Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi

tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis merupakan respon host

terhadap infeksi yang bersifat sistemik dan merusak. Sepsis dapat mengarah

pada sepsis berat (disfungsi organ akut pada curiga infeksi) dan syok septik

(sepsis ditambah hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi cairan). Sepsis

berat dan syok septik adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi

jutaan orang di seluruh dunia setiap tahun, menewaskan satu dari empat orang

(dan sering lebih) (Handayani, 2016).

Insiden sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 2-18 per 1000

kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar 12-68 %, sedangkan di

Negara maju angka kematian sepsis berkisar antara 3 per 1000 kelahiran

hidup dengan angka kematian 10%. Di Indonesia angka kejadian sepsis masih

tinggi sampai 30.29% dengan angka kematian 11.56-49%. Tingkat mortalitas

sepsis berat berkisar antara 15%-40%, dan tingkat mortalitas karena syok

septik berkisar antara 20%-72% (Guntur, 2014).

Penelitian yang dilakukan di Indonesia mengenai sepsis diantarany

yang dilakukan di Rumah Sakit (RS) Dr. Soetomo pada tahun 2012 mengenai

profil penderita sepsis akibat bakteri penghasil extended spectrum beta

lactamase (ESBL) mencatat bahwa kematian akibat sepsis adalah sebesar

16,7% dengan rerata kejadian sebesar 47,27 kasus per tahunnya. Penelitian

1
2

tersebut melaporkan bahwa 27,08% kasus adalah sepsis berat, 14, 58% syok

sepsis dan 53,33% kasus adalah kasus sepsis (Irawan et al, 2012).

Sepsis disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus, namun bakteri masih

menjadi penyebab utama. Menurut laporan Starr (2014), sepsis disebabkan

oleh bakteri gram negatif 30-80%, (Pseudomonas auriginosa, Klebsiella,

Enterobacter, Escherichia coli, Proteus, Neisseria), bakteri gram positif 20-

40% (Staphylacoccus aureus, Streptococcus, Pneumococcus), jamur dan virus

2-3% (Dengue haemorrhagic fever, herpes viruses), dan parasit

(Falciparum). Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien paska

operasi, pasien dengan ventilator di Intensive Care Unit (ICU) atau

penggunaan kateter pada geriatri. Pengobatan medis kedokteran seringkali

menyebabkan sistem kekebalan tubuh pasien lemah (compromissed) misalnya

kemoterapi untuk kanker, steroid untuk inflamasi (Ayudiatama, 2011).

Salah satu manifestasi klinis pada pasien sepsis adalah demam tinggi

(hipertermi). Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh

adalah kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf simpatis, hormon

pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin, proses peradangan, status gizi,

aktivitas, gangguan organ, dan lingkungan (Latifin & Kusuma, 2014).

Demam merupakan salah satu respon inflamasi sistemik akibat bakteri

pathogen serta kerusakan organ, sehingga mengakibatkan keadaan yang

melatarbelakangi sindrom sepsis (Bakta & Suastika, 2012).

Pusat pengaturan suhu tubuh manusia terletak di hipotalamus dengan

mempertahankan (set point) tersebut agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C.

Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
3

merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk

mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan

meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.

Hipertermi atau demam merupakan kondisi tubuh dengan suhu di atas 38°C

sementara normalnya berkisar 36-37,5°C. Demam sering disertai gejala

menggigil, lesu, gelisah, sulit makan, susah tidur, takikardi dan hiperkapnea.

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat (Ignatavicius, 2011;

Sugani & Priandarini, 2010).

Beberapa intervensi untuk menurunkan demam dapat dilakukan

dengan pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi. Pemberian terapi

farmakologi dilakukan dengan memberikan antipiretik, misalnya

paracetamol, sedangkan non farmakologi yaitu dengan mengenakan pakaian

yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, dan kompres dingin.

Mempertahankan suhu tubuh pasien dalam batas normal sangat penting untuk

mencegah komplikasi lebih lanjut, misalkan syok dan kejang. Perawat dalam

hal ini mempunyai peran sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan

seharusnya mampu melaksanakan tindakan-tindakan keperawatan, meliputi

observasi, pendidikan kesehatan, intervensi mandiri, serta tindakan

kolaboratif (Sugani & Priandarini, 2010).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan

asuhan keperawatan pada pasien dengan sepsis, karena sepsis merupakan

suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditangani dapat

menyebabkan kematian. Oleh karena itu, peran perawat untuk melakukan


4

asuhan keperawatan pada pasien dengan sepsis secara tepat dan benar selama

pasien dirawat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan yang akan di

identifikasi adalah tentang “Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan

pada pasien dengan sepsis?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai

dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi gambaran tentang proses keperawatan medikal

bedah pada pasien dengan sepsis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengkaji, menganalisa masalah-masalah dan merumuskan diagnosa

keperawatan medikal bedah pada pasien sepsis.

2. Menyusun rencana keperawatan medikal bedah pada pasien sepsis.

3. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien

sepsis.

4. Mendokumentasikan asuhan keperawatan medikal bedah pada

pasien sepsis.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka karya tulis

ilmiah ini diharapkan mempunyai manfaat dalam kesehatan baik secara


5

langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat karya tulis ilmiah ini

sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan untuk memberikan sumbangan dibidang kesehatan

khususnya keperawatan dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan tentang asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien

dengan diagnosa medis sepsis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti adalah dapat menambah

pengetahuan dan kemampuan peneliti baik mengenai konsep dan

teori maupun mengembangkan riset keperawatan.

2. Manfaat bagi IPTEK

Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah menambah bahan

kepustakaan dan sebagai pertimbangan untuk karya tulis ilmiah

sejenis.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan

peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi

studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data

dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah

pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan data


6

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang

berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

Anda mungkin juga menyukai