Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUWAN TEORITIS

1. PENGERTIAN HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome ( AIDS )
adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya system kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Virusnya bernama Human immunodeficiency virus
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupu mudah terkena tumor. Meskpun
penanganan yang telah ada hanya dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belim benar-benar bias
disembuhkan.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi
HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-
organ vital sitem kekebalan tubuh manusia, seperti sel T CD4
(sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritic. HIV merusak sel T
CD4 secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4
dibutuhka agar system kekebalan tubuh dapat berfungsi dengan
baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4 hingga jumlahnya
menyusut sampai kurang dari 200 per mikroliter darah, maka
kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi
yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berkanjut menjadi
infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal,
dan akhirnya AIDS, yang diidentifikasi dengan memeriksa
jumlah sel T CD4 di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan
infeksi HIV menjadi AIDS alah Sembilan sampai sepuluh tahun,

4
dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar
9,2 bulan.
Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada
setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20
tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya
kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV ( seeperti fungsi
kekebalan tubuh ) dari orang yang terinfeksi. HIV secara terus
menerus memperlemah system kekebalan tubuh dengan cara
menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel darah
putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini ( di
sebut juga sel T4 ) memainkan suatu peranan penting pada
pencegahan infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan
berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian system
kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya,
tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan
menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya.
ODHA adalah sebutan untuk orang-orang yang telah
mengidap HIV/AIDS. ODHA merupakan kepanjangan dari
“Orang dengan Hiv/Aids” adapun gejala-gejala seseorang
kemungkinan terjangkit HIV diantaranya adalah sebagai berikut:
 Rasa lelah berkepanjangan
 Sesak nafas dan batuk yang berkepangan
 Berat badan menurun secara drastis
 Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan
paha) tanpa sebab yang jelas
 Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
 Sering demam (lebih dari 38 derajat celcius)
disertai dengan keringat malam tanpa sebab
yang jelas
 Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang
jelas

5
Pada awal kasus terjangkit HIV. Kebanyakan orang
tersebut cenderung menunjukkan reaksi-reaksi keras seperti menolak
hasil tes, menangis, menyesali dan memarahi diri sendiri, bahkan
mengucilkan diri sendiri. Saat-saat seperti itu merupakan gejala
psikologis yang justru dapat membuat orang tersebut semakin
terpuruk. Pembinaan terhadap ODHA diperlukan agar selanjutnya
ODHA kembali melanjutkan hidup. ODHA bukan berate akhir,
ODHA masih dapat bertahan hidup selama 5-10 tahun. Sekarang
tinggal bagaimana ODHA itu sendiri mengisi hidupnya yang lebih
berguna bagi diri sendiri.

2. PENULARAN HIV/AIDS dan PENANGGULANGANNYA


a. Penularan HIV/AIDS
Penularan virus HIV/AIDS dapat melalui berbagai macam cara,
yaitu:
1) Seks bebas serta seks yang kurang sehat dan aman
Berhubungan intim yang tidak sehat dan tidak
menggunakan pengaman adalah peringkat pertama terbesar
penyebab menularnya virus HIV/AIDS, transmisi atau
penularan HIV dalam berhubungan seksual peluang
terjadinya sangat besar, karena saat terjadi kontak antara
sekresi pada cairan vagina pada alat kelamin.
Hubungan seksual kurang aman dan tanpa
dilengkapi pelindung (kondom) akan lebih berisiko
dibandingkan hubungan seksual yang tanpa dilengkapi
pelindung (kondom) dan resiko hubungan seks anal lebih
besar disbanding hubungan seks biasa dan oral seks,
meskipun tidak berate bahwa kedua jenis seks tersebut tidak
beresiko
2) Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril sangat
mampu mendorong seseorang terkena penyakit AIDS, para

