan dan pengurangan sebagaimana kitab-kitab
samawi lainnya yang telah banyak diubah oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab.

Dan sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam membacakan Al-quran kepada
umatnya dengan beberapa redaksi bacaan untuk memudahkan umatnya dalam mempelajarinya dimana
umat islam sangat beragam ada orang tua, anak kecil, budak dan lain sebagainya.

Sehingga dengan ini alquran diturunkan dalam tujuh huruf yang berbeda agar mudah bagi ummat islam
untuk membaca, mempelajari dan mengamalkannya.

Kemudian setelah islam telah tersebar di penjuru dunia terjadi perbedaan dan ikhtilaf dalam cara baca
alquran sebagai contoh bacaan Ibnu Mas'ud pada ayat alquran

" ‫" أن يضعن ثيابهن‬

Bacaan Ibnu Mas'ud dengan tambahan huruf ‫ مِ ن‬menjadi "‫" أن يضعن من ثيابهن‬

Maka khalifah Utsman ibn Affan radhiallahu 'anhu berijtihad untuk mengumpulkan mushaf menjadi
satu bacaan agar kaum muslimin tidak berpecah dan berselisih sebagaimana umat-umat terdahulu
berpecah dan ini ulama sepakat bahwa perbuatan khalifah Utsman salah satu bentuk amal jariyah beliau.

Sebagai bukti bahwa apa yang dilakukan Utsman bin Affan itu merupakan suatu hal yang sangat baik
adalah ketika Umar bin Khattab mengingkari bacaan ubay bin kaab yang berbeda dengan apa yang
Khalifah Umar hafal maka dengan adanya inisiatif Khalifah Utsman perpecahan kaum muslimin dapat
segera dibendung dan diredam - walhamdulillah -

Bagaimana seandainya Utsman tidak mengumpulkan alquran dalam satu mushaf dan satu bacaan
mungkin generasi umat berikutnya akan berpecah belah menjadi beberapa golongan yang saling
menyesatkan. Bahkan sebagian sahabat ada yang murtad - wal'iyadzubillah - dikarenakan perbedaan
huruf/bacaan alquran sebelum khalifah utsman mengumpulkan menjadi satu mushaf dan satu tulisan (
rasm ).

Kemudian setelah masa Khalifah Utsman bin Affan yang telah menyatukan umat ini dengan
mengumpulkan Al-quran menjadi satu mushaf, satu huruf dan satu bacaan disatu sisi juga umat islam (
ulama ) juga bersepakat bahwa bolehnya membaca al-quran dengan riwayat lain selain apa yang telah

3
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Khalifah Utsman kumpulkan saat ini untuk menjadi keringanan bagi kaum muslimin yang mungkin
sejak dahulu telah turun-temurun membaca bahkan menghafal berbagai bacaan atau riwayat lain dari
alquran yang dikumpulkan oleh Khalifah Utsman ibn Affan radhiaalllahu 'anhu.

Adapun sunnah ( Al-hadits ) Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam juga tersimpan dalam dada-dada kaum
muslimin ( hafalan para sahabat ) sebagaimana Al-quran dahulu kemudian para sahabat berselisih
tentang hukum penulisan hadits-hadits Nabi sebagian mereka ada yang melarang dan sebagian mereka
ada yang membolehkannya.

Setelah masa sahabat berlalu datang kelompok sempalan atau ahlu bid'ah yang dengan kebodohannya
ingin merubah aturan dan kaidah-kaidah dalam syariat agama ini dengan memasukkan hadits-hadits
palsu ( maudhu' ) maka Allah subhanahu wa ta'ala membongkar makar dan kejahatan mereka dengan
mengangkat ulama-ulama rabbaniyun yang dengannya terjaga agama ini dengan ilmu-ilmu para ulama
tersebut seperti ilmu sanad atau periwayatan hadits dan cabang ilmu lainnya. Sehingga muncul-lah para
ulama yang memiliki kompetensi dalam bidang hadits seperti Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dan
para ulama hadits lainnya.

