Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“KONSEP ASKEP ISPA ”

Disusun Oleh : Kelompok 4

Aa Deno Saputra P05120219046


Enno Tristan P05120219061
Tiara Anugra P05120219085

KELAS : 2B

Dosen Pembimbing : Ns. Idramsyah, M.Kep.,Sp.KMB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN
T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rezeki dan kekuatan kepada kami sehingga kami mempunyai
kesempatan untuk menyelesaiakan pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pantofisiologi . Adapun materi makalah yang kami buat adalah
mengenai “konsep askep ISPA ”.
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Masih banyak kekurangan ataupun kesalahan yang kami sadari maupun
tidak kami sadari. Oleh kerena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari makalah
ini, agar dimasa yang akan dating kami bisa menyusun makalah yang lebih baik lagi
dan kami berharap makalah kami sedikit banyak dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Atas perhatian dari pembaca sekalian
kami mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 02 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A.Latar Belakang........................................................................................4
B.Rumusan Masalah...................................................................................5
C.Tujuan.....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6
A. Konsep pemyakit ISPA ........................................................................6
B. Konsep Askep ......................................................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................23


A. kesimpulaan..........................................................................................23
B. saran......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Latar Belakang ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff & Mukty,
2010). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari
hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti
sinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan
pleura (Widoyono,2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun
2013 didapatkan angka kejadian ISPA di Indonesia sebanyak (25, 0 %), tidak
jauh berbeda pada tahun 2007 sebanyak (25,5 %). Sedangkan berdasarkan
data di DKI Jakarta pada tahun 2013 didapatkan angka kejadian ISPA
sebanyak (25,2 %), sedangkan pada tahun 2007 sebanyak (22,60 %).
Karasteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok
umur 1 – 4 tahun (25,8 %). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki –
laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok
penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah.
(Riskesdas, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2007
didapatkan angka kejadian ISPA sebanyak (98 %). Penyakit ISPA merupakan
penyakit utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular didunia. Sekitar 4
juta manusia meninggal akibat ISPA setiap tahunnya, sehingga ISPA masih
merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian cukup tinggi. (WHO,
2007).

4
B. Rumusan Masalah
1. Konsep penyakit ISPA?
2. Konsep Askep ISPA?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami dan menambah pengetahuan atau wawasan
tentang asuhan keperawatan pada pasien ISPA.
2. Tujuan Kasus
 Untuk mengetahui konsep penyakit ISPA
 Untuk mengetahui bagaimana askep ISPA

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar ISPA
1. Pengertian
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atau maupun bawah
yangdisebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun
rietsia,tanpa atau disertai radang parenkim paru. (Alsagaff & Mukty,
2010).Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yangmenyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai dari
hidunghingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya
sepertisinus/rongga disekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah,
danpleura (Widoyono,2011).
2. Etiologi ISPA
Ispa disebabkan beberapa hal :
a. Bakteri meliputi Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus,
Streptacoccus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenze, dan lain – lain..
b. Jamur meliputi Aspergilus sp., Candinda albicans, Histoplasma, dan
lain – lain.
c. Virus meliputi Orthomyxovirus, Paramyxovirus, Metamyxovirus,
Adenovirus, dan lain-lain.
d. ISPA dapat disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia,
sedangkan1 infeksi bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang
disebabkan oleh virus, terutama bila ada epidemi atau pandemi.
Penyulit bacterial umumnya disertai peradangan parenkim. (Alsagaff
& Mukty, 2010).

6
7
4. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi.
a. Pengertian
Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasaryang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. (Sulistyo
Andarmoyo, 2012). Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.
Tanpa oksigendalam sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam
hitunganmenit. Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan
napastetap terbuka dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhanoksigen
pada klien yang mengalami ISPA akan mengalami hambatan,karena terjadi
perubahan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dan fungsi pernapasan yang
dipengaruhi oleh kondisi seperti : pergerakkanudara masuk atau keluar dari
paru, difusi oksigen dan karbon dioksida,dan transport oksigen dan karbon
dioksida melalui darah keseluruhjaringan. Pada penyakit ISPA klien
mengalami gangguan kebersihanjalan napas yang mengakibatkan suplai
oksigen dalam tubuhberkurang.
b. Faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan
1. Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah peningkatan pergerakan udara masuk dankeluar dari
paru. Selama hiperventilasi, frekuensi dan kedalamanpernapasan
meningkat, dan lebih banyak CO2 yang dibuangdaripada yang dihasilkan.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah penurunan pergerakkan udara masuk dankeluar dari
paru. Denga hipoventilasi, CO2 sering kali menumpukdalam darah,
sebuah kondisi yang disebut hiperkarbia(hiperkapnia).
3. Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi ketidak cukupan oksigen ditempatmanapun
di dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.Hipoksia dapat
dihubungkan dengan setiap bagian dalampernapasan – ventilasi, difusi

