Anda di halaman 1dari 2

Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital:

1. Tekanan darah : 120/80 mmHg


2. Frekuensi pernapasan : 18x/menit
3. Denyut nadi : 80x/menit
4. Suhu tubuh : 37,5°C

Pemeriksaan Telinga:

Alat-alat yang perlu disiapkan adalah lampu kepala, corong telinga, otoskop, pelilit kapas,
pengait serumen, pinset telinga, dan garpu tala.

Pertama, dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro-
arikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Di dalam kasus di
temukan di bagian belakang telinga bengkak dan nyeri.

Kedua, dengan menarik daun telinga ke bawah dan atas (dewasa) atau ke bawah (anak)
melihat liang telinga dan membran timpani menggunakan otoskop. Jika terdapat serumen
yang menyumbat liang telinga maka serumen ini harus dikeluarkan. Jika konsistensinya cair
dapat dengan kapas yang dililit, bila konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan
pengait dan bila berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset.
Pemeriksaan otoskop dapat menilai letak perforasi dalam kasus ini bila dicurigai OMSK.

Uji pendengaran dengan garpu tala:

a. Uji Rinne
Uji rinne dilakukan dengan menggetarkan garpu tala 512 Hz dengan jari atau
mengetukkannya pada siku atau lutut pemeriksa. Kaki garputala tersebut diletakkan
pada tulang mastoid telinga dan diperiska 2-3 detik. Kemudian dipindahkan ke depan
liang telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan di tempat mana yang terdengar
lebih keras. Jika bunyi terdengar lebih keras diletakkan di depan liang telinga berarti
telinga diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural (+). Bila bunyi terdengar
lebih keras di mastoid, maka telinga yang diperiksa menderita tuli konduktif dan
biasanya lebih dari 20 dB (-).
b. Uji Webber
Uji webber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang sudah digetarkan di garis
tengah wajah atau kepala. Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras.
Pada keadaan normal, pasien tidak dapat membedakan telinga mana yang mendegar
lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat (lateralisasi ke
telinga sehat) berarti telinga yang sakit menderita tuli sensorineural. Bila pasien
mendengar lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit)
berarti telinga yang sakit menderita tuli konduktif.
c. Uji Schwabach
Garpu tala (frekuensi 512 Hz) digetarkan , lalu tangkainya diletakkan pada pada
planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar bunyi sesegera
mungkin garpu tala dipindahkan ke planum mastoid penderita yang diperiksa. Apabila
penderita masih dapat mendengar bunyi maka disebut dengan Schwabah memanjang,
namun bila penderita tidak mendengar bunyi garpu tala akan terdapat dua
kemungkinan yaitu schwabach memendek atau normal. Untuk membedakan hal
tersebut maka uji dilakukan dengan dibalik, yaitu garpu tala diletakkan pada planum
mastoid penderita dahulu baru ke pemeriksa dengan prosedur yang sama. Apabila
pemeriksa tidak dapat mendengar berarti sama-sama normal, namun bila pemeriksa
masih dapat mendengar bunyi maka disebut Schwabach memendek.

Referensi:
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-
KL. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC, 1997.

Anda mungkin juga menyukai