Adapun dalam bidang fiqh atau ilmu halal haram maka dari sejak zaman Sahabat dan Tabi'in radhiallahu
'anhum telah banyak perselisihan dan perbedaan pendapat tentang suatu permasalahan atau hukum yang
ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengetahuan terhadap dalil, shahih tidaknya dalil tersebut
dan lain sebagainya, poin penting yang harus diketahui disini adalah perbedaan para shahabat dan ulama
yang setelahnya adalah sebuah perbedaan yang dilandasi dalil dan kaidah-kaidah bukan perbedaan yang
berasal dari hawa nafsu belaka atau tidak berlandaskan ilmu sebagaimana klaim dan tuduhan sebagian
orang.

Mereka para sahabat adalah manusia pilihan dan sangat wara' ( takut kepada Allah ) sehingga mereka
tidak berani mengatakan tentang suatu hukum agama yang dimana mereka tidak memiliki dasar ilmu
dari suatu permasalahan tersebut bahkan mereka lebih memilih diam daripada berbicara dan berfatwa
tanpa ilmu.

Kemudian datang zaman dimana sifat wara' telah berkurang bahkan hilang, ilmu sedikit demi sedikit
telah diangkat dengan wafatnya para Ulama dan dengan itu muncul-lah manusia yang tidak memiliki
ilmu bahkan berani menisbatkan dirinya mereka sendiri adalah orang yang berilmu ( mensejajarkan dan
menempatkan dirinya seperti ulama ) - Nau'dzubillah - dan seandainya manusia-manusia tersebut diam
dan menahan diri-diri untuk tidak berfatwa maka sungguh kehidupan beragama kaum muslimin menjadi
lebih baik terlebih lagi dizaman ini banyak manusia tidak bertanggung jawab yang berani berfatwa

4
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

tanpa ilmu, mereka menjadikan yang halal itu haram dan yang haram dikatakan halal serta jika dilihat
lebih jauh lagi keadaan mereka seperti keadaan ahli kitab terdahulu -wal'iyadzubillah -

Dan dari salah satu bentuk penjagaan Allah subhanahu wa ta'ala kepada agama islam itu sendiri adalah
dengan menjadikan manusia-manusia pilihan yaitu para ulama, para imam mujtahid, imam madzhab
untuk berkhidmat terhadap agama islam, baik dengan menghafalkan dan memahami isi kandungan Al-
quran, Al-hadits, Atsar serta menuliskan kaidah-kaidah berbagai macam atau jenis cabang ilmu agama
sehingga syariat agama yang mulia ini terjaga sepanjang masa dan ini juga salah satu rahmat Allah
terhadap kaum muslimin.

Dan hal ini pula ( adanya para ulama mujtahid / imam madzhab ) adalah salah satu bentuk kasih sayang
Allah kepada kita manusia yaitu kita mendapat kemudahan dalam mengikuti ajaran syariat islam serta
dengan mudah mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan agama kita sendiri tanpa bersusah
payah meniti dan menapaki jejak para ulama tersebut dalam menuntut ilmu yang mereka menghabiskan
harta, jiwa, waktu dan segenap kemampuannya.

Kemudian jika seandainya Allah subhanahu wata'ala tidak menjadikan para imam mujtahid / imam
madzhab yang telah merumuskan kaidah-kaidah atau menulis berbagai cabang ilmu agama ini maka
akan kita dapati manusia-manusia yang dengan mudahnya berfatwa dan berbicara tentang agama ini
menurut hawa nafsunya dan tanpa didasari ilmu, hal ini dapat menyebabkan kerusakan terhadap agama
islam itu sendiri.

Namun demikian masih ada dizaman ini kita dapati sekelompok manusia yang tidak mengetahui kadar
dirinya, tidak sadar akan kapasitas keilmuannya serta menganggap dirinya sebagai mujtahid atau
seorang mufti dan menolak untuk bertaqlid ( mengikuti ) para imam dan ulama yang lebih berkompeten
dalam urusan agama ini.