6
pengguna narkoba yang terkadang saling tukar jarum suntik
sangat rentan tertular pemyakit ini, karena peularan
HIV/AIDS sangat besar persentase terjadinya karena cairan
pada tubuh penderita yang terkena HIV/AIDS berpindah kke
tubuh orang normal (sehat)
3) Penyakit menurun
Seseorang ibu yang terkena AIDS akan dapat
menurunkan penyakitnya pada janin yang dikandungnya,
transmisi atau penularan HIV melalui rahim pada masa
parinatal terjadi pada saat minggu terakhir pada kehamilan
dan pada saat kehilangan. Tingkat penularan virus ini pada
saat kehamilan dan persalinan yaitu sebesar 25%. Penyakit
ini tergolong penyakit yang dapat diturunkan oleh ibu
terhadap anaknya,, menyusui juga dapat meningkatkan resiko
penularan HIV/AIDS sebesar 4%.
4) Transfusi darah yang tidak steril
Cairan di dalam tubuh penderita AIDS sangat
rentan menular sehingga dibutuhkan pemeriksaan yang teliti
dalam hal transfusi darah, pemilihan dan penyeleksian donor
merupakan tahap awal untuk mencegah penularan penyakit
AIDS, resiko penularan HIV/AIDS sangat keil persentasenya
dinegara maju, hal ini disebabkan karena dinegara maju
keamanan dalam transfusi darah lebih terjamin karena proses
seleksi yang lebih ketat.
b. Penanggulangan HIV/AIDS
Cara penanggulangan Aids hanya dapat efektif apabila dilakukan
dengan komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi
untuk mencegah atau mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap
penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi :
1) Pemberian penyuluhan kesehatan disekolah dan
dimasyarakat harus menekankan bahwa mempunyai
pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat

7
suntik bergantian dapat meningkatkan resiko terkena
infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan
bagaimana untuk mrnghindari atau mengurangi kebiasaan
yang mendatangkan resiko terkena infeksi HIV. Program
untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa
sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan
mereka, begitu juga bagi mereka yang tidak sekolah.
Kebutuhan kelompok minoritas, orang-orang dengan
bahasa berbeda dan bagi penderita tuna netra serta tuna
rungu juga harus dipikirkan.
2) Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan
tidak melakukan hubungan seks atau hanya berhubungan
seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap
infeksi. Pada situasi lain, kondom lateks harus digunakan
dengan benar setiap kali seseorang melakukan hubungan
seks secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks
dengan pelumas berbahan dasar air dapat menurunkan
resiko penularan melalui hubungan seks.
3) Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat
terlarang akan mengurangi penularan HIV. Begitu pula
program “harm reduction” yang mengajurkan para
pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode
dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum
bersama telah terbukti efektif.
4) Menyediakan fasilitas konseling HIV dimana identitas
penderita dirahasiakan atau dilakukan secara anonimus
serta menyediakan tempat-tempat untuk melakukan
pemerikasaan darah. Fasilitas tersebut saat ini telah
tersedia di seluruh negara bagian di AS. Konseling, tes
HIV secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan
dilakukan secara rutin pada klinik keluarga berencana
dan klinik bersalin, klinik bagi kaum homo dan terhadap

8
komunitas dimana seroprevalens HIV tinggi. Orang yang
aktivitas seksualnya tinggi disarankan untuk mencari
pengobatan yang tepat apabila menderita Penyakit
Menular Seksual (PMS)
5) Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan
disarankan untuk dilakukan tes HIV sebagai kegiatan
rutin dari standar perawatan kehamilan. Ibu dengan HIV
positif harus dievaluasi untuk memperkirakan kebutuhan
mereka terhadap terapi zidovudine(ZDV) untuk
mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal.
6) Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh
USFDA, untuk mencegah kontaminasi HIV pada plasma
dan darah. Semua darah donor harus diuji antibody HIV
nya. Hanya darah dengan hasil tes negative yang
digunakan, orang yang mempunyai kebiasaan resiko
tinggi terkena HIV sebaiknya tidak mendonorkan plasma,
darah, organ-organ untuk transplantasi, sel atau jaringan
(termasuk cairan semen untuk inseminasi buatan).
Institusi (termasuk sperma,susu, atau tulang) yang
mengumpulkan plasma, darah, atau organ harus
menginformasikan tentang peraturan dan kebijakan ini
kepada donor potensial dan tes HIV harus dilakukan
terhadap semua donor. Apabila mungkin, donasi sperma,
susu atau tulang harus dibekukan dan disimpan selama 3-
6 bulan. Donor yang tetap negatif setelah masa itu dapat
di asumsikan tidak terinfeksi pada waktu menjadi
pendonor.
7) Jika hendak melakukan transfuse dokter harus melihat
kondisi pasien dengan teliti apakah ada indikasi medis
untuk transfuse. Transfusi otologus sangat dianjurkan