8
gas, atau transport gas oleh darah dandapat disebabkan oleh setiap kondisi
yang mengubah satu atausemua bagian dalam proses tersebut. (Kozier,
2010).
5. Manifestasi Klinis Ispa
a. Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah:
a. Retinitis
b. Nyeri tenggorakan
c. Batuk – batuk dengan dahak kuning / putih kental.
d. Nyeri retrostenal dan konjungtivitis.
e. Suhu badan meningkat antara 4 – 7 hari
f. Malaise
g. Mialgia, nyeri kepala
h. Anoreksia, mual
i. Muntah – muntah dan insomnia.
j. Kadang – kadang dapat juga terjadi diare
k. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan
bahwapenyulit. (Alsagaff & Mukty, 2010).6.
6. Penatalaksanaan Ispa
a. Penatalaksanaan Medis
Antipiretik dan analgetik : Asetoal, Parecetamol,
MetampironAntitusif : Kodein – HCL, Noskapin
Antibiotik
Vitamin C
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kompres air hangat/dingin
2) Perasan jeruk nipis dicampur kecap/madu
3) Inhalasi buatan
4) Fisioterapi dada

9
7. Pemeriksaan penunjang Ispa
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan
pemeriksaanlaboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Ada tiga cara
pemeriksaanyang lazim dikerjakan, yaitu :
a. Biakan Virus
Bahan berasal dari secret hidung atau hapusan dinding belakang faring
kemudian dikirim dalam media gelatin lactalbumine dan ekstrak yeast
(GLY) dalam suhu 40C. Untuk enterovirus dan adenovirus selain
bahan diambil dari dua tempat dapat juga diambil dari tinja dan
hapusan rektum. Untuk pembiakan Mikoplasma pneumonia digunakan
media tryticase, soya boilon dan bovine albumin (TSB).
b. Reaksi Serologis Reaksi serologis yang digunakan anatara lain adalah
pengikatan komplemen, reaksi hambatan hemadsorpsi, reaksi
hambatan hemaglutinasi, reaksi netralisasi, RIA serta ELISA.
c. Diagnostik Virus secara langsung Dengan cara khusus yaitu
imonofluoresensi RIA, ELISA dapat didentifikasi virus influenza,
RSV dan mikoplasma pneumonia, mikropon electron juga
dipergunakan pada pemeriksaan virus corona. Selain itu, jumlah
leukosit dan hitung jenis. Leukositosis dengan peningkatan sel PMN di
dalam darah maupun sputum menandakan ada infeksi sekunder oleh
karena bakteri. Jarang terjadi leokositosis yang paling sering jumlah
leukosit normal atau rendah.
8. Komplikasi Ispa
Komplikasi yang sering terjadi antara lain :
a. Otitis media.
b. Sinusitis.
c. Bronchitis.
d. Bronkopneumonia.
e. Pleuritis (Alsagaff & Mukty, 2010).

10
B. Konsep Asuhan Keperawatan ISPA
1. Pengkajian
Identitas
a. Umur : ISPA bisa menyerang siapa saja termasuk seseorang yang
mengalami kelainan sistem kekebalan tubuh, juga pada seorang lanjut
usia dikarenakan kekebalan tubuh menurun dan juga memiliki resiko
pada balita dan anak-anak, dikarenakan sistem kekebalan tubuh
mereka belum terbentuk sepenuhnya. (Wahid, 2013, hal. 194)
b. Jenis kelamin   : bisa menyerang laki laki atau perempuan (Wahid,
2013, hal. 194).
Status kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama
Keluhan pada klien biasanya ditandai dengan gejala antar lain Demam
dan pilek  akibat infeksi pertama dan peradangan pada
tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 194)
b. Alasan masuk rumah sakit
Pasien masuk rumah sakit dikarenakan keluhan muncul mengeluh
demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Wahid, 2013, hal. 194)
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Pada klien penyakit ISPA keluhan yang ada adalah Demam, batuk,
pilek, muntah dan anoreksia. (Wahid, 2013, hal. 194)
e. Riwayat Kesehatan Terdahulu
f. Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit yang dialaminya sebelumnya
terutama yang mendukung atau yang memperberat kondisi sistem
pernapasan pada klien saat ini, pernahkah klien menderita Asma,
pneumonia dan sebagainya. (Wahid, 2013, hal. 195) Perawat perlu
mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat alergi, catat adanya
efek samping yang terjadi dimasa lalu. Klien minum jeruk nipis dan