Maka hendaknya manusia-manusia tersebut sadar serta tidak memberanikan diri dalam berijtihad atau
berfatwa apabila kapasitas keilmuannya tidak layak serta tidak mumpuni untuk hal yang demikian.

Karena sebagaimana yang diketahui bersama bahwa sebagaian besar kaum muslimin tidak mencapai
derajat ijtihad, maka hal yang paling pantas dan relevan bagi mereka adalah bertaqlid ( mengikuti )
ulama mujtahidin seperti imam madzhab yang empat.

5
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Syubhat dan Bantahan

1. Syubhat Pertama
Mungkin seorang dungu akan bertanya " Bagaimana anda membatasi atau mewajibkan kaum muslimin
untuk mengikuti ulama mujtahid ( imam madzhab ) dan melarang dari berijtihad ?? "

Bantahan Syubhat Pertama:


Kita katakan pada mereka "Sebagaimana para sahabat dahulu bersepakat tentang pengumpulan
AlQuran menjadi satu mushaf, satu rasm ( tulisan ) dan melarang sebagian kaum muslimin lainnya dari
bacaan atau mushaf yang selain dari yang dikumpulkan Khalifah Utsman tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk kemaslahatan yang besar dan agung yaitu menghindari perpecahan dan perselisihan kaum
muslimin maka hal ini juga sama mengapa kita menganjurkan kaum muslimin untuk bermadzhab atau
bertaqliq kepada para ulama mujtahidin tersebut agar manusia tidak bermudah-mudahan dalam
berfatwa, tidak bermudah-mudahan berbicara tentang agama, tidak sembarangan mengatakan ini halal
ini haram dan agar tidak muncul kerusakan demi kerusakan terhadap islam dan kaum muslimin
lainnya."

2. Syubhat Kedua
Mungkin ada sebagian yang bertanya pula "Bahwasanya menyamakan apa yang terjadi dijaman sahabat
yang menjadikan alquran satu rasm, satu bacaan dan satu mushaf dengan anjuran kepada kaum
muslimin untuk mengikuti salah satu madzhab dari madzhab imam yang empat, mereka beralasan
bahwa alquran yang dahulu turun dengan tujuh bacaan memiliki makna yang sama atau mirip satu
dengan yang lainnya dan sungguh berbeda dengan pendapat-pendapat para imam madzhab yang satu
dengan lainnya tidaklah sama "

Bantahan Syubhat Kedua :

Kita jawab, " Pertama, Allah tidak menjadikan para ulama umat ini bersatu diatas kesesatan sebagimana
juga dijelaskan dalam hadits nabi"

Kedua, bahwasanya perbedaan pendapat para ulama madzhab adalah perbedaan yang berlandaskan
dalil, dan juga sebagian besar ulama bersepakat bahwasanya setiap orang yang memiliki kemampuan
untuk berijtihad maka dilarang untuk bertaqlid kepada ulama lainnya dan kewajiban taqlid itu terkhusus
bagi yang belum mencapai tingkatan mujtahid ( awam ) dan mengikuti para imam mujtahid bukanlah
suatu yang tercela dan ini sudah terjadi sejak jaman para sahabat.

6
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Ketiga, Tidak dibenarkan kita menuduh bahwasanya mengikuti para imam mujtahid adalah sebuah
penyimpangan dengan mengatakan beragama berdasar pendapat imam bukan berdasarkan dalil dan ini
adalah sebuah tuduhan keji dan telah menganggap para imam mujtahid tersebut berbicara tentang
agama ini tanpa ilmu.

3. Syubhat Ketiga
Kemudian orang-orang tersebut masih saja mencari alasan setelah kita jelaskan akan pentingnya
bermadzhab dengan madzhab imam yang empat dengan mengatakan " Mengapa dibatasi hanya boleh
taqlid kepada Imam madzhab yang empat ?"

Bantahan Syubhat Ketiga :

Kita jawab, "bahwasanya kita membatasi taqlid orang awam hanya kepada madzhab imam yang empat
( Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyyah, Hanabilah ) dengan alasan bahwa selain madzhab yang empat
tersebut kaidah-kaidah usul madzhab para imam tersebut sudah tidak tersusun rapi, ditambah murid-
muridnya juga sudah tidak ada yang melanjutkan dasar pokok ijtihad para imam madzhabnya sehingga
banyak kita dapati perkataan atau pendapat para imam selain imam madzhab yang empat saling
bertentangan.