9
8) Hanya produk faktor pembekuan darah yang sudah di
seleksi dan yang telah diperlakukan dengan semestinya
untuk menonaktifkan HIV yang bisa digunakan
9) Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan,
pemakaian dan pembuangan jarum suntik atau semua
jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak
tertusuk. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung
tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung lainnya
untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang
mengandung darah. Setiap tetes darah pasien yang
mengenai tubuh petugas kesehatan harus dicuci dengan
air dan sabun sesegera mungkin. Kehati-hatian ini harus
dilakukan pada semua pasien dan semua prosedur
laboratorium (tindakan kewaspadaan universal)

3. PERMASALAHAN HIV/AIDS DARI ASPEK SOSIAL


Hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS adakalanya tidak
empati dan jauh dari nilai-nilai humanisme antara lain:
a. Deskriminasi, memberlakukan orang secara berbeda-beda
dan tanpa alasan yang tidak relevan, hal ini biasa terjadi
pada media sering melakukan atau mengekspose tanpa
ijin dan memberikan pembedaan atas seseorang termasuk
ODHA.
b. Stigma atau yang biasa di sebut dengan proses pelabelan
(dicap) yang dilakukan pada ODHA juga sering
dilakukan oleh masyarakat, sehingga ODHA seringkali
dijauhi.
c. Sensasional dalam pemberitaan HIV/AIDS, seringkali
judul berita menampilkan sesuatu yang berlebihan atau
melebih-lebihkan dan tidak sesuai dengan realita yang
sebenarnya.

10
4. BAGAIMANA CARA MEMBERIKAN DUKUNGAN SOSIAL
PADA ODHA.
a. Dukungan emosional, dukungan ini mengarah pada
pemberian perhatian, kepedulian. Selain itu kita juga
memberikan dorongan yang positif serta menghargai ide,
keputusan dan perilaku yang odha lakukan.
b. Dukungan informasi, dukungan ini mengarah pada
pemberiaan saran, nasihat, kritikan yang dapat membantu
odha untuk menghadapi kerasnya hidup dan perlakuan
diskriminatif yang mungkin diterima.
c. Dukungan persahabatan, dukungan ini berhubungan
dengan hakikat sebagai makhluk sosial. Dukungan ini
mengarah pada pemberian dukungan berupa penerimaan
dalam sebuah kelompok atau lingkungan sehingga odha
merasa diterima sebagai bagian dari masyarakat.

5. PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI MASALAH


SOSIAL PADA ODHA
a. Peran Edukator, Peran ini dilakukan dengan membantu
dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan,
gejala penyakit , sehingga terjadi perubahan perilaku dari
masyarakat setelah dilakukan penkes
b. Peran Sebagai Advokat, Peran ini dilakukan perawat
dalam membantu dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya dan hak atas privasi.

6. PRINSIP ETIKA DALAM KEPERAWATAN


a. Autonomi
Kemampuan untuk menentukan sendiri

11
b. Benefisience
Melakukan yang baik dan tidak merugikan klien
c. Justice
Prinsip untuk bertindak adil bagi semua individu
d. Veracity
Prinsip untuk mengatakan yang sebenarnya atau
sejujurnya
e. Menepti janji(fidelity)
Dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmen, perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pada klien
f. Kerahasiaan(confidentianlity)
Menjaga privasi(informasi) klien
g. Tidak merugikan(nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
pada klien

12

Anda mungkin juga menyukai