11
kecap saat mengalami batuk dan sakit tenggorokan. (Wahid, 2013, hal.
195)
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
Kesadaran (Biasanya pada penderita ISPA tingkat kesadaranya adalah
composmentis, tetapi jika keadaan pasien sudah parah maka tingkat
kesadarannya bisa Somnolen.) (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
3. Tanda- tanda vital
TD     : pada pasien ISPA tensi meningkat
Suhu  : suhu meningkat 39-40ºC
RR     :pernapasan meningkat
Nadi  : nadi teraba cepat (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
Body System
Sistem pernafasan
1. Inspeksi
Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan, Tonsil tampak
kemerahan dan edema, Tampak batuk tidak produktif, Tidak ada
jaringan parut pada leher, Tidak tampak penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
2. Palpasi
Adanya demam, Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis, Tidak teraba
adanya pembesaran kelenjar tyroid.
3. Perkusi
Suara paru normal (resonance).
4. Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

12
Sistem kardiovaskuler
1. Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
2. Palpasi : Denyut nadi cepat
3. Perkusi : Batas jantung mengalami pengeseran
4. Auskultasi : Tekanan darah meningkat
Sistem persyarafan
Klien mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti pilek,
sakit tenggorokan, demam. 
Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem perkemihan
Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien mengalami nyeri tekan pada tenggorokan, nyeri
perut, penurunan nafsu makan.
Sistem integument
Mengkaji warna kulit integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit kelihatan
kering, panas dan nyeri saat ditekan.
Sistem imun
Biasanya gejala terjadi saat kekebalan tubuh menurun. 
Pemeriksaan penunjang
a. Kultur : pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi mikroganisme yang
menyebabkan infeksi klinis pada sistem pernafasan.
b. Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan
data tentang pengukuran volume paru, mekanisme pernafasan dan
kemampuan difusi paru.
c. Biopsi :pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan.
d. Pemeriksaan gas darah arteri : pemeriksaan untuk memberikan data
objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar
dan keseimbangan asam basa.

13
e. Radiologi dada: untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: TB,
PNEUMONIA, ABSES PARU dll
f. Pemeriksaan sputum : untuk mengidentifikasi organisme patogenik dan untuk
menentukan apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak. (Kunoli, 2012, hal.
219-220)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapat 2 dari
3 tujuana program turunya kematian atau penggunaan anti biotik dan obat
batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA.
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi pengunaan
antibiotik untuk kasus kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi pengunaan
obat batuk yang kurang bermanfaat.
1. Ringan : tampa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan dirumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol.
2. Sedang : ISPA yang sedang diberikan obat kotrimoksazol peroral. Jika
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksilin, atau penisilin prokain.
3. Berat : dirawat dirumah sakit dan diberikan anti biotik parenteral, oksigen
dan sebagainnya.(Kunoli, 2012, hal. 220)

14
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul dari pasien ISPA adalah sebagai
berikut :
 Diagnosa I Bersihan jalan nafas tidak efektif .(SDKI, 2016) Definisi:
ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Batasan karateristik
a. Subjektif: dispnea, sulit berbicara,ortopnea
b. Objektif:. Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
mengi, whezing dan ronkhi kering, mekonium dijalan napas, gelisah,
sianosis, bunyi nafas menurun,frekuensi nafas berubah dan pola
nafas berubah.
 Diagnosa II Peningkatan suhu tubuh(SDKI, 2016, hal. 284)
Definisi : resiko tehadap kegagalan untuk mempelihara suhu tubuh
dalam batas normal.
Batasan karateristik
a. Subjektif : tidak tersedia
b. Objektif : perubahan laju metabolisme, dehidrasi, kulit merah
kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
 Diagnosa III Nutrisi kurang dari kebutuhan Definisi: asupan nutrisi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik
a. Subjektif: kram abdomen, nyeri abdomen (dengan atau tanpa
penyakit), menolak makan, indigesti (non-NANDA Internasional),
b. Objektif: pembuluh kapiler rapuh, diare atau steator, kekurangan
makanan, kehilangan rambut yang berlebihan, bising usus
hiperaktif, kurang informasi,membran mukosa pucat, tonus otot
memburuk, menolak untuk makan dan rongga mulut terluka.