Seandainya dikatakan bahwa ada imam mujtahid selain imam yang empat yang memiliki kompetensi
keilmuan agama islam maka kita katakan boleh saja mengikuti pendapat imam selain imam madzhab
yang empat tersebut sebagaimana kita membolehkan mengikuti atau bwrtaqlid kepada imam madzhab
yang empat namun hal ini sangat jarang kita dapati dizaman ini ulama yang mencapai derajat ijtihad
mutlaq seperti imam yang empat tersebut.

Madzhab Imam yang Empat adalah madzhab yang telah teruji sepanjang zaman, tersusun rapi, tertulis
dikitab-kitab, dijaga oleh para murid imam tersebut dan berbeda dengan madzhab selainnya yang sudah
banyak penyelewengan dan perubahan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab atau kesalahan-
kesalahan dalam hal penukilan.

Sebagai pengingat kepada kaum muslimin bahwasanya ranah ijtihad adalah sebuah medan yang sangat
berat dimana dibutuhkan oleh seorang mujtahid beberapa cabang ilmu yang harus benar-benar dikuasai
seperti pengetahuan tentang al-quran ( berikut tafsir ayat, asbabul nuzul dll ), al-hadits ( sanad dan
perawinya dll ), fatwa sahabat dan tabiin, pengetahuan tentang ijma' dan khilaf, dan lain sebagainnya
dari perangkat dan piranti ijtihad.

7
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Kita perhatikan Imam Ahmad bin Hanbal sangat keras dalam masalah fatwa, sang Imam melarang
berfatwa bagi seorang yang hanya memiliki hafalan hadits sebanyak seratus ribu hadits atau dua ratus
ribu hadits.

Dan juga bagi seorang yang mengaku mencapai derajat mujtahid sudah menjadi keharusan dan
kelaziman ketika mengambil kesimpulan hukum atau istinbath hukum harus berdasarkan pada
pemurnian hasil ijtihadnya sendiri dan tidak mengambil atau meniru hasil ijtihad imam mujtahid
lainnya, dan dia harus menyendiri dalam menyusun kaidah keilmuan dengan berbagai argumentasinya.

4. Syubhat Keempat

Apa yang anda katakan terhadap perkataan para imam madzhab yang melarang kaum muslimin untuk
bertaqlid kepada mereka, melarang untuk mengikuti pendapat-pendapat mereka sebagaimana perkataan
Imam Ahmad : "Janganlah kalian menulis perkataanku ( pendapatku ) dan juga perkataan ulama
lainnya, belajarlah sebagaimana kami belajar"

Bantahan Syubhat Keempat :

Harus dipahami bahwa perkataan Imam Ahmad diatas dan perkataan para imam yang lainnya adalah
dimaksudkan agar kaum muslimin lebih semangat mempelajari cabang-cabang ilmu agama ini dari
mulai Al-quran, Al-hadits, Tafsir, Bahasa Arab, Atsar para Sahabat, Tabi'in sebelum mempelajari
perkataan dan pendapat para imam mujtahid, dan agar supaya tidak mengedepankan mempelajari
pendapat para imam dari mempelajari pokok dan dasar ilmu agama itu sendiri.

Maka perkataan Imam Ahmad untuk para penuntut ilmu agar lebih mumpuni dalam mempelajari agama
ini adapun awam maka dalil bagi mereka adalah mengikuti apa yang telah dirumuskan oleh para salaf
dan imam-imam mujtahid.

Sehingga kita dapati pada zaman ini sekelompok manusia yang berkecimpung dalam perbedaan
pendapat ulama, khilaf para ulama akan tetapi mereka tidak memiliki ilmu yang paling mendasar
sekalipun, hal ini yang dikhawatirkan oleh Imam Ahmad.

8
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Lihatlah keilmuan Imam Ahmad yang beliau telah mengumpulkan semua cabang ilmu agama ini dari
mulai alquran, alhadits, atsar, ilmu tafsir, bahasa arab, Ijma', halal haram dan lain sebagainya dan
bandingkan dengan keadaan kita dizaman ini sungguh berbeda jauh.

Dan barangsiapa yang mengetahui keilmuan dari Imam Ahmad maka hendaknya dia sadar diri dan
merasa malu serta lebih bersemangat lagi untuk menuntut ilmu dan tidak mudah menuduh para Imam
mujtahid atau Imam madzhab dengan tuduhan yang sangat tidak pantas disematkan kepada mereka.

Ketauhilah bahwasanya para Imam Madzhab adalah para ulama yang sangat dekat dengan zaman para
generasi terbaik dan ulama telah sepakat semakin dekat zaman ulama dengan zaman terbaik maka
semakin dekat dengan kebenaran, keilmuan para imam tersebut sudah tidak diragukan lagi dan tidak
bisa dibandingkan dengan ulama yang datang setelahnya.

Setelah kita sadar akan kapasitas Imam Ahmad dan Imam madzhab lainnya maka hendaknya kita
menjaga lisan-lisan kita dan jangan pernah memiliki pandangan bahwa para Imam tersebut ada
beberapa hal yang luput dari mereka yang mereka tidak ketahui dengan beranggapan bahwa anda lebih
paham dan lebih banyak mengetahui ilmu dibandingkan dengan mereka, mungkin anda berdalil dengan
banyaknya kitab yang telah dicetak dan lain sebagainya.

Ketahuilah bahwa ilmu yang ada di dada dan hati mereka, hadits-hadits yang didalam hafalan mereka
lebih banyak dari apa yang mereka tulis dalam kitab-kitab mereka.

Maka hendaknya kalian agar selalu bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu sebagai mana para
ulama salaf terkhusus Imam Madzhab.

Dan kalian juga jangan salah paham akan maksud perkataan Imam Ahmad yang melarang taqlid
kepadanya, bukan berarti taqlid itu tercela dan maksud perkataan beliau -rahimahullah- agar kita selalu
bersemangat dalam menempuh jalan menuntut ilmu agama ini dan berbagai cabangnya seperti ilmu
fiqh, ilmu quran, ilmu hadits, ilmu aqidah, ilmu tafsir dan sebagainya sehingga kita bisa menjadi seperti
mereka yaitu menjadi seorang mujtahid atau setidaknya minimal kita menjadi penuntut ilmu hakiki.

Dan juga harus diingat pula bahwa jalan menuntut ilmu juga tidak mudah dimana Imam Ahmad
mendapat ujian yang sangat terkenal kala itu yaitu "Perkataan atau Keyakinan bahwa Al-quran adalah
Makhluq"

9
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Dan hendaknya pula kalian sebagai penuntut ilmu menghindar dari perkara-perkara yang tercela seperti
debat kusir, sibuk dengan urusan yang menyebabkan perpecahan, permusuhan diantara kaum muslimin.

Serta hendaknya mengikuti jejak Imam Ahmad yang selalu sibuk dengan ilmu dan amal shalih seperti
para ulama salaf yang lainnya dan senantiasa merasa takut kepada Allah Azza wa Jalla.

Setelah kalian paham akan nasehat-nasehat diatas maka mulailah dari sekarang untuk bersungguh-
sungguh dalam mempelajari ilmu agama ini, sibukan diri anda dengan alquran, assunnah, atsar para
sahabat, fatwa para tabi'in serta makna-makna yang terkandung didalamnya, sibuk dengan ilmu yang
mendukung pemahaman kalian tentang keduanya dari berbagai cabang ilmu agama ini yang telah
diwariskan oleh para ulama islam generasi terbaik.

Dan juga anda jangan tertipu dan bangga setelah menguasai berbagai cabang ilmu diatas anda merasa
telah mencapai derajat akhir dari ilmu agama ini, kalau seandainya ilmu yang anda miliki diatas
kemudain anda bandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh para ulama dijaman Imam Ahmad maka
apa yang anda miliki tidak ada nilainya, dan ilmu anda masih tergolong ilmu para pemula.