15
 Diagnosa IV Nyeri akut (SDKI, 2016, hal. 172) Definisi: Pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Batasan karakteristik
a. Subjektif: mengeluh nyeri
b. Objektif: tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur, TD meningkat, nafsu makan berubah
dan berfokus pada diri sendiri.

3. Intervensi

Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif (Wilkinson, 2016, hal. 25-26)
Tujuan dan kriteria hasil: Menunjukan bersihan jalan napas yang efektif,
yang dibuktikan oleh pencegahan aspirasi: status pernafasan: kepatenan jalan
nafas dan ventilasi tidak terganggu.Menunjukan status pernafasan : kepatenan
jalan nafas yang dibuktikan oleh indikator gangguan ekstrem 1-5 berat,
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan frekuensi dan irama pernapasan,
kedalaman inspirasi, dan kemampuan untuk membersihkan sekresi.Contoh
lain: batuk efektif, mengeluarkan sekret secara efektif, mempunyai jalan nafas
yang paten, pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara nafas yang jernih,
mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal,
mempunyai fungsi paru dalam batas normal.

Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 27)

1. kaji dan dokumentasikan hal- hal berikut ini: keefektiffan pemberian


oksigen dan terapi lain, keefektiffan obat yang diprogramkan, hasil
oksimetri nadi.

16
2. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas tambahan.
3. Pengisapan jalan nafas (NIC): tentukan kebutuhan pengisapan oral atau
trakea pantau status oksigen pasien dan irama jantung segera sebelum,
selama, dan setelah pengisapan catat jenis dan jumlah sekret yang
dikumpulkan.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga  (Wilkinson, 2016, hal. 27)

1. Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis: oksigen,


mesin pengisapan, spirometer, inhaler, dan IPPB)
2. Informasikan pada pasien dan keluarga tentan larangan merokok.
3. Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan tehnik nafas dalam
memudahkan pengeluaran sekret.
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang sputum seperti warna, karakter,
jumlah dan bau.
5. Pengisapan jalan nafas (NIC ): instruksikan kepada pasien dan atau
keluarga tentang cara pengisapan jalan nafas.

Aktivitas kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 26)

1. Rundingkan dengan ahli pernafasan.


2. Konsultasikan dengan dokter.
3. Berikan udara / oksigen sesuai kebijakan institusi.
4. Lakukan terapi alat bantu aerosol, nebulizer, ultrasonik dan perawatan
paru.
5. Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal

17
Aktivitas lain (Wilkinson, 2016, hal. 27)

1. Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret.


2. Anjurkan penggunaan spirometer intensif (smith sims, 2011).
3. Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindakan pasien dari satu sisi tempat
tidur ke sisi tempat tidur yang lain kurang lebih 2 kali sehari).
4. Informasikan pasien sebelum melakukan prosedur.
5. Berikan pasien dukungan emosi. .

Diagnosa II Peningkatan suhu tubuh Tujuan dan kriteria hasil : NOC


Menunjukkan Termoregulasi, dibuktikan oleh indikator sebagai berikut:
(gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan)
peningkatan suhu tubuh, penurunan suhu tubuh, hipertermia, hipotermia.

Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 47)

1. Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada


pencegahan ketidakseimbangan suhu tubuh dengan mengidentifikasi
faktor resiko dan melakukan intervensi secara tepat.
2. Kaji tanda dan gejala awal hipotermia (SEPERTI MENGIGIL, pucat,
bagian dasar kuku sianosisi, pengisian ualang kapiler lambat, piloereksi,
disritmia) dan hipertermia.
3. Untuk orang dewasa, lakukan pemeriksaan suhu oral (bukan timpanik
atau aksila), suhu oral lebih akurat
4. Regulasi suhu (NIC) pantau dan laorkan tanda atau gejala hipotermia.