Berhati-hatilah kalian dari perkataan tentang alquran dan assunah yang dimana anda tidak mengetahui
makna dan kandungannya, dimana anda tidak mengatahui apa yang anda ucapakan apakah ada
penjelasan atau perkataan ulama salaf terhadap kandungan alquran dan as-sunnah tersebut? Dengan
kata lain Apakah ada ulama yang berkata atau berpendapat seperti perkataan dan pendapat anda?!

Ilmu yang bermanfaat adalah Ilmu yang digariskan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan
para ulama salaf generasi awal. Dan juga sebaliknya ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang
engkau sandarkan kepada pendapat dan akal pikiran anda sendiri, tidak ada contoh dan keterangan dari
para ulama salaf, bagaimana anda mengatakan tentang hukum agama ini, anda mengaku pengikut salaf
sedangkan apa yang anda sampaikan justru menyelisihi para salaf, bertentangan dengan ilmu para ulama
salaf.

Jika anda benar-benar menjadi pengikut salaf yang sejati hendaknya anda mempelajari dengan baik
sejarah mereka, mempelajari bagaimana kehebatan ilmu mereka, belajar dari pengalaman dan
pengamalan para ulama salaf itu sendiri yang sangat jauh dengan keadaan kita sekarang, mereka para
salaf adalah orang-orang yang senantiasa menjauhkan diri-diri mereka dari permasalahan yang
menyebabkan perpecahan ditengah-tengah kaum muslimin.

10
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Maka hendaknya kalian jangan menjadi hakim ditengah kelompok dan golongan kaum muslimin yang
ada, jangan anda memposisikan diri anda seolah-olah memiliki ilmu akan hal itu dan ilmu tersebut tidak
dimiliki oleh para ulama salaf sungguh hal ini adalah tipu daya syaithan kepada anda.

Marilah kita bersama-sama meluruskan niat dalam menuntut ilmu, menyibukkan diri dalam memahami
agama ini, menjauhi dari perdebatan, mencela dan hal-hal yang menyebabkan perpecahan kaum
muslimin, cukup bagi kita sejarah para salaf.

Janganlah kita sibuk dengan membantah fulan dan fulan kecuali hal itu sangat darurat untuk dijelaskan,
sebagian salaf membenci hal yang demikian dan memilih untuk banyak diam serta sibuk dengan ilmu.

Sebagaimana Ibnul Mubarak berkata

"‫" ليس أهل السنة عندنا من رد على أهل األهواء بل من سكت عنهم‬
Artinya : " Ahlu sunnah diantara kami bukan yang sibuk membantah ahli bid'ah akan tetapi ahli sunnah
adalah yang diam dari mereka"

Mungkin dengan membawakan riwayat dari ibnul Mubarak banyak orang yang tidak setuju dengan
kami ( Ibnu Rajab Al-hanbali ) dan banyak yang akan berdebat dengan kami, akan tetapi kami tidak
peduli akan hal tersebut.

11
Ringkasan Terjemahan Kitab Ar- Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-bar'ah - Lil Imam
Ibnu Rajab Al-Hanbali

Alhamdulillah telah selesai ringakasan Kitab Ar-Raddu Ala Man 'Ittaba'a Ghairil Madzhaib Al-
Arbar'ah - Lil Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali

Mudah-mudahan bermanfaat bagi kami sendiri dan kaum muslimin dan semoga Allah
menjadikan tulisan ringkas ini penambah berat Amal Ibadah kami dan menjadi Amal Jariyah
untuk Kedua Orang Tua Kami (Almarhum) Fauzi Faisal Bamajbur dan Fitriyah Abdul Hamid
Syamlan

Pamekasan 3 Desember 2019 M - 6 Rabi'u Atsani 1441 H

( Selesai )

--------------------------------

Abu Malika Fahti Fauzi

12

Anda mungkin juga menyukai