18
Penyuluhan untuk pasien/keluarga  (Wilkinson, 2016, hal. 47)
1. Instrukikan pasien dan keluarga tentang tindakan untuk meminimalkan
fluktuasi suhu:
a) Untuk hipertermia : Minum cairan yang cukup di hari/cuaca panas,
batasi aktivitas pada hari yang panas, kurangi berat badan, jika obesitas
pertahankan suhu lingkungan yang stabil, lepaskan baju yang
berlebihan.
b) Untuk hipotermia: Mandi pada ruang yang hangat, jauh dari aliran
udara, tingkatkan aktivitas, batasi alkohol, pertahankan nutrisi yang
adekuat, pelihara suhu lingkungan yang stabil, gunakan pakaian yang
cukup.
2. Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali dan melaporkan tanda
dan gejala awal hipotermia dan hipertermia: Untuk Hipertermia: kulit
kering, sakit kepala, peningkatan nadi, peningkatan suhu, iritabilitas, suhu
diatas 37,8ºC, dan kelemahan. Untuk Hipotermia: Apatis, dingin,
abdomen keras yang terasa sperti batu, disorientasi dan konfusi,
mengantuk, hipertensi, hipoglikemia, kerusakan kemampuan untuk
berfikir, nadi dan pernapasan lambat, kulit keras dan dingin saat disentuh,
suhu kurang dari 35ºC.
Aktivitas Kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 48)
1. Laporkan kepada dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat dipertahankan.
2. Lakukan perujukan ke lembaga sosial untuk layanan (misalnya: kipas
angin, pemanas) yang diperlukan di rumah.
3. Regulasi Suhu (NIC): berikan obat antipiretik, jika perlu.

Aktifitas Lain (Wilkinson, 2016, hal. 48)


1. Regulasi Suhu (NIC): Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
pasien.

19
Diagnose III Nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan atau kriteria hasil
(Wilkinson, 2016, hal. 284) Memperlihatkan status nutrisi yang dibuktikan
oleh indikator 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada
penyimpangan dari rentang normalAsupan gizi,asupan makanan, asupan
cairan,energi.
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 284)
1. Kaji tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.
4. Manajemen nutrisi NIC
Ketahui makanan kesukaan pasien
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan Timbang pasien
pada interval yang tepat.
Aktivitas kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 285)
1. Diskusikan dengan ahli gizi
2. Diskusikan dengan dokter
3. Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat.
5. Manajemen nutrisi ( NIC ): tentukan, dengan melakukan kolaborasi
bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ( khususnya untuk pasien
dengan kebutuhan energi tinggi seperti pasien pascabedah dan luka bakar,
trauma, demam, dan luka).

20
Diagnose IV Nyeri akut Tujuan /kriteria hasil (Wilkinson, 2016, hal. 297)
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut  1-5 tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering atau selalu.
Mengenali awitan nyeri,menggunakan tindakan pencegahan, melaporkan
nyeri dapat dikendalikan .Ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan
otot, durasi episode nyeri,merintih  dan gelisah, menangis.
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 298)
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-
10(0=tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat).
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesik
dan kemungkinan efek sampingnya.
4. Kaji dampak agama , budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respons pasien.
5. Manajemen nyeri(NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik,awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,itensitas atau keparhan
nyeri, faktor presipitasinya. Observasi isyarat non verbal
ketidaknyamanan khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif.

Penyuluhan untuk pasien  atau keluarga (Wilkinson, 2016, hal. 298)


1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengomsumsi
obat tersebut.

21
2. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
3. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
4. Perbaiki kesalahan analgesik narkotik atau opioid.
5. Manajemen nyeri ( NIC ) Berikan informasi tentang nyeri, penyebabnya,
juga antipasinya.
6. Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi.
Aktivitas kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 298)
1. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal.
2. Manajemen nyeri NIC
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat.
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat
ini merupakan perubahan yang bermakna dan pengalaman nyeri pasien
dimasa lalu.
Aktivitas lain. (Wilkinson, 2016, hal. 298)
1. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan
efek samping.
2. Bantu pasien mengidentifikasikan tindakan kenyamanan yang efektif.
3. Hadir didekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman.
4. Bantu pasien untuk fokus ke aktivitas bukan pada nyeri
5. Gunakan pendekatan yang positif.
6. Eksplorasi perasaan takut ketagihan.

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atau maupun bawah
yangdisebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun rietsia,
tanpa atau disertai radang parenkim paru. (Alsagaff & Mukty, 2010).
Ispa disebabkan beberapa hal : Bakteri, Jamur, Virus, ISPA dapat
disebabkan oleh virus, bakteria maupun riketsia, sedangkan1 infeksi
bakterial sering merupakan penyulit ISPA yang disebabkan oleh virus,
terutama bila ada epidemi atau pandemi. Penyulit bacterial umumnya
disertai peradangan parenkim. (Alsagaff & Mukty, 2010).
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri.

B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung
jawabkan. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan maupun
kesalah yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya penulis bisa
menghasilkan karya yang lebih baik lagi kedepannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info
Media.

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta:


Trans Info Media.

Marni. (2014). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Medis dan Nanda Nic – Noc. Jogjakarta: Mediaction.

SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat.

Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta


Timur: Trans Info Media.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta Timur: Trans Info


Media.

24

Anda mungkin juga menyukai